Anda di halaman 1dari 36

KEBUDAYAAN

JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
Nama : IZZAH RIANDA QIERA BALQIS
Kelas : VIII B2

SMP IT IBNU ABBAS


KLATEN
KEBUDAYAAN JAWA TENGAH

Jawa tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembag disini

karena di jawa tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai

peninggalan candi di jawa tengah. mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik

di jawa tengah setiap daerah mempunya corak batik tulis yang berbeda beda mereka

mempunyai ciri khas sendiri sendiri selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar

biasanaya ada wayang kulit yang sudah dia kaui dunia sebagai warisan budaya dunia

oleh unesco ada juga tembang tembang (lagu lagu ) jawa yang diiringi oleh gamelan

(alat musik) yang juga dikenal dengan campursariada juga ketoprak yang merupakan

pertunjukan seni peran khas dari jawa di jawa tengah juga masih ada kerjaan yang

samapai sekarang masih berdiri tepatnya dikota solo yang dikenal dengan kasunanan

solo budaya jawa tengah sungguh banyak mulai dari wayang ,wayang orang,

ketoprak,tari dan masih banyak lagi berikut beberapa foto terkait budaya jawa tengah:

Keraton Solo
Surakarta Hadiningrat adalah istana resmi Kasunanan Surakarta. Keraton ini

didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana IIpada tahun 1744 sebagai pengganti

Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana

terakhir Kesultanan Mataram ini didirikan di Desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan

kecil di tepi barat Bengawan (sungai) Beton/Sala. Setelah resmi istana Kesultanan

Mataram selesai dibangun, nama desa itu diubah menjadi Surakarta Hadiningrat.

Istana ini pula menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kesultanan Mataram

oleh Susuhunan Pakubuwana IIkepada VOC pada tahun 1749. Setelah Perjanjian

Giyanti tahun 1755, keraton ini kemudian dijadikan istana resmi bagi Kasunanan

Surakarta. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sri

Sunan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga

saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Solo.

Batik Jawa Tengah

Jawa tengah merupakan salah satu derah paling produktif di bidang

kebudayaannya sebab sangat banyak kebudayaan yang dihasilkan dari daerah ini.

Kita lihat saja dari kebudayaan tari-tariannya, jawa tengah memiliki Tari Serimpi,

Tari bambangan Cakil, Tari srikandi, dll. Jawa tengah juga memiliki kebudayaan

lainnya seperti rumah joglo yang merupakan ciri khas dari jawa tengah ini sebenarnya

memiliki gaya arsitek yang sangat dinamis dengan lingkungannya, karena rumah
joglo memiliki beberapa tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati. Rumah

joglo juga memiliki keunikan tersendiri seperti memiliki pendopo untuk menerima

tamu atau hanya untuk kumpul keluarga. Disetiap sudut-sudut dindingnya pun biasa

dihiasi dengan ukiran-ukiran yang lebih menarik bila dilihat. Kalau dari tariannya,

tarian Bambang Cakil menceritakan sebuah ksatria yang berusaha menjaga petapa

dari serangan buta cakil dan akhirnya sang buta cakil meninggal ditanggan ksatria itu,

sedangkan tari serimpi biasanya di mainkan oleh 4 orang penari putrid yang

mencerminkan dari 4 elemen yang ada dibumi yaitu air, api, angina, dan tanah. Tarian

ini juga biasanya diiringi oleh suara gamelan jawa.

Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di

Jawa. Wayang berasal dari kata ‘Ma Hyang‘ yang artinya menuju kepada roh

spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang

adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna ‘bayangan’, hal ini disebabkan karena

penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya

saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog

tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan

sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh parapesinden. Dalang

memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih,
sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong),

sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan

wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton

harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di

layar.

