Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IDENTITAS DAERAH MURUNG RAYA

KALIMANTAN TENGAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan 459

Tutor: Dr. Sunarto, S.H., M.Si.

Disusun oleh :

Nama : LUSIANI MAHARTI PRATOMO

NIM : 043351286

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS FHISIP

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih
memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul “Identitas daerah Murung Raya Kalimantan Tengah”
tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu
hingga dapat disusunnya makalah ini. Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam makalah ini membahas tentang identitas, lambang dan slogan murung raya, rumah
adat, pakaian adat, makanan khas murung raya kalteng. Akhirnya saya sampaikan terima
kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi diri saya sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Akhirnya, tidak
ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dari para pembaca
guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.

Puruk Cahu, 4 Mei 2021

Lusiani Maharti Pratomo


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………………………….... i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………...……… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………..… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………………………… 2
D. Manfaat Penulisan …………………………………………………………………………………………….  2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………… 3
A. Lambang Murung Raya …………………………………………………………….……………………….. 3
B. Rumah Adat Murung Raya Kalteng ……………………………………………………………………. 5
C. Tradisi ……………………………………………………………………………………………………………… 6
D. Mitos Murung Raya ………………………………………………………………………..…………….….... 7
E. Makanan Khas Murung Raya ……………………………………………………………………….…….. 8

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………….…………… 10


A. Simpulan ……………………………………………………………………….………………………………… 10
B. Saran ………………………………………………………………………………….…………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………… 11


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang penting bagi


setiap anak bangsa, karena pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi panutan
untuk menghindari perilaku-perilaku yang menyimpang. Di jaman modern seperti
sekarang ini, setiap anak bangsa harus memiliki pendidikan kewarganegaraan yang
baik untuk menghindari perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, melalui
pendidikan kewarganegaraan kita dapat mengetahui sejarah perjuangan bangsa
serta lebih menghargai arti dari kemerdekaan Indonesia. Sebagai warga negara, kita
perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah
air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela negara
demi keutuhan NKRI. Mempelajari pendidikan kewarganegaraan juga terdapat di
dalam pasal 39 ayat 2 yaitu bahwa di setiap Jenis,jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat pendidikan kewarganegaraan agar kita dapat memahami hak dan
kewajiban seorang warga Negara. Banyak manfaat yang bisa kita pelajari dari
pendidikan kewarganegaraan,seperti kita dapat belajar etika,moral,norma dan
masih banyak lagi yang bisa dapat dari pelajaran ini. Banyak masyarakat yang tidak
memahami pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan, contohnya yaitu
demonstrasi yang melanggar hukum, mahasiswa yang bentrok dan tawuran sesama
mahasiswa maka dari kejadian itu sudah jelas bahwa mereka menyalahgunakan dan
tidak memahami dari pelajaran pendidikan kewarganegaraan ini. Maka dari itu
pendidikan kewarganegaraan harus di mulai dari usia dini, supaya kita dapat
memahami pentingnya keadaan lingkungan di sekitar kita. Perjalanan panjang
sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan.
Kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan
sampai era pengisian kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tuntutan yang
berbeda sesuai dengan zamannya.
Rumusan Masalah

1. Apa arti lambang MURUNG RAYA?


2. Rumah adat Murung Raya kalteng itu seperti apa?
3. Apa saja tradisi yang ada di Murung Raya?
4. Apa mitos daerah Murung Raya?
5. Apa saja makanan khas Murung Raya ?

Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Tutor
kami Dr. Sunarto, S.H., M.Si. serta menyusun dan menjelaskan makalah ini sesuai
dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa arti lambang daerah
2. Mahasiswa dapat memahami dan tau seperti apa rumah adat di murung raya
3. Mahasiswa mengetahui apa saja tradisi yang ada di murung raya
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja mitos daearah
5. Mahasiswa dapat mengetahui makanan khas murung raya

Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:

