Anda di halaman 1dari 19

KEPENARIAN GULU DALAM TARI

SRIMPI LUDIRAMADU GAYA


SURAKARTA
Aqueenes Forsa Putri Setiawan
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Jalan Ki Hadjar Dewantara No.19, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Dwi Rahmani
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstract
Essay of this artwork present an analysis dizziness of Gulu’s in a Srimpi Ludiramadu
dance Surakarta sytle covers problem 1). How was the dizziness of Gulu’s in the Srimpi
Ludiramadu dance?, 2). How does the garap fillings and shapes of Srimpi Ludiramadu dance
the dizziness of the Gulu’s?, 3). How was Gulu’s role in Srimpi Ludiramadu dance?. The three
issues are discussed of the normatical concept of the Javanese Hasta Sawanda and the consept of
garap fillings and shapes. The methods of art were conducted through library studies, observation,
and interviews.
Research has shown that the dizziness Gulu’s in a Srimpi Ludiramadu dance is required a
process whish is countinue and intensive. Dancing a group dance must be supported by personal
and group consciousness. The dizziness of the Gulu’s on this Srimpi Ludiramadu was taste of
mrabu, kenes, and meneb supported with makeup and karawitan to keep up the impression of
grace.

Keywords: dizziness, work, Srimpi Ludiramadu.

PENDAHULUAN tangkap mereka terhadap fenomena


Kepenarian merupakan tarinya. Hal ini yang nantinya akan
kemampuan seorang penari dalam memunculkan wiled yang beragam.
menarikan atau menyajikan sebuah tari Wiled merupakan salah satu konsep
dengan bekal yang dimilikinya. Maka tari Jawa dalam Hasta Sawanda. Wiled
untuk menjadi penari yang baik adalah adalah tehnik gerak kreatif seorang penari
penari yang bisa menarikan tari dengan berwujud variasi gerak yang khas.
memunculkan apapun karakter tari yang Kesadaran dari seorang penari
ditarikan. Bukan menjadi pribadi yang terhadap dirinya sendiri diperlukan
menarikan tetapi menjadi sosok karakter sehingga ketika mereka dituntut untuk
tokoh dalam tari yang dibawakan, menarikan sebuah tari mereka sudah bisa
sehingga masing-masing penari bebas menarikannya sesuai dengan karep dari
untuk menginterpretasikan menurut daya tari, kebutuhan serta ketubuhan dari

Volume 19 No. 2 Desember 2020 87


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

masing-masing penari. Setiap penari penulis dalam memperdalam


memiliki gandar yang berbeda baik tinggi pengetahuan seni. Secara tidak langsung
badan maupun bentuk tubuh. Perbedaan hal inilah yang mendorong untuk terjun
gandar ini akan berpengaruh terhadap secara langsung di dalam dunia kesenian
pemilihan bentuk dan tehnik yang seni tari. Kemudian dipilih Institut Seni
digunakan dalam menari agar tetap Indonesia Surakarta sebagai sarana dan
terlihat patut dengan ketubuhan masing- prasarana mendalami bakat tari yang
masing penari. Oleh sebab itu, antara dimiliki. Sejak itulah mulai mengenal
penari yang bertubuh tinggi besar dengan beberapa genre tari. Salah satunya genre
yang bertubuh kecil pasti memiliki Bedhaya/Srimpi.
perbedaan, misalnya terhadap bentuk Srimpi merupakan salah satu genre
adeg, tangan, serta tolehan. tari tradisi yang lahir di dalam tembok
Penari dikatakan mumpuni apabila keraton dan memiliki kualitas gerak putri.
mampu menguasai wiraga, wirama, dan Tari ini muncul pada akhir abad ke-17,
wirasa. Wiraga adalah keterampilan tubuh atau tahun 1601 Masehi-1700 Masehi
seorang penari dengan geraknya, jika berdasarkan sumber pada “Kamus Istilah
dikaitkan dengan Hasta Sawanda meliputi Tari dan Karawitan Jawa” koleksi
unsur pacak, pancat, dan luwes. Wirama perpustakaan ISI Surakarta. Pada buku
adalah keterampilan penari dalam Serat Sastramiruda yang ditulis oleh alm.
penguasaan akan irama dan gendhing Kangjeng Pangeran Arya Kusumadilaga
dalam tari. Wirasa adalah keterampilan atau yang dikenal dengan Kangjeng
seorang penari dalam penghayatan serta Pangeran Kusumadilaga Tinjomaya yang
penjiwaan sebuah tari. Jika dikaitkan ditulis kembali oleh R. Ng.
dengan konsep Hasta Sawanda mencakup Pradjapangrawit dalam Serat
penguasaan ulat, lulut, dan wiled (Dwi Wedhapradangga menyampaikan bahwa:
Maryani, 2007: 31-33). Hasta Sawanda
adalah salah satu konsep normatif tari Prabu Suryawisesa, nata ing Janggala,
Jawa gaya Surakarta. Konsep Hasta anganggit beksa dhadhap, lawung lan
Sawanda yaitu delapan ketentuan dasar sapapadhane, ginawe ajaring prang,
yang terdiri dari pacak, pancat, ulat, lulut, tinabuhan gendhing warna-warna.
wiled, luwes, irama, dan gendhing. Sarta prameswari nata Dewi
Lahir dan tumbuh berkembang di Candrakirana anganggit beksane
lingkungan keluarga pencinta seni badhaya lan sarimpi, tinabuhan
merupakan pengalaman yang sangat gamelan raras surendra, sinangkalan
membanggakan. Peran serta orang tua Katon Beksa Putrining Nata 1263
serta lingkungan dalam mengenalkan (Serat Sastramiruda, dalam
kesenian sejak dini dirasa mampu Pradjapangrawit, 1990: 112).
menumbuhkan minat berlebih terhadap
kesenian khususnya seni tari. Motivasi dari Terjemahan:
keluarga terdekat dan kesadaran akan Prabu Suryawisesa, raja di Janggala,
bakat yang dimiliki menjadikan suatu menciptakan tari dhadhap, lawung
dorongan hingga muncul ketertarikan bagi dan serupa lainnya, digunakan

88 Volume 19 No. 2 Desember 2020


untuk belajar perang, diiringi dereng jumeneng nata sampun kathah
gending bermacam-macam, serta iyasan-iyasan utawi anggitan dalem.
permaisurinya yaitu Dewi Langkung-langkung bab gendhing
Candrakirana menciptakan tari Jawi, gendhing alus, gendhing prenes,
bedhaya dan srimpi, diiringi gendhing gecul…. Lajeng kagungan
gamelan laras slendro, sengkala karsa amiwiti iyasa lelangen dalem
Katon Beksa Putrining Nata 1263. beksa wanita, mirip beksa laguning
badhaya, kawewahan wileding
Tari Srimpi merupakan sebuah ukelipun. Katindakaken para kenya
bentuk koreografi kelompok yang cacah sekawan, pinilihan ingkang dedeg
ditarikan oleh empat orang penari putri. pangadegipun sami pasariran ngronje,
Keempat penari putri ini memiliki peran parigel ing solah. Inggih punika
masing-masing yaitu Batak, Gulu, Dhadha, ingkang lajeng winastan lelangen
dan Buncit. Jumlah empat penari pada tari dalem Sarimpi.
srimpi dapat diartikan sebagai simbol
makrokosmos dan mikrokosmos kehidupan Terjemahan:
manusia. Simbol makrokosmos yaitu Bertahtanya raja yaitu, Sinuhun
empat unsur yang ada di jagad raya Kanjeng Susuhunan Paku Buwana
meliputi grama (api), angin (udara), toya yang ke V, terkenal dengan nama
(air), dan bumi (tanah). Selain itu juga Sinuhun Sugih, di Surakarta
ditandai dengan keempat penjuru arah Adiningrat… Sang sinuhun tadi
mata angin (utara, selatan, timur, dan sejak sebelum bertahta menjadi raja
barat). Sedangkan simbol mikrokosmos sudah banyak karya-karya atau
kehidupan dari manusia yaitu empat hawa ciptaannya. Lebih-lebih tentang
nafsu yang dimiliki manusia meliputi gending Jawa, gending alus,
nafsu amarah, nafsu aluamah (rakus), nafsu gending prenes, gending gecul…
supiyah (seks), dan nafsu mutmainah Kemudian mempunyai keinginan
(kebaikan). (Dewan Ahli Yayasan Siswa mengawali menciptakan tari
Among Beksa, 1981:21). wanita, mirip tari lagu bedhaya,
Tari Srimpi Ludiramadu diciptakan dengan perubahan wiled ukelnya.
oleh Sri Susuhunan Paku Buwana V yang Dilakukan para putri berjumlah
pada saat itu masih bergelar Adipati Anom empat, pilihan yang bentuk
III. Ia merupakan sosok yang gemar dalam posturnya sama berwajah oval,
kesenian. Tertulis dalam “Serat pintar dalam menari. Ya ini yang
Wedhapradangga” sebagai berikut: kemudian dinamakan tari srimpi.

