ABSTRACT
This article discusses the Java opera called Langen Carita from early 19th century which was
used as educational media for the Javanese native. A figure of Hadi Sukatno was firstly trusted by
Ki Hadjar Dewantara, a founder of Taman Siswa School, to use a Langen Carita. Specifically, this
article deliberates Jaka Tingkir as Langen Carita in its current performance. This article based on
qualitative reserach combined with the historical arts method. It uses a heuristic method to validate
data and to critisize the sources. The main approach of this article is ethnochoreology according to
the materials used in a dance drama as a branch of performing arts studies. Ethnochoreological per-
spectives are needed to find the basic creation of an opera dance drama in which dance is viewed as a
cultural product.
ABSTRAK
Artikel ini mendiskusikan sebuah fenomena opera Jawa yang sejak awal dirancang un-
tuk media pembelajaran bagi para warga pribumi. Sosok Ki Hadi Sukatno yang pertama
kali dipercaya oleh Ki Hadjar Dewantara untuk menggunakan media Langen Carita. Secara
khusus, artikel ini membahas Langen Carita Joko Tingkir di masa kini. Kajian artikel ini
bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode sejarah seni. Sebagaimana dalam metode
sejarah, maka di dalam sejarah seni sifat data kualitatif itu dicermati melalui kritik sumber.
Langkah kritis ini lazim disebut sebagai langkah heuristik pada metode sejarah. Hal ini di-
lakukan untuk mendapatkan sebuah objektivitas pada kajian. Selain itu, pendekatan utama
dalam pengkajian ini adalah pendekatan etnokoreologi. Pendekatan ini lazim dilakukan
dalam spesifikasi metode sejarah seni yang agak berbeda dengan metode sejarah. Pendekat-
an etnokoreologi adalah pendekatan dengan menempatkan kedudukan tari sebagai objek
multidimensional. Dikarenakan objek tari adalah multidemensi, maka diperlukan pengka-
jian setiap sisi dimensi yang ada pada objeknya. Etnokoreologi secara metodologis cocok
untuk melihat Langen Carita sebagai genre dramatari sebagai sebuah produk budaya.
di Indonesia. Pencipta dramatari opera ini matari opera Jawa lahir di rumah seorang
adalah K.G.P.A.A. Mangkubumi, seorang bangsawan tinggi, yang disebut nDalem Ka-
putra Sultan Hamengku Buwana VI dan dipatèn (1982: 46—48). Secara prinsip sebenar-
menjabat sebagai lurah pangéran serta Aju- nya karya dramatari opera Langendriya lebih
dan Gubernur Jenderal di Yogyakarta saat tepat dikatakan sebagai bentuk kreativitas
itu. Bentuk opera tari ini diciptakan semu- keluarga bangsawan tinggi yang memenuhi
la bukan untuk tujuan seni pertunjukan. standar inovasi dan eksperimentasi, baik
Bahkan, K.G.P.A.A. Mangkubumi selain secara fisik maupun teknis-artistik. Un-
dikenal mencipta Langendriya juga banyak tuk alasan ini, dapat dikemukakan, bahwa
menciptakan genre tari golek tunggal pu- semula ide penyusunan dramatari opera
tri yang menjadi prototipe tari golek gaya Langendriya bukan hanya dari K.G.P.A.A.