 Memberi wawasan tentang dearah murung raya


BAB II

PEMBAHASAN

A. Lambang Murung Raya


Arti lambang daerah provinsi murung raya

Tulisan MURUNG RAYA menyatakan nama Daerah dan Wilayah sebagai Daerah Otonom

 BINTANG bersudut LIMA : melambangkan


Ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebagaimana sila pertama dari Pancasila yang
dalam membangun Daerah dan Masyarakat selalu
diikuti Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan ajaran dari agama yang dianut
masing-masing

 GUNUNG dan PUNCAK: melambangkan cita-cita


yang tinggi setinggi gunung dalam membangun sumber daya yang ada baik sumber
daya manusia yang berkualitas dan berbudi luhur maupun sumberdaya alam yang
ada, yang kedua sumber daya ini saling bersinergis dan lestari agar terjaga
lingkungan yang bersih dan mampu bersaing diera globalisasi ini

 HUTAN: melambangkan potensi alam yang harus dipelihara dan dijaga


kelestariannya guna menjaga keseimbangan ekosistem alam dan sebagai sumber
kehidupan

 SUNGAI: melambangkan aliran kehidupan yang senantiasa mengalir menuju


masyarakat yang adil dan makmur dan madani
 PADI dan KAPAS : melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan daerah dan
seluruh masyarakat yang selalu bekerjasama dalam mewujudkan masyarakat secara
adil dan merata yang dilambangkan

 Padi dengan jumlah 45 butir melambangkan Proklamasi Kemerdekaan RI

 Kapas dengan 17 biji merupakan tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI pada Bulan


Agustus 1945

 Tangkai Padi dan Kapas disimpulkan oleh 2 simpul ikatan yang melambangkan
tanggal peresmian Kabupaten Murung Raya tanggal 2 Juli 2002

 Daun Padi 4 helai dan daun kapas 3 helai menunjukan bulan pembentukan Daerah
Kabupaten Murung Raya Juli 2002

 PERISAI :melambangkan kekuatan dan keteguhan dimana seluruh komponen


masyarakat siap menghadapi berbagai bentuk rintangan dan teguh dalam
memperjuangkan kejayaan dan kemakmuran Kabupaten Murung Raya

 MANDAU : adalah senjata khas etnik dayak, dimana masyarakat senantiasa selalu
siap dan berani dan waspada menghadapi bentuk ancaman dan gangguan yang
ingain merusak persatuan dan kesatuan bangsa

 SUMPITAN : adalah salah satu senjata etnik dayak, yang umumnya digunakan
sebagai alat berburu, dengan menggunakan peluru (damek) dengan jarak capai
cukup jauh melalui tiupan yang kuat dan lobang yang lurus dan tidak untuk
membunuh sesama manusia : melambangkan kejujuran, ketulusan hati serta
perdamaian berdasarkan pemikiran yang jauh dan tepat

 RUMAH BETANG : adalah tempat tinggal / rumah suku dayak dimana didalamnya
dihuni oleh beberapa keluarga, melambangkan budaya betang adalah perekat
Persatuan dan Kesatuan dengan tidak memandang suku dan agama, dapat rukun
satu sama lainnya dengan tidak lupa menghormati Pemilik Betang (selalu
menjunjung tinggi nilai adat dan budaya masyarakat setempat dimana bumi dipijak
disitu langit dijunjung

 BELANGGA : Melambangkan barang pusaka yang nilainya tinggi, yang


melambangkan potensi kekayaan alam Kabupaten Murung Raya dan status sosial
yang bermartabat ;

 GONG : Melambangkan Persatuan Budaya Daerah

Slogan dalam Bahasa Dayak yang bertulis TIRA TANGKA BALANG merupakan rangkaian
kata filosofi bahasa Kandan Siang, Murung Ot Danum yang dalam bahasa harfiah artinya
kalau sudah membuat tangga untuk menebang sebatang pohon yang sangat besar maka
pohon tersebut harus tuntas sampai

tumbang. Sehingga Slogan Daerah Murung Raya mengandung makna Kalau sudah bekerja
jangan setengah hati, harus selesai tuntas mencapai tujuan

