Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

MENGKAJI NASKAH KUNO SASAK TAKEPAN PUSPAKARMA

DAERAH KURIPAN, LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

Oleh

Lalu Firman Antalmudawi (NIM. E1C016038)

Semester V A Reguler Pagi

Email : firman.lalu10@gmail.com

Tujuan pembuatan artikel ini adalah untuk mengetahui nilai budaya atau suatu
kepercayaan yang terkandung dalam sebuah naskah takepan „Puspakarma‟
tentunya berbentuk peninggalan dari nenek moyang suku Sasak di desa Kuripan,
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya mengetahui nilai budaya yang
terkandung, akan tetapi tujuan dalam artikel ini juga dapat kita junjung tinggi dan
ikut melestarikan suatu peninggalan kebudayaan oleh nenek moyang terdahulu.
Dengan melestarikan sesuatu kebudayaan yang terbilang hampir mati atau
keberadaannya hilang, tentunya kita dapat menghidupkannya dengan cara
mengkaji atau ikut serta langsung dalam peroses melestarikannya. Hal itulah satu-
satunya cara kita untuk mnghidupkan kembali sesuatu kebudayaan yang hampir
mati. Pembuatan artikel ini merupakan penelitian observasi untuk mengetahui
hubungan masyarakat dengan kepercayaannya terhadap naskah yang disakralkan.
Hal yang diperoleh dalam pembuatan artikel ini adalah nilai suatu kepercayaan
masyarakat yang terkandung dalam naskah yakni dengan adanya takepan
puspakarma tersebut tanaman berupa sawah dan peternakan menjadi subur dan
memiliki hasil.

Kata-kata kunci : naskah, nilai kebudayaan, melestarikan


PENDAHULUAN

Rabu, 16 Januari 2019 tepatnya pukul 3 sore saya beserta teman-teman pergi
untuk menindak lanjuti observasi lapangan tentang mengkaji serta ikut
melestarikan naska kuno takepan Puspakarma yang ada di daerah Kuripan,
Lombok Barat. Kami sebelumnya diberitahukan oleh teman kami tentang dimana
terdapat tempat yang patut untuk dijadikan observasi lapangan mengenai naskah
kuno tersebut yakni pada daerah Kuripan, Lombok Barat, NTB. Nama tokoh yang
kita kunjungi di sana ialah bernama Lalu Upi atau lebih akrabnya dipanggil
Mamiq Upi. Beliau adalah satu-satunya yang masih memiliki peninggalan naskah
kuno dari peninggalan yang diturunkan mendiang nenek moyangnya di daerag
tersebut. Naskah yang dimilikinya dapat disebut dengan Takepan Puspakarma
yang ditulis pada daun lontar dengan menggunakan bahasa Jajawen Kuno atau
mirip dengan Bahasa Jawa kawi Kuno tapi asli menggunakan Bahasa Jajawen
kuno Sasak.

Pada kunjungan pertama atau tepatnya 15 Desember 2018 lalu ternyata kami
dibuat terkesan dengan tempat yang kami kunjungi. Di sana terdapat juga
kampung adat Sengkoah merupakan salah satu kampung yang sedang mendirikan
rumah tempat adat serta sedang dalam peroses pembangunan dengan tujuan untuk
kepentingan parawisata. Kami juga sempat berkunjung di sana. Kampung adat
tersebut terbuka untuk siapa saja yang ingin belajar mengenai kebudayaan Sasak.
Parawisata pun banyak yang datang berkunjung untuk mempelajari budaya
setempat tidak terkecuali wisatawan asing pun juga ikut serta berkunjung di sana.
Setelah berkunjung di kampung adat Sengkoah, kami melanjutkan perjalanan
menuju ke kediaman tokoh Mamiq Upi yang masih melestarikan sebuah naskah
kuno takapan puspakarma. Setibanya di sana kami disambut manis oleh Mamiq
Upi selaku tokoh adat dengan menggunakan pakaian adat Sasak. Mamiq upi
ternyata cukup terkenal di kalangan sastrawan khususnya mengenai naskah
takepan. Beliau bercerita hanya Beliaulah yang masih melestarikan naskah
takepan pada daerah kuripan. oleh karena itu dengan kegigihannya beliau
mencoba untuk mengajarkan serta melestarikan peninggalan naska bahasa kawi di
daerah tersebut agar tidak menjadi punah di waktu yang akan datang. Beliau
bercerita juga bahwa beliau sering diundang untuk menjadi pemangku atau ketua
adat dalam upacara perkawinan Sasak serta diundang dalam upacara kebudayaan
lainnya.

