Anda di halaman 1dari 44

Respon Tubuh

a. Sistem pernafasan
Adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi aliran intravaskuler sel, hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura
akan terjadi dispnea, sesak napas (Soedjas, 2011)

b. Sistem sirkulasi
Dengue syok sindrom biasanya terjadi sesudah hari ke 2-7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod,
miokardium, volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.

c. Sistem kardiovaskuler
Pada pasien DBD akan mengalami peningkatan hematokrit sehingga terjadi
pengentalan darah dan mengakibatkan aliran darah ke jantung menjadi lambat atau
berkurang. Ketika aliran darah ke jantung melambat curah jantung akan menurun.

d. Sistem otak
Otak akan mengalami kekurangan oksigen karena awal permulaan nya terjadi
peningkatan permeabilitas pembuluh darah ke ekstravaskuler menyebabkan terjadi
peningkatan hematokrit, sehingga darah menjadi kental dan suplai oksigen ke otak juga
akan berkurang. Pasien menjadi gelisah bahkan menyebabkan terjadinya penurunan
kesadaran (Fauziah, 2017)

Patofisiologi terjadinya hipovolemia pada demam berdarah dengue


Terjadinya hipovolemia pada demam berdarah dengue dimulai dari virus masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aeygypty. Pertama awalnya yang terjadi
adalah viremia sehingga mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot pegal-pegal di seluruh tubuh, adanya ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) (Ngastiyah, 2005).
Virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam
sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin yang
merupakan mediator kuat sebagai faktor peningkatan permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang

11
ekstraseluler. Perembesan plasma ke ruang ekstraseluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma/ kekurangan volume cairan (hipovolemia, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok)). Hemokonsentrasi
(peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) (Nursalam et al., 2013).

A. Manifestasi Klinik
Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi
yaitu:
1) Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2) Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung
selama 3-4 hari.
3) Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak
permulaan sakit).
4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan
lembap, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki.

B. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2) Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3) Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
1) Derajat I dan II
Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah
atau susu secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai
berikut :
a) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
e) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder

12
f) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
g) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2) Derajat III
a) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam,
apabila ada perbaikan lanjutkan pemberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan
tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24
jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
b) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg
BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah
1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80
mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup berupa infus RL dengan
dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan
selanjutnya.
c) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan d
ibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak
10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan di atas.
3) Derajat IV
a) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam,
apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan
tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander
atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam selam 1 jam.
c) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam.
d) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam
diulangi maksimum 30 ml/kgBB/24jam.
e) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukkan perbaikan maka
konsultasikan kebagian anestesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler
pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).

D. Pencegahan DBD
Wabah Demam Berdarah Dengue biasanya akan mulai meningkat saat
pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Tidak heran
jika hampir setiap tahunnya, wabah DBD digolongkan dalam kejadian luar biasa
(KLB). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan wabah penyakit musiman yang
bisa berujung kematian. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M

13
Plus menjadi salah satu langkah yang efektif dalam meminimalkan penyebaran virus
yang dibawa melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berikut ini beberapa cara yang
bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit DBD yaitu
dengan 3 M Plus, terdiri dari:
1. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan/menguras tempat yang sering
menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat
penampungan air lainnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus
digosok untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat
pada dinding tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus
dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di
tempat kering selama 6 bulan.
2. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan
mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin
kotor dan dapat berpotensi menjadi sarang nyamuk.
3. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur
ulang), kita juga disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang
barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
demam berdarah.
Yang dimaksudkan Plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti
berikut:
a. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
b. Menggunakan obat anti nyamuk
c. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
d. Gotong Royong membersihkan lingkungan
e. Periksa tempat-tempat penampungan air
f. Meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup
g. Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah dikuras
h. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
i. Menanam tanaman pengusir nyamuk

(Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian


Kesehatan RI)

14
2.3. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam , 2005 adalah :
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran Composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa
mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
6) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8) Pola kebiasaan
a) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
nafsu makan menurun.

15
b) Eliminasi atau buang air besar. Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.
c) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit
atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering
terjadi hematuria.
d) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
e) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
a) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
b) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak
teratur.
c) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru
10) Sistem integumen
a) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan
lembab.
b) Kuku sianosis/tidak
c) Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing ( pada Grade II, III, IV).

16
d) Dada: Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e) Abdomen: Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
f) Ekstremitas: Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan  proses infeksi virus.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
4) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
5) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan, malaise sekunder
akibat DHF.
6) Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialammi pasien.

17
C. Perencanaan
1. Diagnosa : Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan : Anak menunjukkan  suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a.   a. Suhu tubuh 36-37 0C
b.  b. Pasien bebas dari demam.
Intervensi Rasional
a. Monitor temperatur tubuh a. Perubahan temperatur dapat terjadi
pada proses infeksi akut.
b. Observasi tanda-tanda vital (suhu, b. Tanda vital merupakan acuan untuk
tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau mengetahui keadaan umum pasien.
lebih sering).
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak c. Peningkatan suhu tubuh
1 ½ -2 liter dalam 24 jam mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan yang banyak.
d. Berikan kompres dingin d. Menurunkan panas lewat konduksi.
e. Berikan antipiretik sesuai program tim e. Menurunkan panas pada pusat
medis hipotalamus.
2. Diagnosa : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a . TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
b. Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
c. Ubun-ubun datar.
d. Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
e. Tidak terjadi syok hipovolemik.
Intervensi Rasional
a. Kaji keadaan umum pasien a. Menetapkan data dasar untuk
mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan
normalnya.
b. Observasi tanda-tanda syok (nadi b. Mengetahui tanda syok sedini
lemah dan cepat, tensi menurun akral mungkin sehingga dapat segera
dingin, kesadaran menurun, gelisah) dilakukan tindakan.
c. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor c. Mengetahui derajat dehidrasi (turgor
kulit turun, ubun-ubun cekung kulit turun, ubun-ubun cekung
produksi urin turun). produksi urin turun).
d. Berikan hidrasi peroral secara adekuat d. Asupan cairan sangat diperhatikan
sesuai dengan kebutuhan tubuh. untuk menambah volume cairan
tubuh.
e. Kolaborasi pemberian cairan e. Rasional : Pemberian cairan ini sangat
intravena RL, glukosa 5% dalam half penting bagi pasien yang mengalami
strenght NaCl 0,9%, Dextran L 40. defisit volume cairan dengan keadaan
umum yang buruk karena cairan ini
langsung masuk ke pembuluh darah.

3. Diagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


mual, muntah dan anoreksia.