B. Rumah adat Murung Raya kalteng


RUMAH BETANG : adalah tempat tinggal / rumah suku dayak dimana didalamnya
dihuni oleh beberapa keluarga, melambangkan budaya betang adalah perekat
Persatuan dan Kesatuan dengan tidak memandang suku dan agama, dapat rukun
satu sama lainnya dengan tidak lupa menghormati Pemilik Betang (selalu
menjunjung tinggi nilai adat dan budaya masyarakat setempat dimana bumi dipijak
disitu langit dijunjung

C. Tradisi

Kepercayaan Kaharingan

Ciri khas Suku Dayak Ngaju adalah hingga sekarang masih menganut kepercayaan
Kaharingan. Kaharingan mempunyai makna tumbuh atau hidup, sehingga kepercayaan
Kaharingan adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang hidup dan tumbuh
secara turun temurun dan dihayati oleh masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan.

Upacara Tiwah

Selain itu, Suku Dayak Ngaju juga melakukan upacara tiwah. Upacara ini merupakan
sebuah proses mengantarkan arwah atau roh leluhur ke surga melalui Lewu Tatau Habaras
Bulau Hagusung Intan Dia Rumpang Tulang, artinya sebuah tempat yang kekal dan abadi.
Suku ini meyakini leluhur akan senang dan bahagia jika arwah mereka sudah diantarkan.

Tradisi Tato

Sama halnya dengan suku-suku Dayak lainnya di Pulau Kalimantan, Suku Dayak Ngaju juga
mempunyai tradisi bertato. Baik laki-laki maupun perempuan, masyarakat Dayak Ngaju
menato bagian-bagian tertentu dari tubuhnya,

Pakaian Adat, Merah dan Burung Enggang

Pakaian adat Suku Dayak Ngaju juga mempunyai ciri khas tersendiri. Suku ini
menggunakan pakaian adat yang didominasi warna merah dan kuning.
Hukum Adat dan Keselarasan Alam

Sejak dahulu hingga sekarang, orang Dayak Ngaju terkenal dengan hukum adat mereka.
Terutama berkaitan dengan bagaimana mereka hidup berdampingan dengan alam atau
hutan. Hukum adat merupakan aturan yang telah digariskan dan diwariskan oleh leluhur
mereka untuk ditaati.

D. Mitos murung raya

Mitos Gunung Bondang


Gunung Bondang adalah sebuah gunung tertinggi di daerah Kalimantan
Tengah setelah Bukit Raya, gunung adat yang masih sangat kental dengan
kepercayaan warga sekitarnya. Bukan sembarang orang desa sekitar yang mampu
mencapai puncak gunung tersebut, jika Ia berusia kurang dari 40 tahun maka tidak
diperkenankan padanya untuk mendaki gunung Bondang sampai ke puncak. Jika
orang tersebut tetap memaksakan untuk naik maka berbagai penyakit akan ada
pada dirinya, misalnya infeksi karena gigitan lintah atau penyakit demam yang bisa
membuat dirinya sendiri atau mungkin anggota keluarganya meninggal. Tapi itu
merupakan kepercayaan orang-orang tua dayak siang, bagi pemudanya banyak
yang tidak percaya lagi akan mitos tersebut. Beberapa dari mereka merupakan
guide untuk para peneliti dan mahasiswa untuk mendaki gunung Bondang, dan
beberapa pemudanya adalah suku dayak siang yang sudah tidak percaya tentang
adanya mitos tersebut. Mereka tetap mendaki dan selamat. Dikisahkan oleh
seorang kakek yang dituakan di desa Saruhung, bukan kepala adat tapi orang dayak
siang asli yang sempat melakukan ritual kecil sebelum kami memasuki hutan.
Tujuannya agar kami semua selamat sampai kami kembali pulang, ibaratnya
kami meminta ijin kepada yang sudah tinggal dan menetap di hutan. Kakek Aming
namanya, kakek bercerita tentang asal mula gunung Bondang. Pada masa dahulu
kala gunung Bondang tingginya sampai menjulang ke langit, gunung Bondang
merupakan tangga penghubung antara langit dengan bumi waktu itu. Di langit
hiduplah beberapa Dewa dan Dewi, Dewi yang jahat bernama Ajudahari. Ia gemar
sekali memakan manusia yang ada di bumi, jika Ia melihat manusia berjalan di
sekitar gunung Bondang maka diambillah manusia itu kemudian dimakannya
dengan lahap. Melihat hal itu Dewa baik yang bernama Bondang dan saudara
perempuannya yang bernama Buro kasihan terhadap manusia yang ada di bumi,
maka mereka pun menyusun rencana agar Ajudahari tidak lagi memakan manusia.
Mereka akhirnya membagi tugas, Bondang bertugas mengalihkan perhatian si
Ajudahari dan secepat mungkin Buro memukul gunung Bondang hingga tak
terjangakau lagi oleh langit. Kini tinggi gunung Bondang hanya 1424mdpl, sejak
saat itu si Ajudahari tidak bisa lagi memakan manusia bumi. Konon katanya air liur
Ajudahari menetes ke bumi setiap kali dirinya melihat manusia, dan dari air liur
itulah tercipta berbagai binatang penghisap darah. Seperti lintah atau yang lebih
dikenal dengan kata pacat, lebah, nyamuk, bahkan ular piton. Mungkin tinggi
gunung Bondang memang tidak seberapa tinggi jika dibandingkan dengan gunung-
gunung yang ada di Jawa, tapi jangan pernah meremehkan medan gunung
Bondang. Medannya cukup terjal, ditambah kondisi hutan hujan yang membuatnya
selalu lembab dan becek. Belum lagi pacat dimana-mana, tetap waspada adalah
kunci kita tetap bisa selamat. Semakin tinggi vegetasinya mulai penuh dengan
lumut, bahkan lumut tersebut bisa diperas airnya untuk diminum. Ada hewan
semacam udang pula yang hidup didalam lumut-lumut pohon tersebut, keren tapi
ingat untuk tetap waspada.

