Anda di halaman 1dari 6

\IRINGAN TARI SUNDA RUMPUN GAYA GUGUM GUMBIRA

“TARI KAWUNG ANTEN”

MATA KULIAH : IRINGAN TARI BETAWI SUNDA

Dosen Pengampu :

Ojang Cahyadi, S.Sn., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nabila Aulia

1207619022

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
LATAR BELAKANG

Pada penampilan suatu pertunjukan tari tentunya, ada unsur pendukung dari penampilan
karya tari tersebut. Unsur pendukung tersebut seperti, tata rias dan tata busana, tata panggung,
tata cahaya serta adanya iringan musik pada tarian tersebut. Iringan tari adalah elemen
pendukung atau pelengkap dalam sebuah prosesi tari. Umumnya yang menjadi elemen
pendukung atau pelengkap dari sebuah tarian adalah musik. Sebagai pengiring sebuah tarian,
musik bisa berfungsi sebagai pengatur tempo atau keserampakan (bila berkelompok). Dengan
kata lain, musik pengiring tersebut menjadi pengendali keselarasan sebuah prosesi tari. Selain
itu, musik pengiring juga berfungsi sebagai penambah nilai estetik tari dan penyemarak.

Pada tarian sunda tentu diperlukan juga suatu iringan tari yang akan mengiringi gerak tari
para penari. Tarian sunda memiliki berbagai macam rumpun, salah satunya adalah rumpun gaya
Gugum Gumbira. Salah satu karya tari yang dihasilkan oleh beliau adalah Tari jaipong. Tari
Jaipong adalah tarian tradisional yang berasal dari Bandung Jawa Barat. Tarian tersebut
merupakan tarian tradisional yang sangat populer di Indonesia. Hampir sebagian masyarakat
Indonesia pernah menonton pertunjukan tarian ini. Tari jaipong juga memiliki ciri khas yang
berbeda dari tarian sunda rumpun lainnya. Tarian ini diiringi musik dan lagu dalam tempo yang
cepat, dan didominasi oleh alat musik gendang. Selain alat musik gendang ada juga alat musik
lain yang mengiringi tari jaipong ini. Munculnya Jaipongan memberikan warna baru dalam ranah
seni pertunjukan di Jawa Barat, sehingga melahirkan gairah baru bagi para pelaku seni di Jawa
Barat.
“Tari Sunda Rumpun Gaya Gugum Gumbira, Tari Kawung Anten”

Jaipong merupakan salah satu bentuk seni tari yang tumbuh dan berkembang di Kota
Bandung, kemudian menyebar ke seluruh wilayah Priangan. Munculnya Jaipongan yang
diciptakan oleh Gugum Gumbira sekitar tahun 1970-an memberikan warna baru dalam ranah
seni pertunjukan di Jawa Barat, sehingga melahirkan gairah baru bagi para pelaku seni di Jawa
Barat. Secara struktur koreografi, tari Jaipongan dipengaruhi oleh Ketuk Tilu yaitu adanya
bukaan, pencugan, nibakeun, dan motif gerak mincit. Tari jaipong biasanya ditarikan oleh
seorang wanita, tetapi dari ragam gerak tari jaipong memiliki gerak yang terlihat maskulin
karena gerakan yang diambil dari teknik gerak pencak silat yang notabene gerakannya
merupakan gerakan tegas. Dari berbagai karya yang diciptakan oleh Gugum Gumbira, salah
satunya adalah Tari Kawung Anten.