18
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi Anak Terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Adanya minat/ selera makan.
b. Porsi makansesuai kebutuhan.
c. BB dipertahankan sesuai usia.
d. BB meningkat sesuai usia.
Intervensi Rasional
a. Monitor intake makanan a. Memonitor intake kalori dan
insufisiensi kualitas konsumsi
makanan
b. Memberikan perawatan mulut b. Mengurangi rasa tidak nyaman dan
sebelum dan sesudah makan meningkatkan selera makan.
c. Sajikan makanan yang menarik, c. Meningkatkan selera makan sehingga
merangsang selera dan dalam suasana meningkatkan intake makanan.
yang menyenangkan.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil d. Makan dalam porsi besar/ banyak
tapi sering. lebih sulit dikonsumsi saat pasien
anoreksia.
e. Timbang BB setiap hari. e. Memonitor kurangnya BB dan
efektifitas intervensi nutrisi yang
diberikan.
f. Konsul ke ahli gizi. f. Memberikan bantuan untuk
menetapkan diet dan merencanakan
pertemuan secara individual bila
diperlukan.  
4. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda.
b. Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
c. CRT kembali dalam 1 detik.
Intervensi Rasional
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital a. Tanda vital merupakan acuan untuk
(kualitas dan frekuensi nadi, tensi, mengetahui penurunan perfusi ke
capilary reffil). jaringan.
b. Kaji dan catat sirkulasi pada b. Suhu dingin, warna pucat pada
ekstrimitas (suhu kelembaban, dan ekstrimitas menunjukkan sirkulasi
warna). darah kurang adekuat.
c. Nilai kemungkinan kematian jaringan c. Mengetahui tanda kematian jaringan
pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, ekstrimitas lebih awal dapat berguna
pembengkakan, kaki. untuk mencegah kematian jaringan.

19
5. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise
sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri menurun
c. TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami 1. Mengetahui nyeri yang dialami pasien
pasien dengan memberi rentang sehingga perawat dapat menentukan
nyeri  (0-10). cara mengatasinya.
2. Kaji faktor-faktor yang 2. Dengan mengetahui faktor-faktor
mempengaruhi reaksi pasien terhadap tersebut maka perawat dapat
nyeri. melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
3. Berikan posisi yang nyaman dan 3. Posisi yang nyaman dan situasi yang
ciptakan suasana ruangan yang tenang dapat membuat perasaan yang
tenang. nyaman pada pasien.

4. Berikan suasana gembira bagi 4. Dengan melakukan aktifitas lain


pasien, alihkan perhatian pasien dari pasien dapat sedikit mengalihkan
rasa nyeri dengan mainan, membaca perhatiannya terhadap nyeri.
buku cerita.
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan 5. Obat analgesik dapat menekankan rasa
analgesik. nyeri.
6. Diagnosa : Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan yang dialami pasien.
Tujuan : Kecemasan Anak Berkurang
Kriteria hasil :
a. Klien tampak lebih tenang.
b. Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
Intervensi Rasional
a. Kaji rasa cemas yang dialam oleh a. Menetapkan tingkat kecemasan yang
pasien. dialami oleh pasien.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk b. Membantu menenangkan perasaan
mengungkapkan rasa cemasnya. pasien.
c. Gunakan komunikasi terapeutik. c. Agar segala sesuatu yang disampaikan
pada pasien memberikan hasil yang
efektif.
d. Jaga hubungan saling percaya dari d. Menjalin hubungan saling percaya
pasien dan keluarga antara perawat dengan pasien/
keluarga.
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan e. Obat analgesik dapat menekankan rasa
analgesik. nyeri.
f. Jawab pertanyaan daripasien/ f. Jawaban jujur dan benar akan
keluarga dengan jujur dan benar. menumbuhkan kepercayaan pasien
pada perawat.

20
A. Pelaksanaan
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana askep pada anak dengan DBD/ DHF.
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3) Mempertahankan kebutuhan nut risi.
4) Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap adekuat.
5) Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6) Mengurangi kecemasan klien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan fase kelima dan fase terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah evaluasi yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan (Kozier et al., 2010). Hasil
yang diharapkan setelah diberikannya asuhan keperawatan sebagai berikut (Nurarif
& Kusuma, 2015) :
1. Mempertahankan pengeluaran urine sesuai dengan usia danberat badan, berat
jenis urine normal, dan hematokrit normal.
2. Tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh berada dalam batas normal.
3. Tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
4. Mempertahankan kenyamanan

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
Tanggal/Jam MRS : Selasa, 24 Juni 2020
Nomor register : 15 2X XX
Diagnosa medis : DHF Grade 1
Tanggal Pengkajian : Selasa, 24 Juni 2020
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An, N.P.N.N
Tempat tanggal lahir : Atambua, 03 Juli 2013
umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Tenubot
B. INDENTITAS ORANG TUA
a. Ayah
Nama : Tn. L.K.
Usia : 52 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi
Agama : Katolik
Alamat : Tenubot
b. Ibu
Nama : Ny. J. S.
Usia : 52 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Katolik
Alamat : Tenubot

22
C. Keluhan utama
a. Keluhan utama saat di kaji : orang tua pasien mengatakan anaknya, mimisan 2x,
Kaki dan tangannya dingin, anaknya mengeluh perut mules , nyeri ulu hati,
keringatan.
b. Riwayat penyakit sekarang : orang tua pasien mengatakan anaknya panas pada hari
minggu, tanggal 19 Juni 2020 siang pada hari ke- 4, pasien panas masih naik turun
dan anak mengeluh sakit pada bagian perut, sehingga pada hari ke -5 anak mimisan
2x dan langsung di bawah ke RSUD ATAMBUA.
c. Riwayat penyakit terdahulu : Orang tua pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah di rawat di rumah sakit.
d. Riwayat penyakit keluarga : orang tua pasien mengatakan dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit DBD.
D. Riwayat imunisasi lengkap

No. Jenis imunisasi Waktu frekuensi Reaksi setelah


pemberian pemberian
1 BCG Umur 6 bulan 1 x1 panas
sekali
2 DPT Umur 5 bulan 2 x panas
( I,II,II )
3 POLIO MG 1x Tidak di
( I,II,III ) ketahui
4 CAMPAK Tidak di 1x panas
ketahui
5 HEPATITIS Tidak di 1x panas
ketahui

E. Riwayat tumbuh kembang


a. Pertumbuhan
- Berat badan : 20 kg
- Tinggi badan : 125 cm
- Waktu tumbuh gigi : 6 bulan
- Jumlah gigi : 4 buah

23
b. Perkembangan tiga tahun
1. Berguling : 4 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 9 bulan
4. Berdiri : 9 – 11 bulan
5. Berjalan : 12 bulan