Di Kediaman beliau kami diceritakan tentang sejarah naskah takepan puspakarma


dan apa manfaat dari naskah tersebut kita dijelaskan dengan rinci. Penjelasan
itulah yang masih membuat masyarakat percaya akan kesakralan dari naskah
tersebut. Tidak hanya itu kami juga diajarkan bagaimana cara membaca serta
menuliskan huruf-huruf jejawen sasak atau bahasa kawi Jawa Kuno meskipun
dulu kami juga pernah belajar dasar-dasarnya saja ketika masih sekolah dasar.
Tidak hanya belajar menulis kami juga diperlihatkan bagaimana cara menuliskan
huruf-huruf kawi tersebut di atas daun lontar dengan menggunakan alat khusus
seperti pisau kecil. Hal yang menarik untuk dipelajari bagi saya.

Setelah mendengar sejarah, serta belajar cara tulis menulis kami pun dibacakan
sedikit isi dari naskah takepan puspakarma yang di dalamnya berisikan cerita
kerajaan yang melegenda di pulau Lombok. Cerita dari naskah tersebut digunakan
untuk dibacakan pada tanaman padi serta ternak agar hasilnya melimpah. Tidak
hanya itu saja yang kami lakukan, beliau juga menyuruh kami untuk melakukan
proses Nyeput dalam arti proses mengambil selember atau sehelai daun lontar
kutipan naskah takepan puspakarma tersebut dengan disertai niat yang tulus dalam
diri sendiri. Hal itu akan mendeskripsikan sesuatu hal yang terjadi pada diri
sendiri di waktu yang akan datang. Hal seperti itulah yang dipercaya oleh
masyarakat di sana.
METODOLOGI

Ketika dalam melakukan proses nyeput atau dalam arti luasnya proses
mengambil selembar atau selempir daun lontar kutipan naskah takepan
puspakarma tersebut harus dengan disertai niat yang tulus dalam diri sendiri. Hal
itu akan mendeskripsikan sesuatu hal yang terjadi pada diri sendiri di waktu yang
akan datang. Ketika sudah menanamkan niat yang baik untuk diri kita sendiri, lalu
barulah kita diperbolehkan untuk memulai mengambil selempir kutipan naskah
puspakarma tersebut. Ketika akan mengambil, kita disarankan untuk menutup
mata atau tanpa melihat naskah yang akan kita ambil tentunya dengan cara kita
meraba-rabanya terdahulu sebelum mengambilnya. Mamiq Upi juga menjelaskan
bahwa walaupun Anda mengambil naskah tersebut dalam proses nyeput dengan
mata terbuka atau dengan cara melihat, tidak akan pernah sama hasil dari
penyeputan Anda dengan yang lain. Karena hal itu merupakan pencerminan dari
diri Anda di waktu yang akan datang tentunya merupakan gambaran nasib yang
baik.

Setelah mengambil selembar naskah hasil nyeputan tadi, kemudian kita akan
dibacakan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan isi mengetahui apa nasib
baik yang akan menimpa kita dikemudian hari tentunya dengan niat apa yang
sudah kita lakukan sebelumnya untuk masa depan kita.