Tari Jaipongan Kawung Anten adalah salah satu tarian yang diciptakan oleh Gugum
Gumbira pada tahun 1990-an. Berbeda dengan karya Jaipongan lainnya, Tari Kawung Anten
berorientasi kepada penokohan yaitu tokoh wanita dari Sumedang yaitu Kawung Anten yang
merupakan seorang putri dari salah satu Panglima Perang Kerajaan Sumedang Larang (Kandaga
Lante) yaitu Jaya Perkosa. Nama Kawung Anten yang dijadikan tarian berasal dari kata Kawung
dan Anten. Kawung adalah pohon enau cengkaleng atau curuluk, dimana kawung di Sunda
dikenal sebagai pohon multiperfes. Anten adalah inti/pati kekuatan yang bisa segala rupa. Jadi
makna dari Kawung Anten adalah segala rupa yang bermanfaat bagi orang lain sehingga banyak
sekali azas manfaatnya, ekonominya, dan unsur sosialnya. Sedangkan yang menjadi isi pokok
tariannya adalah keteguhan, rasa tanggung jawab, dan semangat juang Kawung Anten ketika di
beri tugas menjaga pusaka negara.

Tari Kawung Anten juga merupakan penggambaran citra perempuan sunda dalam artian
karya tari ini banyak mengungkap citra perempuan Sunda. isi tarian tersebut menempatkan
perempuan dalam konteks kebudayaan Sunda. Dalam konteks kebudayaan Sunda, yang berkaitan
dengan citra perempuan Sunda erat hubungannya dengan kedudukan ibu (indung). Ibu bagi
orang Sunda adalah tempat yang tertinggi. Masyarakat Sunda peranan ibu selalu didahulukan
dari peranan bapak, karena menurut orang Sunda dosa yang tidak berampun adalah dosa kepada
ibu kandung, kecuali ibu mau mengampuni kesalahan anaknya. dalam tari Kawung Anten ini
bentuk dan isi tarian nya menggambarkan sosok perempuan yang gagah tetapi cantik dan unsur
koreografinya-pun sangat befariasi dan energik.

Gugum Gumbira menyebutkan (dalam Endang Caturwati, 2007: 7), bahwa pencugan
merupakan gerakan yang kuat dan terpatahpatah atau menunjukkan pada serangkaian jurus-jurus
atau disebut ibing pola. Di dalam gerak Tari Kawung Anten ini terdapat keunikannya.
Gerak ini terdapat karakter lincah, gagah dan atraktif, serta tema pada tari Kawung Anten
yang membuat masyarakat tertarik. Gerakan tangan yang menempati ruang gerak tak
terbatas seperti, sikap kaki yang terbuka lebar dengan jangkauan gerak bawah, tengah, dan
atas dengan lincah, gerakan yang meliuk hentakan-hentakan tegas dari seluruh bagian tubuh
yang terkadang muncul dengan gerak mengalun, berpadu dalam sebuah dinamika yang
estetis. Yakni pemberani, mandiri, bertanggung jawab, lincah, pekerja keras, romantis, dan
ceria, yang dapat dilihat salah satu dari gerakan yang diungkapkan dalam tari
Kawung Anten. Kawung Anten memakai property Duhung, istilah lain ‘‘Kaduhung“. Duhung
merupakan salah satu alat seperti golok yang ukurannya lebih kecil yang dipakai dalam
tarian Kawung Anten. Penanda gambaran karakteristik perempuan Sunda tidak hanya terlihat
dari gerakan, namun terlihat pula dari musik pengiring tarian, lirik nyanyian, serta kostumnya.
Apabila dilihat dari tempo dan dinamika pada gerak Tari Kawung Anten mempunyai gerakan
dan musik yang variatif seperti ada tempo cepat, lambat, sedang, yang dikreasikan dalam
Jaipongan dapat dibaca dan dimaknai bahwa karakter perempuan Sunda kekinian tidak
monoton, penuh dinamika, dalam arti tidak membosankan.