Hasil kesimpulan keseluruhan aspek perkembangan pada anak menggunakan metode


DDST II didapatkan perkembangan anak anak pada usia 4 bulan sampai 7 tahun normal
dan sebaiknya orang tua, khususnya ibu dapat memperhatikan perkembangan anaknya
dengan cara menstimulasi pada 4 aspek perkembangan, yaitu personal sosial, adaptif-
motorik halus, bahasa, dan motorik kasar agar perkembangan anak dapat mencapai
optimal.

c. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI :
Orang tua pasien mengatakan sejak di lahirkan sampai umur 1 tahun 7 bulan di beri
ASI dan setelah umur 6 bulan diberikan makanan tambahan
b. Pemberian susu :
Orang tua pasien mengatakan , setelah ASI di berhentikan di lanjutkan dengan susu
formula SGM.
1) Alasan pemberian :
Orang tua pasien mengatakan , sudah cukup 2 tahun dan setelah itu , di lanjutkan
dengan susu formula SGM.
2) Jumlah pemberian :
2 gelas / hari atau kira-kira 400 ml
3) Cara pemberian :
Menggunakan gelas dan sendok
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0 – 4 bulan Air susu ibu / ASI 4 bulan
4 – 12 bulan Asi dan bubur merah lunak 6 – 8 bulan
1- 3 tahun Asi dan susu formula 2 tahun
3 – 6 tahun Susu formula dan nasi lunak 3 tahun
6 – 9 tahun Nasi lunak dan sayur 3 tahun
Saat ini Nasi lunak , sayur, lauk dan 7 tahun
susu

24
F. Aktivitas sehari – hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
- Selera makan Makanya baik, makanan Makanan yang di sediakan
yang di sediakan 3x sehari di 3x sehari tidak di habiskan,
habiskan hanya makan 3 – 5 sedok
- Menu makan Nasi, lauk, sayur dan susu Bubur, sayur . lauk dan susu
- Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Pagi, siang dan malam Pagi, siang dan malam

- Makanan yang di Tidak ada Tidak ada


sukai
- Makan sendiri Makanya di bantu oleh
orang tua

b. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Jenis minum Air putih Air putih
Frekuensi 4 – 5 gelas Kurang lebih 600 cc
Cairan Kurang lebih Kurang lebih
1500 cc 1000 - 1200 cc
Cara Minum sendiri Di bantu oleh orang tua
c. Eliminasi BAB dan BAK
BAB

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Tempat pembuangan toilet toilet

Frekuensi 1 – 2 x sehari 2 hari sekali

Konsisten lembek lembek

Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

BAK
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Tempat Toilet 4 – 3 x sehari Toilet , 3 – 4 x/ hari
Pembuangan jernih Jernih kuning
Frekuensi 3 – 4x/ hari 4 – 5 x/ hari

25
d. aktivitas mobilitas fisik
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
- Kegiatan sehari – Sekolah dan bermain Tidak ada
hari
- Pengaturan aktivitas Tidak ada Tidak ada
sehari – hari
- Penggunaan alat Tidak ada Terpasang cairan infus
bantu aktivitas

e. Pola istirahat dan tidur

Kondisi Sebelum sakit saat sakit


Jam tidur
Siang 13.00 ,15 - 30 13.00, 15 - 30
Malam 21.00 , 06 - 00 21.00, - 05-40
Pola tidur baik baik
Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

26
G. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum pasien
2) Keadaan atau penampilan umum : pasien tampak sakit sedang yang di tandai
dengan pasien tampak lemas dan pucat. Terpasang Infus RL di tangan kiri
3) Kesadaran kualitas : Composmentis
GCS: E: 4, V: 5, M: 6 =15
4) Tanda tanda vital
Nadi : 128x/menit
Pernapasan : 23x/menit
Suhu : 37,6℃
Spo2 : 97%

5) Antropometri
a. Tinggi badan : 124 cm
b. Berat badan sebelum sakit : 21 kg
c. Berat badan : 20 kg
- BBI : berat badan idealnya (dalam kg) = (usia dalam tahun) x 7-5):2
: 20 = 7x7-5:2
: 20= 49 – 5 = 44 :2
: 22 kg,
d. Lingkar badan : 15cm
e. Ligkar kepala : 40cm
f. Lingkar dada : 51 cm
g. Lingkar perut : 50 cm

6) Pemeriksaan Head to Toe


a. Kepala dan leher
Inspeksi : kulit kepala tidak ada ketombe kepala simetris, edema ?
Palpasi : tekstur rambut lembab tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah simetris , tidak ada luka .
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
c. Conjungtiva
Inspeksi : anemis,
d. Bola mata
Inspeksi : gerakan bola mata normal, tidak ada kelainan
e. Sklera
Insepkis : ketajaman penglihatan normal.

27
f. Hidung
Inspeksi : hidung tampak bersih dan tidak ada sekret , hanya ada bekas darah
keluar dari hidung.
g. Bibir
Inspeksi : mukosa bibir kering dan tampak pucat .
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Gigi
Inspeksi : jumlah gigi lengap dan tampak bersih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

i. Tonsil
Inspeksi : bersih dan tanpak merah mudah
j. telinga
Inspeksi : kedua telinga { simetris, tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau benjolan
k. leher
Inspeksi : tidak ada nyeri tekan atau benjolan, tidak ada pembesaran vena
jugularis
l. toraks atau paru-paru
Inspeksi : bentuk dada normal, gerakan dinding dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara napas normal (vesikuler)
m. ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Inspeksi : terpasang infus RL di tangan kiri, pada kedua lengan tangan
terdapat bintik – bintik merah
Palpasi : akral dingin
b) Ekstermiatas bawah
Inspeksi normal : tidak ada luka, tidak ada kontraktur
n. kulit dan kuku
Inspekis : warna kulit normal sesuai dengan ras.
Palpasi : CRT <2 Detik

28
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil laboratorium I
Tanggal : 24/06/2020
Result unit normal limits
WBC 2,5 10^3/uL 4,0 12,0
HGB 13,5 g/dl 11,0 17,0
HCT 41,7 % 35,0 55,0
PLT 65 10^3/uL 150 400
2. Hasil laboratorium II
Tanggal : 25/06/2020

Result unit normal limits


WBC 6,95 10^3/uL 4,0 12,0
HGB 15,7 g/dl 11,0 17,0
HCT 48,4 % 35,0 55,0
PLT 37,0 10^3/uL 150 400