Yogyakarta.1 Penelitian R.M. Pramutomo Mangkubumi sendiri. Beranjak dari tradisi
sepanjang tahun 2013 hingga awal tahun macapatan di nDalem Kadipatèn setiap bu-
2014 secara khusus mengkaji kelahiran lan Ramadhan atau Puasa, sebagai peng-
dramatari Langendriya ciptaan Pangeran ganti kegiatan latihan menari. Hal ini meru-
Mangkubumi. Hasil penelitian ini mem- pakan kelaziman yang sudah diberlakukan
buktikan bahwa langendriya adalah cikal secara tradisional di rumah-rumah para
bakal dramatari opera Jawa dengan kekhu- bangsawan tinggi. Salah satu putra Mang-
susan makna pada namanya ‘langen’ berarti kubumi, yakni R.M. Sutandar mengajukan
‘kesukaan’ atau ‘kegemaran’ dan driya yang usulan memilih salah satu sastra tulis Serat
berarti ‘hati’ (2014: 43—44). Hal ini jelas me- Damarwulan untuk dibaca bersama-sama
nyiratkan nama diri secara tidak langsung saat itu. Langkah ini menumbuhkan ide
memberi narasi pada jenis penyajian yang untuk dilakukan pula dengan cara meng-
dibawakan. Atas dasar itu, kata langen yang gerakkan tangan dan bagian kepala sebagai
berarti ‘kesukaan’ sangat penting artinya penambah ekspresi artistik dalam membaca
bagi genre yang diciptakan. teks tembang dari Serat Damarwulan. Usul-
Pada sumber kesejarahan lain, tulisan an menggerakkan tangan dan bagian kepala
editorial Fred Wibowo pada tahun 1981 ini ditangkap ayahnya agar dikembangkan
pernah menyebutkan, bahwa era pasca pada karakter-karakter tertentu sebagai daya
1870-an pengaruh nama genre dengan se- hidup muatan cerita Damarwulan.
butan ‘langen’ sangat subur bermunculan R.M. Sutandar yang kemudian bergelar
di Yogyakarta dengan dimotori para seni- K.R.T. Kertanegara ini memohon ayahnya
man bangsawan saat itu. Bisa disebut seba- untuk menyaksikan perubahan yang diwu-
gai kelahiran genre seni pertunjukan yang judkan dalam bentuk teks dialog tembang
menggunakan nama ‘langen’, misalnya La- –dengan gerakan tangan maupun leher.
ngen Mandra Wanara, LangenWiraga, Langen Mangkubumi memenuhi permintaan pu-
Asmarasupi, serta Langen Banjaransari yang tranya itu dengan menyaksikan peraga
digagas di Pura Pakualaman (Wibowo ed., tembang memainkan sebuah lakon dari
1981: 156—162). Namun demikian, di an- cerita Damarwulan berjudul Jumenengan
tara genre tersebut, hanya Langendriya dan Nata Dewi Kencanawungu (1982: 46—48).
Langen Mandra Wanara yang masih dapat Setelah menyaksikan pertunjukan tembang
diketahui penyajiannya. dengan cerita yang mengambil dari Serat
Damarwulan tersebut, Mangkubumi segera
Tentang Langendriya menyampaikan koreksi dan kritiknya. Pe-
Dalam tulisan B. Sularto dijelaskan bah- ngamatan Mangkubumi terkonsentrasi ke-
wa salah satu bagian pembentukan seni dra- pada kesadaran aspek seni pertunjukan,
Panggung Vol. 28 No. 3, September 2018 334
dalam pengertian sebuah sajian genre. Hal koleksi Kraton Yogyakarta (Langendriya
ini terutama disampaikan adanya kelemah- Babon Mangkubumen, 1871). Penyusunan
an pada bentuk gerak dan tata busana serta naskah dipercayakan kepada K.P.H. Pur-
rincian adegan yang memerlukan penon- wodiningrat yang telah merencanakan
jolan dramatik tertentu. Atas dasar itu, ia penyusunannya dalam bentuk tujuh judul
kemudian memerintahkan kepada salah episode dari sumber aslinya. Tiap episode
satu putranya yang lain, yakni K.R.T. Wi- merupakan sebuah lakon utuh yang dapat
raguna agar menyusun desain tata busana dipertunjukkan selam berjam-jam. Gagasan
dan sejumlah properti serta aksesori. Se- ini diilhami oleh buku serial Mahabarata
buah isyarat disarankan oleh Mangkubumi dan Ramayana untuk pertunjukan wayang
agar desain busana genre baru tersebut ti- kulit. Judul-judul yang digunakan menurut
dak boleh sama dengan desain yang ada di episode adalah sebagai berikut:
Kraton Yogyakarta. 1) Lakon pertama: Jumenengan Nata Dewi
Untuk memenuhi permintaan ayahnya, Kencanawungu.