Tari Srikandi

Adalah tarian yang menggambarkan perang antara 2 orang wanita yang

bernama Dewi Srikandhi dan Dewi Mustakaweni, tarian ini bertema

heroik(kepahlawanan) dilakukan berpasangan wanita. Masing-masing memiliki

karakter yang hampir sama yaitu sama-sama memiliki watak Putri Lanyap (bersifat

tegas,tetapi kemayu) tokoh Srikandhi Mustakaweni ini adalah ceriwis dan memiliki

suara agak cempreng. Dewi Srikandhi adalah tokoh wanita dari keluarga Pandawa. Ia

merupakan salah satu istri dari Raden Arjuna.Dewi Mustakaweni adalah anak dari

Prabu Newatakawaca Musatakaweni memiliki kesaktian karena sakti maka ia dapat

mengubah dirinya menjadi apa saja dan siapa saja yang dia mau. Pada saat akan

mengambil Jimat Kalimasada ia mengubah dirinya menjadi Raden Gathutkaca, dan

pada saat mencuri Dewi Srikandhi mengetahui pebuatan Dewi Mustakaweni karena

pada saat itu Dewi Srikandi mendapat mandat untuk menjaga jimat Kalimasada,

maka srikandi langsung mengejar Mustakaweni maka terjadilah perang antar


keduanya. Pada saat perang Dewi Srikandi kalah oleh Dewi Mustakaweni. Lalu Dewi

Mustakaweni berhasil dikalahkan oleh Bambang Priyambada dan menjadi istrinya.

Tari Serimpi

Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tari

klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi

keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan

tumbuh di kalangan istana. Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini

memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta

kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan

diiringi suara musik gamelan. Tari serimpi Jawa ini dinilai mempunyai kemiripan

dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para

penari.

Bedhaya Ketawang
Bedhaya Ketawang adalah tarian sakral yang rutin dibawakan dalam istana

sultan Jawa (Keraton Yogyakarta dan Keraton Solo). Disebut juga tarian langit,

bedhaya ketawang merupakan suatu upacara yang berupa tarian dengan tujuan

pemujaan dan persembahan kepada Sang Pencipta. Pada awal mulanya di Keraton

Surakarta tarian ini hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun karena tarian

ini dianggap tarian khusus yang amat sacral, jumlah penarik kemudian ditambah

menjadi sembilan orang. Sembilan penari terdiri dari delapan putra-putri yang masih

ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton serta seorang penari gaib yag

dipercaya sebagai sosok Nyai Roro Kidul.

Ukiran Asli Jepara

Para pengukir jepara pandai menyesuaikan diri dengan gaya ukiran baru.

Mereka tidak hanya membuat gaya ukiran khas Jepara saja tapi ukiran lainnya yang

tak kalah menarik. Meskipun ukiran Jepara beragam, sebaiknya kita tidak melupakan

gaya ukiran khas Jepara. Biasanya disebut ornamen Jepara. Meskipun tak ada sebutan

khusus, tapi ia dapat dikenali dari ciri khasnya. Ukiran Jepara mengambil bentuk

dedaunan. Ada yang mengatakan itu adalah daun tanaman wuni. Wuni adalah jenis

rerumputan liat yang banyak tumbuh di Jepara. Tanaman itu memiliki buah kecil-

kecil yang digemari burung. Bentuk tanaman wuni itu diolah seniman ukir menjadi

bentuk desain ukiran yang indah. Ciri khas ukiran itu, daunnya digambarkan
melengkung-lengkung luwes. Seolah ada iramanya. Ujung daunnya runcing. Buah-

buah kecil diukir menggerombol. Kadang, ditambahkan ukiranburung yang hendak

mematuk buah itu. Ukiran gaya Jepara ini dulu banyak diukirkan pada peti-peti kayu.

Meja kursi juga ada. Tapi, sekarang jarang diukirkan pada meubel lagi.

Gamelan Jawa

Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang,

guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo

Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih

dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan,

hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.

Pakaian Adat Jawa Tengah


Adat jawa sangat melekat di Indonesia,khususnya suku jawa. Pada acara

tertetu suku jawa tak luput dari adat mereka. Begitu juga dengan

pakaian adatnya.Saat acara-acara tertentu adat istiadat jawa harus memenuhi

persyaratan adat yang akan di laksanakan.Berikut melody akan membahas tentang

pakaian adat jawa tengah yang di pakai pada saat acar-acara tertentu.Baik sejarah

asal-usul atau asal mula baju adat Jawa Tengah, kelengkapan apa saja yang di pakai

(kostum). Dan bagaimana kostum pernikahan adat Jawa Tengah.