Jumeneng dalem nata, Ingkang Pada awal kehadirannya tahun


Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku 1700-an tari Srimpi hanya mampu
Bhuwana Ingkang kaping V, dinikmati oleh kaum bangsawan di dalam
misuwuring asma Ingkang Sinuhun tembok keraton. Kemudian mulai tahun
Sugih, ing Surakarta Adiningrat…. 1940-an tari Srimpi dan Bedhaya mulai
Ingkang sinuhun wau wiwit kala berkembang di luar tembok keraton dan

Volume 19 No. 2 Desember 2020 89


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

tumbuh menjadi tari gaya Surakarta tidak, sedangkan perkembangan lebih


didukung dengan munculnya beberapa mengarah menjadi lebih baik. Perubahan
pusat kesenian pada tahun 1950 seperti dan perkembangan ini dipengaruhi oleh
Himpunan Budaya Surakarta (HBS), dan beberapa aspek kehidupan antara lain
Sekolah Konservatori Karawitan Indonesia masyarakat, lingkungan, jaman dan
yang kemudian disusul munculnya kehadiran tari itu sendiri. Meningkatnya
beberapa konservatori lain seperti ASKI jumlah lembaga pendidikan baik formal
dan PKJT pada tahun 1980-an maupun non formal seperti sanggar-
(Widyastutieningrum, 2012: 25). sanggar tari, meningkatnya jumlah penari,
Minimnya dokumentasi maupun serta munculnya koreografer tari tradisi
penulisan tari pada masa itu mendorong seperti Didik Bambang Wahyudi, Wasi
para empu tari untuk mengadakan sebuah Bantolo, Ali Marsudi, serta Rury Nostalgia
kegiatan revitalisasi berupa rekontruksi, yang merupakan putri dari maestro tari
reinterpretasi sebagai upaya dalam tradisi Surakarta Retno Maruti dan
melestarikan dan mendukung kehadiran Arcadius Sentot Sudiharto.
tari tradisi ini. Kegiatan revitaslisasi Munculnya tari-tari kreasi
dilakukan terhadap beberapa tari tradisi nusantara maupun tari non tradisi
seperti Bedhaya dan Srimpi. Salah satunya nusantara sedikit-sedikit mulai
Srimpi Ludiramadu yang direkonstruksi melunturkan pemahaman kita terhadap
oleh Agus Tasman pada tahun 1977 tari tradisi. Terlebih nilai tinggi yang
(Widyastutieningrum, 2012: 29). terkandung pada tari Srimpi yang dirasa
Kegiatan revitalisasi dilakukan sulit untuk dihayati. Nilai tradisi yang
guna mempermudah dalam menghayati terkandung dalam tari, konsep tari serta
tari Srimpi yang awalnya berdurasi kurang kualitas tari yang sudah diakui,
lebih 1 jam dipadatkan menjadi kisaran 18 memunculkan sebuah tantangan
menit dengan mengurangi pengulangan tersendiri. Pemahaman serta penghayatan
sekaran dan gending tanpa nilai dan isi yang terkandung dalam tari
menghilangkan atau mengurangi nilai tradisi diperlukan agar kita mampu
yang ada. Pemadatan ini mengacu pada menangkap nilai-nilai di dalamnya. Agus
konsep padat yang dikemukan oleh Tasman dalam buku “Perkembangan Tari di
Rustopo bahwa: Indonesia (Sebuah Pengahayatan dan
Pemadatan atau konsep “padat‟ Pengamalan Pancasila)” mengungkapkan
pada prinsipnya adalah penggarapan seni bahwa:
tari yang didasarkan atas konsep Permasalahan bagaimana agar kita
kemungguhan, yaitu keselarasan atau mampu menangkap isi dan nilai-nilai
keserasian atau ketepatan kesatuan wujud luhur yang tinggi, yang bermutu, dan
antara bentuk, lahir, dan isi atau nilai yang semua itu dalam arti sebagai ciri dan
diungkapkan (Rustopo, 2001:159). wujud kepribadian kita sendiri… Dari
Kehidupan tari dari masa ke masa sanalah akan tumbuh sikap memiliki serta
mengalami perubahan dan rasa kehormatan diri. (1987: 8).
perkembangan. Perubahan sendiri dapat Tafsir yang sublim menuntut kita
mengarah ke hal yang lebih baik maupun mempelajari secara mendetail dari

90 Volume 19 No. 2 Desember 2020


beberapa disiplin ilmu. Selain itu tari ini perkuliahan repertoar tari tradisi Gaya
merupakan salah satu bentuk tari dengan Surakarta Putri sehingga terdapat
koreografi kelompok yang tidak tantangan tersendiri dalam melakukan
memunculkan penokohan tertentu proses pendalaman dan pemahaman
sehingga keempat penari dituntut untuk secara mandiri.
mampu membawakan rasa yang sama.
Komposisi kelompok sangatlah Gagasan
mengutamakan keutuhan atau Kehidupan tari tidak akan pernah
keseluruhan masing-masing kemampuan lepas dari kehadiran seorang koreografer
penari. Karakter yang berbeda dituntut dan penari. Penari sebagai media ungkap
untuk mampu mengontrol ego masing- keindahan memiliki peran yang sangat
masing, melatih kesabaran, dan saling penting. Selain bakat dari seorang penari
membangun interaksi yang baik. Oleh itu sendiri, juga harus diimbangi dengan
sebab itu, Definisi sublim menurut Kamus kemauan dari dalam diri. Menampilkan
Besar Bahasa Indonesia adalah 1. v tarian yang baik harus dengan melakukan
menampakan keindahan dalam bentuknya proses latihan secara intensif dan countinue
yang tertinggi; amat indah; mulia; utama. (berulang-ulang dan bertahap).
2. n perubahan zat padat menjadi uap. Memperbanyak melakukan riset
Dengan menguasai tari ini diharapkan ketubuhan dalam pencarian tehnik gerak
ketubuhan serta batiniah seorang penari yang sesuai dengan tubuh dari masing-
benar-benar terolah. masing penari. Selain itu memotivasi diri
Pengalaman mengikuti sendiri bahwa menari bukan hanya
pembelajaran tari tradisi gaya Surakarta menampilkan keindahan bentuk tubuh
khususnya genre Srimpi baik formal tetapi menari adalah sarana meditasi,
maupun non formal yang telah diikuti berdoa kepada Tuhan dan juga sebagai
selama ini menumbuhkan ketertarikan sarana mengungkapkan ide gagasan dari
yang lebih terhadap tari dengan genre seorang koreografer. Sal Murgiyanto
tersebut. Beragam tari srimpi yang sudah dalam bukunya “Koreografi” menyebutkan
dipelajari hingga saat ini dirasa mampu bahwa seorang penari harus memiliki hal-
memberikan dampak peningkatan hal berikut antara lain, ketrampilan gerak,
ketubuhan. Melihat fenomena-fenomena penghayatan dan kemampuan dramatik,
tersebut di atas muncullah ketertarikan rasa irama, rasa ruang, daya ingat,
terhadap tari tradisi gaya Surakarta yaitu kemampuan kreatif (1992: 4-5).
tari Srimpi Ludiramadu yang dilihat dapat Pendapat tersebut apabila ditarik
digunakan sebagai sarana dalam dalam konsep tari Jawa mencakup
peningkatan kualitas dasar kepenarian kemampuan penguasaan konsep tri wira
serta upaya memahami dan menghayati yang terdiri dari wiraga, wirama, dan wirasa.
nilai dalam tari tradisi. Garap suasana Buku “Aspek-Aspek Dasar Koreografi
gending, gerak, dan pola lantai yang Kelompok” oleh Sumandiyo Hadi
menarik memunculkan keinginan kuat menjelaskan pengertian koreografi
untuk menarikannya. Selain itu, tarian ini kelompok sebagai berikut:
tidak diajarkan secara langsung dalam

