Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

RINGKASAN MATER KELOMPOK 11, 12 DAN 13


SASTRA BAHASA DAERAH



NAMA : ARMAN SYAH
NIM : 10540443610
KELAS : 12 C
NO.URUT : 1 PENGULANG




JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAKASSAR
2010

KELOMPOK 11
FUNGSI SASTRA DAERAH MAKASSAR, JENIS PUISI (KELONG
MAKASSAR), PARUNTUK KANA, KELONG PAKKIO BUNTING, DONDO
DAN ARU
Makassar adalah nama daerah yang terletak dibagian selatan jazirah Sulawesi selatan
yang didiami oleh suku Makassar beserta semangat yang dimilikinya, termasuk bahasa yang
dipakai masyarakat dalam pergaulan sehari hari. Daerah ini meliputi, antara lain : Kabupaten
Pangkajene kepulauan, Maros, Ujung Pandang (Makassar), Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, dan Selayar.
Makassar sebagai salah satu daerah budaya di Indonesia memiliki kekayaan sastra yang
beragam. Pada umumnya sastra daerah Makassar berbentuk sastra lisan. Karya sastra daerah
Makassar bermacam macam, baik ditinjau dari segi bentuk maupun isinya. Karya sastra prosa
daerah Makassar meliputi Rupama (Dongeng), Pau pau (Cerita), dan Patturiolog (Silsilah).
Karya sastra puisi daerah Makassar meliputi Doangang (Mantera), Paruntuk Kana (Peribahasa),
Kelong (Pantun), Pakkiok Bunting, Dondo, dan Aru (Ikrar/Janji) termasuk pula dalam sastra
daerah Makassar adalah bahasa berirama (Royong dan Sinrilik) yang disampaikan atau
dikomunikasikan dalam dendang/dilagukan dengan iringan alat musik tertentu.
KELONG MAKASSAR
1. Pengertian dan Ciri Ciri Kelong
Kelong adalah salah satu jenis sastra Makassar yang berbentuk puisi. Dilihat dari segi
bentuknya kelong, terutama kelong tradisional memiliki kemiripan dengan pantun dalam sastra
Indonesia, seperti empat baris dalam sebait, memiliki persajakan, serta tidak mempunyai judul.
Adapun ciri ciri khusus kelong tradisional yaitu :
a) Baris baris dalam bait kelong merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mndukung
sebuah makna
b) Kesatuan suara yang terdapat pada tiap tiap baris merupakan kesatuan sintaksis yang
berupa kata/kelompok kata dengan pola 2/2/1/2
c) Jumlah suku kata pada setiap baris berpola 8/8/5/8
2. Nilai Nilai dalam Kelong
Nilai merupakan sesuatu yang dihargai atau dihormati atau sesuatu yang ingin dicapai
karena dianggap sebagai sesuatu yang berharga atau bernilai. Maka dalam kelong Makassar
ditemukan mengandung beberapa nilai yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Adapun nilai nilai yang ditemukan dalam kelong Makassar antara lain :
a. Nilai Agama
Boyai ri taenana cari Dia dalam gaib
Assengi ri maniakna yakinkan Dia ada
Tenai antu meskipun tidak tampak
Na maknassa ri niakna tetapi Dia pasti ada
b. Nilai Moral
Ammakku anrong kalengku ibuku ibu kandungku
Anrong tumallassukangku ibu yang melahirkanku
Pakrimpunganna dan tempat mencurahkan
Panngai ta mattappukku segala kasih
c. Nilai Pendidikan
Manna majai tedonnu meskipun banyak kerbaumu
Mattambung barang barangmu bertumpuk barang barangmu
Susajakontu engkau akan susah juga
Punna tna sikolannu jika tidak berpendidikan
PARUNTUK KANA
Paruntuk Kana, yaitu semacam Peribahasa atau Pepatah dalam Bahasa Indonesia. Saat
ini Paruntuk Kana sudah banyak dilupakan masyarakat Makassar sebagai bagian dari
pengajaran budaya padahal dulunya basa kabuyu-buyu (sastra tutur) ini dimaksudkan untuk
memperhalus budi pekerti, mengenalkan tata krama ataupun untuk menyindir / mengingatkan
bahwa sesuatu perbuatan itu tidak baik dilakukan.
Berikut ini beberapa contoh ungkapan Paruntuk Kana.
- Singkamma miong tugguru anana
Artinya : Seperti kucing yang jatuh anaknya. Dimaksudkan terhadap seseorang yang
bekerja sembrono, tidak memperhatikan baik buruknya yang dia kerjakan.
- Manre dongik tai tedong.
Artinya : Makannya seperti burung pipit, tetapi kotorannya seperti tahi kerbau.
Maksudnya Besar pasak daripada tiang.
- Kapala rupa
Artinya Tebal muka. Makna kiasannya : Nikanagi mange ri tau kurang sirika, Orang yang
tidak punya rasa malu.
- Kontoi pak na Palu-palu
Artinya : Seperti pahat dengan palu. Makna kiasannya : Biasa dikatakan terhadap obat
yang sangat mujarab bila dikenakan kepada orang sakit.
- Kammai rappo nipue rua
Artinya : Seperti pinang dibelah dua. Maksudnya : Bagaikan orang yang bersaudara
kembar sulit dibedakan.
- Kammai jeknek aklete ri lekopacco.
Artinya : Seperti air meniti di daun talas. Maksudnya : Bagaikan Orang yang tidak tetap
Pendiriannya.
- Kamma linta natabaya jekne tambako.
Artinya : Seperti lintah dikena air tembakau. Maksudnya : Orang yang langsung diam
setelah ditantang pembicaraannya.
- Dallek - dallek ulara
Artinya : rezeki ular. Maksudnya : Rezeki untung-untungan.
- Eja tompiseng na doang
Artinya : nanti merah baru udang. Maksudnya : Orang yang nekat melakukan sesuatu
sehingga tidak perduli apapun yang bakal terjadi.
- Erokak na baddilik bulo
Artinya : Dia mau menembak saya dengan bedil bambu. Dimaksudkan seseorang yang
mau mengetahui rahasia seseorang.
- Ia Lebak Ampalembai ri Kaddaro.
Artinya : Persis dia yang memindahkan ke tempurung kelapa. Dikatakan kepada seseorang
yang berperilaku seperti orang tuanya.
- Jarung naboya pangkuluk tappelak.
Artinya : Jarum dicari, kapak yang hilang. Maksudnya ingin mendapatkan sesuatu yang
tidak berarti tetapi dia kehilangan yang lebih besar.
- Tu Bajiki Pantarak.
Artinya : Orang baik di luar. Maksudnya sindiran kepada orang yang kelihatannya baik,
akan tetapi berhati jelek.
KELONG PAKKIO BUNTING, DONDO DAN ARU
Dan seperti di jelaskan diatas, pakkiok bunting, dondo, dan aru (ikrar/janji) termasuk
pula dalam sastra daerah makassar adalah bahasa berirama (royong dan sinrilik) yang
disampaikan atau dikomunikasikan dalam dendang/dilagukan dengan iringan alat musik
tertentu. akan saya ringkaskan materi tentang royong di bagian materi kelompok 13 yaitu
royong atau bahasa berirama