Percaya atau tidaknya dengan tradisi nyeput tersebut, Mamiq Upi berpesan bahwa
untuk selalu mengingat hasil dari nyeputan yang sudah kita dilakukan tadi untuk
mencocokannya dengan nasib kita dikemudian hari. Percaya atau tidak hasil
nyeputan kita tadi akan terlihat di kemudian hari. Hal seperti itulah yang
dipercaya oleh masyarakat di sana.
PEMBAHASAN

A. Apa itu Puspakarma? Jadi, kalau „puspa‟ dapat diartikan dengan „bunga‟
sedangkan kata „karma‟ itu banyak yang mengartikan dengan karma
artinya atau istilahnya imbalan atau balasan yang baik atau bunga
kebajikan. Jadi, setiap orang yang berbuat baik pasti ada bunganya, yaitu
bunga kebaikan atau bunga imbalan. Itulah sedikit arti dari kata
„Puspakarma‟. Pada takepan naska Puspakarma tersebut bercerita tentang
suatu kerajaan yang melegenda di pulau Lombok. Menceritakan seorang
raja yang mempunya satu-satunya keturunan anak laki-laki yang menjadi
buah hati kesanyangannya. Bahkan dalam cerita tersebut diceritakan
bahwa dengan sayangnya raja kepada anaknya, rela membuatkan ikan
yang terbuat dari emas yang hidup menyerupai ikan biasanya. Takepan ini
atau naskah Puspakarma ini diperkirakan telah hidup atau berumuh kurang
lebih 200 tahun lamanya yang diturunkan turun-temurun dari mendiang
nenek moyangnya. Naskah ini dipercayai oleh masyarakat dengan
kesakralan masih berfungsi sebagai doa selamat ketika menanam padi agar
hasil panen nanti dipercaya melimpah.
Hewan seperti tikus pun tidak berani menggangu padi yang sudah
dibacakan takepan . Tidak hanya itu, takepan tersebut juga dibacakan
kepada hewan ternak seperti kerbau atau sapi agar selalu sehat dan banyak
anak pada nantinya. Itulah fungsi dari naskah kuno takepan „Puspakarma‟.

Takepan ini biasanya dibaca pada saat malam yang paginya akan proses
menanam padi demi kesuburan padi tentunya mengharapkan hasil yang
melimpah. Kesakralan lainnya juga dapat berfungsi pada wanita yang
mengalami kemandulan, dengan dibacakan takepan puspakarma ini
dipercaya segera dapat dikaruniai anak.

B. Bacaan naskah hasil nyeput

Latin: mantoking wisme mangko eprate nine king wisme sami lunge
pengarah tepi siring edatang kanton miwah kering pade desan telah
singarah aran samie hanang lanang ladon eh pengarah mantok ring negare
kabeb sesengking jeru negare wantan mankin ring jabe ruing karang kanin
lautan kebek kunan enegare dadoq wadon kocap srinapatie maos saken
upecare kanganate sami ngangguh busane kang mulie mulie sampun sami
lumampak lame asri kambaroq kangerine hangrase gamelan rame muliai
asri upecare hus atatad kabeh punang wong penontohn sesag sampe negare
raje putre ning tengak sareng lawan sri kayu hening jempane king ukiraq
tikpinarak emas hangrawep pine merak kawang-kawang engkang nan
penonton sami gaok haning ngalik rupe mulie kadi sri ngenge kembar tak
kale nie kemantuq jahyane gumilang-milang rame suraq mawang lawan
bedier kambarong kanperunguq

Artinya: sekarang sudah pulang ke rumahnya dan sudah sampai di rumah.