Pada tarian Kawung Anten menggunakan gamelan Jaipongan lengkap seperti: Bonang,
Saron, Demung, Peking, Rincik, Gong, Kempul, Kendang dan Rebab ditambahdengan
Kecrek. Waditra yang digunakan untuk mengiringi tari Kawung Anten adalah seperangkat
gamelan berlaras salendro. Adapun pola atau susunannya terdiri atas intro atau bagian awal,
bagian tengah, dan bagian akhir atau gending penutup. Pada bagian awal akan dimunculkan
bunyi kacapi tarawangsa yang dilanjutkan dengan irama padungdung gancang, kemudian
padungdung kendor yang diambil dari iringan penca silat, pada bagian awal, dalam irama
padungdung dipadukan dengan eroic ent gamelan sebagai aksentuasi untuk mempertegas
irama. Maksud dari permainan irama ini adalah untuk menggiring suasana pada tema yang
diinginkan yaitu heroic atau kepahlawanan. Pada bagian tengah iringan karawitan secara utuh
yaitu, lagu Paksi Tuwung dalam embat opat wilet dan lagu Palimanan dalam embat dua wilet.
Pada bagian akhir selain iringan gamelan dipadukan pula dengan tepak kendang penca yang pada
penyajiannya tidak dibunyikan secara bersamaan tetapi saling mengisi.

Dalam ranah tarian Jawa Barat (Sunda) kedudukan waditra kendang boleh dikatakan
sangat menonjol, hal itu dikarenakan secara fungsional waditra kendang dalam mengiringi tarian
Sunda sangat dominan. Artinya, hampir setiap geraknya selalu diisi oleh tepak kendang. Dan
inilah yang membedakan tari-tarian Sunda dengan tari-tarian di luar Sunda. Begitu pula dengan
tari Jaipongan, dengan kekayaan motif tepak kendangnya yang enerjik sangat dominan dalam
mengiringi dan mengisi setiap aspek gerak-geraknya. Namun, keberadaan waditra kendang
sangat dominan dalam mengiringi tarian Jaipongan. Hal tersebut tidak mengurangi kedinamisan
tariannya karena, pada setiap tampilannya selalu digarap unsur-unsur pendukung lainnya seperti,
dinamika, tempo, ruang dan lain-lain. Dengan demikian, setiap tarian yang disajikan tidak terasa
monoton atau mem-bosankan. Begitu pula dengan tari Kawung Anten fungsi tepak kendang
sangat dominan

Dari pengalaman saya sebagai seorang penari ynag pernah menarikan Tari Kawung
Anten karya Gugum Gumbira (Alm) saya merasa bahwa tarian ini berbeda dari tari jaipongan
yang lainnya. Kawung Anten membawa kesan tersendiri bagi penari yang menarikannya. Tarian
ini membawa penari yang membawakannya menjadi terbawa alur cerita dalam tarian serta
penokohan sosok Kawung Anten sendiri. Melalui gerakan tarian ini akan terasa gerakan yang di
awal lemah lembut tetapi disisi lain tegas serta perpindahan gerak yang terkesan maskulin tetapi
masih menggambarkan sosok putri Kawung Anten itu sendiri. Properti yang digunakan juga
terkesan berani dan tantangan baru bagi saya yaitu, Duhung yang nantinya akan dipadukan
dengan gerakan pada tarian tersebut. Selain itu ada kostum yang dominan berwarna merah yang
menggambarkan ketegasan serta aksesoris kepala mahkota yang terkesan feminism. Pada tari
Kawung Anten, Iringan tari yang mendukung tarian ini tersa berbeda. penari seperti dibawa
dengan suasana musik yang naik turun pada setiap adegan tarian tersebut, disisi lain adanya
nyanyian yang membawa penari serta penonton yang menyaksikan tarian ini ikut terbawa
kedalam suasana.
DAFTAR PUSTAKA

https://mooibandoeng.com/2016/02/01/gugum-gumbira/

https://www.romadecade.org/tari-jaipong/#

https://www.youtube.com/watch?v=6hAOAUgaWBY

http://repository.upi.edu/20300/1/S_STR_1100730_Title.pdf

http://perpustakaan.isbi.ac.id/index.php?menu=dl&action=detail&identifier=jbptisbi-dl-
20180604093203&node=117

file:///C:/Users/Asus/Downloads/836-1958-3-PB%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai