Anda di halaman 1dari 6

DRAMA GAY DALAM CERITA RESERVATION by Drew Filchak

Aku suka banget dengan cerita-cerita romantis,dulu kisah-kisah semacam Cinderela kuanggap bagus,kisah yang mengalir dengan drama yang mengharukan dengan akhir bahagia aku suka banget. Cerita tentang seorang wanita dan pria dengan kehidupan mereka lalu akhirnya bertemu dan bahagia,aku suka banget. Tapi biar begitu aku enggak suka nonton film drama atau sinetron,GAK BANGET. Aneh banget khan,tapi aku punya alasan. Kalau nonton film drama aku gak mau sebab aku gampang banget nangis padahal dalam keseharian aku bukan orang cengeng,dan aku trauma sebab bisa-bisa aku diledek habis-habisan sama keluargaku cuma gara-gara film aja ditangisin katanya. Kalau sinetron,hahsinetron Indonesia kebanyakan terlalu sadis tokoh antagonisnya. Sempat mikir juga jangan-jangan orang-orang Indonesia jadi galak gara-gara kebanyakan nonton sinetron ya Sudah gitu kalau ratingnya naik disambung.terus dengan dibumbui script yang aneh aneh,aih Sekarang seleraku sedikit bergeser,masih dengan cerita romantis tapi dengan genre yang beda. Akhir-akhir ini aku lagi suka baca cerita di site www.nifty.org. mungkin sebagian sudah ada yang tahu situs apa ini.

Tapi aku nggak perduli,seperti yang ku bilang aku suka cerita yang romantis. Ada satu judul cerita di site itu yang benarbenar bikin aku terharu dan tidak puas jika dibaca cuma sekali. Judulnya Reservation by Drew Filchak. Berkisah tentang pasangan gay yang berniat untuk menolong seorang anak jalanan tiba-tiba menemukan diri mereka terlibat secara emosional dengan masa lalu bukan hanya seorang bocahlaki-laki tapi juga dengan lima bocah laki-laki lainnya. Cerita bermula dari Blair Michael dan jutawan Joel Summers bertemu. Hubungan mereka baru berjalan 2 minggu saat mereka bertemu dengan seorang bocah laki-laki berumur 15 tahun yang mulanya berniat merampok mereka saat kencan. Ketika mengetahui motif dari usaha perampokan untuk bertahan hidup,Joel malah berniat untuk mengentaskan bocah itu dari jalanan meski pada awalnya curiga yang di dapatnya dari bocah yang bernama Ben. Usaha untuk menolong seorang anak menjadi enam orang anak laki-laki setelah di ketahui bahwa Ben hidup dengan 5 orang temannya di sebuah gedung tua yang terbengkalai. Disini cerita mulai berkembang mula berkembang. Blair dan Joel tiba-tiba harus berperan sebagai orang tua dengan 6 orang anak usia belia dengan pribadi dan trauma psikis yang berbeda-beda dari masing-masing anak.

Chris usia 17 tahun lari dari rumah dan menjadi pelacur jalanan setelah kepergok berhubungan sex dengan pelatih sepakbolanya. Sang pelatih di penjara sedang Chris yang tak kuat mendapat perlakuan keras dari teman-teman sekolah dan tekanan dari keluarganya akhirnya lari dan berakhir di Denver. Cleats remaja berkulit hitam usai 16 tahun tak tahan dengan sikap ayahnya yang otoriter berontak dari ayahnya yang memukulinya dan lari dari rumah dengan mencuri sebuah mobil,dia hanya ingin kebebasan sebagai seorang remaja yang tidak dia dapatkan dari ayahnya. Ben 15 tahun diperkosa,disodomi oleh pamannya yang mabuk. Saat mengadu pada ayahnya dia justru diusir sebab ayahnya lebih percaya pada pamannya yang mengatakan bahwa Ben sendiri yang berusaha merayu sang paman. Kasus Cody,usia 16, sama halnya dengan Chris dimana dia kepergok tidur dengan teman lelakinya dan dia langsung di usir oleh orang tuanya di tengah cuaca dingin. Timmy bocah usia 13 tahun,ibunya meninggal akibat alkohol dan ayahnya di penjara dengan pengawasan maksimum. Saat dia ditempatkan dengan orang tua asuh,dia menemukan dirinya hanya dijadikan budak. Yang paling tragis dan paling menguras air mata adalah kisah dari Mau yang berumur 15 tahun. Orang tua dan saudarinya dibunuh oleh orang yang dipercaya ayahnya demi uang asuransi sementara dia dijual kepada seorang pedopilia sadis. Dia terus menerus menerima siksaan dan

pemerkosaan. Trauma berat yang dirasakan oleh Mau membuatnya berhenti berbicara dengan orang lain dan menolak sentuhan dari orang

yang tidak di kenalnya. Pada akhirnya dia diketahui tertular HIV.Pengembaraan para bocah itu berakhir di Denver,dan nasib mempertemukan mereka dengan Blair dan Joel. Penggambaran pergolakan batin dari tokoh utamanya digambarkan dengan bagus. Disini Joel berperan sebagai ayah yang menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan anak-anak. Sementara Blair berperan sebagai layaknya seorang ibu dimana anakanak butuh kasih sayang dan pelukan,butuh seseorang sebagai penopang. Joel Summers,40 tahun, semula seorang duda ditinggal mati oleh istrinya 3 bulan setelah melahirkan putrinya. Tapi saat putrinya menginjak usia 12 tahun leukemia merenggut nyawanya. Blair,42 tahun,seorang gay yang semula menganggap hidup tak lain adalah untuk sex dan kesenangan saja. Dia tak menyangka hasratnya pada Joel justru akan memutar balik nilai-nilai kehidupan yang selama ini dia pegang. Dia harus berjuang demi anak-anak yang dilindunginya,sementara masalah datang bertubitubi,sempat hubungan asmaranya pun berada di ujung tanduk. Cerita ini bener-bener menguras air mata,aku bener-bener salut

banget dengan pengarangnya. Di dalam cerita ini memang berkisah tentang pasangan gay,tapi bukan berarti aku setuju dengan homoseksual. Seperti yang kubilang aku penggemar cerita romantis,ini memang kisah romantis yang dibumbui dengan drama yang mengharu biru. Membaca cerita adalah kepuasan batin bagi diriku,apapun itu jika menarik bagiku pasti aku baca. Soal heterosek,homosek atau bisek biarlah yang di-ATAS yang meng-Hakiminya. Aku rekomendasikan cerita ini bagi yang tertarik dan penggemar roman yang mencari tema cerita unik lain daripada yang lain. Chek it out.

Anda mungkin juga menyukai