3. Hasil laboratorium III


Tanggal : 26/06/2020
result unit normal limits
WBC 4,2 10^3/uL 4,0 12,0
HGB 14,2 g/dl 11,0 17,0
HCT 42,3 % 35,0 55,0
PLT 37,0 10^3uL 150 400
4. Hasil laboratorium IV
Tanggal : 27/06/2020
result unit normal limits
WBC 7,2 10%3uL 4,0 12,0
HGB 13,7 g/dl 11,0 17,0
HCT 41,5 % 35,0 55,0
PLT 138,0 10^3uL 150 400

5. Terapi obat
Hari Pertama (24/06/2020)
No. Nama Obat Rute Dosis
1. Paracetamol IV 200 g (Jika Suhu > 38℃)
2. Ranitidine IV/selang 2x2 mg
3. Ondansentron IV/selang 2x3 mg
4. Cairan Infus RL IV 40cc/jam (± 1000cc/24jam)
5. Observasi WS, DL, UTD
Hari Kedua (25/06/2020)

29
No. Nama Obat Rute Dosis
1. Paracetamol IV 200 g (Jika Suhu > 38℃)
2. Ranitidine IV/selang 2x2 mg
3. Ondansentron IV/selang 2x3 mg
4. Cairan Infus RL IV 40cc/jam (± 1000cc/24jam)
5. Observasi WS (Bila ada perdarahan), DL, UTD, Goldar, Cross match
Hari Ketiga (26/06/2020)
No. Nama Obat Rute Dosis
1. Cairan Infus RL IV 40cc/jam (± 1000cc/24jam)
2. Observasi WS, DL, UTD
Hari Keempat (27/06/2020)
No. Nama Obat Rute Dosis
1. Observasi Darah Lengkap

30
Analisa Data
Tanggal :24 -06- 2020
Data Etiologi Masalah
Ds : Virus dengue Aktivasi komplex Ketidakseimbangan
Orang tua pasien mengatakan imunPeningkatan cairan tubuh:
anaknya mengeluh mual, permeabilitasvaskularKebocora Hipovolemia
perut mules, tidak suka n dinding vaskular
minum air putih . sudah
mimisan 2x dirumah dan 2x
di RS, pada tangan anak ada
bintik – bintik merah
Volume Plasma Berkurang
DO: Mukosa Bibir kering,
pucat, akral dingin, pada
kedua lengan tangan terdapat
bintik – bintik merah Penurunan Volume Cairan Tubuh
Urine : Kuning Pekat
terpasang infus RL 40 cc/jam
di tangan kiri (Infus Pump ±
1000cc/24jam)
TTV: Nadi: 128x/menit
CRT <2 detik

HCT:41,7% (N:35,0-55,0)
PLT:65 10^3/ul(N:150-400)
DS : Respon inflamasi lambung Gangguan Rasa
Pasien mengatakan perutnya Nyaman: Nyeri
sakit saat ditekan rasanya
seperti ditusuk
DO :Wajah tampak meringis
kesakitan Nyeri pada ulu hati

P : terlambat makan
Q : tertusuk – tusuk
R : ulu hati
S:5
T:Hilang timbul
Nyeri tekan pada
epigastrium/ulu hati
DS : Orang tua pasien Mual nutrisi kurang dari

31
mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
mengeluh mual, perut mules, Nafsu Makan menurun
tidak suka minum air putih
Intake nutrisi tidak adekuat
DO: Mukosa Bibir kering,
pucat, akral dingin
Urine : Kuning Pekat
terpasang infus RL 40 cc/jam
di tangan kiri (Infus Pump ±
1000cc/24jam)
DS : Proses infeksi virus dengue Peningkatan suhu tubuh
orang tua klien mengatakan (Hipertermi)
badan anak nya panas.
Do : Viremia
k/u : lemah, Badan teraba
hangat, kulit tampak
kemerahan,
Kesadaran : composmentis Gangguan Thermoregulasi
GCS : E : 4 v : 5 E: 6 = 15
terpasang infus RL 40cc/jam
di tangan kiri (Infus Pump ±
1000cc/24jam)
Tanda – tanda Vital
Nadi = 128x/ menit
Suhu = 38,2℃
RR = 23x/ menit
Spo2 =97 %

WBC:2,5 10^3/ul(N:4,0-
12,0)
PLT:65 10^3/ul(N:150-400)

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Ketidakseimbangan cairan tubuh: Hipovolemia Berhubungan dengan Perpindahan
cairan intrasel ke ekstrasel
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lambung
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

32
3.3. Perencanaan
Tanggal : 24/06/2020
Dx Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1.Ketidaksei Tujuan: 1. Observasi TTV 1. Menentukan perubahan
mbangan Setelah di lakukan 2. Anjurkan klien TTV pada klien
cairan tubuh: tindakan untuk minum 2. Untuk memenuhi
Hipovolemia keperawatan selama banyak air kebutuhan cairan tubuh
Berhubungan 3x 24 jam di ( ±1500 cc) per oral
dengan harapkan tidak 3. Meningkatnya suhu atau
3. Monitor status
Perpindahan terjadi Hipovolemia memanjangnya demam,
dehidrasi
cairan Kriteria hasil : menunjukan kekurangan
(observasi turgor
intrasel ke a)Turgor kulit elastik cairan sistemik
kulit, observasi
ekstrasel b)Membran mukosa 4. meningkatkan nafsu
mukosa)
lembab makan
c) Intake cairan 4. Dorong pasien 5. Meningkatkan jumlah
adekuat untuk menambah cairan tubuh untuk
d) Output urin tidak asupan oral mencegah terjadinya
terganggu (misalnya, syok Hipovolemik
e) Perfusi jaringan memberikan 6. Meningkatkan volume
tidak CRT<2 detik) sedotan, cairan intravaskular
terganggu menawarkancairan 7. Menilai virulensi dari

f) Tidak ada haus diantara waktu proses penyakit DBD


g) Tidak ada makan)

peningkatan 5. Tawari makanan

hematokrit dan ringan(misalnya

trombosit minuman ringan

h) Tidak ada nadi danbuahan segar/

cepat jus buah)


6. Kolaborasi
dan lemah
pemberian cairan
-N : dalam batas
intravena
normal (80 –
7.Monitor hasil
120x/menit)
Laboratorium
-Pulsasi Kuat
(Leukosit, HCT dan
-Akral Hangat
PLT)

33
2. Gangguan Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui nyeri yang
rasa nyaman: Setelah dilakukan yang dialami dialami pasien sehingga
Nyeri tindakan pasien dengan perawat dapat
berhubungan keperawatan selama memberi rentang menentukan cara
dengan 3x24 jam diharapkan nyeri  (0-10). mengatasinya.
respon rasa nyeri berkurang. 2. Kaji faktor-faktor 2. Dengan mengetahui
inflamasi yang faktor-faktor tersebut
Kriteria Hasil
lambung mempengaruhi maka perawat dapat
-Skala Nyeri
reaksi pasien melakukan intervensi
Berkurang
terhadap nyeri. yang sesuai dengan
-Rasa nyaman pasien
3. Berikan posisi masalah klien.
terpenuhi.
yang nyaman dan 3. Posisi yang nyaman dan
-Nyeri dapat
ciptakan suasana situasi yang tenang dapat
berkurang atau
ruangan yang membuat perasaan yang
hilang
tenang. nyaman pada pasien.
4. Kolaborasi terhadap nyeri.
pemberian obat 4. Ranitidine dapat
untuk nyeri sekresi mengurangi sekresi asam
asam lambung lambung sehingga nyeri
(Ranitidin 20 lambung berkurang
mg/IV
3. Tujuan : Setelah 1) Jelaskan tentang 1) untuk menambah
Ketidakseimb dilakukan tindakan pentingnya nutrisi pengetahuan pasien
angan nutrisi keperawatan selama 2) Berikan makanan 2) Dapat meningkatkan
kurang dari 3 x 24 jam anak dalam porsi sedikit masukan meskipun nafsu
kebutuhan menunjukkan tanda- dengan frekuensi makan mungkin lambat
tubuh tanda kebutuhan sering untuk kembali
berhubungan nutrisi yang adekuat. 3) Berikan makanan 3) Untuk menambah nafsu
dengan Kriteria hasil : dalam keadaan hangat makan pasien
intake nutrisi 1. Keluarga pasien dan menarik
yang tidak mengatakan 4) Anjurkan orang tua 4) Memungkinkan makanan
adekuat mengetahui tentang tetap memaksimalkan yang disukai pasien akan
akibat mual pentingnya nutrisi. ritual makan yang memampukan pasien untuk
dan nafsu 2. Keluarga pasien disukai anak selama di mempunyai pilihan terhadap
makan mengatakan mau RS makanan yang dapat
yang memberikan 5) Timbang BB setiap dimakan dengan lahap.
menurun makanan sesuai hari atau sesuai

34
dengan kebutuhan. indikasi 5) Memberikan informasi
3. Keluarga pasien 6) Observasi intake tentang kebutuhan diet
mengatakan mampu dan output makanan atau keefektifan terapi
memberikan 7) Berikan kebersihan 6) Mengidentifikasi
makanan yang oral kekurangan makanan dan
memungkinkan 8) Kolaborasi dengan kebutuhan
pasien untuk ahli gizi untuk
memakan dengan menentukan jumlah 7) Mulut yang bersih dapat
lahap. 4. Adanya kalori dan nutrisi yang meningkatkan rasa makanan
peningkatan berat dibutuhkan pasien
badan sesuai rentang 8) Suplemen dapat
BB ideal 5. Nafsu memainkan peran penting
makan bertambah dalam mempertahankan
mampu masukan kalori dan protein
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
6. Porsi makan
habis. 7. Membran
mukosa tidak pucat
8. Bising usus
normal 9. Tidak ada
kram abdomen
4.Peningkata Tujuan: 1. Observasi ttv 1. Menentukan interfensi
n suhu tubuh Setelah dilakukan 2. Lakukan Kompres bila terjadi perubahan
berhubungan tindakan hangat 2. Dengan vasodilatasi
dengan keperawatan selama 3. Anjurkan klien dapat meningkatkan
proses infeksi 3x24 jam di untuk minum air, penguapan yang
virus dengue harapkan suhu tubuh 1500ml- 2000ml mempercepat penurunan
kembali normal. 4. anjurkan suhu tubuh.
Kriteria hasil : menggunakan 3. Mengganti cairan tubuh
Suhu tubuh dalam pakaian tipis agar yang keluar karena panas
batas normal (36℃- serap keringat . 4. Pakaian yang tipis dapat
37,5℃) 5. Kolaborasi untuk membantu mempercepat
pemberian obat proses
anti piretik evaporasi/penguapan.
Paracetamol dan 5. Antipiretik menurunkan
antibiotik (Jika Suhu panas.
> 38℃))

35
3.4. Pelaksanaan
Nama Pasien : An. N. P. N. N
Umur : 7 Tahun
No.Rm : 15 2X XX
Hari/Tgl No. Dx Tujuan Dan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasil
24 / 06/ 1 Tujuan: Jam 13:00 15:00
2020 Setelah di 1. Melakukan BHSP S : Klien Mengatakan
lakukan 2.Mengobservasi TTV tidak suka minum air
tindakan N : 128x/menit putih
keperawatan S: 38,2℃ O : K/u :lemah
selama 3x 24 RR : 23x/menit
HCT:41,7%(N:35,0-
jam di Spo2:97%
55,0)
harapkan 3. Menganjurkan klien
PLT:65 10^3/ul(N:150-
tidak terjadi untuk minum air,
400)
Hipovolemia 1500ml- 2000ml
Klien hanya minum 3 –
Kriteria 4.Mengobservasi Turgor
4 gelas
hasil : Kulit dan Mukosa Bibir
-Mukosa bibir klien
-N : dalam 5.Mengkolaborasi dalam
tampak kering
batas normal pemberian cairan
-BAB 1x/hari
(80 –
-BAK 4x/hari
120x/menit)
-Mengganti Cairan
-Pulsasi Kuat
Infus RL 40 cc/jam
-Akral
-Memberi pasien
Hangat
minum air ± 120 cc
-TTV
N:100x/menit
S:36,1℃
RR : 28x/menit
Spo2 : 98%
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi 2,4,5
Dilanjutkan

36
37
24/06/2020 2 Tujuan : Jam 13:30 Jam 15:00
Setelah dilakukan 1.Mengkaji tingkat S: Pasien
tindakan nyeri yang dialami mengatakan rasa
keperawatan selama pasien dengan sakit pada ulu hati
3x24 jam diharapkan memberi rentang berkurang
rasa nyeri berkurang. nyeri  (0-10). O: k/u lemah
P: Terlambat Makan kesadaran
Q: Tertusuk – Tusuk composmentis
R: Ulu Hati N:100x/menit
Kriteria Hasil
S: 5 S:36,1℃
-Skala Nyeri
T: Hilang Timbul, RR : 28x/menit
Berkurang
timbul saat ditekan Spo2 : 98%
-Rasa nyaman pasien
2. Mengobservasi Pasien Tampak
terpenuhi.
TTV Nyaman
-Nyeri dapat
N : 78x/menit A: Masalah Belum
berkurang atau
S: 38,2℃ teratasi
hilang
RR : 30x/menit
Spo2:96% P: Intervensi 1,2,4
3.Mengatur Posisi Dilanjutkan
Pasien ke
semifowler
4. Berkolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian obat :
Ranitidin 20 mg/IV

24/06/2020 3 Tujuan : Setelah Jam 13:40 Jam 15:00


dilakukan tindakan 1. Menjelaskan S: Pasien
keperawatan selama kepada orang tua mengatakan Perut
4 x 24 jam anak pasien tentang Mules, mual
menunjukkan tanda- pentingnya nutrisi
tanda kebutuhan bagi tubuh O:k/u : lemah
nutrisi yang adekuat. anak. Nutrisi penting Makanan Yang
Kriteria hasil : sebagai dihabiskan hanya
1. Keluarga pasien pembentuk energy 2-3 Sendok
mengatakan dalam tubuh
-pasien masih
mengetahui tentang 2. Memberikan
mual
pentingnya nutrisi. makanan dalam

38
2. Keluarga pasien porsi sedikit dengan
mengatakan mau frekuensi A: Masalah Belum
memberikan sering Teratasi
makanan sesuai 3. Memberikan P: Intervensi
dengan kebutuhan. makanan dalam 2,3,4,5 dilanjutkan
3. Keluarga pasien keadaan hangat
mengatakan mampu 4. Menimbang BB
memberikan (sebelum sakit
makanan yang 22kg, saat sakit
memungkinkan 21kg).
pasien untuk 5. Mengobservasi
memakan dengan intake dan
lahap. output makanan
4. Adanya - Pasien mau makan
peningkatan berat tapi hanya
badan sesuai rentang menghabiskan 2-3
BB ideal sendok karena saat
5. Nafsu makan makan pasien
bertambah mampu merasa mual
mengidentifikasi 6. Kolaborasi
kebutuhan nutrisi. dengan ahli gizi
6. Porsi makan dalam membuat
habis. rencana diet dan
7. Membran mukosa memberikan terapi
tidak pucat sesuai indikasi
8. Bising usus -Diet Bubur Tinggi
normal Kalori, Tinggi
9. Tidak ada kram Protein
abdomen
24/06/2020 4 Tujuan: Jam 13:30 Jam 15:00
Setelah di kalukan 1.Mengobservasi S= Orang Tua
tindakan TTV Pasien
keperawatan selama N:78x/menit Mengatakan
3x24 jam di S: 38,2℃ Badan Anaknya
harapkan suhu tubuh Panas Mulai
kembali normal. 2.Menganjurkan Menurun 36,1℃
pasien untuk
Kriteria hasil : Suhu
menggunakan O : K/U :
tubuh dalam batas

39
normal (36℃- pakaian tipis agar Terpasang Infus Rl
37,5℃) serap keringat . 40cc/jam Di
Tangan Kiri
3.Kolaborasi untuk
pemberian obat anti -TTV
piretik N:100x/menit
Paracetamol(Jika S:36,1℃
Suhu > 37,5℃) RR : 28x/menit
Spo2 : 98%

A : Masalah belum
Teratasi

P : Intervensi 1,3
Di Lanjutkan

40
Catatan Perkembangan
Hari Pertama

Tanggal, 25/06/2020
No. Dx Catatan Perkembangan
Keperawatan
1 S: Orang tua Pasien mengatakan pasien keringatan, kaki tangan dingin ,
mimisan, gusi depan pasien berdarah, dan anaknya merasa mual, tadi
minum ½ Gelas (110 cc)
O: k/u Lemas, Mukosa Bibir pasien Kering, pucat
HCT:48,4% (N:35,0-55,0)
PLT:37,0 10^3/ul(N:150-400)
TTV
N:100x/menit
S:36,1℃
RR : 28x/menit
Spo2 : 98%
Terpasang Infus RL di tangan kiri 60cc/jam (Infus Pump ± 1000cc/24jam)
Pasien Mimisan, Gusi berdarah, , CRT <2 detik
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi 2,4,5 dilanjutkan
2. S: Pasien mengatakan Nyeri pada ulu hatinya berkurang, perut mules
O: k/u: lemah,
Mengkaji nyeri pasien
P : ditekan, Q: ditusuk – tusuk, R: Ulu hati, S: 3-4, T:hilang timbul
TTV
N:100x/menit, S:36,1℃, RR : 28x/menit, Spo2 : 98%
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1,2 dilanjutkan
3. S: Orang tua Pasien Mengatakan Pasien hanya makan 4-5 sendok
O:k/u : lemah,
- Pasien makan 3x sehari,
- Pasien menghabiskan 4-5 sendok setiap porsinya
- Nafsu makan Pasien Belum Meningkat
TTV
N:100x/menit
S:36,1℃
RR : 28x/menit
Spo2 : 98%
A: Masalah Belum Teratasi
P: Intervensi
4 S: Pasien mengatakan Panasnya Berkurang
O: k/u lemas terpasang infus di tangan kiri
WBC:6,95% (N:4,0-12,0)
PLT:37,0 10^3/ul(N:150-400)
TTV
N:100x/menit
S:36,1℃
RR : 28x/menit

41
Spo2 : 98%
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 1 dilanjutkan

42
Catatan Perkembangan
Hari Kedua
Tanggal, 26/06/2020
No. Dx Catatan Perkembangan
Keperawatan
1 S: Orang tua Pasien mengatakan anaknya sudah tidak mimisan lagi , dalam
sehari pasein hanya minum ± 5 gelas (±1.100 cc)
O: k/u Lemas, pucat
HCT:42,3% (N:35,0-55,0)
PLT:37,0 10^3/ul(N:150-400)
TTV
N: 112x/menit
S:36℃
RR : 24x/menit
Terpasang Infus RL di tangan kiri 20 tpm
Pasien Minum ± 5 gelas
Mukosa Bibir pasien Kering
CRT <2 detik
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi 2,4,5 dilanjutkan
2. S: Pasien mengatakan Nyeri ulu hatinya berkurang
O: k/u: lemah
Mengkaji nyeri pasien
P : ditekan, Q: ditusuk, R: Ulu hati, S: 2, T:hilang timbul
TTV
N: 112x/menit
S:36℃
RR : 24x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi 1,2 dilanjutkan
3. S: Orang tua Pasien Mengatakan nafsu makan mulai membaik
O:k/u : lemah,
- Pasien makan 3x sehari,
- Pasien menghabiskan ½ porsi habis
- Nafsu makan Pasien meningkat
TTV
N:100x/menit
S:36,1℃
RR : 28x/menit
Spo2 : 98%
A: Masalah Belum Teratasi
P: Intervensi
4 S: Pasien mengatakan Panasnya Berkurang
O: k/u lemas terpasang infus di tangan kiri
WBC:4,2 10^3/ul (N:4,0-12,0)
PLT:37,0 10^3/ul(N:150-400)
TTV
N: 112x/menit
S:36℃

43
RR : 24x/menit
A: Masalah teratasi Sebagian
P: Intervensi 1 dilanjutkan

44
Catatan Perkembangan
Hari Ketiga

Tanggal, 27/06/2020
No. Dx Catatan Perkembangan
Keperawatan
1 S: Orang tua pasien Mengatakan Anaknya mimisan sudah tidak lagi dan
gusi sudah tidak berdarah lagi, Pasien minum 6-7 gelas/hari (± 1500cc) dan
sudah BAK >6x/hari
O: k/u Sedang,
-HCT:41,5% (N:35,0-55,0)
-PLT:138,0 10^3/ul(N:150-400)
-Urine Kuning Jernih
-TTV
N: 92x/menit
S:36,4℃
RR : 24x/menit
Spo2 : 98%
-Terpasang Infus RL di tangan kiri 20 tpm
-CRT <2 detik
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan Pasien Rencana boleh Pulang
2. S: Pasien mengatakan ulu hatinya sudah tidak Sakit
O: k/u sedang,
Pasien tampak nyaman
TTV
N: 92x/menit, S:36,4℃, RR : 24x/menit, Spo2 : 98%
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan Pasien Rencana boleh Pulang
3. S: Orang tua Pasien Mengatakan pasien makan 3x sehari dari makanan
yang diberikan pasien bisa menghabiskan ¾ dalam 1 porsi makanan yang
disediakan
O: k/u sedang,
- Pasien makan 3x sehari,
- Pasien menghabiskan ¾ dalam 1 porsi makanan yang diberikan
- Nafsu makan Pasien Sudah baik
- BB Pasien 22,7kg
TTV
N: 92x/menit, S:36,4℃, RR : 24x/menit, Spo2 : 98%
A: Masalah Teratasi
P: Intervensi dihentikan Pasien Rencana boleh Pulang
4 S: Pasien mengatakan panasnya sudah berkurang
O: k/u sedang terpasang infus RL 20 Tpm di tangan kiri
WBC:7,2 % (N:4,0-12,0)
PLT:37,0 10^3/ul(N:150-400)
TTV

45
N: 92x/menit
S:36,4℃
RR : 24x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan Pasien Rencana boleh Pulang

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori

dengan asuhan keperawatan pada An. N.P.N.N dengan kasus yang telah

dilakukan sejak tanggal 24 Juni 2020 sampai dengan 27 Juni 2020. Kegiatan yang

dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.1.Pengkajian

Pada klien An. N.P.N.N pengkajian riwayat kesehatan didapatkan demam

sudah 4 hari yang lalu, mual dan muntah, perut terasa sakit, nyeri pada perut

dan , mimisan 2x

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak

tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan

berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan

perut. Gejala- gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan

ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari

yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau

ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa

muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria massif.

Hasil analisa peneliti, tidak ada perbedaan yang mendasari pada teori

karena pada kenyataan kasus yang ditemukan pada An. N.P.N.N sesuai

46
dengan teori yang mengungkapkan penyakit DBD ditandai oleh demam

mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan

berkurang, muntah, nyeri pada perut dan adanya bentuk perdarahan mimisan

Pada pemeriksaan fisik An. N didapatkan adanya edema pelpebra, nyeri

ulu hati,

Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahan pada

kulit atau tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan

konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi,

hematemesis, melena. Menurut Nursalam dkk (2008),

Menurut analisa peneliti bahwa gejala perdarahan pada anak DBD sama

dengan teori. Perdarahan tersebut diakibatkan karena pecahnya pembuluh darah

kapiler, gangguan fungsi trombosit dan kelainan koagulasi.

Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa

didapatkan jumlah anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak

yaitu 34 penderita (68%). Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan

manifestasi klinis pada anak DBD adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen

dan ulu hati.

Menurut analisa peneliti adanya gejala nyeri ulu hati, nyeri abdomen

sesuai dengan teori. Adanya tersebut diakibatkan kebocoran plasma

endothelium kapiler sehingga tertumpuknya cairan.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian dan analisa yang dilakukan pada An. N diangkat

diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan cairan tubuh: Hipovolemia

Berhubungan dengan Perpindahan cairan intrasel ke ekstrasel. Diagnosa ini

ditegakkan oleh peneliti karena ditemukan batasan karakteristik yaitu adanya

47
peningkatan nadi, lemah, , membran mukosa kering, dan terjadi peningkatan

hematokrit 42%. kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler yang mengacu pada dehidrasi

meliputi ; perubahan status mental, penurunan tekanan darah, penurunan tekanan

nadi, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit, membran mukosa kering,

kulit kering, lemah dan peningkatan suhu tubuh.

4.3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan kasus An. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan

intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosa Ketidakseimbangan cairan

tubuh: Hipovolemia Berhubungan dengan Perpindahan cairan intrasel ke

ekstrasel

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan

syok hipovolemik teratasi dengan kriteria hasil :Turgor kulit elastik, Membran

mukosa lembab, Intake cairan adekuat, Output urin tidak terganggu, Perfusi

jaringan tidak CRT<2 detik) terganggu, Tidak ada haus, Tidak ada peningkatan,

hematokrit dan trombosit, Tidak ada nadi cepat dan lemah, Akral Hangat

Intervensi yang diberikan dengan rasional 1. Observasi TTV Dan

R:Menentukan perubahan TTV pada klien, 2. Anjurkan klien untuk minum

banyak air ( ±1500 cc) R: 2Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh per oral

3.Monitor status dehidrasi (observasi turgor kulit, observasi mukosa) R:

Meningkatnya suhu atau memanjangnya demam, menunjukan kekurangan cairan

sistemik 4.Dorong pasien untuk menambah asupan oral (misalnya, memberikan

sedotan, menawarkancairan diantara waktu makan) R: meningkatkan nafsu makan

5. Tawari makanan ringan(misalnya minuman ringan danbuahan segar/ jus

buah) R: 5. Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya syok

Hipovolemik 6. Kolaborasi pemberian cairan intravena R: 6. Meningkatkan

volume cairan intravaskular R: 6.Meningkatkan volume cairan intravaskular R

48
7.Monitor hasil Laboratorium (Leukosit, HCT dan PLT) R: 7. Menilai

virulensi dari proses penyakit DBD

49
4.4. Implemetasi Keperawatan

Implementasi Ketidakseimbangan cairan tubuh: Hipovolemia

Berhubungan dengan Perpindahan cairan intrasel ke ekstrasel1. Melakukan

Pendekatan dengan Bina Hubungan Saling Percaya pada Pasien dan keluarga,

Mengobservasi TTV N : 128x/menit, S: 38,2℃, RR : 23x/menit, Spo2:97%,

menganjurkan klien untuk minum air, 1500ml Pasien Minum 3 – 4 gelas

±800cc ,Observasi Turgor Kulit dan Mukosa Bibir: Mukosa Bibir pasien tampak

kering,

4.5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada An. N.P.N.N dengan masalah keperawatan 1.