Volume 19 No. 2 Desember 2020 91


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

Koreografi kelompok adalah merasakan suasana yang ingin


komposisi yang ditarikan sebagai disampaikan dalam tarian.
lebih dari satu penari atau bukan Penulis memilih tari Srimpi
tarian tunggal (solo dance), Ludiramadu dalam proses riset ketubuhan
sehingga dapat diartikan duet (dua ini karena tari genre Bedhaya/ Srimpi sangat
penari), trio (tiga penari), kuartet sublim atau tersamarkan secara tafsir,
(empat penari), dan seterusnya gerak serta suasana yang digambarkan
(2003: 2). lebih simbolis dan cenderung sulit
ditangkap jika tidak ada penghayatan
Pengertian tersebut dapat dikatakan terhadap tarinya. Menurut Sumandiyo
bahwa koreografi tari Srimpi Ludiramadu Hadi dalam buku “Aspek-Aspek Koreografi
masuk dalam kategori sebagai bentuk Kelompok” menyebutkan bahwa:
koreografi kelompok besar. Ketika Koreografi atau komposisi
menarikan sebuah komposisi tari kelompok dapat dianalogikan seperti
kelompok seperti tari srimpi terdapat pertunjukan orkes simponi terdiri dari
beberapa aspek yang harus beberapa pemain dengan instrumen
dipertimbangkan, di antaranya pada sendiri-sendiri, tetapi suaranya harus padu
pemilihan kualitas penari pendukung serta dan harmonis (2003: 1).
postur tubuh penari yang dibutuhkan. Pendapat tersebut menegaskan
Masing-masing penari harus ada sebuah bahwa dalam menari kelompok terdapat
interaksi yang dibangun sehingga muncul tingkat kesulitan yang berlebih di mana
keutuhan kerjasama dalam mewujudkan dari beberapa watak atau latar belakang
sebuah bentuk. Kehadiran penari memiliki penari yang berbeda harus mampu saling
peranan atau tugas masing-masing yang membentuk suatu keutuhan. Interaksi
saling terkait sehingga kesadaran dan antara penari, kepekaan penari terhadap
kemampuan individu maupun kelompok irama gending, kemampuan penari dalam
harus dibangun terlebih dahulu. Bisa menyatukan rasa, kepekaan penari akan
dikatakan harus saling mulat, dan momong. bentuk gerak serta pola lantai, sehingga
Ketertarikan terhadap seni tari sangat dibutuhkan konsentrasi penuh
membuat penulis ingin berperan langsung dalam menarikannya. Selain itu, tari Srimpi
dalam melakukan riset ketubuhan yang sebagai salah satu tari yang berakar dari
diharap bisa mendapatkan data-data guna budaya keraton masih sangat kental akan
menyelesaikan permasalahan- nilai filosofisnya. Oleh sebab itu, dalam
permasalahan dalam ketubuhan seorang menarikannya banyak tuntutan yang
penari. Mampu menghafal belum tentu harus diperhatikan.
mampu menarikan dengan baik, karena Tari sebagai media ungkap
hafalan hanya mengandalkan daya ingat memiliki unsur-unsur di dalamnya yaitu
sedangkan menari yang baik selain hafalan gerak sebagai unsur utama, serta musik,
diluar kepala juga dituntut mampu rias busana, properti, tata panggung,
menarikan dengan rasa sehingga melalui pencahayaan sebagai media bantunya.
tari yang dibawakan penonton dapat turut Bentuk sajian tari yang mendukung sangat
diperlukan dalam sebuah pertunjukkan

92 Volume 19 No. 2 Desember 2020


karena kehadirannya dapat membantu Ingkang sinuwun wau wiwit kala
dalam menguatkan isi dari yang akan di dereng jumeneng nata sampun kathah
pertunjukkan. Bentuk sajian masing- iyasan-iyasan utawi anggitan dalem.
masing tarian pasti akan berbeda antara Langkung-langkung bab gendhing
tari satu dengan yang lain. Pada tari Srimpi Jawi, gendhing alus, gendhing prenes,
Ludiramadu sendiri contohnya, terdapat gendhing gecul. Namaning gendhing
beberapa bentuk rias dan busananya. iyasan dalem wau kados ing ngandhap
Pemilihan tersebut bukan semata-mata punika: Ludira Madura dhawah
tanpa alasan, pastinya dikuatkan oleh Kinanthi, pelog barang,
beberapa pendapat, serta sebagai sebuah Ranumanggala, pelog nem, Raranangis
kepuasan batin tersendiri bagi seorang dhawah Ladrang Weling-weling,
penari. salendro nem, Montro Madura,
Berdasarkan fenomena-fenomena salendro sanga, Mijil
yang diuraikan di atas maka penulis Wastrangangrang (ladrangan)
merumuskan beberapa permasalahan gendhing kemanak, pelog barang.
antara lain: 1) Bagaimana proses Pocung, salendro manyura, Gonjing
kepenarian Gulu dalam tari Srimpi Glewang, salendro manyura, Kagok
Ludiramadu; 2) Bagaimana garap isi dan Madura (ladrang), salendro sanga.
garap bentuk tari Srimpi Ludiramadu
kepenarian Gulu; dan 3) Bagaimana peran Terjemahan:
Gulu dalam tari Srimpi Ludiramadu. Sang sinuhun tadi sejak sebelum
bertahta menjadi raja sudah banyak
PROSES PENYAJIAN KARYA SENI karya-karya atau ciptaannya. Lebih-
Tari Srimpi Ludiramadu Hasil Pemadatan lebih tentang gending Jawa,
Tari Srimpi Ludiramadu merupakan gending alus, gending prenes,
tari yang lahir dari dalam tembok keraton gendung gecul. Namanya gending
Kasunan Surakarta. Tari ini merupakan ciptaan seperti di bawah ini: Ludira
karya cipta Kanjeng Sri Susuhunan Paku Madura dhawah Kinanthi, pelog
Buwono V pada tahun 1618-1748 Jawa atau barang, Ranumanggala, pelog nem,
1970-1820 Masehi ketika masih menjadi Raranangis dhawah Ladrang Weling-
putra mahkota dengan gelar Kanjeng Gusti weling, slendro nem, Montro Madura,
Pangeran Adipati Anom Amengkunegara slendro sanga, Mijil Wastrangangrang
III. Tarian ini diciptakan guna mengenang (ladrangan) gendhing kemanak, pelog
ibundanya yang masih berketurunan barang. Pocung, slendro manyura,
darah Pamekasan, Madura. Gonjing Glewang, slendro manyura,
Kemunculan tarian ini diawali Kagok Madura (ladrang), slendro
dengan penciptaan gending Ludira. sanga.
Tertulis dalam buku Serat Wedhapradangga
jilid IV karya R. Ng. Pradjapangrawit Secara etimologis kata Ludiramadu
sebagai berikut: berasal dari dua kata yaitu “Ludira” yang
berarti darah dan “Madura” yang berarti
keturunan Madura, sehingga Ludiramadu

Volume 19 No. 2 Desember 2020 93


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

mempunyai arti darah Madura atau masih menggunakan konsep kiblat papat
keturunan dari Madura. Pada awalnya lima pancer, meliputi struktur beksan merong
tarian ini memiliki nama Srimpi dan beksan inggah yang diulang sebanyak
Ludiramadura. Setelah konflik perceraian empat kali dengan arah hadap yang
tersebut dapat berakhir dengan baik berbeda mengikuti empat arah penjuru
dengan kembalinya Kanjeng Ratu Anom mata angin. Pada bagian sirep dilakukan
ke dalam keraton maka nama Srimpi bergantian sebanyak dua kali, sehingga
Ludiramadura berganti menjadi Srimpi seluruh penari memiliki peran yang kuat.
Ludiramadu. Seperti yang diungkapkan Kemudian pada tahun 1977 tari
Wahyu Santoso Prabowo bahwa “Ludira” Srimpi Ludiramadu dipadatkan oleh Agus
berarti darah, dan madu berarti manis Tasman menjadi 18 menit. Pemadatan
sehingga Ludiramadu dapat diartikan dilakukan karena dikhawatirkan dengan
kembalinya darah Madura yang manis durasi pertunjukkan yang begitu lama
(Wawancara Wahyu S. P, 2018). yaitu lebih kurang 1 jam akan membuat
Latar belakang penciptaan tari jarak antara tarian dengan masyarakat dan
Srimpi Ludiramadu ini bermula dari jaman menjadi jauh. Konsep pemadatan
perselisihan diantara kedua orang tua pada prinsipnya adalah penggarapan seni
Adipati Anom Amangkunegaran III yang didasarkan atas konsep
hingga berujung sebuah perceraian. “kemungguhan”, yaitu keselarasan atau
Perselisihan Sri Susuhan Pakubuwono IV keserasian atau ketepatan kesatuan wujud
dengan Kanjeng Ratu Anom yang antara “bentuk” lahir dan “isi” yang
mengakibatkan dikembalikannya Kanjeng diungkapkan (Rustopo, 2001: 159).
Ratu Anom ke pulau Madura dengan Pemadatan ini dilakukan tanpa
menggunakan sebuah perahu inilah yang mengurangi esensi dari tari Srimpi itu
kemudian membuat Kanjeng Adipati sendiri. Pemadatan dilakukan dengan
Anom membuat sebuah tarian guna mengurangi pengulangan sekaran-sekaran
mengenang ibundanya dan sebagai wujud yang disesuaikan dengan garap gending,
kebanggannya terhadapat ibundanya yang menggarap kembali irama gending, dan
berdarah Madura. Selain itu terdapat tentunya berpengaruh terhadap
penggambaran kesedihan Adipati Anom perubahan pola lantai serta durasi
ketika ibundanya dipulangkan kembali ke pementasan. Pemadatan ini bertujuan agar
Madura digambarkan dengan gerakan banyak yang kemudian mempelajari tari
pada bagian beksan mijil yang ditafsirkan tersebut serta tari Srimpi Ludiramadu dapat
sebagai perwujudan perahu yang kembali akrab dengan masyarakat.
terombang ambing di atas lautan lepas. Tari Srimpi Ludiramadu merupakan
Sebelum dipadatkan secara bentuk bentuk koreografi kelompok yang
sajian tari Srimpi Ludiramadu bisa ditarikan oleh empat penari putri dengan
dikatakan masih wutuh. Wutuh dalam busana yang sama, gerak sama, dan yang
artian di keraton pada saat sebelum memiliki gandar sama. Jumlah empat pada
memulai beksan selalu menggunakan tari Srimpi tersebut merupakan simbol
pocapan dalang, jika di Yogyakarta disebut makrokosmos unsur di jagad raya yang
dengan kondho. Bentuk garap secara wutuh terdiri dari, grama (api), angin (udara), toya

94 Volume 19 No. 2 Desember 2020


(air), dan bumi (tanah). Kemudian pada Contohnya pada saat kapang-kapang maju
masa Islam mulai masuk ke Indonesia beksan ketika impur pertama terdapat
terjadilah sebuah peristiwa local genius perbedaan langkah kaki sebelum dan
yang mana ajaran Islam di masukan ke sesudah impur, yang mana ketika sebelum
dalam tari itu karena konsepnya hampir impur langkahnya masih tegas ketika
sama dengan konsep Jawa kiblat papar lima sudah impur langkahnya akan sedikit
pancer bahwa manusia memiliki empat diperlambat, jika langkah kaki penari gulu
nafsu dalam diri setiap manusia. tidak bisa menyesuaikan maka penari di
Local genius ialah suatu kemampuan belakangnya akan sulit untuk
budaya dari bangsa atau masyarakat menyamakan langkah. Pada saat tertentu
(dalam konteks ini Indonesia), dalam penari gulu dalam tari Srimpi Ludiramadu
menerima pengaruh kebudayaan asing bisa sebagai poros. Proses kepenarian
kemudian mengadaptasi, menggarap, dan ditempuh selama satu semester dibagi
tau mereaksi terhadap kebudayaan asing menjadi dua tahap yaitu tahap
itu, sehingga muncul kebudayaan baru pemantapan dan tahap kerja kreatif.
yang mempunyai karakterisitik atau ciri
tertentu (Toto Sudarto, 2005). Tahap Pemantapan
Pada umumnya tema tari Srimpi Tahap pemantapan kekaryaan
adalah keprajuritan namun karena bentuk adalah tahap mempersiapkan segala
garap tarinya yang begitu simbolis dan perlengkapan, tindakan atau rancangan
ditafsir secara sublim maka kesan visual yang perlu dilakukan dalam proses
keprajuritan hampir tidak nampak. mencapai kualitas kepenarian yang baik.
Namun juga terdapat beberapa Srimpi Adapun yang dilakukan pada tahap
yang nampak secara visual seperti pada pemantapan ini adalah mengumpulkan
tari Srimpi Sangupati yang nampak dari beberapa referensi baik pustaka maupun
properti yang digunakan yaitu pistol. audio visual sebanyak-banyaknya sebagai
Sedangkan pada tari Srimpi Ludiramadu pembanding dan referensi memperkaya
lebih bertemakan percintaan. tehnik gerak serta melakukan wawancara
sebagai pijakan menginterpretasi tarian
KEPENARIAN GULU SRIMPI sebagai upaya memotivasi dalam
LUDIRAMADU melakukan pendalaman dan pemahaman
Penari gulu merupakan penari yang gerak.
posisinya berada di belakang penari batak Persiapan tehnik gerak dan
pada saat gawang urut kacang bagian maju mematangkan ketubuhan dilakukan, guna
beksan. Ketika menjadi gawang beksan pada menambah keberagaman tehnik,
Srimpi Ludiramadu penari gulu berada di mengolah, dan membiasakan tubuh
sebelah kiri sejajar dengan penari batak. bergerak sehingga nantinya tubuh akan
Menarikan gulu atau jangga sebagai cerdas serta sudah terbiasa dengan tehnik
perwujudan leher memiliki peran yang apapun. Penari sebagai instumen yang
sangat penting. Kehadiran gulu sebagai memainkan dapat dikatakan memiliki
leher ini menghubungkan antara batak atau bobot dan kualitas apabila dapat
kepala dengan dhadha dan buncit. mencurahkan seluruh ekspresi dengan

Volume 19 No. 2 Desember 2020 95


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

kemantapan. Kemampuan penari dalam menggunakan pola lantai yang sedikit


memahami dan menguasai beragam berbeda dari tari Srimpi lainnya. Selain itu,
bentuk gerak juga akan memunculkan materi ini masih jarang dipertunjukan. Hal
kemantapan dalam menarikan. Oleh sebab inilah yang mendorong munculnya
itu, kemampuan mempertahankan ketertarikan dan dipilihlah materi tari
ketahanan fisik diperlukan demi mencapai Srimpi Ludiramadu sebagai penari gulu.
kemantapan tersebut. Tahap kerja kreatif ini ditempuh selama
Pemantapan ketubuhan ini tiga bulan.
dilakukan dengan pendalaman materi tari Upaya pencapaian kualitas
Bedhaya Ela-Ela yang berdurasi 22 menit, kepenarian yang dilakukan guna
dilakukan lebih kurang selama 2 bulan. menghasilkan karya yang orisinil
Materi tari Bedhaya Ela-Ela ini dirasa menggunakan riset analisis dan proses
mampu mengolah ketubuhan baik tehnik, dengan mentafsirkan bentuk dan isi tari
bentuk dan juga rasa. Jika sudah mampu Srimpi Ludiramadu. Ketepatan gerak dan
menguasai rasa maka dengan sendirinya kemungguhan rasa yang ingin dicapai perlu
tubuh akan berbicara. Pada tahap didukung oleh ketrampilan, interpretasi,
pemantapan ketubuhan selain dan kreativitas yang dapat mengarah pada
menggunakan materi tari Bedhaya Ela-Ela penghayatan dan penjiwaan tari
juga menggunakan materi tari Gambyong (Widyastutieningrum, 2012: 38). Kegiatan
Pareanom. Tarian ini akan tersampaikan riset ini dilakukan menggunakan beberapa
kesan centilnya jika penari mampu njogedi kepustakaan, dengan mengumpulkan
gending dalam artian penari bergerak data-data tertulis guna mengetahui latar
mengikuti irama musik. Pada tahap ini belakang penciptaan tari Srimpi
penari dituntut mampu melakukan Ludiramadu. Serta beberapa diskografi
gerakan srisig dengan tehnik yang baik dan sebagai referensi dalam pencarian tehnik
benar, yaitu kecil-kecil, badan ngunci, dan dan pencapaian rasa yang diinginkan.
cepat tapi tidak kemrungsung (tergesa- Proses kreatif kepenarian gulu
gesa). Oleh sebab itu kekuatan tungkai dilakukan dengan beberapa tahapan.
kaki sangat diperlukan dalam mencapai Tahap pertama yang dilakukan adalah
kualitas srisig yang baik. Setelah eksplorasi pencarian bentuk gerak sekaran
pemantapan ketubuhan dirasa cukup dan tehnik pada tari Srimpi Ludiramadu.
kemudian masuk tahap selanjutnya yaitu Pada proses pendalaman dan pemahaman
kerja kreatif yang menuntut mahasiswa gerak dilakukan bertahap, secara
untuk menyajikan tarian sesuai dengan terstuktur. Diawali pada proses maju
interpertasi masing-masing. beksan, kemudian beksan, dan terakhir
mundur beksan. Secara keseluruhan tahap
Tahap Kerja Kreatif pencarian bentuk ini berfokus pada
Pada tahap kerja kreatif inilah pencapaian tehnik baik lintasan gerak
dipilih materi Srimpi Ludiramadu. Selain maupun adeg. Tujuan dilakukan pencarian
belum pernah digunakan sebagai materi ini selain mencari tehnik secara luwes,
pembelajaran ketertarikan muncul dari patut, dan resik diharap penari gulu dapat
bentuk gerak tarinya dengan memunculkan rasa yang sama dengan

96 Volume 19 No. 2 Desember 2020


melakukan tehnik yang seragam dengan satu kesatuan. Pada tahap ini lebih fokus
keseluruhan penari. pada pencarian seleh gending diikuti
Pada tahap pencarian ini perlu dengan melakukan gerakan-gerakan kecil
adanya latihan yang intensif dan continue sehingga bisa merasakan aliran tubuh
yang bertujuan untuk menghasilkan yang bergerak sesuai irama gending.
kualitas penari yang baik. Pembenahan Perlakuan ini juga dilakukan berulang-
dan masukan dari dosen digunakan ulang, selain menggunakan musik mp3,
sebagai acuan gerak. Pada dasarnya tubuh juga menggunakan musik gamelan
bergerak secara maksimal dengan tehnik langsung sehingga bisa merasakan
leyekan serta tolehan yang dimaksimalkan. peralihan gending. Kemudian masuk pada
Sehingga tubuh tidak mati, dan tubuh proses dengan instrumen musik gamelan
tidak terpaku di tengah karena konsep langsung, lebih difokuskan pada pencarian
menari dalam tari Jawa adalah mucang seleh-seleh gending yang diselaraskan
kanginan (pohon pinang yang tertiup dengan seleh gerak dengan langkah
angin). mendengarkan gending secara berulang-
Kedisiplinan sangat diperlukan ulang. Hal ini diperlukan agar setiap gerak
dalam hal ini, di mana setiap penari dan gending beksan bisa memunculkan
memiliki tanggung jawab terhadap dirinya rasa yang satu. Kehadiran musik di sini
sendiri dan penari lain (mulat) supaya bukan hanya sebagai pelengkap tetapi juga
tercipta suatu komunikasi atau interaksi berperan sebagai penguat suasana tari.
yang baik antar penari, sehingga tidak Tahap ketiga adalah eksplorasi
menari sendiri-sendiri. Kesadaran pencapaian lintasan gerak. Pada tahap ini
terhadap bentuk sangat diperlukan karena berfokus pada pencarian perpindahan
jika tidak dibiasakan terkadang posisi lintasan yang berhubungan dengan pola
badan terlebih bahu masih diberi tekanan lantai serta tehnik mengawali dan
sehingga terlihat kaku. Polatan masih mengakhiri gerakan. Pola lantai yang
sering plirak-plirik, ndisiki (tidak fokus). Hal terdapat pada tari Srimpi Ludiramadu
itu juga sering dialami dalam latihan- banyak menggunakan pola simetris
latihan awal. Pada tahap eksplorasi yang sehingga keseimbangan sangat
dilakukan ditemukan tehnik leyekan yang diperlukan. Pencapaian posisi dan
maksimal dengan mengurangi gerak gejug peralihan harus dilakukan secara
samparan, setiap srisig diakhiri mancat bersamaan maka tehnik yang digunakan
kanan. Selain itu, tehnik peralihan dari pun harus diperhitungkan. Hitungan
sekaran adu manis menjadi sekar suwun memulai perpindahan selalu sama namun
menemukan sebuah tehnik memindah hitungan ketika berpindah tidak harus
kaki setelah gejug agar diperoleh leyekan sama. Hal ini dikarenakan jarak posisi
yang maksimal dan kain samparan tidak yang akan dituju setiap penari belum tentu
nyrimpet. sama, sehingga harus saling ngemong budal
Tahap kedua adalah mendengarkan bareng teko bareng (berangkat bersama,
gending tari. Pada tahap ini musik sampai bersama).
dimainkan berulang-ulang supaya antara Selama proses berlangsung terdapat
penari, gerak, dan musik dapat menjadi beberapa hambatan yang dirasakan perlu

Volume 19 No. 2 Desember 2020 97


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

adanya peningkatan. Setiap penari dalam kemampuan kepenarian cukup bagus,


tari Srimpi Ludiramadu ini memiliki peran kemampuan dalam kelompok bisa
penting. Begitu pula penari Gulu yang mendukung materi Srimpi Ludiramadu
memiliki peran sebagai poros dalam sebagai penari Gulu. Belajar
pencapaian posisi gerak dan sebagai poros mengendalikan ego sangat diperlukan
dalam beberapa peralihan gerak. Misalnya agar mampu membangun rasa yang sama.
dalam sekaran laras, dan sembahan laras, Gandar penari yang kecil dipertimbangkan
Gulu selalu sebagai acuan bergerak karena ketika pemilihan bentuk gerak seperti
posisinya berada di pojok kiri depan. Pada tanjak tidak terlalu rendah, dan leyekan,
sekaran tersebut gerak nekuk kenceng lengan tolehan dimaksimalkan agar lebih terlihat
dilakukan dengan tolehan menghadap ke dari kejauhan. Setelah melalui proses
kiri, sehingga penari Gulu di sini sebagai penggarapan tanggal 19 Desember 2018
patokan. Pada peralihan srisig untuk malam diadakan penyajian materi tari
mencapai perpindahan gawang penari Gulu Srimpi Ludiramadu di gedung Teater Besar
berperan menentukan posisi gawang. ISI Surakarta dengan garap isi mrabu, kenes,
Detail-detail kecil dalam menari dan meneb.
seperti gerak dagu yang harus luwes,
peralihan gawang yang tidak terlalu lebar Tahap Penggarapan
serta kualitas penari dalam Proses penggarapan ini didasari
mempertahankan intensitas irama dan dengan konsep tradisi tari Jawa yang
tenaga sangat perlu diperhatikan. Bentuk- dicetuskan oleh Suryodiningrat yaitu
bentuk detail gerak seperti posisi jengkeng, konsep Hasta Sawanda yang terdapat pada
lebar kecilnya lintasan gerak, proses buku “Revitalisasi Tari Gaya Surakarta”
mengawali dan mengakhiri setiap gerak oleh Sri Rochana Widyastutieningrum
dalam menari kelompok sangat tahun 2012. Konsep Hasta Sawanda ialah
diperhatikan guna menghasilkan rasa sebuah konsep dasar tari jawa yang terdiri
yang sama antar penari. Kemampuan dari delapan unsur meliputi pacak, pancat,
kepenarian yang selama ini dipelajari ulat, lulut, wiled, luwes, irama dan gendhing.
dirasa masih belum mampu menghasilkan
kepenarian yang dinilai baik. Masih perlu Pacak
adanya pembenahan serta kesadaran Pacak adalah keseluruhan ekspresi
pribadi dalam bergerak. Pandangan mata gerak yang dibuat bagus dan sesuai
yang masih kosong dan kurang meneb. dengan setiap tarian tertentu. Pacak dalam
Polatan mata yang masih sering terlihat setiap tarian yang berbeda tidak akan sama
melamun memunculkan rasa yang walaupun dibawakan oleh satu penari.
berbeda dengan pendukung sajian yang Penggarapan pacak lebih pada interpretasi
lain. masing-masing penari yang kemudian
Setelah melalui proses latihan disamakan melalui detail gerak-gerak
mandiri dengan beberapa kali bimbingan kecil. Pada penyajian Srimpi ini secara
dan pembenahan untuk mencari detail pacak tidak dibuat-buat seperti bentuk
gerak untuk menyamakan rasa keempat adeg ketika jalan kapang-kapang tidak
penari didapatkan hasil bahwa terlalu kaku, badan tidak terlalu mayuk

98 Volume 19 No. 2 Desember 2020


kedepan. Posisi kaki ketika berjalan mager luruh (oyi). Tari dengan genre Srimpi
timun, tubuh ngunci, dan posisi tangan memiliki karakter tari putri luruh atau oyi
semeleh. Posisi dan gerak leher yang luwes yang volume gerak atau ruang geraknya
sehingga akan lebih memunculkan rasa kecil dengan polatan sedikit menunduk,
dari dalam atau tan wadhag. tidak lurus kedepan. Polatan atau ekspresi
wajah para penari Srimpi tidak ditunjukan
Pancat secara wadag. Polatan pada tari Srimpi lebih
Pancat adalah pola kesinambungan dibangun dari dalam tubuh penari (rasa),
atau tehnik mengawali dan mengakhiri sehingga polatannya cenderung tenang dan
setiap sekaran tidak terasa terpisah. Setiap halus. Arah pandangan mata para penari
pergantian gerak yang dilakukan harus juga tidak memandang lurus jauh
serasi dan menyatu. Pancat dapat kedepan, melainkan sedikit memandang
dilakukan dengan perpatokan pada sejauh kurang lebih atau sedikit
hitungan atau mengikuti setiap seleh menunduk dibandingkan dengan karakter
gending misal midak, nujah, nggandul, dan gerak lanyap (branyak). Kurang lebih arah
nranjal. polatan sejauh arah pentangan ujung jari
Pada penyajian ini digarap secara atau sedikit diatas ujung jari.
midak atau bisa dikatakan menggunakan Secara tehnik tolehan pada tari
hitungan pas antara gerak dengan Srimpi bisa digarap dengan tolehan yang
jatuhnya gong seperti contohnya pada tidak maksimal atau membentuk sudut
gerak lembehan wutuh, dan nggandul atau sejajar dengan arah pentangan tangan. Ada
beberapa hitungan setelah gong yang pula yang digarap secara maksimal.
diselaraskan dengan seleh irama gending Sedangkan untuk arah tolehan pada
serta sindenan. Beberapa hitungan dibuat penggarapan Srimpi ini digarap lebih
nggandul 1 sampai 2 hitungan. Selain itu, dimaksimalkan agar terlihat lebih sigrak
penerapan tehnik samparan serta tumpuan dan arah tolehannya diharapkan akan
kaki dalam mengawali dan mengakhiri sama. Selain itu, dengan tolehan yang
gerak seperti pada gerak madal pang srisig dilakukan secara maksimal akan
kemudian ketika sampai mancat digarap menjadikan fokus arah pandangan pada
dengan mengurangi gerak gejug dan lebih satu titik serta dapat digunakan sebagai
memaksimalkan leyekan. cara menyesuaikan setiap gerak dengan
antar penari.
Ulat
Ulat adalah sikap pandangan mata Lulut
atau polatan dan ekspresi wajah sesuai Lulut adalah ketepatan dalam
dengan karakter tari yang dibawakan penempatan tehnik gerak sehingga tubuh
sebagai upaya mencapai pesan dramatik yang bergerak dapat mewadahi ide estetik.
yang ingin disampaikan. Pola ulatan dalam Maka akan muncul esensi tari yang
menari Jawa akan mengikuti setiap alur dibawakan bukan figure dari penari yang
pergerakan ujung jari. Kualitas tari putri membawakan. Kemampuan penari dalam
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu memilih tehnik gerak yang sesuai dengan
putri lanyap (branyak atau endel) dan putri tari yang dibawakan sangat diperlukan.

Volume 19 No. 2 Desember 2020 99


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

Keselarasan gerak dengan musik tarinya Pemilihan tehnik-tehnik gerak yang


akan mampu menghasilkan sebuah digunakan juga mempengaruhi keluwesan
keutuhan dalam tari. Keutuhan gerak, yang ingin dimunculkan. Tehnik gerak
gending, dan rasa bisa dikatakan lulut pada Srimpi Ludiramadu ini disesuaikan
apabila sudah nyawiji secara rasa tidak dengan gandar dari masing-masing penari
terkotak-kotak. agar terlihat lebih luwes dan patut.
Penggunaan tehnik seperti tanjak tidak
Wiled terlalu rendah dikarena postur penari yang
Wiled adalah tehnik gerak kreatif kecil agar tidak terlihat semakin kecil,
seorang penari secara khusus atau ciri khas namun lebih menekankan pada tehnik
yang dimiliki penari, sehingga dapat leyekan, serta proses pengawali dan
dikatakan wiled merupakan ciri khas gaya mengakhiri setiap gerak. Pemilihan tehnik-
setiap penari. Wiled seorang penari tehnik kecil dari ujung kepala hingga kaki
pastinya akan berbeda-beda. Wiled hadir lebih didetailkan agar dapat memunculkan
dari interpretasi penari akan gerak yang satu rasa yang sama dari keempat penari.
ada dengan kemampuan ungkap dari
masing-masing penari. Bisa dikatakan Irama
setiap gerak yang dimunculkan secara Irama dalam konsep Hasta Sawanda
bentuk bisa sama tetapi secara proses lebih merupakan konsep penggunaan
menuju bentuk tersebut terdapat aksen- musik tari sebagai media bantu
aksen tertentu yang muncul dari daya mewujudkan alur garap tari secara utuh
tangkap sang penari. Pencapaian wiled menjadi suatu harmoni rasa tertentu dan
seorang penari akan sulit dituliskan satu kesatuan. Irama dapat disebut juga
menjadi sebuah kalimat karena wiled lebih dengan laya atau tempo. Ketika menari,
pada ciri khas dalam bergerak. penari harus mampu mengikuti irama
artinya tidak boleh kemrungsung ataupun
Luwes ketinggalan. Pada proses penyajian ini
Penari dikatakan luwes apabila kemampuan dalam irama dilatih dengan
keseluruhan gerak yang dilakukan apapun mendengarkan dan mencari seleh sindenan.
bentuk geraknya enak dilihat dalam arti Contohnya diuraikan pada bagian
kualitas geraknya. Luwes dapat sindenan, notasi serta gerak beksan mijil.
dipengaruhi faktor kemampuan atau bakat
yang sudah dimiliki.