Wiraguna segera mengeluarkan ide per- 2) Lakon kedua: Pejahipun Ranggalawe.
paduan desain gaya Eropa dengan desain 3) Lakon ketiga: Gunjaran.
bergaya Jawa. Hal ini terutama pada bentuk 4) Lakon keempat: Pejahipun Menak Jingga.
baju dan hiasan kepala, seperti bulu-bulu 5) Lakon kelima: Damarwulan Jumeneng
dan jamang, atau ikat kepala. Beberapa Nata.
desain penari peran pria banyak menggu- 6) Lakon keenam: Ratu Wandan Dateng Ma-
nakan desain topi Eropa. Sementara pada japahit.
busana penari peran putri perpaduan war- 7) Lakon ketujuh: Panji Wulung Dateng Ma-
na Eropa dan Jawa khas Mataraman masih japahit.
terlihat proporsional. Demikianlah kerja Perlu diketahui pula, dalam penulisan
kreatif K.G.P.A.A. Mangkubumi yang di- pertama dibagi dalam beberapa babak, dan
padukan dengan ide-ide artistik K.R.T. Ker- setiap babak terdiri atas beberapa rang-
tanegara dan sumbangan desain inovatif kaian adegan. Teks lakon juga dilengkapi
K.R.T. Wiraguna menjadikan kelengkapan dengan peraga dalang, para pemeran, dan
bentuk sajian Langendriya sebagai sebuah peraga musik iringannya. Menarik sekali
genre drama tari opera Jawa mendekati bahwa menurut naskah aslinya, di dalam
sempurna. Sularto dalam komentarnya me- teks asli lakon yang disusun oleh Purwo-
nyatakan bahwa Langendriya sebagai ben- diningrat ini, telah dilakukan rincian seba-
tuk dramatari opera Jawa merupakan salah gai berikut.
satu produk berbobot dalam sejarah teater
...rakit, yaitu susunan pelaku, lagon, yaitu
tradisional Nusantara (1982: 48—51). lagu-lagi instrumental yang diperde-
ngarkan, sekar, yaitu lagu-lagu yang diba-
wakan oleh peraga dan dalang, kandha,
Lakon Damarwulan yaitu teks narasi monolog yang dibawakan
Penulisan teks lakon Langendriya di Yog- oleh dalang, pocapan, yaitu teks dialog yang
yakarta adalah salah satu upaya penyem- dibawakan oleh peraga dalam nyanyian
tembang macapat (Langendriya Babon Mang-
purnaan dalam bentuk seni pertunjukan kubumen, 1871: 2).
yang disempurnakan sesuai dengan for-
mat penyajian yang diinginkan kreatornya. Teks lakon lengkap juga dilengkapi de-
Dalam hal ini, K.G.P.A.A. Mangkubumi ngan balungan lakon atau skema posisi a-
telah mendapatkan izin khusus dari Sul- degan dalam bentuk lampiran atau kerang-
tan Hamengku Buwana VII untuk meng- ka lakon, termasuk posisi setiap pelaku di
adaptasi Serat Damarwulan yang menjadi dalam adegan tertentu. Dikarenakan ter-
Pramutomo, Slamet MD, Mulyadi: Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak 335
perkembangan seni dramatari opera yang dilakukan dengan cara menyerupai sikap
diciptakan oleh K.P.H. Yudanegara III seki- berjongkok. Hanya saja, jika posisi lutut
tar tahun 1890-an (Suharto dkk., 1999: 18— pada Langendriya tidak menyentuh lantai,
19). Kepentingan pustaka ini untuk men- maka di dalam Langen Mandra Wanara po-
jadi pembanding suatu tinjauan historis sisi lutut diperbolehkan menyentuh lantai.
