Anda di halaman 1dari 10

TARI RETNO PAMUDYA

Sumber cerita Tari Retno Pamudya adalah menceritakan kepahlawanan Srikandi


dalam menghadapi Bisma. Dalam ciptaan tari Retno Pamudya ini. R.T
Koesumokesowo menampilkan sosok seorang putri yang terampil memainkan
senjata berupa cundrik dan panah dengan lincah, cukat dan trengginas. Namun
tidak lepas dari kodratnya sebagai wanita yang masih memperlihatkan kelembutan,
kehalusan, dan kesabaran. Tari Retno Pamudya dibagi menjadi 4 bagian yaitu Maju
Beksan, Beksan dan Mundur Beksan.
Pada bagian Maju Beksan menggambarkan bentuk semedi agar dalam menjalankan
tugas berperang melawan Bisma mendapatkan suatu kemenangan serta keteguhan
hati sosok Srikandi dalam berperang melawan pamannya sendiri.

Bagian Beksan Tari Retno Pamudya menggambarkan tokoh Srikandi sebagai tokoh
wanita yang masih mempunyai kelembutan, kehalusan, serta kesabaran sebagai
kodratnya.
Bagian perangan menampilkan gerak-gerak lincah, cukat trengginas serta
ketrampilan dalam memainkan senjata yang berupa panah dan cundrik. Dalam
beksan perangan ini tokoh Bisma tidak ditampilkan. Besar kemungkinan karena R.T.
Koesumokesowo tidak sedang menggarap tari silang jenis antara laki-laki dan
perempuan.
Bagian akhir Tari Retno Pamudya berupa mundur Beksan yang berisi sekaran-
sekaran srisikan yang dilanjutkan Jengkeng Sembahan. Pada Bagian mundur
beksan ini mengandung maksud bahwa setelah mengakhiri sebuah pekerjaan
tidaklah luput dari doa yang dipanjatkan
Tari Tenun

Tari tenun merupakan tarian yang


menggambarkan perempuan Bali dalam
membuat kain tenun (sejenin kain tradisional
Bali Timur). Dan membuat kain tenun mulai dari
proses memintal benang sampai pada menenun
dengan perasaan tenang dan gembira. Tarian ini
pada umumnya dibawakan oleh tiga orang penari
atau lebih. Tari tenun diciptakan oleh I Nyoman
Ridet dan I Wayan Likes pada tahun 1962.

Tari ini menggambarkan bahwa Bali memiliki


kebudayaan dan kegiatan yang unik dalam
bermasyarakat. Dalam tari ini disimbolkan
betapa harmonisnya dan giatnya rakyat Bali
dalam kehidupan. Dari sejarah ini terdorong
inspirasi bagi pengarang Tari Tenun ini untuk
menciptakan maha karya tari yang sampai
sekarang ini masih dilestarikan oleh generasi
muda Bali demi tetap eksisnya kebudayaan di
Bali. Dengan ini, dapat mendatangkan
ketertarikan para wisatawan dengan adanya
kesenian yang unik contohnya tari tenun.
Fungsi Tari Tenun
Tari tenun berfungsi untuk melestarikan
kebudayaan tenun-menenun yang ada di Bali
dan juga melestarikan alat-alat tradisional yang
dipergunakan dalam menenun.

Bentuk Penyajian
Pada umumnya, tari tenun ditarikan lebih dari
1 orang, untuk itu bentuk penyajiannya akan
menggunakan bentuk penyajian berkelompok. Di
dalam menyajikan tarian apapun, diperlukan
kekompakan yang sangat baik begitu pula dalam
penyajian tari tenun, karena jika antara penari
yang satu dengan penari yang lainnya tidak
melakukan gerakan dengan serempak, maka
penyajiannya akan terlihat kurang baik.