100 Volume 19 No. 2 Desember 2020


Buka celuk:

. 3 5 6 7 7 7 7 @ 6 7 g@
3 5 6 7 7 7 zj7c@ z7x x x x j.c6 z 6x x x j7c @ z@x
Was-tra ngang-rang te- beng- ing pa - ta - ni
Jengkeng - lenggut……………..
. . @ # @ 7 5 n6
x.x x x x x.x x x x x@x x x x x#x x x x x x x x x x x xj.x@x x x jx7c6 zjx7xk@c# zj6kx.x5x x x
pang - ga –
……………… sembahan….….. udar…….. gedheg……..
3 3 5 p6 3 5 3 n2
c3 . zj3xk5c6 z6x x x x x x x x x xj.xk6c7 z5x x x x xj6kx5c3 zjuc2
gas - ing ba - tos
seleh kiri …… kapyuk kanan menthang kiri.. seblak kanan jatuh pada seleh sindenan

Uraian di atas memperlihatkan MAKNA SIMBOLIS PERAN GULU


bahwa seleh gerak. Setiap gerak dilakukan Kebudayaan Jawa mengenal konsep
mengikuti alur tarikan nafas seorang mikrokosmos bahwa manusia sejak lahir
sinden. memiliki yang dinamakan sedulur papat
lima pancer yang dikemukakan oleh
Gendhing Pangeran Suryodinigrat. Sedulur papat lima
Pada konsep Hasta Sawanda yang pancer ini terdiri dari kakang kawah, adi ari-
dimaksud dengan gendhing adalah suatu ari, getih abang, dan getih putih. Sedangkan,
konsep penguasaan musik tari untuk pancernya ialah si jabang bayi atau
membangun interpretasi terhadap gerak manusia itu sendiri.
dengan cara mentafsir rasa gending. Pada Ketika Islam masuk keempat unsur
tari Srimpi Ludiramadu ini menggunakan tersebut merupakan simbol mikrokosmos
gending beksan pathetan ageng laras pelog kehidupan yang ditandai dengan empat
pathet barang, Ludiramadu kethuk 4 kerep, nafsu manusia yang terdiri dari nafsu
kinathi kethuk sekawan, pathetan jugak, amarah, nafsu aluamah (rakus), nafsu
ladrang mijil ludira, dan ladrang Singa-Singa supiyah (seks), dan nafsu mutmainnah
yang memunculkan rasa nyawiji antara (tenang).
gerak dan gending. Nafsu Amarah : yaitu nafsu manusia yang
Penggarapan yang berpijak pada selalu merasa ingin menang sendiri.
konsep Hasta Sawanda ini diharapkan Nafsu Aluamah: yaitu nafsu manusia
mampu menghasilkan kepenarian yang yang rakus atau serakah merasa ingin
baik serta karakterisitik tersendiri dalam memiliki segalanya.
ketubuhan masing-masing penari. Nafsu Supiyah: yaitu nafsu manusia
yang umumnya memiliki sifat senang akan
keindahan, kemewahan misalnya wanita.

Volume 19 No. 2 Desember 2020 101


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

Nafsu Mutmainnah: yaitu nafsu Buncit


manusia yang sudah tenang, tentram dan Penari buncit merupakan
selamat jauh dari sifat tercela. perwujudan dari bagian organ seks yang
Semuanya dilambangkan dalam dapat dikaitkan dengan nafsu supiyah atau
peran masing-masing penari yaitu: nafsu manusia yang selalu menginginkan
keindahan. Misalnya berganti-ganti
Batak pasangan, keinginan akan hal keindahan
Penari batak merupakan yang bersifat duniawi. Sedangkan
perwujudan dari pikiran dan jiwa manusia pancernya adalah nafsu mulhimah.
yang disimbolkan sebagai kepala. Peran (Prabowo, 2007: 23). Namun untuk
penari batak di sini adalah sebagai yang pancernya tidak semua dinampakkan,
memimpin atau yang mengendalikan. terkadang pancernya bersifat imajiner.
Perwujudan batak jika dikaitkan dengan Namun juga ada ada yang dinampakkan,
keempat nafsu manusia dapat dikaitkan contohnya pada tari Srimpi Jayaningsih.
dengan nafsu mutmainah yang mana Nafsu mulhimah yaitu nafsu yang selalu
seorang pemimpin harus senantiasa mendapat ilham supaya berbuat
membawa anggotanya dalam hal yang menunaikan kebaikan (Syaban, dalam 7
positif, membawa ketenangan serta nafsu manusia).
mampu mengkoordinasi anggotanya. Penari Srimpi memiliki peran
masing-masing yang mana kehadirannya
Gulu saling menguatkan satu sama lain. Peran
Penari gulu atau jangga merupakan penari Srimpi selain disimbolkan sebagai
perwujudan dari nafsu aluamah atau nafsu mikrokosmos kehidupan juga merupakan
serakah yang dimiliki oleh manusia yang simbol dari makrokosmos kehidupan atau
disimbolkan sebagai leher. Secara metafora unsur alam semesta yang ada meliputi
manusia makan, minum dengan mulut elemen api, air, angin, dan tanah. Keempat
dan masuk ke perut melalui leher. Nafsu elemen tersebut sangatlah penting bagi
untuk terus ingin memiliki sesuatu kebutuhan hidup manusia. Elemen-
walaupun itu bukan milikinya, melakukan elemen tersebut kehadirannya saling
kegiatan secara berlebihan. mempengaruhi keseimbangan di alam
semesta dan saling membutuhan. Keempat
Dhadha elemen tersebut memiliki karakteristik dan
Penari dhadha merupakan kegunaan yang berbeda-beda.
perwujudan dari bagian tubuh manusia Beberapa ilmu filosofi yang
yaitu dada yang dapat dikaitkan dengan membahas mengenai kehidupan manusia
nafsu amarah seorang manusia. Emosi atau menyebutkan bahwa setiap manusia
amarah seorang manusia secara simbol memiliki unsur keseimbangan dalam
dapat dirasakan di dada oleh sebab itu ada tubuh. Sebuah filosofi Tionghoa
istilah jawa dada muntab atau sebuah menyebutkan konsep Yin dan Yang untuk
kemarahan yang sudah berlebih dan tidak mendeskripsikan sifat kekuatan yang
bisa ditahan lagi untuk diungkapkan. saling mempengaruhi dan berlawanan.
Setiap tubuh manusia dipercaya memiliki