penciptaan seni dramatari opera Jawa yang Pada gilirannya kedua genre opera tari,
memang lahir di akhir abad ke-19. baik Langendriya maupun Langen Mandra
Uraian tentang munculnya era seni Wanara, menjadi genre penting dalam kait-
dramatari opera Jawa sempat diungkapkan annya dengan status politik penciptanya,
melalui kehadiran dramatari opera yang serta status lokasi lantai pentas yang mela-
lain, yaitu Langendriya. Hanya saja, acuan hirkannya. Kajian terhadap kaitan antara
penciptaan yang lebih memungkinkan status politik dan lantai pentas akan men-
dirujuk dari sumber lisan. Buku ini sangat jadi hal yang menarik, jika didekati dari ke-
meyakini awal penciptaan dramatari opera hadiran sajian genre pertunjukannya. Atas
Jawa yang lahir di sekitar tahun 1860—1863 dasar itu, kepentingan menyelidiki keter-
(Suharto dkk., 1999: 16—18). Sementara itu, kaitan di atas sangat mendorong pemba-
acuan tentang angka tahun tersebut di- hasan yang lebih mendalam.
dapatkan dari prototipe dramatari opera Dalam hal ide penciptaan, Langen Man-
Jawa yang lahir lebih dulu, yakni Langen- dra Wanara dapat dikatakan tidak serumit
driya yang disebut-sebut penulis Belanda Langendriya. Secara materi dramatik, sum-
Th. B. Van Lelyveld. Selain itu, data pen- ber cerita masih bersumber pada wiracarita
dukung yang menyatakan kemunculan La- Ramayana. Dari segi busana masih dapat
ngen Mandra Wanara lebih akhir dari La- diacu dari tata busana dalam Wayang
ngendriya diuraikan dari hasil wawancara Wong, walaupun perbedaan pemakaian
salah satu keturunan K.P.H. Yudanegara topeng telah dimodifikasi di dalam Langen
III (1999: 19). Mandra Wanara. Kemudian, dalam hal tek-
Atas dasar itu, buku ini merupakan sum- nis presentasi, sajian genre ini hanya meng-
ber penting untuk mencermati sebuah era ubah sedikit level yang ada dalam posisi
pembentukan seni dramatari opera Jawa penyangga (kaki) agar tidak sama dengan
yang diawali sejak kelahiran La-ngendriya pola adeg dalam dramatari Wayang Wong.
hingga kelahiran Langen Mandra Wanara Jika terjadi adegan perang, maka di dalam
gaya Yogyakarta. Jika diperhatikan, kedua Langen Mandra Wanara juga lebih mem-
genre dramatari opera di atas secara ber- perlihatkan keluwesan dalam hal teknis pe-
samaan muncul dalam sebuah periode nyangga atau kaki. Artinya, diperbolehkan
pemerintahan Sultan Hamengku Buwana menggunakan pola-pola perang seperti da-
VII (1877—1921). Era ini diyakini seba- lam Wayang Wong.
gai era kelanjutan dari peletakan dasar Salah satu ciri terpenting dari Langen
perkembangan tari gaya Yogyakarta. Peng- Mandra Wanara adalah sejumlah besar pe-
kajian seni pertunjukan tari Jawa gaya Yog- ran kera ditampilkan di dalam sebuah la-
yakarta tidak mungkin mengabaikan era kon utuh. Pada karakter kera berjenis kapi
pemerintahan Sultan Hamengku Buwana (atau kera kecil) tidak disebutkan dalam
VII sebagai era yang unik. pernyataan Soedarsono di atas. Tipe khu-
Kesamaan penting di antara kedua sus dalam karakter kera kecil barangkali ti-
genre Langendriya dan Langen Mandra Wa- dak begitu penting di dalam dramatari Wa-
nara saat itu, bahwa kedua drama tari o- yang Wong, namun sangat berarti penting
pera ini diperagakan oleh penari pria, dan bagi genre Langen Mandra Wanara. Berikut
Pramutomo, Slamet MD, Mulyadi: Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak 337
ini sebuah acuan tipe karakter kera kecil Ki Hadi Sukatno langsung mendapat bim-
atau jenis kapi-kapi yang dirujuk dari lakon bingan dari Ki Hadjar Dewantara, terutama
Kumbakarna Gugur pada tahun 1915 (Arsip pengarahan dalam pembinaan kesenian
Nomor 109, Koleksi KRT. Wiroguno): 1) Ja- anak-anak (gending dolanan anak-anak).