KELOMPOK 12
PROSA MAKASSAR (RAPANG, DOANGANG DAN PAU-PAU)
RAPANG
Rapang, berarti contoh, perumpamaan, kias, atau analogi. sebagai unsur bagian
panngaderreng, rapang menjaga kepastian dan kontiunitas suatu keputusan hukum tak tertulis
dalam masa lampau sampai sekarang, dengan membuat analogi antara kasus dari masa lampau
itu dengan kasus yang sedang digarap. rapang juga berwujud sebagai perumpamaan-
perumpamaan yang menganjurkan kelakuan ideal dan etika dalam lapangan-lapangan hidup
tertentu, seperti lapangan kehidupan kekerabatan, lapangan kehidupan politik, dan
pemerintahan negara. selain itu, rapang juga berwujud sebagai pandangan-pandangan keramat
untuk mencegah tindakan-tindakan yang bersifat gangguan terhadap hak milik, serta ancaman
terhadap keamanan seoorang warga masyarakat.
DOANGANG
1. Makna dan Fungsi Doangang
Doangang merupakan salah satu jenis puisi lama dalam sastra Makassar yang hamper
sama maknanya dengan mantra dalam sastra Indonesia. Kata doangang mengandung makna
permohonan, permintaan, atau harapan
Doangang berbda dengan jenis sastra lainnya sebab doangang dianggap memiliki brkah
dan mengandung kesaktian atau kekuatan gaib bila diyakini oleh pemakainya. Oleh karena itu,
hampir seluruh aktifitas masyarakat pada masa lampau didahului dengan membaca doangang
dengan harapan agar mereka selamat di dunia dan akhirat.
Pemakaian doangang harus memperhatikan beberapa persyaratan agar doangang yang
dibacanya mendapat berkah dari Allah, yaitu : tidak boleh membanggakan atau
menyombongkan diri, doa itu tidak diucapkan pada sembarangan waktu dan tempat, harus
yakin bahwa doa yang diucapkan itu mempunyai daya gaib, serta dipakai dengan maksud untuk
membela diri atau membantu orang lain.
2. Contoh Doangang
a. Doa saat hendak kekampung orang (merantau)
Punna ia naungko ri butta (saat menginjakkan kaki di tanah)
i kau butta kuonjok wahai tanah yang aku injak
palewangak tallasakku luruskanlah jalan hidupku
erangak mange bawalah aku
ri kaminang mateknea ke tempat yang paling baik