102 Volume 19 No. 2 Desember 2020


unsur Yin dan Yang tersebut. Pada ilmu Dhadha dapat disimbolkan sebagai
filosofi Jepang juga menyebutkan bahwa elemen api. Umumnya api memiliki sifat
dalam tubuh manusia memiliki unsur panas, yang memiliki unsur warna merah,
seperti api, air, udara, dan angin. api dalam kehidupan sehari-hari dapat
Jika dikaitkan dengan peran digunakan untuk membakar. Pada tubuh
masing-masing penari sebagai berikut, manusia api dapat dilambangkan sebagai
penari Batak dapat disimbolkan sebagai amarah, atau emosi yang membara.
elemen air. Pada kehidupan sehari-hari air Kelemahan api adalah air.
sangat berguna dalam membantu Buncit dapat disimbolkan sebagai
memenuhi kebutuhan aktivitas manusia, elemen angin. Elemen angin saling
seperti minum, mandi, dan mencuci. Air berkaitan dengan elemen udara karena
memiliki spektrum warna biru. Air elemen angin merupakan serapan dari
memiliki sifat cair yang dapat elemen udara. Angin dalam kehidupan di
menyesuaikan di dalam bentuk wadah alam semesta memiliki peranan sebagai
apapun. Unsur yang balik banyak media respirasi udara. Angin atau udara
terkandung dalam tubuh manusia adalah memiliki sifat yang selalu berubah-ubah
air. Air memiliki sifat yang tenang, atau tidak konsisten. Angin memiliki
menyejukan, fleksibel, dan kesabaran. kelemahan yaitu elemen api.
Sama halnya dengan penari Batak yang Setiap elemen memiliki kelebihan
merupakan seorang kepala atau ketua dan kelemahan masing-masing yang
dalam kelompok yang senantiasa harus saling berhubungan. Oleh sebab itu,
mampu memberikan ketenangan serta masing-masing penari tidak bisa dikatakan
mengayomi para anggotanya agar mampu menari Srimpi apabila hanya menari
berjalan beriringan dengan sebuah sendiri tanpa adanya suatu keseimbangan
pemikiran yang sama. Elemen air memiliki atau keselarasan rasa.
kelemahan yaitu udara. Elemen makrokosmos di alam
Gulu merupakan simbol dari elemen semesta tidak hanya meliputi api, air,
tanah yang mana memiliki sifat yang angin, dan tanah. Elemen lainnya adalah
kokoh, keras. Ketika mengambil suatu keempat penjuru arah mata angin yaitu,
tindakan memiliki ketegasan, sabar, dan Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Makna
tenang. Bumi atau tanah merupakan simbolis peran penari Srimpi juga dapat
tempat manusia tinggal atau berpijak. dilihat dari elemen tersebut sebagai
Elemen ini memiliki kelemahan yaitu air. berikut,
Seorang penari Gulu dalam menari harus Utara merupakan arah mata angin
memiliki prinsip karena berperan sebagai pertama yang digunakan sebagai acuan
acuan bergerak. Selain itu, lintasan gerak penentuan arah mata angin lainnya dalam
yang lebih sempit dari penari lainnya kompas, sehingga dapat dikatakan bahwa
membuat penari Gulu harus mampu utara merupakan simbol dari penari Batak.
mengolah sabar serta ketenangan dalam Selatan memiliki unsur warna merah yang
nyemelehke rasa agar nantinya sama dan secara simbolis merupakan simbol penari
tidak mendahului. Dhadha. Arah barat merupakan unsur
elemen logam atau udara. Arah barat

Volume 19 No. 2 Desember 2020 103


Kepenarian Gulu Dalam Tari Srimpi Ludiramadu Gaya... Aqueenes Forsa Putri Setiawan dan Dwi Rahmani

merupakan arah tenggelamnya matahari. membangun interaksi serta saling


Arah barat merupakan simbol dari penari bertanggung jawab antara satu dengan
Buncit. Terakhir adalah arah mata angin lainnya. Seperti halnya peran gulu dalam
timur. Timur merupakan arah terbitnya tari Srimpi Ludiramadu. Gulu merupakan
matahari, yang memiliki makna perwujudan dari jangga atau leher yang
memunculkan sebuah harapan baru. bisa diartikan sebagai simbol keserakahan
Timur memiliki unsur tanah atau tempat yang dimiliki oleh manusia. Kehadiran
bumi dipijak. Secara filosofi arah timur penari gulu dalam tarian ini juga sebagai
merupakan simbolis dari penari Gulu. poros atau titik dalam pencapaian setiap
peralihan gerak. Penari gulu tidak boleh
PENUTUP seenaknya saja dalam bergerak, juga harus
Srimpi adalah salah satu genre tari memperhatikan penari lainnya agar tetap
tradisi keraton berpola kelompok yang terjaga keseimbangan pola simetrisnya.
memiliki kualitas gerak putri luruh atau Tari Srimpi Ludiramadu yang
oyi. Tari Srimpi Ludiramadu dipilih sebagai disajikan tidak merubah bentuk gerak
media riset ketubuhan karena dianggap yang sudah ada, pemilihan tehnik dan rias
mampu meningkatkan kualitas ketubuhan busana disesuaikan dengan gandar penari
melalui riset mandiri yang mana yang kecil sehingga tetap terlihat patut, dan
kemampuan kepenarian secara individu luwes. Kepenarian gulu yang disajikan
serta secara kelompok benar-benar merupakan hasil interpretasi penari
diperlukan guna membangun interaksi dengan rasa tari yang mrabu, kenes dan
dalam sebuah kelompok dengan meneb.
memunculkan rasa tari yang sama.
Adapun tahap yang dilakukan dalam DAFTAR PUSTAKA
proses kerja kreatif ini berpijak pada Dewan Ahli Yayasan Siswa Among Beksa
konsep dasar tari Jawa yaitu Hasta Sawanda Ngayogyakarta Hadiningrat. 1981.
guna mencapai kualitas kepenarian yang Kawruh Joged – Mataram.
bisa dikatakan mumpuni. Yogyakarta.
Tahapan proses dalam mencapai
kualitas kepenarian yang baik tidak Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek–Aspek
mampu hanya ditempuh dalam waktu Dasar Koreografi Kelompok.
yang singkat. Latihan secara berulang- Yogyakarta: eLKAPHI.
ulang dan dalam jangka waktu yang cukup
lama belum tentu mampu menghasilkan Hawkins, Alma M. 1990. Mencipta Lewat
kepenarian yang baik apabila tidak Tari “Creating Through Dance”,
didasari dengan kesadaran tubuh dalam dialihbahasakan oleh Y. Sumandiyo
bergerak serta pemahaman akan latar Hadi. Yogyakarta: Institut Seni
belakang tari sebagai sebuah motivasi Indonesia.
dalam melakukan setiap gerak.
Peran masing-masing penari dalam Langer, Suzanne K. 1988. Problematika Seni.
tari kelompok seperti Srimpi sangat Dialih bahasakan oleh FX.
penting. Setiap penari harus mampu

104 Volume 19 No. 2 Desember 2020


Widaryanto. Bandung: Akademi Narasumber
Seni Tari. Dwi Rahmani (56 tahun), dosen Tari Gaya
Surakarta Putri, Surakarta.
Maryani, Dwi. 2007. “Wiraga Wirama
Wirasa Dalam Tari Tradisi Gaya Rusini (70 tahun), penari senior, Surakarta.
Surakarta,” Gelar, Jurnal Ilmu dan
Seni ISI Surakarta Volume 5 No. 1 Wahyu Santoso Prabowo (65 tahun),
(Juli 2007): 28-41. penari senior, Surakarta.

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta: Nanuk Rahayu (62 tahun), dosen tari
Pusat Perbukuan Depdikbud. Surakarta Putri, Surakarta.

Prabowo, Wahyu Santoso, dkk. 2007. Didik Bambang Wahyudi (59 tahun) dosen
Sejarah Tari Jejak Langkah Tari Di tari, Surakarta.
Pura Mangkunegaran. Surakarta: ISI
Surakarta dan CV Efek Design.

Pradjapangrawit, R. Ng. 1990. Serat Sujarah


Utawi Riwayating Gamelan
Wedhapradangga (Serat Saking Gotek).
Alih aksara oleh Sogi Sukidjo, R. Ng.
Renggosuhono. Surakarta: STSI
Surakarta bekerja sama dengan The
Ford Foundation, Jakarta.

Rustopo. 2001. Gendhon Humardani Sang


Gladiator. Yogyakarta: Yayasan
Mahavhira.

Wahyudi, Didik Bambang, dkk. 1997. “Tari


Srimpi Jayaningsih (Tinjauan
tentang Garap Bentuk Sajian),”
Laporan Penulisan Kelompok,
Sekolah Tinggi Seni Indonesia,
Surakarta.

Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2012.


Revitalisai Tari Gaya Surakarta.
Surakarta: ISI Press Solo.

Volume 19 No. 2 Desember 2020 105

Anda mungkin juga menyukai