Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Narkoba, Tak Kan Lagi

Oleh Mandes Handoko

Yoko adalah seorang anak laki-laki yang bisa dikatakan cukup beruntung
karena telah diangkat anak oleh pasangan suami istri yang cukup berada,
hidup berkecukupan dan cukup terpandang di kalangan masyarakat. Namun
keadaan dan perjalanan hidup Yoko rupanya tidak seberuntung ia yang telah
diadopsi tersebut. Ia rupanya memiliki masalah pribadi sendiri yang tidak
semua orang tahu dan itu membuatnya harus merasakan kelamnya jeruji
penjara,
yang
ternyata
sangat
dingin.
Usianya masih sangat kecil saat ia diadopsi oleh keluarga berada di kampung
itu, baru sekitar lima tahun. Diadopsi menjadi anak angkat pasangan suami
istri yang tidak memiliki anak tersebut membuat orang - orang banyak yang
merasa iri karena ia mendapatkan banyak hal yang tidak didapatkan orang
lain. Sebagai keluarga berada tentu saja makan enak, pakaian bagus, fasilitas
memadai, semua itu ia dapatkan.

Sejak saat itu ia dibesarkan dalam lingkungan yang serba kecukupan, tak
kurang suatu apapun. Namun seiring umurnya yang bertambah rupaya ia
mengalami masalah yang cukup membebani pikiran dan perasaannya. Di
usia sekitar sepuluh tahun saat ia sudah mulai mengerti dan dapat
memahami kehidupan ia tahu bahwa statusnya hanyalah anak angkat dan
bukan anak kandung dari keluarga tersebut. Keadaan itu akhirnya
membebani hati dan pikirannya sehingga ia merasa canggung.
"Bu, apa benar aku bukan anak kandungmu, semua orang berkata demikian"
"Tidak nak, kamu adalah anak kami...dan kami sangat menyayangi kamu
nak!"
"Ibu bohong....!"

Meski kedua orang tua angkatnya telah berusaha mengatakan bahwa ia


adalah anak kandung mereka yang sangat disayangi namun kebohongan
tersebut justru berbalik membuat Yoko semakin tidak nyaman dengan situasi
dan keadaan hidupnya tersebut. Berkali-kali ia coba menuntut kejelasan
status namun kedua orang tua angkatnya juga tetap bersikeras dan tidak
jujur dan berkali-kali hanya mengatakan bahwa mereka sangat menyayangi

Yoko.
Meski belum cukup dewasa namun ternyata menyembunyikan kenyataan
akan hal itu telah menumbuhkan rasa yang salah. Yoko semakin dalam tidak
mempercayai kedua orang tua angkatnya bahwa mereka benar-benar
menyayangi mereka. Akhirnya tingkah laku Yoko pun mulai berubah, ia ingin
membuktikan dan melihat apakah benar orang tua angkat mereka benar
menyayanginya. Ini berawal dari kekecewaan dan amarah yang ada dalam
dirinya.
Hal buruk mulai terjadi, Yoko yang tadinya rajin kini mulai membangkang
tepat di usianya yang ke 15 tahun. Ia mulai menolak untuk sekolah, ia mulai
malas untuk belajar ngaji dan banyak lagi yang lain. Dan saat orang tuanya
menegur dan memarahinya ia mengatakan bahwa mereka tidak sayang
padanya

"Yoko, kenapa kamu tidak berangkat sekolah...?" "Malas bu,... bosan!"


"Kenapa kamu bilang begitu, nanti kamu mau jadi apa kalau tidak sekolah!!
"Kenapa ibu memarahiku seperti itu, ibu tidak sayang sama aku ya, benar
kan
ibu
tidak
sayang!!!"
"Bukan begitu nak, tapi kamu salah!!!"
Yoko mulai tidak memperdulikan apa kata dan nasehat orang tuanya.
Semakin hari ia semakin bandel dan brutal, bahkan ia mulai bergaul dengan
anak-anak putus sekolah yang hanya nongkrong di perempatan saja.
"Yoko, kamu tidak boleh bergaul dengan mereka!" "Kenapa bu,
apa salahnya dengan mereka bukankah mereka juga manusia juga??" "Iya
nak...
tapi
mereka
tidak
baik???"
"Tahu
apa
ibu
tentang
mereka,
mereka juga sama dengan yang lain, baik tidak sombong, suka menolong!"
Waktu terus berjalan, kedua orang tua angkat Yoko tak mampu berbuat
banyak atas kelakuan anak angkatnya tersebut. Mereka sudah termakan
kata-kata sendiri sehingga mereka tidak bisa bersikap tegas dan
mengingatkan apa yang salah dengan Yoko.
Akhirnya pada suatu ketiga puncak kesabaran mereka pun habis, saat itu
Yoko benar-benar dimarahi habis-habisan karena sudah tidak mau sekolah

dan tidak mau belajar ngaji. Tapi apa yang terjadi, rupanya kekesalan Yoko
pun sudah memuncak dan akhirnya ia pun pergi dari rumah tanpa pamit.
Satu hari Yoko tidak pulang, orang tuanya masih membiarkannya, dua hari
Yoko tidak ada kabar dan mereka sudah mulai gelisah dan tiga haru berlalu
tapi tidak ada yang tahu Yoko kemana. Mereka sekarang panik dan mulai
kelimpungan mencari keberadaan anak angkatnya tersebut. Lima hari berlalu
Yoko tetap tidak ada kabar sampai suatu saat di tengah malam yang gelap...
"Permisi bu..." "Siapa malam-malam begini?" "Kami dari kepolisian ingin
bertemu dengan orang tua Yoko..."

Malam itu ada beberapa polisi yang datang ke rumah Yoko dengan kabar
buruk. Polisi tersebut memberi kabar bahwa ada seorang anak bernama Yoko
yang sudah ditangkap polisi saat pesta sabu dengan rekannya. Mereka tidak
bisa melakukan apa-apa, hanya derai air mata yang bisa menggambarkan
bagaimana perasaan mereka. Begit besar kekecewaan mereka terhadap Yoko
tapi mereka tetap tidak bisa mengabaikan Yoko karena rasa sayang mereka.
Keesokan hari nya mereka langsung meluncur ke kantor polisi untuk
mengetahui keadaan anak angkatnya tersebut. Di sana sudah jelas bahwa
Yoko terbukti menggunakan obat terlarang dan harus menerima akibatnya.
Orang tua angkat Yoko berusaha melakukan apa saja untuk membebaskan
anak mereka tapi hukum harus ditegakkan, tak ada jalan untuk membantu
Yoko kecuali membiarkannya bertanggung jawab atas apa yang telah di
perbuat. Keputusan akhir, setelah sidang Yoko divonis bersalah dengan
hukuman 2 tahun penjara. Sungguh anak angkat beruntung yang sial!
--- Tamat ---

Anda mungkin juga menyukai