ya Suséna, 2) Jaya Anala, 3) Kapi Ménda, 4) Selain Ki Hadjar Dewantara, nama-nama
Kapi Kingkin, 5) Kapi Cucak Rawun, 6) Kapi lain yang turut mempengaruhi proses se-
Suraba, 7) Kapi Pramujabahu, 8) Kapi Harimu- lanjutnya adalah Ibu Soekemi, Ibu Mangun
ka, 9) Kapi Truwelun, 10) Kapi Jago, 11) Kapi Sarkara, Ibu Mangun Puspita, dan Ibu Su-
Cacing, dan 12) Kapi Kumbang. rip (1981: 1-2).
Dalam acuan lakon yang dipergelar- Hadi Sukatno muda selalu digelitik un-
kan tahun 1915 itu, kiranya keduabelas tuk berkreasi, ketika Pendapa Agung Ta-
tokoh ini dimiliki pada karakter kera kecil man Siswa diresmikan pada tahun 1938, ia
atau kapi. Oleh sebab itu, acuan varian vi- mementaskan seni permainan anak-anak
sual gerak pada tipe karakter kera berjenis Cemporowa dan Kembang jagung. Hadi Su-
kapi menjadi penting diungkapkan dalam katno juga turut memeriahkan peresmian
kajian analisis tipe karakter dramatari o- Pendapa Agung itu, dengan membawakan
pera Langen Mandra Wanara. Dinyatakan, Tari Hindu koreografi oleh Rusli (pelukis
bahwa dalam tradisi gaya Yogyakarta, pola dan anggota Akademi Jakarta). Pengala-
gerak varian visual untuk kera kecil hanya man indah waktu muda, yaitu waktu per-
menggunakan ragam miwir asta dhengklik.2 tama kalinya diperkenalkan memukul
Mengikuti periode sejarah pembentukan gamelan. Ketika menjadi siswa Taman
Langen Mandra Wanara selama dekade awal Guru, ia memukul gamelan dengan tidak
abad ke-20 maka bisa diduga, bahwa ke- boleh melihat penarinya, sebab penarinya
hadiran karakter kera dalam setiap lakon putri. Ia memukul gamelan dengan mem-
pertunjukannya mempengaruhi pencipta- bungkuk dan terhalang papan kayu. Tam-
an lakon-lakon gabungan Ramayana dan paknya periode 1930-an inilah yang me-
Mahabarata di dalam genre seni Wayang jadi tonggak sejarah pendidikan tari untuk
Wong di awal tahun 1930an. putri. Taman Siswa mengawalinya dengan
memperbolehkan kaum perempuan. Guru-
Langen Carita Sebuah Genre Dramatari gurunya didatangkan dari sekolah tari Kri-
Bahasan artikel ini sampai pada uraian da Beksa Wirama, termasuk di antaranya
tentang mengapa Langen Carita dianggap GPH. Tejakusuma, BPH. Suryadiningrat,
kelanjutan dari genre sebelumnya yang su- dan RW. Hatmodijaya.