kemudian semua pergi untuk istilahnya menyiarkan berita, rakyak yang
dipinggir pelosok pun sampai tidak ketinggalan dikabarkan apalagi yang
di desa. diceritakan sudah selesai menyiarkan berita laki perempuan semua
diberitahu semua pulang ke negara masing-masing. sudah penuh di
kerajaan dan ada juga yang diam di luar sangat banyaknya rakyat seperti
karang di lautan. sehingga full kelihatannya, ada perkataan raja akan
dibicarakan masalah upacara dan semua yang akan dia bawa untuk
dipakai. pakaiannya yang betul-betul bagus untuk digunakan. semuanya
sudah berangkat ke acara yang digelar oleh raja. Termasuk juga gambelan
sudah dipersiapkan. Sama-sama untuk melihat persiapan. Sudah mulai
gambelan berbunyi dan suaranya sangat merdu. Upacaranya pun juga akan
segera dimulai. Sudah banyak orang yang menonton, sampai suaranya
padat tiidak bisa bergerak saking ramainya. Anak raja atau pangeran
berada pada tengah-tengah keramaian, dia berduan di tengah bersama sang
putri cantik, mereka duduk pada kayu yang diukir sampai mereka dihias
mengkilat dengan emas dan bentuk ukiran berbentuk merak sedang
terbang dan semua orang terheran yang dia lihat wajah yang begitu gagah
dan emas berkilauan seperti bulan kembar. Ternyata acara yang dibikin
oleh raja adalah acara perkawinan pangeran dan cahayanya menyebar
oarang yang teriak atau semua dibunyikan di upacara itu, ada suara senjata
dibunyikan seperti tidak ada suaranya.
C. Uraian makna
Makna dari naskah tersebut adalah mengandung sebuah persiapan
pernikahan yang akan dilakukan. Di saat seseorang melaksanakan aqad
pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan doa dari para
undangan dengan doa keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
SAW, “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan
atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Doa ini sarat
dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan
mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya,
kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya
keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan
masyarakat umum maupun di kalangan keluarga. Dalam naskah takepan
tersebut mengandung keharmosian antara pasangan laki-laki dan
perempuan. Mereka dipakaikan baju emas bercorak merak yang sedang
terbang menggambarkan keharmonisan sepasang keluarga pada nantinya.
Dengan keramain dari tamu undangan dapat diartikan atau dimaknai
dengan diakuinya pernikahan sepasang lali-laki dan perempuan kemudian
dipanjatkan doa bersama.

Dari cerita tersebut kita dapat ambil filosofi mengenai hati dari seseorang
yang derajatnya diakui pasti akan disegani oleh masyarakat. Dengan watak
dari raja yang sopan, dengan sendirinya rakyat akan ikut menghormati
serta menghargai. Dengan adanya suatu ikatan pernikahan maka kita akan
terhindar dari suatu fitnah dunia. Menikah juga memiliki manfaat untuk
menyenangkan dan menentramkan hati muda mudi kita. Karena salah satu
tujuan nikah adalah untuk mendapatkan ketentraman. Selain itu juga
manfaat pernikahan itu bukan hanya menjadi sebuah jalan untuk
menyatukan sepasang lelaki dan perempuan guna membina kehidupan
berumah tangga dan mendidik keturunannya kelak, akan tetapi juga dapat
menjadi jalan untuk membuka pintu perkenalan antara suatu keluarga
dengan keluarga lainnya, antara suatu kaum dengan kaum yang lain.
Pergaulan antara suami dan Istri harus berjalan dengan baik, saling kasih
mengasihi dan saling tolong menolong di antara keduanya. Karena bila
pergaulan antara suami istri terjalin dengan baik, maka kebaikan itu akan
berpindah dan menular kepada semua keluarga dari kedua belah pihak,
baik keluarga suami maupun keluarga istri, sehingga mereka saling bersatu
dalam melaksanakan segala kebaikan dan mencegah kejahatan.

D. Hubungan kutipan naskah tersebut dengan kehidupan saat ini adalah mari
kita bersama-sama merayakan suatu pernikahan dengan kegembiraan dan
kebersamaan serta selalu junjung tinggi dan melestarikan budaya setempat
yang ada jangan sampai keberadaannya hilang. Dengan adanya
kebersamaan maka permasalahan pasti akan teratasi. Dalam naskah
dijelaskan sebuah kisah tentang tradisi pernikahan dari suatu kerajaan.
Pernikahan tersebut terbilang sangat mengesankan karena hadirin yang
datang pada acara tersebut sangat ramai seperti kumpulan karang di lautan.
Dengan isi dari kutipan hasil nyeputan tadi, tentunya di dalam kehidupan
kedepannya nanti hal seperti itu akan dijumpai. Pernikahan yang akan kita
dapatkan terbilang sangat begitu mengsenkan oleh tamu undangan yang
ramai datang untuk mengucapkan selamat kepada kita. Di dalam
kehidupan, suatu pernikahan merupakan menyatukan dua insan yang
berbeda menjadi keluarga. Kita yang akan menjadi sepasang keluarga akan
memulai hidup baru dengan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai