Anda di halaman 1dari 26

MINIRISET

Manajemen Arsip Statis

DOSEN PENGAMPU : Ibu DrA. SRI MUTMAINNAH, M.SI

ASAL USUL DAN BENTUK KEARIFAN LOKAL CERITA


RAKYAT TUNGKOT TUNGGAL PANALUAN

OLEH :

Kelompok 8

1. Nengsi Tambunan ( 7203344017 )


2. Nurfadillah Azmi Hasibuan (7203344022)
3. Putri Ananda ( 7201144001 )
4. Romeysa Limbong (7203344001 )

PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa memberkati
kami dalam menyelesaikan tugas makalah Mini Riset ini, adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi
mata kuliah Manajemen Arsip Statis. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik- baiknya tetapi
mungkin masih ada banyak kekurangan dalam makalah kami ini untuk mencapai kata kesempurnaan. Kami
selaku penulis menerima berbagai kritik yang bersifat membangun baik dari teman-teman sekalian dan
terutama dosen pengampu dalam mata kuliah Manajemen Arsip Statis agar makalah kami ini menjadi lebih
baik lagi.

Kami juga berterimakasih kepada I b u Dra. SRI MUTMAINNAH, M.Si. sebagai dosen
pengampu pada mata kuliah ini yang telah mengajari dan membimbing kami dan temanteman yang lain
agar dapat memahami mata kuliah ini. Selanjutnya, kami berharap semoga makalah kami ini memberikan
manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga makalah kami ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Dan sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan baik
dari segi kata atau kalimatnya maupun dari segi penyusunannya semoga teman- teman dan dosen
pengampu pada mata kuliah ini dapat memakluminya.

Medan, April 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dahulu kala ada seorang raja yang memiliki anak kembar seorang laki-laki dan seorang

perempuan. Sejak kecil hingga beranjak dewasa mereka selalu bersama- sama dan saling

menyayangi layaknya sepasang kekasih. Suatu ketika, raja mengetahui kedua anaknya telah

berhubungan suami istri. Lalu raja mengungsikan anaknya ke hutan lantaran malu kepada

penduduk desa. Saat di hutan, anak perempuan itu memanjat pohon tada-tada yang sedang

berbuah. Saat mengambil buahnya dia ditelan pohon itu hingga kepalanya saja yang tersisa.

Dengan segera anak laki-laki itupun memanjat pohon tersebut dengan maksud menolong

adiknya, namun dia juga ikut ditelan oleh pohon tersebut dan hanya kepalanya saja yang

tersisa.

Keesokan harinya saat raja datang ke hutan mengantarkan makanan untuk anaknya,

raja mendengar suara tangisan meminta tolong. Raja mencari asal suara dan menemukan kedua

anaknya telah ditelan pohon dan tak dapat membebaskan diri. Raja bergegas berlari pulang ke

desa untuk mencari pertolongan. Setelah menemukan seorang datu yang bersedia untuk

menolongnya, mereka pun pergi ke hutan untuk membebaskan anaknya dari tawanan pohon

tersebut. Namun saat datu menyentuh pohon itu, dia juga ditelan oleh pohon itu dan hanya

kepalanya saja yang tersisa. Hal tersebut juga terjadi sampai pada datu yang kelima. Hingga

akhirnya raja
membawa datu yang keenam. Datu tersebut berkata, bahwa semua yang ditelan oleh

pohon tersebut tidak dapat lagi diselamatkan. Lalu datu itupun menebang pohon itu. Saat

pohon tersebut ditebang, kepala kedua anak raja dan kelima datu itu lenyap ditelan pohon itu

seluruhnya. Kemudian datu yang menebang pohon itu kesurupan, dia dimasuki oleh kelima

roh datu yang telah lenyap ditelan pohon itu. Roh itu meminta supaya pohon tersebut diukir

menjadi tongkat yang menyerupai wajah mereka, dan berjanji akan memenuhi segala

keinginan siapapun yang memintanya, sebab kesaktian mereka menyatu yang dapat

mengabulkan segala permintaan orang yang memakainya. Hal tersebut dipenuhi oleh raja

dan datu tersebut, mereka mengukir pohon itu menjadi sebuah tongkat yang dinamai Tungkot

Tunggal Panaluan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah


1. Bagaimanakah asal-usul Tungkot Tunggal Panaluan menurut masyarakat desa

Tomok?

2. Bagaimanakah bentuk kearifan lokal pada cerita rakyat Tungkot Tunggal

Panaluan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan bagaimana asal-usul Tungkot Tunggal Panaluan

menurut masyarakat desa Tomok.

2) Untuk mendeskripsikan bentuk kearifan lokal yang terdapat pada cerita rakyat

Tungkot Tunggal Panaluan.

D. MANFAAT

Adapun yang menjadi manfaat penelitian inI:


1) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami bentuk-bentuk kearifan

lokal pada Tungkot Tunggal Panaluan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah wawasan bagi pembaca

yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

3) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada pembaca untuk memahami

teori antropologi sastra untuk menganalisis kearifan lokal dalam karya sastra.
BAB II

KAJIAN TEORI

Samosir merupakan daerah yang sangat kaya dengan warisan budaya leluhurnya.

Kekayaan warisan leluhur ini patut disyukuri karena memiliki kekayaan khazanah budaya

suku Batak Toba yang tidak ternilai. Warisan budaya Samosir dapat kita lihat mulai dari

potensi alam lingkungan terutama, adat-istiadat, upacara ritual, sakral, sistem pengetahuan

tradisional, senjata tradisional, tempat-tempat bersejarah, peninggalan sejarah, serta seni dan

budaya yang semuanya itu merupakan sumber daya dan merupakan modal utama bagi

pengembangan, peningkatan dan pemanfaatan secara optimal. Dengan pemanfaatan warisan

budaya akan mendukung upaya memelihara, menumbuhkan, mengembangkan apresiasi dan

kreatifitas masyarakat, sebagai upaya pelestarian budaya bangsa.

Artha (2004:28) mengatakan bahwa warisan budaya menuntut kita untuk

membicarakan tentang konsep benda cagar budaya yang telah resmi dipakai oleh pemerintah

dalam undang-undang yang memberikan perlindungan kepada benda- benda cagar budaya,

yang juga merupakan warisan budaya. Di kabupaten Samosir, yang paling bertanggung jawab

melestarikan kebudayaan adalah pemerintah daerah itu sendiri, baik melalui dinas-dinas yang

terkait secara langsung maupun tidak langsung. Seyogianya pemerintah daerah melakukan

berbagai upaya untuk mengelola dan melestarikan warisan budaya leluhur kita yang sangat

kaya dan beragam tersebut.


Pelestarian itu sendiri harus memiliki tiga unsur sekaligus, yaitu adanya unsur

perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya itu sendiri.

Sibarani (2012:127-128) berpendapat bahwa kearifan lokal merupakan milik manusia

yang bersumber dari nilai budayanya sendiri dengan menggunakan segenap akal budi, pikiran,

hati, dan pengetahuannya untuk bertindak dan bersikap terhadap lingkungan alam serta

lingkungan sosialnya. Pada umumnya untuk menghadapi dua ruang interaksi itu manusia

memiliki kearifan dari tiga sumber yaitu dari nilai budaya yang kita sebut dengan kearifan

lokal, aturan pemerintah yang lebih modern, dan agama. Dengan tiga sumber kearifan itu

manusia menjalani kehidupannya dalam ruang interaksi lingkungan alam dan lingkungan

sosial. Pada gilirannya, kedua ruang interaksi itu memproduksi nilai dan norma budaya baru

yang berlaku pada komunitasnya dan yang berbeda dengan nilai budaya pada komunitas

lainnya. Nilai dan norma budaya semacam itu menjadi kearifan lokal baru yang telah

mengalami transformasi. Nilai-nilai tersebut cukup arif sebagai landasan hubungan manusia

dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Oleh karena itu, kearifan

lokal adalah nilai dan norma budaya yang menjadi acuan tingkah laku manusia untuk menata

kehidupannya.

Sebagai pendekatan baru dalam dunia sastra, maka antropologi memiliki tugas yang

sangat penting untuk mengungkapkan aspek-aspek kebudayaan, khususnya kebudayaan

masyarakat tertentu, serta menemukan makna/nilai yang terkandung dalam setiap aspek

budayanya. Koentjaraningrat (Ratna, 2011:395) mengatakan antropologi sastra adalah analisis

dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan.


Menurut Endraswara (2008:109) analisis antropologi sastra akan mengungkapkan

berbagai hal, antara lain: (1) kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang berulang-ulang masih

dilakukan dalam sebuah cipta sastra. (2) peneliti akan mengungkap akar tradisi serta

kepercayaan seorang penulis yang terpantul dalam karya sastr, dalam kaitan ini tema-tema

tradisional yang diwariskan turun-temurun akan menjadi perhatian tersendiri. (3) kajian juga

dapat diarahkan pada aspek penikmat sastra etnografis, mengapa mereka sangat taat

menjalankan pesan-pesan yang ada dalam karya sastra. (4) peneliti juga perlu memperhatikan

bagaimana proses pewarisan sastra tradisional dari waktu ke waktu. (5) kajian diarahkan pada

unsur- unsur etnografis atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra tersebut. (6) perlu

dilakukan kajian terhadap simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat pengagumnya.

Cerita rakyat pada suku Batak Toba sangat berpengaruh pada kehidupan

masyarakatnya hingga saat ini. Penelitian ini akan membahas tentang cerita rakyat Tungkot

Tunggal Panaluan. Tungkot Tunggal Panaluan adalah tongkat ukiran wajah tujuh manusia

dan beberapa hewan yang diukir menurut kejadian sebenarnya dari kayu tertentu dan memiliki

kesaktian. Tungkot Tunggal Panaluan menjadi warisan budaya yang secara turun-temurun

dimanfaatkan serta dilestarikan oleh suku Batak Toba terkhusus pada masyarakat Samosir

sebagai daerah asal-usul suku Batak Toba.

Menurut cerita rakyat Tungkot Tunggal Panaluan diawali dari kisah cinta terlarang

dari dua orang saudara kembar berlainan jenis yaitu Si Aji Donda Hatahutan dan Si Boru Tapi

Nauasan. Mereka melanggar norma dengan melakukan hubungan badaniah sehingga

mendapatkan karma yaitu ditelan pohon piu-piu tanggulon (hau


tada-tada) dan tidak dapat terbebaskan. Ada lima orang datu yang berusaha

membebaskan mereka namun gagal dan justru ikut ditelan oleh pohon tersebut. Hingga

akhirnya, seorang datu terakhir berhasil memotong pohon tersebut dan menjadikannya

sebuah tongkat dengan ukiran menyerupai rupa manusia dan hewan yang ikut ditelan

pohon tersebut. Tongkat tersebut menjadi tongkat sakti yang diyakini memiliki kekuatan

gaib seperti untuk meminta hujan, menahan hujan, menolak bala, mengobati wabah,

mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, dan membantu dalam peperangan.

Berdasarkan kebudayaan yang terdapat pada cerita tersebut seperti seninya,

kesaktian dan pelestariannya, teori antropologi sastra yang berkaitan dengan peristiwa-

peristiwa masa lampau, hadir untuk menganalisis bentuk kearifan lokal masyarakat Batak

Toba pada Tungkot Tunggal Panaluan.