dah dulu lahir dalam periode sejarah terda- Pengalaman menjadi siswa didik di Ta-
hulu. Dalam kelahiran genre ini tidak dapat man Guru Perguruan Taman Siswa ini ba-
dilupakan peran seorang Ki Hadi Sukatno nyak memengaruhi Ki Hadi Sukatno dalam
yang mendapat kepercayaan langsung dari menata fondasi genre baru yang dinama-
Ki Hadjar Dewantara. Saat itu, pada tahun kan Langen Carita. Sekarang ini hanya Ta-
1929, ia mulai mengenal Taman Siswa yang man Siswa saja yang menalurikan kebu-
akhirnya merupakan tempat ia mengabdi dayaan itu kepada anak didik. Sebenarnya,
hingga akhir hayatnya. Schakel School ini demi melestarikan dan mendasari rasa
diselesaikannya dalam 4 tahun. Ia juga be- budaya kebangsaannya, seni permainan
lajar di Taman Dewasa di Solo sampai ta- anak-anak yang mencakup kesenian dae-
mat, kemudian kembali ke Yogyakarta ma- rah itu harus tetap hidup. Hanya saja ben-
suk ke Taman Guru Taman tuk, isi, dan iramanya yang mesti menye-
Siswa Yogyakarta. Selama tiga tahun, suaikan gerak zaman. Sifat permainannya
Panggung Vol. 28 No. 3, September 2018 338
dah dijadikan sumber cerita sejak tahun dilakukan secara berdampingan, dengan
1964 oleh Ki Hadi Sukatno (Koleksi Taman alasan hasil interpretasi pada langkah se-
Siswa tahun 1956). Kisah Jaka Tingkir sejak belumnya akan diproses sejalan dengan
itu pula menjadi idola anak-anak karena interpretasinya. Artinya, tahapan eksperi-
kesaktiannya sebagai orang Desa yang ber- mentasi tetap berbasis pada pola interpre-
juang mengadu nasib di kerajaan Demak, tasi yang berjalan sebagai inspirasi karya.
hingga akhirnya menjadi pimpinan praju- Di dalam eksperimentasi termasuk akan
rit kerajaan. Kiranya upaya menghadirkan diujicobakan bentuk-bentuk baru yang
kembali tokoh Jaka Tingkir dalam bentuk mempertimbangkan instrumen tubuh per-
visual koreografi dramatari opera masa aga anak-anak yang sangat khas.
kini sangat relevan dengan daya juang dan Pada ranah konsep sebenarnya kehadir-
daya gigih seorang yang ingin mengejar an Langen Carita Jaka Tingkir masih merujuk
cita-citanya. pada genre dramatari opera sebagaimana
Atas dasar itu, maka pilihan menampil- yang pernah lahir lebih dulu. Konsep dra-
kan bentuk garap visual ini menjadi pen- matari opera diturunkan sebagai adaptasi
ting dikarenakan muatan pesan yang ditu- genre dramatari opera sebelumnya. Oleh se-
ju sebagai penanaman nilai edukasi anak. bab itu, ciri khas lagu tembang dolanan anak
Dengan kata lain, bahwa sejak tahun 1964 dianggap representasi dari sebuah rangsang
sudah teruji kebertahanan mengidolakan audio bagi dramatari opera.
tokoh sejarah lokal sebagai tipe ideal anak- Sementara itu, dalam ranah penuang-
anak yang dibangunkan semangat kerja an sudah sangat jelas proses ini menjadi
keras dan kegigihannya. Analogi tokoh ide- implikasi metodologis dari konstruksinya.
al memang sangat relatif. Namun demiki- Aspek metodologinya dikenal secara lazim
an, jika berkaitan dengan unsur afirmatif sebagai pembentukan. Metode pembentuk-
penerimaan yang didapat dari kehadiran an adalah aplikasi dari pola-pola teknik es-
tokoh Jaka Tingkir dapat berupa transfor- tetis dan penuangan. Hal ini merupakan
masi pengetahuan sekaligus transformasi tahapan akhir dari hasil uji coba ketika
nilai edukasi. pola-pola interpretasi dikembangan men-
Secara visual penyajian Langen Carita jadi pola-pola teknis, pola-pola estetis, dan
Jaka Tingkir masih memenuhi aspek kese- penuangannya. Hasil penuangan ini men-
imbangan kreativitas dan gaya penampil- jadi tahapan awal atau prototipe dari pen-
an sebagaimana dicermati dalam paparan ciptaan karya Langen Carita Jaka Tingkir.
Rusliana (2014). Hal ini terimplementasi di Eksplorasi yang tersajikan dalam visu-
dalam bentuk garap atau koreografi yang alisasi dramatari opera Langen Carita Jaka
menggunakan medium tubuh penari anak- Tingkir, sangat mengandalkan aspek pen-
anak. Artinya, kreativitas penciptaan Langen dalaman struktur internal kekaryaan. Hal
Carita diindikasikan dari kebertahanan ele- ini yang menjadi warna lain dalam sebuah
men visual yang disajikan sebagai genre garap genre dramatari yang dipengaruhi
dramatari opera. oleh aspek kontemplatif penyusunnya.