Keris Jawa Tengah

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada

kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara

bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam

lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya

berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat

serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki

kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah

kerambit. Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/

peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini,

keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah

simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segiestetikanya.
Rumah Adat Jawa Tengah

Bagian pendapa adalah bagian paling depan Joglo yang mempunyai ruangan

luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan untuk acara

besar bagi penghuninya. Seperti acara pagelaran wayang kulit, tari, gamelan dan yang

lain. Pada waktu ada acara syukuran biasanya sebagai tempat tamu besar. Pendopo

biasanya terdapat soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari. Bagian Pringgitan

adalah bagian penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Bagian ini dengan

pendopo biasanya di batasi dengan seketsel dan dengan dalem dibatasi dengan

gebyok. Fungsi bagian pringgitan biasanya sebagai ruang tamu.


Kesenian Budaya Jawa Tengah

Indonesia terdiri dari banyak pulau dan beragam suku dan budaya. Indonesia

memiliki banyak suku dan budaya yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Karena

beragamnya suku dan budaya di Indonesia, itu menjadi salah satu ciri khas Indonesia

dan mampu banyak menarik para wisatawan lokal maupun manca Negara. Kali ini

saya akan membuat artikel mengenai Kesenian budaya dari daerah Jawa Tengah.

Kebudayaan Jawa merupakan salah satu sosok kebudayaan tertua di

Indonesia. Kebudayaan Jawa mengakar di Jawa Tengah bermula dari kebudayaan

nenek moyang yang bermukim di tepian Sungai Bengawan Solo pada ribuan tahun

sebelum Masehi. Fosil manusia Jawa purba yang kini menghuni Museum Sangiran di

Kabupaten Sragen, merupakan saksi sejarah, betapa tuanya bumi Jawa Tengah

sebagai kawasan pemukiman yang dengan sendirinya merupakan suatu kawasan

budaya.
Kebudayaan Jawa Tengah

Jawa Tengah memiliki banyak seni dan budaya. Diantaranya kesenian yang terkenal

yaitu batik dan wayang yang kini sudah banyak di kenal bahkan sampai ke manca

Negara. Berikut beberapa kebudayaan mengenai daerha Jawa Tengah :

Rumah Adat Jawa Tengah

Rumah adat Jawa Tengah di kenal dengan nama rumah Joglo. Joglo merupakan

rumah adat Jawa Tengah yang terbuat dari kayu. Rumah ini mempunyai nilai seni yg

cukup tinggi dan hanya dimiliki orang dari kalangan mampu. Rumah joglo berdenah

bujur sangkar dan mempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru,

dan digunakan blandar bersusun yang disebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini

bersusun ke atas, makin ke atas makin melebar.

Pakaian Adat Jawa Tengah

Pakaian tradisional kaum perempuan Suku Jawa khususnya Jawa Tengah pada

umumnya sama yaitu menggunakan kebaya, kemben, dan kain tapih pinjung dengan

stagen. Bagi para kaum laki-laki, khususnya kerabat keraton adalah memakai baju

beskap kembang-kembang atau motif bunga lainnya. Pada kepala memakai destar

(blankon), kain samping jarik, stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas

kaki (cemila). Pakaian ini dinamakan Jawi Jangkep, yaitu pakaian laki-laki Jawa

lengkap dengan keris.


Kesenian

 Batik : Batik tidak hanya terkenal di daerah Jawa Tengah saja tetapi juga di

daerah lain di Indonesia pun memiliki balik masing-masing. Namun setiap daerah

memiliki motif yang berbeda. Di Jawa Tengah mempunyai motif dasar yang

relatif terikat pada pakem tertentu. Motif-motif ini mempunyai sifat simbolis dan

berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa.