E. Makanan khas Murung Raya

Lemang

Lemang adalah penganan dari


beras ketan yang dimasak dalam
seruas bambu, setelah
sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi
beras ketan dicampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas
bambu lalu dibakar sampai matang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat.

Pucuk jawaw bekacak/ daun singkong

Makanan khas dayak ini adalah


olahan daun singkong yang
ditumbuk sampai halus, setelah itu
dimasak dengan terong pipit atau yang berukuran kecil bersama dengan lengkuas,
serai, bawang merah, dan bawang putih. Paling nikmat menikmati kalumpe dengan
nasi hangat, ikan asin, dan sambal terasi.

Juhu singkah/umbut rotan

Makanan ini sangat dikenal masyarakat Dayak karena bahanya mudah diperoleh dalam
hutan tanpa perlu menanamnya. Umbut rotan memilik arti rotan muda sedangkan juhu
singkah ialah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku Dayak. Umbut Rotan
memiliki rasa gurih, asam, kepahit-pahitan yang juga bercampur manis dari ikan, sehingga
membuat makanan ini memiliki ciri khas citarasa tersendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Identitas Daerah dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan jati diri sebagai bagian


integral dari pilar Bhineka Tunggal Ika, sehingga dapat dijadikan acuan dan sumber
inspirasi bagi penyusunan strategi dan kebijakan pembangunan di daerah, yang sama
sekali tidak dimaksudkan sebagai bentuk eksklusifisme kedaerahan.

B. Saran

Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini yang jauh dari
kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber referensi yang dapat dipertanggung jawabkan. Saran kami dalam makalah
ini adalah untuk menambah wawasan bagi para pembaca agar kita sama-sama memahami
apa itu identitas nasional, sebagai bangsa Indonesia yang baik dan mampu menjunjung
tinggi serta mengamalkan Pancasila
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/clanpurukcahu.wordpress.com/2011/05/13/arti-
lambang-murung-raya/amp/

https://correcto.id/beranda/read/27142/ini-5-tradisi-dayak-ngaju-di-kalteng-wajib-kamu-
ketahui
http://duaselera.com/kuliner-daerah/inilah-15-kuliner-khas-kalimantan-tengah-yang-
wajib-kamu-coba/

Anda mungkin juga menyukai