Tiga ranah proses dalam penciptaan La- Wujud kreasi bagi pemilik karya, sengaja
ngen Carita Jaka Tingkir masih dapat diru- melibatkan kekuatan pengolahan ruang
juk dari ranah gagasan, ranah konsep, dan batin dunia anak anak yang digagas seba-
ranah penuangan sekaligus. Pada ranah gai visualisasi dalam ekpresi tubuh peraga-
gagasan, maka aspek yang terimplemen- nya. Dalam pandangan metode konstruksi,
tasi ditunjukan melalui proses interpretasi maka seluruh sisi dalam kekuatan aspek
dan eksperimentasi. Melalui ranah ini juga internal Langen Carita Jaka Tingkir itu men-
Pramutomo, Slamet MD, Mulyadi: Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak 341
Gerak penguat
ekspresi berdebat
tangan dan jari-jari.
Pramutomo, Slamet MD, Mulyadi: Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak 343
Tabel 5. Deskripsi penyajian dalam adegan Joko Tingkir perang melawan Buaya
Pesan Moral Pesan Edukasi Pesan Solidaritas
Joko Tingkir Perang mela- Joko Tingkir Perang Joko Tingkir Perang melawan Buaya
wan Buaya memuat pesan melawan Buaya me- memuat pesan solidaritas yang dicermin-
moral setiap meraih cita-cita miliki pesan edukasi kan dengan keinginan bersama akan men-
harus melewati berbagai agar setiap manusia jadi nyata jika didukung oleh sebagian be-
ujian. mempunyai cita cita sar pengikutnya.
Dilanjutkan menyeberang untuk menuju masa Dalam hal ini figur buaya digambarkan
Bengawan memiliki pesan depan semula berperang dan akhirnya mendu-
moral terlewatinya sebuah kung saat Jaka Tingkir menyebrang sungai.
halangan dan batu ujian.
Tabel 6. Deskripsi bentuk gerak dalam adegan Joko Tingkir perang melawan Buaya
Bentuk-bentuk Bentuk-bentuk Bentuk-bentuk Volume Property, Atribut,
baton signal gesture imitatif Gerak dan Aksesoris
Tidak ada gerak Volume -
penguat ekspresi gerak
lebar
Tabel-tabel di atas menjelaskan proses karakter usia anak-anak menjadikan ciri dra-
terjadinya transformasi bentuk dan nilai ser- matari opera ini sarat pesan moral dan edu-
ta fungsi edukasi dalam Langen Carita Jaka- kasi. Pada gilirannya, dramatari opera Langen
tingkir dalam sejumlah adegan pertunjukan Carita merupakan sebuah genre seni pertun-
yang dimainkan dalam konteks masa kini jukan yang identik dengan edukasi anak.
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Catatan Akhir
1
SIMPULAN Tidak kurang dari berbagai genre tari golek
tunggal putri diciptakan selama hidupnya, an-
Langen Carita merupakan sebuah kreasi tara lain: Golek Gambyong, Golek Gegar Ma-
baru dari jenis penyajian dramatari opera yang, Golek Pocung Kethoprak, Golek Sureng-
rana, Golek Layung Seta, Golek Ngreni, Golek
Jawa. Dari asal nama diri yang merujuk
Jangkung Kuning, Golek Gambir Sawit, Golek
pada jenis penyajian terdahulu, maka La- Calunthang, Golek Kutut Manggung, dan seba-
ngen Carita sangat dipengaruhi oleh aspek gainya.