Ketidakseimbangan cairan tubuh: Hipovolemia Berhubungan dengan

Perpindahan cairan intrasel ke ekstrasel, dapat teratasi pada hari ke 4 perawatan

dengan kriteria hasil data subjektif keluarga mengatakan anak tidak demam lagi

o
setelah demam n a i k t u r u n hari ke 8, suhu: 36,3 C, tidak ada tanda

dehidrasi seperti mukosa lembab, tidak pucat, tidak ada mual dan muntah,

hematokrit dalam batas normal 37%, asupan oral meningkat seperti mulai banyak

minum air putih ± 7 - 8 gelas per hari, selingan jus jambu buavita , klien nampak

tidak lemah lagi

Menurut soedjas (2011), mengatakan bahwa fase penyembuhan yang

terjadi pada hari ke-7 atau ke-8, ditunjukkan adanya keadaan umum

membaik dan demam sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini

Berdasarkan analisa peneliti, kriteria hasil diagnosis kekurangan volume

cairan dan elektrolit sesuai dengan teori karena pada klien An. N.P.N.N

menunjukkan bahwa suhu anak turun hari ke-7 dan 8 dan sudah tidak ada tanda-

tanda dehidrasi seperti terjadi peningkatan asupan oral, mukosa lembab, bibir

lembab, anak nampak tidak lemah lagi. Sehingga diagnosa keperawatan pada An.

N sudah teratasi pada hari ke 4 pelaksanaan asuhan keperawatan. Fase

50
penyembuhan terjadi pada hari ke-4, dimana virus sudah mulai melemah,

ditunjukkan adanya keadaan umum membaik, tidak ada muntah, asupan oral

meningkat seperti nafsu makan sudah ada dan demam sudah turun sebagai bagian

dari reaksi tahap ini. pelaksanaan asuhan keperawatan, tepat pukul 16.45 klien

sudah diperbolehkan pulang dalam keadaan klien dinyatakan sembuh dari

penyakitnya dengan hasil lab trombosit 138.000/mm3.

4.6.KETERBATASAN

1. Kekuatan

Kekuatan dari implementasi diagnosa adalah klien dan ibu

termasuk aktif dan kooperatif dalam upaya perawatan klien selama 4 hari di

rumah sakit. Selain itu keluarga juga bisa diajak bekerja sama dalam

melakukan tindakan keperawatan dan keluarga klien juga selalu mendampingi

dan menyediakan kebutuhan klien serta mengikuti saran dokter dan perawat di

ruangan.

2. Kelemahan

Kelemahan dari implementasi diagnosa adalah klien terkadang sulit

diajak berkomunikasi, dan banyaknya pengunjung yang menjenguk

klien pada saat dilakukan tindakan keperawatan sehingga dalam upaya

pencapaian implementasi keperawatan kurang maksimal

51
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada An. N.P.N.N dengan demam
berdarah dengue (DBD) di Ruang Dahlia RSUD Mgr. GABRIEL MANEK SVD
ATAMBUA yaitu :
1. Hasil pengkajian pada An. N.P.N.N didapatkan data mengalami DBD dengan gejala
yaitu demam dengan suhu > 38,2℃, Nyeri perut,Nyeri ulu hati, dan mimisan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. N.P.N.N yaitu
Ketidakseimbangan cairan tubuh: Hipovolemia Berhubungan dengan Perpindahan
cairan intrasel ke ekstrasel
3. Ditandai dengan mukosa bibir kering, CRT >3 detik, mimisan dan wajah tampak
pucat.
5. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah Ketidakseimbangan cairan tubuh:
Hipovolemia Berhubungan dengan Perpindahan cairan intrasel ke ekstrasel yaitu
mendorong klien meningkatkan asupan cairan oral dan kolaborasi pemberian cairan
melalui intravena.
4. Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari, Implementasi sesuai dengan
intervensi. Sebagian besar rencana tindakan keperawatan dapat dilaksanakan pada
implementasi keperawatan.
6. Hasil evaluasi keperawatan pada masalah Ketidakseimbangan cairan tubuh:
Hipovolemia Berhubungan dengan Perpindahan cairan intrasel ke ekstrasel pada An.
N.P.N.N teratasi pada hari ke 4 pelaksanaan asuhan keperawatan dengan kriteria
hasil tidak ada peningkatan suhu tubuh (36,3oC), tidak ada dehidrasi, mukosa lembab,
tidak pucat, tidak adanyeri perut, asupan oral meningkat seperti sudah banyak minum
air putih ± 5 – 6 gelas perhari, klien nampak tidak lemah lagi.

5.2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan DBD di Ruang Dahlia RSUD Mgr Gabriel Manek, SVD Atambua
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi yang bisa digunakan sebagai acuan bagi peneliti atau
mahasiswa lain yang ingin memperdalam kajian tentang asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan DBD di Ruang Dahlia RSUD Mgr Gabriel Manek, SVD Atambua

52
3. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien anak
dengan DBD di Ruang Dahlia RSUD Mgr Gabriel Manek, SVD Atambua melalaui
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian, Perumusan Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan Keperawatan dan Evaluasi.
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan DBD di Ruang
Dahlia RSUD Mgr Gabriel Manek, SVD Atambua

53
DAFTAR PUSTAKA

Aziz hidayat, 2006, Konsep dan Prosedur Penelitian, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Aziz, 2006. Asuhan Keperawatan Anak 2. Penerbit Info Medika Jakarta, Jakarta.
Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator. 2(2):110-119. Diunduh dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/download /2951/2136.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2020
Depkes RI. 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI
Depkes RI. 2011. Informasi umum Demam Berdarah Dengue. Ditjen PP dan PL Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI
Doenges, Marilyn. E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika.
Lestari, K. 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Indonesia.
Farmaka. 5(3):12-29. http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka-files/v5n3/keri.pdf. Diakses
pada tanggal 8 Juli 2020
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Nurarif Dan Kusuma, 2015. Buku saku diagnosa keperawatan. Depkes RI. 2009 EGC: Jakarta
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan, pedoman skripsi, tesis, dan
instrument penelitian keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar
Interpratama : Jakarta.

54

Anda mungkin juga menyukai