Ketoprak (kethoprak) adalah kesenian rakyat Jawa yang berasal dari Jawa Tengah,
diyakini terlahir di Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta. Sebuah bentuk teater yang
mengandung unsur utama berupa dialog, tembang dan dagelan dengan diiringi oleh Gamelan.
Pemainnya terdiri dari pria dan wanita yang membawakan gerak laku cenderung realistik, meski
pada awal perkembangannya didapati sedikit unsur tari didalamnya. Ketoprak merupakan seni
panggung yang khas terutama melalui ceritanya yang mempertunjukkan kisah-kisah masyakarat
Jawa, baik kisah legenda, kepahlawanan, ataupun kehidupan sehari-hari.
Ada juga yang mengusung cerita fiksi atau selainnya, namun tema cerita tidak pernah
diambil dari repertoar cerita epos Ramayana dan Mahabharata. Sebagai kesenian yang lahir dari
rakyat, kethoprak lebih kentara dengan sifat-sifat spontan, improvisasi dan tidak terikat aturan-
aturan baku yang formal. Meskipun dikatakan berasal dari Jawa Tengah, pada kenyataannya
kesenian ini berkembang luas dan dinikmati oleh masyarakat di seantero Jawa. Hal ini
disebabkan kebiasaan kelompok kethoprak menjelajah seluruh daerah di Jawa. Mereka
manggung dan membawakan cerita-cerita masyarakat kepada masyarakat lainnya. Dalam hal ini,
Ketoprak mengandung unsur pendidikan, komunikasi tentang isu-isu dalam masyarakat
sekaligus menjadi hiburan yang digemari.
Ketika membaca periodesasinya, cikal bakal Kesenian Ketoprak bermula di tahun 1887
melalui beberapa pemuda desa yang memainkan lesung sambil menari dan melantunkan
tembang dolanan, hingga terciptalah seni pertunjukan sederhana. Kemudian pada kisaran tahun
1914, RM Wreksodiningrat yang seorang seniman tari dan Wayang Wong di Keraton Surakarta
menciptakan kesenian kethoprak. Lahirnya kesenian ini adalah terinspirasi oleh kondisi
masyarakat saat itu yang memang membutuhkan hiburan baru. Masyarakat sudah bosan dengan
hiburan lama yang mereka dengar hanya melalui lisan. Dulu para pemainnya adalah laki-laki
karena menyesuaikan tema yang lebih mengarah ke peperangan dan pengembaraan.
Selanjutnya, seiring dengan bertambahnya variasi alur
cerita, pemain wanita pun dilibatkan.Pertunjukan kethoprak biasanya berlangsung sekitar 4-6
jam dengan dialog berbahasa Jawa kromo inggil dan ngoko. Bahasa digunakan sesuai dengan
tingkatan, misalnya raja dengan raja, raja dengan abdi, serta abdi atau rakyat biasa dengan
sesamanya. Umumnya dialog para pemain lebih berpedoman pada naskah yang telah dibuat oleh
sutradara. Pada mulanya seni tari lebih mendominasi pertunjukan dengan tambahan sedikit
dialog. Selanjutnya, meski unsur tari tetap dipertahankan, secara bertahap porsi dialog pun
ditambahkan.
Di keraton kesenian ini dipoles beberapa bagian termasuk lesung yang berubah menjadi
gamelan, penambahan kendang seruling dan terbang. Lagu dolanan diganti dengan tembang
macapat dan tembang tengahan. Semuanya cenderung disesuaikan dengan keagungan keraton.
Fungsi Ritual
Secara tradisional, Kethoprak merupakan sarana untuk melakukan upacara ritual yang
menjadi prasyarat dalam sebuah acara. Dalam hal ini, pertunjukan yang ada di beberapa daerah
masih berpijak pada aturan tradisi yang berlaku. Masih ada anggapan dengan terlaksananya
kesenian ini maka ritual serta permohonan diharapkan dapat berjalan lancar, sehingga tidak
jarang sebelum pertunjukan dimulai terdapat beberapa sesaji.
Fungsi Pendidikan
Tokoh dan lakon sering dijadikan panutan bagi para penonton yang menikmatinya. Disini
para seniman Kethoprak memiliki misi yang ingin disampaikan melalui dialog, gerakan dan
tarian. Ada transformasi nilai-nilai budaya, sehingga para seniman dituntut mampu memberikan
pelajaran yang bermakna, baik dalam dialog dan alur ceritanya serta gerakan-gerakan yang
ditampilkan. Adapun yang paling menonjol adalah penuturan dialog yang membedakan
penggunaan bahasa ngoko dan krama inggil yang disesuaikan dengan kedudukan.
Fungsi Penerangan
Tidak bisa dipungkiri bahwa Kethoprak kaya akan sindiran-sindiran atau kritik sosial. Seperti
diketahui, kebanyakan masyarakat menganut paham paternalistik, sehingga sangat kesulitan
untuk melakukan kritik secara langsung. Oleh karena kritikan yang ada didalamnya pula,
Ketoprak sempat dilarang dimasa pemerintahan Jepang. Selain kritikan, pesan pembangunan
juga dapat pula tersampaikan sesuai dengan keinginan dengan topik kebersamaan, kesetiaan,
kepatuhan, atau bahkan masukan yang membangun.
Fungsi Hiburan
Sebagai sebuah seni pertunjukan, apalagi sangat digemari oleh masyarakat luas, Kethoprak
sangatlah menghibur. Kesukaan masyarakat terhadap kesenian ini, terutama karena kemasan dan
sajiannya yang ringan, tidak serius dan sering diselingi dengan lawak.