2
Keterangan ini diperoleh dari KRT. Pu-
teatrikal dari Langendriya dan Langen Man- janingrat dalam sebuah wawancara tanggal 11
dra Wanara. Materi dramatik Langen Carita Agustus 2015. Asumsi adanya visualisasi ragam
diambilkan dari cerita daerah setempat ter- gerak kera kapi dimungkinkan berpengaruh be-
sar bagi kemunculan variasi ragam gerak yang
utama berkaitan dengan pahlawan tradisi- digunakan dalam pertunjukan Wayang Wong
onal. Ciri penanda bentuk dramatari opera tahun 1934—1935. Pada tahun-tahun itu Kra-
Jawa pada Langen Carita terdapat pada teks ton Yogyakarta mulai menggubah materi dra-
matik campuran Mahabarata dan Ramayana
lagi dolanan anak yang disesuaikan dengan dalam bentuk lakon Semar Boyong, Rama Nitik,
peraga anak-anak. Selain itu, unsur gerakan dan Rama Nitis (ketiga-tiganya digubah semasa
pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VIII).
pada peraganya juga mengikuti irama tem-
bang dolanan anak-anak yang dibawakan.
Daftar Pustaka
Sudah sewajarnya Ki Hadi Sukatno yang
NN. Arsip Nomor 109 Koleksi Kantor Arsip
ditempa di lingkungan Perguruan Taman
dan Dokumen K.R.T. Wiraguna, ta-
Siswa ini, sejak duduk di bangku Taman
hun 1915.
Guru Taman Siswa Yogyakarta pada tahun
NN. Langendriya Babon Mangkubumen 1871,
1937, telah menekuni, mengasuh, dan men-
Koleksi KRT. Pujaningrat
ciptakan gending-gending dan tembang
NN. (2004). Sarasilah Paguyuban Kadangkade-
(lagu-lagu Jawa), yang kemudian mengkhu-
yan Mangkubumen. (Koleksi Kantor
suskan diri pada seni permainan anak Jawa
Arsip dan Dokumen KRT. Wiroguno,
(dolanan anak), macapat, dan bacaan buku.
Yogyakarta).
Nilai edukasi anak sudah melekat sejak pen-
Morris, D. (1977). Manwatching: A Field Gu-
ciptaan lagu dolanan oleh Ki Hadi Sukatno
ide to Human Behaviors. New York:
digunakan sebagai media ajar.
Harry N’ Abrahms.
Kehadiran garap Langen Carita Jaka Ting-
Paul, J. D. (1987). Teori Sosiologi Klasik dan Mo-
kir sebagai edukasi seni usia anak berupaya
deren. Jakarta: P.T. Gramedia.
menjawab kebutuhan sarana sistem penge-
Pramutomo, R.M. dkk. (2014). Langendriya:
tahuan yang dikemas dalam visualisasi dra-
Dramatari Opera Gaya Yogyakarta. Yog-
matari opera masa kini. Hal mana secara
yakarta: Dinas Kebudayaan DIY.
genre tidak lepas dari cikal bakal drama-
Rusliana, I. (2011). Kreativitas dan Penyaji-
tari opera Langen Carita sejak zaman Taman
an Tari Sunda. Panggung, 21 (04):
Siswa dulu. Penciptaan Langen Carita Jaka
151-165.
Tingkir masih menggunakan tembang dolan-
Sommerset-Ward, R. (1998). The Story of O-
an anak dan dipadu dengan tembang maca-
pera. New York and London: Henry
pat. Aspek-aspek visualisasi koreografi dan
Abrahms.
Pramutomo, Slamet MD, Mulyadi: Langen Carita Jaka Tingkir Opera Edukasi Anak 345
Suharto, B. dkk. (1999). Langen Mandra Wa- Supadma. (2011). Langendriya dan Serat
nara: Sebuah Opera Jawa. Yogyakarta: Damarwulan: Sebuah Kajian Inter-
Yayasan Untuk Indonesia. tekstualitas. Mudra, 26 (01), 25-35.
Sularto, B. (1981). K.G.P.A. Mangkubumi: Ha- Wiradiredja. M. Y. (2012). Peranan RAA.
sil Karya dan Pengabdiannya. Yogya- Wiranatakusumah V Dalam Penye-
karta: Departmen Pendidikan dan baran Tembang Sunda Cianjuran,
Kebudayaan DIY. Panggung, 22 (03), 283-292.