BAB III

PEMBAHASAN

KARTU DESKRIPSI ARSIP

Bagian Pemerintah Daerah 1/AN


Foto tentang Tungkot Tunggal Panaluan adalah salah satu seni dari suku Batak yang
sudah terkenal diseluruh dunia, yang diukir menurut kejadian sebenarnya dari kayu tertentu
yang juga memiliki kesaktian. Tongkat berkekuatan magis ini biasa terbuat dari kayu tada –
tada atau jior diukir berbentuk manusia, cicak, ular, kalajengking, dan binatang berbisa
lainnya, dengan bentuk bertumpuk satu sama lain dengan bagian atas diberi bagian rambut
atau bulu ayam. Orang batak mengenal tongkat sakti bernama Tunggal Panaluan, panjangnya
sekitar 2 – 2,5 meter. Tunggal artinya satu, panaluan bermakna selalu mengalah. Tunggal
Panaluan menggambarkan hubungan banua toru, banua tonga, dan banua ginjang. Keterkaitan
ketiganya mencerminkan kosmologi batak.
Tungkot Tunggal Panaluan menjadi warisan budaya yang secara turun-temurun
dimanfaatkan serta dilestarikan oleh suku Batak Toba. Tungkot Tunggol Panaluan adalah
tongkat kayu yang digunakan oleh datu, dukun Batak di Sumatra Utara. Berikut tingkatan
pada Tungkot Tunggal Panaluan:
 Tingkatan pertama adalah Si Aji Donda Hatahutan,
 Kedua Si Boru Tapi Na Uasan,
 Ketiga Datu Ulo Anjang,
 Keempat Guru Mangantar orang,
 Kelima Si Sanggar Meoleol,
 Keenam dari Mangambat,
 Dan pada tingkatan ketujuh Berita Songkar angururan.

Tahun SM - Sekarang
Kondisi/Ket
Foto Baik Foto

1 Lembar

1 Folder
Bagian Pemerintah Daerah 2/NT

Dimasa sekarang Tugkot Tunggal Panaluan yang diisi dengan ilmu mistis/gaib sudah
tidak dikeluarkan lagi lantaran suku Batak Toba telah memiliki pada umumnya kepercayaan
Kristen yang bertentangan dengan kekuatan tersbut. Namun, para pengrajin seni rupa di desa
Tomok tetap mengukir kayu menyerupai Tungkot Tunggal Panaluan yang dipakai dalam
kebutuhan melestarikan Budaya Batak Toba dan dijadikan sebagai salah satu
jenis cendramata dari Tomok.

Tahun 2010 - Sekarang


Kondisi/Ket
Foto Baik Foto

1 Lembar

1 Folder
Bagian Pemerintah Daerah 3/PA
Tor tor Tunggal Panaluan adalah tor tor yang dipentaskan para dukun dalam upacara
ritual yang digelar setelah sebuah desa terkena wabah atau, musibah. Pada jenis tor tor
tersebut merupakan sarana permohonan petunjuk atas musibah yang telah dihadapi. Para
dukun mencari petunjuk untuk mengatasi masalah, sehingga tarian ini disajikan.
Di desa Tomok, setiap tahunnya diadakan upacara adat horja bius. Dalam upacara ini
diadakan acara ritual dan tor tor Tunggal Panaluan. Acara yang dilakukan adalah meminta
ijin kepada para leluhur yang bertujuan ingin melestarikan budaya Suku Batak
Toba yang juga berguna untuk menarik wisatawan ke desa tersebut.

Tahun 2012 - Sekarang


Kondisi/Ket
Foto Baik Foto

1 Lembar

1 Folder
Bagian Pemerintah Daerah 2/NT

Tunggal Panalun dianggap sebagai tongkat sakti karena roh – roh yang bersemayam
didalamnya. Saat Guru Hatia Bulan meninggal, tongkat ini dipegang oleh Datu – datu dan
hanya dimiliki oleh mereka. Tongkat yang dipercaya sebagai tempat tinggal para leluhur
dikatakan dan tongkat tersebut menjadi tongkat sakti yang diyakini memiliki kekuatan gaib
untuk dapat memanggil hujan, menahan hujan, menolak bala, menyembuhkan penyakit,
mengusir wabah, memberi berkah, membantu dalam peperangan serta melindungi rumah dan
desa dari musuh. Dahulu juga Tungkot Tunggal Panaluan digunakan saat menangkap
pencuri dan saat diadakannya persidangan.

Tahun 2010 - Sekarang


Kondisi/Ket
Foto Baik Foto

1 Lembar
A. FORMULIR PENILAIAN ARSIP BERDASARKAN NILAI GUNA
PRIMER DAN SEKUNDER

Rekomendasi
No Jenis Arsip Tahun
Musnah Inaktif Statis
1 2 3 4 5 6

Foto Tungkot
Tunggal
1 Panaluan ( TB 2006 - - √
SILALAHI
CENTER )

Foto Replika
Tungkot Tunggal
Panaluan
2 Terdapat Di 2010 - - √
Museum Batak
Tomok

Foto Tungkot
Tunggal
3 Panaluan Di 2012 - - √
Pakai Saat Acara
Tor - Tor

4 Foto Tungkot
Tunggal 2010 - - √
Panaluan Di
Pakai Pada Saat
Acara Ritual dan
Persidangan

B. DAFTAR ARSIP STATIS

Jenis / Series Tingkat


No Tahun Jumlah Keterangan
Arsip Perkembangan
1 2 3 4 5 6

1 Foto 2006 Asli 1 Lembar Baik

2 Foto 2010 Asli 1 Lembar Baik

3 Foto 2012 Asli 1 Lembar Baik

4 Foto 2010 Asli 1 Lembar Baik


C. BERITA ACARA SERAH TERIMA ARSIP STATIS

BERITA ACARA
SERAH TERIMA ARSIP
STATIS
Nomor : VII/ANRI/04/2022

Pada hari ini, Sabtu 16 April 2022 bertempat di Medan yang bertanda tangan di bawah ini:
a. Nama : Amelia Kusuma NIP
: 120322724365810
Jabatan : Kepala Lembaga Pencipta Arsip

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Amelia Kusuma yang beralamat di Jl.
Perkutut Raya Kabupaten Deli Serdang yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
b. Nama : Dr. H. Ramadhan
NIP : 193467980353127
Jabatan : Lembaga Kepala Kearsipan

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia/Arsip Daerah Provinsi/ Arsip Daerah Kabupaten/Kota beralamat di Jl.
Kemenangan yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Menyatakan telah menangadakan serah terima arsip sratis tentang Budaya Tungkot Tunggal
Panaluan di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir seperti yang tercantum
dalam Daftar Arsip Statis terlampir di Arsip Nasional Republik Indonesia/Arsip Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota.

Medan, 16 April 2022

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


Kepala Lembaga Pencipta Arsip Kepala Lembaga
Kearsipan
Amelia Kusuma Dr. H. Ramadhan
120322724365810 193467980353127
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Cerita rakyat Tungkot Tunggal Panaluan diawali dari kisah cinta terlarang dari

dua orang saudara kembar berlainan jenis yaitu Si Aji Donda Hatahutan dan Si

Boru Tapi Nauasan. Mereka melanggar norma dengan melakukan hubungan

badaniah sehingga mendapatkan karma yaitu ditelan pohon piu-piu tanggulon

(hau tada-tada) dan tidak dapat terbebaskan. Ada lima orang datu yang berusaha

membebaskan mereka namun gagal dan justru ikut ditelan oleh pohon tersebut.

Sampai akhirnya, seorang datu terakhir berhasil memotong pohon tersebut dan

menjadikannya sebuah tongkat dengan ukiran menyerupai rupa manusia dan

hewan yang ikut ditelan pohon tersebut. Tongkat tersebut menjadi tongkat sakti

yang disebut Tungkot Tunggal Panaluan. Sejak saat itu Tungkot Tunggal

Panaluan dipakai dalam segala macam fungsi menurut keinginan yang

menggunakan tongkat tersebut.

2. Tungkot Tunggal Panaluan kemudian di duplikat oleh pengukir dan diisi

dengan ilmu mistis/gaib oleh datu bolon. Setiap raja yaitu pemimpin marga

Batak Toba, datu, bahkan beberapa suku lainpun memiliki Tungkot Tunggal

Panaluan yang memiliki kesaktian. Suku Batak Toba selalu mengadakan ritual

dan tortor Tungkot Tunggal Panaluan untuk menghormati leluhur dan meminta

bantuan yang pada umumnya untuk mendatangkan hujan di musim


kemarau, membantu dalam peperangan, menolak bala, dan mengobati penyakit.

3. Dimasa sekarang Tungkot Tunggal Panaluan yang diisi dengan ilmu

mistis/gaib sudah tidak dikeluarkan lagi lantaran suku Batak Toba telah

memiliki pada umumnya kepercayaan Kristen yang bertentangan dengan

kekuatan tersebut. Namun, para pengrajin seni rupa di desa Tomok tetap

mengukir kayu menyerupai Tungkot Tunggal Panaluan. Ukiran tersebut

dipakai dalam kebutuhan melestarikan budaya Batak Toba dan dijadikan salah

satu jenis cendramata dari desa Tomok.

4. Di desa Tomok, setiap tahunnya diadakan upacara adat horja bius. Dalam

upacara ini diadakan acara ritual dan tortor Tungkot Tunggal Panaluan. Ritual

yang diadakan adalah meminta ijin kepada leluhur yang bertujuan ingin

melestarikan budaya suku Batak Toba. Acara ini dilakukan untuk mengenang

ritual yang dilakukan nenek moyang mereka dan disamping itu mereka hendak

melestarikan budaya yang mereka miliki yang juga berguna untuk menarik

wisatawan ke desa tersebut. Cerita Rakyat Tungkot Tunggal Panaluan juga

sering dipertunjukkan dalam drama dan ditarikan dengan diiringi gondang

menyerupai kegiatan yang dilakukan oleh nenek moyang suku Batak Toba.

Pertunjukan ini diselenggarakan di hari hari perayaan, pagelaran seni ataupun

event-event di desa itu.

5. Seluruh kegiatan masyarakat desa Tomok terhadap Tungkot Tunggal Panaluan

merupakan sebuah bentuk kearifan lokal, karena hal tersebut merupakan

kebijaksanaan dan pengetahuan asli mayarakat tersebut yang


berasal dari nilai luhur tradisi budaya suku Batak Toba. Bentuk kearifan lokal

itu terdapat pada nilai budaya berdasarkan kategori hubungan manusia, yaitu

(1) Nilai budaya hubungan manusia dengan Tuhan (a) nilai religius, (2) Nilai

budaya hubungan manusia dengan masyarakat (a) nilai peduli sosial (b) nilai

pelestarian dan kreativitas budaya yaitu seni rupa, seni tari, seni musik dan seni

untuk ekonomi (c) nilai peduli sesama (d) nilai gotong royong, (3) Nilai budaya

hubungan manusia dengan dirinya sendiri (a) nilai tanggung jawab.

SARAN

Setelah melakukan penelitian tentang kearifan lokal dalam cerita rakyat

Tungkot Tunggal Panaluan di desa Tomok kecamatan Simanindo kabupaten

Samosir: kajian antropologi sastra, maka peneliti mengajukan saran seperti berikut:

6. Peneliti berharap supaya budaya masyarakat Batak Toba tetap dapat

dipertahankan, dilestarikan dan memiliki budaya populer.

7. Peneliti berharap supaya suku Batak Toba khususnya di desa Tomok bersatu

hati dan pikiran dalam mempertahankan dan melestarikan budaya leluhurnya.

8. Peneliti mengharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan pembaca

terhadap kekayaan budaya yang dimiliki suku Batak Toba.


DAFTAR PUSTAKA

Artha, Arwan Tuti dan Heddy shri Ahimsa-Putra. 2004. Jejak Masa Lalu,
Sejuta Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan


lain-lain.
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Djamaris, Edward dkk. 1996. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya


Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Kalimantan. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra:


Epistemologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Medpress.

Harahap, Basyral Hamidy dkk. 1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya


Batak: Suatu Pendekatan Terhadap Perilaku Batak Toba dan
Angkola- Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskander.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.


Jakarta: PT Gramedia.

Moleong, Lexy J. 2016. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Anda mungkin juga menyukai