Susunan Gerak
Susunan gerak pada Tari Tenun adalah
sebagai berikut :
1. Ngumbang,ngeseh, mungkang lawang,
agem kanan, sledet kanan, nrudut, kemudian
sledet pong.
2. Tangan kiri menik benang ke kiri, nrudut,
sledet pong, ombak angkel, ngeseh.
3. Agem kiri kemidian agem kanan, ngelung
kanan, ngelung kiri, ngumat ngutik, nyeleog ke
belakang.
4. Ngumbang luk penyalin ke belakang,
ngangsel putar ke depan.
5. Di ikuti oleh penari selanjutnya, jalan ke
kanan dan kiri, agem, duduk.
6. Seleog kanan, seleog kiri, nyalut pelan,
suntil ke kiri, seleog kanan, seleog kiri, nyalut
cepat dilanjutkan dengan memutar kapas
berulang-ulang, setelah itu lakukan ngumbang
dan kembali memutar kipas, ngangget, ambil
taruh dibawah dilanjutkan dengan memutar
kipas. Dan terakhir bangun dan terjadi
perubahan posisi.
7. Seleog kan, seleog kiri, nyalut pelan, suntil
ke kiri, seleog kanan, seleog kiri, nyalut cepat
dilanjutkan dengan tangan ngejer ke kiri,
kemudian pindah ke kanan berulang-ulang,
ngangget taruh di atas, ambil taruh di tengah,
taruh atas, dan terakhir ileg-ileg 3kali.
8. Bangun dan ubah posisi menjadi diagonal,
nyalut kaki kiri, agem kiri, dan nganyinin, tangan
kiri di pinggang, dan lagi nganyinin, tangan buka
dan tutup, dan nganyinin lagi.
9. Ubah posisi menjadi segi empat atau
segitiga, nyalut kaki kanan dorong, ileg-ileg, di
ulangi lagi, nyeregseg ke kiri dan ke kanan,
nyalut kaki kiri, angkat kanan ubah posisi
membelakangi pasangan.
10. Nyalut kaki kanan dorong, ileg-ileg,
diulangi lagi, nyeregsegke kiri dank e kanan,
nyalut kaki kiri, angkat kanan, ubah posisi penari
pindah ke depan.
11. Duduk kaki kiri jinjit, tangan kanan
masukkan benang 3kali, ulangi dengan tangan
kanan jinjit. Kemudian, kerincing2 tekan kanan
ke bawah ke kiri dank e kanan , dorong dan
lepaskan , ulangi lagi dari tangan jinjit. Sampai
lepaskan , setelah selesai gamelan cepat lanjut
dengan bangun 2 atau 3 penari pulang,
12. Dan penari yang terakhir ngeseh balik ke
depan ngakub bawa, selesai.
Busana Tari Tenun

Kepala memakai lelunakan.


Pakaiannya terdiri dari tapih, kamen, dan
selendang yang di lilitkan di dada serta sabuk
prada.
Tata rias hampir sama dengan tarian lain.
Bunga sandat 3buah di kenakan di kepala.
Bunga yang berwarna merah, juga di
kenakan di kepala.
Bunga semanggi di kenakan di kepala.

Alat-Alat Musik
Tari Tenun di iringi oleh gamelan gong, yang
terdiri dari :
Beberapa gender
Guplek
Ceng-ceng
Riong
Kempur
Kepluk, dan
Suling
TARI MENAK KONCAR

Tari Menak Koncar adalah tari tunggal putra alus yang memiliki teknik

gerak, irama gendhing tari yang rumit dengan vokabuler gerak yang

bervariasi serta menampilkan karakter tari yang alus, luwes, dan lincah

(cakrak). dengan penguasaan unsur wiraga, wirama dan wirasa dan

Hastha Sawanda secara utuh dengan penjiwaan tari yang menyeluruh.

Tari Menak Koncar


Tari merupakan sarana ungkap ekspresi pengalaman jiwa yang
diwujudkan melalui garap medium gerak. Ungkapan dalam seni
mempunyai tujuan hayatan yang akan berbeda dengan ungkapan sehari-
hari. Rasa ungkap tari akan dapat terwujud melalui medium gerak yang
disajikan secara utuh dan penuh penghaytan.
Tari gaya Surakarta terbagi dalam tiga genre yaitu putri atau putren, putra
gagah atau gagahan, dan tari putra alus atau alusan. Alusan adalah
kualitas tari yang menghadirkan karakter putra dan disajikan oleh penari
putra, tetapi seiring perkembangan zaman sejak tahun 1930an alusanlebih
banyak diperagakan oleh penari putri. Hingga sekarang
kualitasalusan disajikan oleh penari putra maupun putri. Menurut Sunarno
Purwolelono dalam tulisannya yng berjudul Modul Mata Kuliah Praktik
Dasar Tari Tradisi Gaya Surakarta alusan terdiri dari dua karakter yaitu
karakter alusan luruh dan alus lanyap. Perbedaannya antara lain dibedakan
pada volume/lebar sempit gerak atau bentuk tubuh yang dihasilkan dan
penerapan irama gerak pada karakter tari.
Tari tradisi gaya Surakarta dalam bentuk alusan mempunyai
ciri wirengmaupum pethilan. Wireng yaitu suatu bentuk tarian yang tidak
mengambil cerita dari pewayangan sedangkan pethilan merupakan suatu
bentuk tarian yang mengambil cerita dalam pewayangan atu cerita lainnya.
Alusan dipandang sebagai ekspresi daya pesona kegagahan pada ksatria
muda, dewa-dewa dan dilain pihak dipandang dari segi eksprsi keadaan
jiwa yng tenang dan tenteram (Clara Brakel).
Tari Menak Koncar pertama kali disusun oleh Nyi Bei Minto Laras dalam
gaya Mangkunegaran tahun 1960-1970. Kemudian digubah oleh S. Maridi
dan direkam sekitar tahun 80-an, oleh Lokananta (Wahyu S.P, wawancara
2 Mei 2010). Tari Menak koncar menggambarkan Adipati Menak Koncar
sebagai pemimpin senopati perang. Menak Koncar digambarakan gandrung
dengan Dewi Sekati.
Kehadiran beksan Wireng di Mangkunegaran era tahun 1757-1987
berkaitan erta denga jiwa kepemimpinan dan perjuangan R. M. Said sebagai
pendiri kadipaten. Semangat perjuangan yang terkenal dengan senboyan
tiji tibeh dan Tri Drma tercermin dalam karya-karya tari, sebagaian besar
tari berbentuk wiring atau peperangan (ada berbagai sumber tentng
pengertin wireng). Beksan wiring mencapai zaman keemasan pada masa
pemerintahan K.G.P.A.A Mangkunegra V, hal ini sebagai pertanda sejarah
berdirinya kadipaten, yang telah diperjuangkan R.M Said dan para
pengikutnya melawa VOC merupakan perang suksesi tanah Jawa
tahun1741-1757. Mka untuk mengenangnya lahirlah karya-karya tari
dengan judul beksan wiring. Beksan wiring Menakkoncar sewndiri muncul
pada masa K.G.P.A.A Mangkunegara VIII, sekitartahun 1944-1947.
Menak Koncar diambil dari cerita siklus Langendriyan( berkaitan siklus
Majapahit). Yang menandakan bahwasannya Menak koncar berasal dari
Lumajang.
Tari Menak Koncar dikenal menggunakan gaya Mangkunegaran
danKasunanan. Karakter tari Menak Koncar adalah alus lanyap. Tari Menak
Koncar bertema gandrungan, menceritakan gandrungnya Adipati Menak
Koncar kepada Dewi Sekati. Menak koncar menggambarkan senopati
pemimpin perang, berkarakter tenang, antep, gagah. Karakter gagah terlihat
pada sekaran lumaksono, sedang kebaran memunculkan rasa senang
namun tetap tenang, dan pondongan menggambarkangandrungnya menak
koncar .
Iringan/musik tari Menak Koncar sampai sekarang belum diketahui siapa
penciptanya, karena tarian ini diciptakan dengan gendhing yang sudah ada.
Struktur musik tari Menak Koncar adalah pathetan, ladrang Asmaradana
laras slendro pathet manyura, sampak slendro sanga, pathetan. Adapun
urutan tuntutnya sebagai berikut: irama tanggung, irama dadi, ciblon,
gambyongan, irama wilet, kwtawang Asmaradana, kemvbali ke irama
tanggung.
Busana Tari Menak Koncar yaitu:
Kepala: irah-irahan, plame, sumping
Badan: kalung kace, klat bahu
Kaki (tungkai atas, tungkai bawah): celana
pendek (panjen),jarik/kain, sabuk, epek timang, boro samir, sampur,
binggel, keris.
Urutan/deskripsi Beksan Menak Koncar:
Besut tanjak tawing kebyok sampur kanan
Srisig
Nikelwarti
Sembahan laras
Sabetan
Lumaksana glebagan
Sabetan
Kiprahan tiga pola gerak
Besut
Lumaksana Glebagan
Kiprahan
Magak kawilan
Srisig sunda
Laku telu
Ukel pakis
Gajah-gajahan
Pondongan
Kiprahan
Besut
Lumaksana
Ombak banyu
Ulap-ulap tawing
Srisig

Anda mungkin juga menyukai