PAU-PAU
1. Pau-Pau
Pau-pau merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan realitas
yang ada dimasyarakat. Pau-pau termasuk jenis prosa dalam sastra Makassar, namun dalam
sastra Indonesia dikategorikan sebagai Hikayat, Pau-pau/ hikayat adalah cerita yang berbentuk
prosa (Hooykas dalam Baried dkk, 1985:6). Pada masa sekarang ini pau-pau/hikayat
diprgunakan dalam arti kisah yang melukiskan celah-celah kehidupan manusia.
Hikayat meliputi berbagai ragam cerita, mulai dari jenis cerita rakyat, epos, dongeng, cerita
berbingkai, sampai cerita bersejarah dan kisah perorangan (Fang dalam Baried, 1985 : 6). Jadi,
pada prinsipnya pau-pau/ hikayatpun merupakan cerita riman fiktf yang dibaca untuk pelipur
lara dan pembangkit semangat juang.
Para sastrawan menjadikan pau-pau/ hikyat sebagai wahan untuk menuangkan ide dan
gagasannya dalam rangka meniru kemungkinan tempat sastrawan.

KELOMPOK 13
ROYONG (BAHASA BERIRAMA)
ROYONG
1. Royong
Menurut Matthes Royong adalah sejenis nyanyian untuk anak-anak kecil (bayi) yang
masih berumur empat puluh hari. Berdasarkan bunyi pertama dari permulaan royong itu, maka
royong ada yang disebut pajjappa daeng atau turinanung, cuwi, dan kurru-kurru jangang yang
bermakna bahwa umat manusia selalu melihat ke tempat yang tinggi. Royong biasanya
dilantunkan oleh perempuan yang sudah berusia lanjut, terutama pada pesta penyunatan
passunnakkang, perkawinan pakbuntingang, ataupun pada acara akikah pattompalang
(angngalle areng) khusus pesta adapt, Royong biasanya diiringi dengan alat musik tradisional,
sperti : anak backing (dua anak besi yang dipukulkan), kancing ( dua buah priring tembaga yang
diperpukulkan), curiga (rantai-rantai yang diperpukulkan), gong, ganrang, puik-puik, dengkang
dan lain-lain.
Jika dibaca atau didengar secara sekilas naskah royong yang ada, maka dapat dikatakan
bahwa kata-kata yang terdapat dalam naskah tersebut sudah banyak yang tidak diketahui
artinya, terutama bagi generasi muda karena kata-kata tersebut sudah jarang didengar ataupun
dipergunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari. Namun, apabila naskah itu dibaca atau
disimak secara mendalam, maka ternyata Royong tersebut dilantunkan dengan maksud agar
orang yang diroyongkan itu mendapat keselamatan, kesenangan, kebahagiaan, ketentraman
dan kesejahteraan dalam hidupnya.
Royong sebagai salah satu sastra lisan, cara penyampaiannya hanya dihafal oleh orang tua-tua
sehingga apabila tidak diantisipasi sedini mungkin maka naskah ini dikhawatirkan akan punah.
Meskipun demikian, naskah ini sudah ada pula yang dapat didokumentasikan, seperti royong
appatinro anak, pakkiok sumangak, akbukbuk bunting dan lain-lain.
2. Fungsi Royong
Fungsi royong menurut pandangan masyarakat Makassar pada dasarnya sebagai :
a. Pengantar tidur
b. Pengundang rezzeki dan penolak bala atau penangkal malapetaka
c. Pengesahan suatu adata atau tata cara kebiasaan kelompok masyarakat
Makassar
d. Media pendidikan budi pekerti atau pemahaman norma-norma positif kepada generasi
penerus.
3. Contoh Royong
Cui Battumako mae, manribbakkang cilolonnu, bonena gulu battannu, nasikontu manumera,
tea makjeknek mata, na matekne pakmaiknu, na mabajikmo nusakring

Anda mungkin juga menyukai