 Wayang Kulit : Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum

kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu

Jawa. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau

Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.


 Tari serimpi : Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah.

Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya adalah wanita.

Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang berarti 4. Menurut Kanjeng

Brongtodiningrat, komposisi empat penari sebagai simbol dari empat penjuru

mata angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin (udara) dan Bumi (tanah).

Sedangkan nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang

melambangkan tiang Pendopo.

 Gamelan Jawa : Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh

Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam

Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini

tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-

pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.
 Ketoprak : Ketroprak merupakan suatu teater rakyat yang terkenal di Jawa

Tengah.

Adat Istiadat

Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Tengah,

diantaranya :

 Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni.

 Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan

 Acara tedak-siten, yaitu acara dimana bayi yang berusia 245 hari untuk pertama

kalinya menginjak tanah. Didalam acara itu si anak di masukkan kedalam

kurungan yang sudah dihiasi pernak pernik.


 Untuk acara pernikahan, biasanya masyarakat Jawa Tengah melakukan budaya

pingit atau tidak boleh saling bertemu bagi mempelai pria dan wanita yang akan

menikah.

 Sehari sebelum acara pernikahan, biasanya diadakan acara siraman bagi para

pengantin. Dimana air siraman tersebut sudah di campur dengan bermacam-

macam bunga.

 Upacara brobosan, yaitu punya cara melintas di bawah mayat yang sudah di tandu

dengan cara berjongkok


Sudah dijelaskan beberapa kebudayaan yang ada di daerah Jawa Tengah. Masih

banyak kesenian dan kebudayaan yang di miliki daerah Jawa Tengah ini. Dengan

mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia mampu membuat kita bangga dengan

kekayaan budaya yang di miliki Negara ini. Dan sebagai generasi yang baik seudah

sepatutnya kita menjaga dan melestarikan budaya leluhur agar tidak punah dimakan

oleh era modern dan budaya asing yang semakin meningkat.


12 Tarian Tradisional Dari
Jawa Tengah

1. Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang

Tarian tradisional pertama adalah Bedhaya Ketawang yang mengandung arti

di setiap masing-masing kata. ‘bedhaya’ yang artinya penari wanita dan

‘ketawang’ artinya langit. Bila disatukan Bedhaya Ketawang ini mengandung

arti penari wanita dari istana langit.

Tarian ini dipertunjukan untuk acara resmi saja, yang bertujuan untuk

menghibur. Sejarahnya, tarian ini menceritakan tentang hubungan Ratu Kidul

yang biasa kita kenal dengan Roro Kidul.

Menurut kepercayaan setempat, bila ada yang menarikan Tarian ini, maka

Nyi Roro Kidul atau Kangjeng Ratu Kidul akan menghadiri tarian tersebut

dan ikut menari.

Biasanya tarian ini ditarikan oleh 9 orang wanita, dimana sembilan ini

melambangkan Wali Songo, adapun yang bilang 9 sebagai arah mata angin.
Busana para penari pun biasanya menggunakan pengantin adat Jawa,

dimana para penari menggunakan gelung besar, dan aksesoris-aksesoris

Jawa berupa centhung, sisir jeram saajar, tiba dhadha, garudha mungkur,

dan cundhuk mentul. Para penaripun diusahakan tidak dalam keadaan haid.

Musik yang dimainkan untuk mengiringi tarian ini biasanya Gending

Ketawang Gedge, bisa juga dengan gamelan.

2. Tari Gambyong

Tari Gambyong

Tari Gambyong berasal dari daerah Surakarta. Awalnya, tarian ini hanya

sebuah tarian rakyat dan diadakan ketika memasuki musim panen padi.

Sekarang, tarian tersebut diadakan saat acara sakral dan sebagai

penghormatan pada tamu.

Sejarahnya nama Gambyong pun diambil dari salah satu penari tempo dulu,

dimana penari tersebut memiliki suara merdu dan tubuh yang lentur, dengan

kedua bakat tersebut Gambyong yang memiliki nama lengkap Sri Gambyong

cepat terkenal dan dapat memikat banyak orang.


Hingga akhirnya nama penari itu terdengar ke telinga Sunan Paku Buwono

IV, membuat Sri Gambyong diundang untuk menari ke dalam Istana. Ia pun

berhasil memikat orang-orang di Istana, hingga akhirnya tariannya pun

dipelajari dan dikembangkan hingga dinobatkan tarian khas Istana.

Untuk jumlah penari tidak disyaratkan, namun untuk kostum yang biasa

digunakan adalah kostum kemben yang sebahu dilengkapi dengan

selendang. Pada dasarnya tarian ini sangat identik dengan warna kuning

dan hijau. Namun seiring zaman, warna pun tidak menjadi patokan.

Musik pengiring tarian ini biasanya gamelan seperti Gong, kenong, gambang

dan kendang.

3. Tari Bondan Payung

Tari Bondan Payung

Tarian tradisional berikutnya adalah Tari Bondan yang berasal dari

Surakarta. Tarian ini menceritakan tentang seorang ibu yang menyayangi

anaknya. Sehingga tariannya pun terbilang simpel. Ciri khas tarian ini

adalah para penari yang selalu membawa payung, boneka bayi dan kendi.

Pada zaman dulu tarian ini harus ditarikan oleh para kembang desa

bertujuan untuk menunjukkan jati dirinya. Gerakannya pun tidak bilang rumit
hingga datang sesi menegangkan ketika penari tersebut menaiki kendi, dan

kendi itu tidak boleh pecah.

Kostum yang digunakan untuk tarian ini adalah pakaian adat Jawa. Seiring

dengan zaman tari bondan pun dibagi menjadi 2, yaitu tari bondan mardisiwi,

bondan tani dan bondan cindogo.

Musik yang digunakan adalah Gending.

4. Tari Serimpi

Tari Serimpi

Tari Serimpi berasal dari Yogyakarta, konon katanya tarian ini sedikit

bernuansa Mistis. Awalnya tarian ini ditunjukkan saat penggantian raja di

beberapa Istana Jawa Tengah. Menurut cerita masyarakat, tarian ini dapat

menghipnotis para penonton menuju ke alam lain.

Walau bagaimanapun, tarian ini bertujuan menunjukan wanita yang sopan

santun dan sangat lemah gemulai.

Seiring dengan zaman tari ini mengalami perubahan dari segi durasi tarian

dan kostumnya. Tari Serimpi pun dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya

Serimpi Genjung, Serimpi Babul Layar, Serimpi Bondan, Serimpi Anglir

Mendung dan Serimpi Dhempel.


Tarian ini biasanya ditarikan dengan 4 anggota penari wanita, hal ini

menandakan unsur api, air, angin dan bumi. Namun seiring dengan zaman

jumlah penaripun terkadang menjadi 5 anggota.

Pakaian yang digunakan untuk penari Serimpi adalah pakaian yang biasa

digunakan pengantin putri keraton. Sedangkan musik yang digunakan

adalah gamelan.

5. Tari Beksan Wireng

Tari Beksam Wireng

Tari Beksan Wireng adalah tari yang berasal dari Jawa Tengah dan

diciptakan oleh Prabu Amiluhur.

Tujuan diciptakannya tarian ini untuk menyemangati 4 prajurit perang yang

saat itu yang sedang berlatih. Hal ini terlihat dengan gerakan-gerakan para

penari yang gagah perkasa sedang membawa tombak dan tameng. Karena

tarian ini memang mengandung tema perang.

Dengan berkembangnya zaman, tarian ini terbagi menjadi 6 jenis yaitu Panji

Sepuh, Panju Anem, Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng

dan Dhadhap Kreta.


Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki dan menggunakan kostum bak

seorang prajurit.

6. Tari Ebeg atau Kuda Lumping

Tari Ebeg atau Kuda Lumping

Tarian tradisional selanjutnya adalah tari ebeg atau tari yang biasa

menggunakan boneka kuda.

Tarian ini tidak menunjukan tarian pada umumnya seperti tarian yang lemah

gemulai.

Tarian ini tidak usah belajar, hanya melenggak lenggok mengikuti alur musik.

Ada beberapa syarat yang harus disediakan selama pertunjukkan ini seperti

sesaji dan menyan. Hal ini diharuskan karena para penari kemungkinan

akan kerasukan mahkluk halus dan memakan barang-barang sekitar.

Musik yang melatar belakangi tarian ini adalah gamelan banyumasan,

bendhe dan gendhing.


7. Kethek Ogleng

Kethek Ogleng

Tarian tradisional yang satu ini bernama Kethek Ogleng berasal dari bahasa

Jawa yang bila diartikan ‘kethek’ adalah kera. Sedangkan Ogleng diambil

dari suara bunyi yang melatar belakangi tarian ini yang seperti berbunyi

Ogleeeng… Ogleeeng…

Tari Kethek Ogleng berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah. Asal usulnya tarian

ini menceritakan Raden Gunung Sari yang menjelma menjadi kera, dan

berusaha mengelabui musuhnya.

Maka dari itu, penarinya pun selalu bertopeng kera dan menirukan gerakan-

gerakan kera, tidak ada gerakan khusus untuk tarian ini, penari

hanya menikmati aluran musik dan menari layaknya seekor kera.

Biasanya penari Kethek Ogleng akan mengajak salah seorang penonton

untuk berjoget bareng.


8. Sintren

Sintren

Sintren berasal dari Cirebon, menyebar ke berbagai daerah hingga Jawa

Barat. Tarian ini berbau mistis, menceritakan tentang kisah cinta Sulasih dan

Sulandono.

Asal muasalnya tarian ini dibuat ketika Bupati Kendal menikah dengan Dewi

Rantamsari yang biasa dijuluki Dewi Lanjar. Namun pasangan itu tidak

direstui oleh Ki Bahureksi. Akhirnya mereka berdua berpisah, Sulandono

menjadi petapa sedangkan Sulasih menjadi penari. Walaupun begitu, konon

katanya mereka berdua masih bertemu di alam gaib.

Tarian ini sangat mistis sekali, bahkan sebelum pertunjukan, harus diawali

terlebih dahulu dengan Dupan atau ritual berdoa.

Namun katanya, tarian ini mulai tenggelam dan tidak lagi dipentaskan.
9. Tari Jlantur

Tari Jlantur

Tari Jlantur berasal dari Boyolali. Biasanya dimainkan oleh 40 orang penari

laki-laki. Sedikit info yang saya dapat tentang tarian ini, hal ini mungkin

sudah kurangnya minat orang-orang untuk melestarikan budaya Tari Jlantur.

Sejarahnya, ternyata tarian ini menggambarkan perjuangan kisah Pangeran

Diponegoro yang melawan para penjajah.

Menurut beberapa sumber, penari Tari Jlantur selalu menggunakan ikat

kepala seperti gaya Tukri dengan membawa kuda tiruan.

10. Tari Prawiroguno

Tari Prawiroguno
Tarian ini mengandung kisah ketika para penjajah yang hampir mengalami

kemunduran, dan situasi saat itu dijadikan ide untuk membuat sebuah tarian

yang sekarang kita sebut Tari Prawiroguno.

Tarian ini memiliki tema peperangan, dan gerakan para penari bak seorang

prajurit membawa pedang/samurai dengan tameng berlenggok-lenggok

seakan sedang bersiap-siap menyerang musuh.

Tari Ronggeng

Tari Ronggeng

Tari Ronggeng berasal dari Jawa, penciptanya Endang Caturwati. Sampai

sekarang tari ronggeng dibudayakan hingga turun temurun. Tema tarian ini

berbeda dengan tarian lain, tari ronggeng ditarikan oleh wanita, gerakannya

pun berkesan agresif mendekati eksotis

Tari ini memiliki ciri khas dalam gerakannya yang lebih sensual dan pandai

menarik libido para lelaki.

Asal muasalnya, tari ini dibuat untuk upacara meminta kesuburan tanah.

Namun, karena terkait dengan kesuburan, mengartikannya salah…. Hingga

akhirnya gerakan dalam tarian ini mirip orang yang sedang bercinta. Namun
seiring dengan zaman, tarian ini mulai dikurangi unsur eksotisnya. Alat musik

yang melatari adalah rebab dan gong.

11. Tari Angsa

Tari Angsa

Tarian ini melambangkan keagungan seorang Dewi yang ditemani dengan

sekelompok penari angsa.

Tari angsa menjadi salah satu tarian kebanggaan Jawa Tengah,sering

dipertunjukan untuk acara-acara tertentu. Dizaman sekarang, tarian ini

sering ditarikan oleh siswa-siswa SD saat mereka mencapai kelulusan atau

perpindahan sekolah ke SMP.

Namun ternyata Tari Angsa tidak hanya ada di Indonesia, ada beberapa

negara yang mempunyai Tarian Tradisional seperti ini, hanya saja cerita

latar belakang yang berbeda.


Rumah-rumah adat Jawa
Tengah yang harus kamu tahu

Indonesia punya segudag rumah adat yang berbeda-beda. Semuanya

tersebar dari Sabang-Merauke. Di Sumatera, kamu dapat menjumpai rumah

gadang, rumah balai batak, rumah nuwo, dan masih banyak lagi. Berpindah ke

sisi timur, kamu akan menjumpai rumah honai, rumah baileo, dan rumah sasadu.

Tapi sayangnya Wovgo tidak mengulas rumah-rumah di atas pada

kesempatan ini. Wovgo mau sedikit bercerita tentang rumah adat Jawa Tengah.

Selama ini kita cuma tahu rumah adat Jawa Tengah adalah rumah joglo.

Padahal provinsi ini punya rumah adat lainnya! Apa sajakah itu? Yuk cari tahu

bareng-bareng.

1. Rumah adat joglo


Ini dia tipe rumah adat Jateng yang paling terkenal dibanding tipe lainnya, joglo.

Rumah joglo masih bisa kita temui dengan mudah hingga sekarang. Ciri khas

rumah joglo yaitu teras yang luas tanpa sekat di bagian depan, bentuknya yang

berupa persegi panjang, dan pintu yang terletak tepat di bagian tengah.

Di masa lalu, rumah joglo melambangkan kekayaan pemiliknya. Tak heran

karena rumah ini hanya dimiliki oleh orang-orang mampu pada masanya. Rumah

joglo mempunyai empat tiang utama di tengah-tengah. Tiang itu disebut dengan

istilah saka guru.

Teras depan yang luas berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan acara dari si

pemilik rumah. Misalnya pagelaran wayang, pernikahan, hajatan, tempat

pertemuan, dan kantor.

2. Rumah adat panggang pe

Selain joglo, rumah adat jawa lain yang populer yaitu panggang pe. Adakah

Wovger yang sudah pernah dengar tentang panggang pe? Panggang pe terdiri

dari empat atau enam tiang. Separuh tiang yang depan sengaja dibuat lebih

pendek daripada tiang di bagian belakang.


Orang jawa zaman dahulu umumnya menggunakan rumah panggang pe untuk

didirikan sebagai kios dan warung. Dikutip dari PDK Jateng, rumah panggang pe

masih terbagi menjadi enam tipe: panggang pe gedhang salirang, empyak

satangkep, gedhang satangkep, cere gancet, trajumas, dan barengan.

Panggang pe gedhang salirang, empyak satangkep, gedhang setangkep, dan

cere gancet memiliki kesamaan. Ketiganya terdiri dari dua rumah panggang pe

yang disatukan. Tipe trajumas ialah panggang pe yang punya enam tiang

penyangga. Sedangkan tipe barengan merupakan dua atau lebih panggang pe

yang berderet-deret.

3. Rumah Adat Tajug

Setiap rumah adat di Jateng punya filosofi dan fungsinya masing-masing. Rumah

joglo memiliki fungsi yang berbeda dengan rumah panggang pe. Demikian juga

dengan rumah tajug. Tipe tajug khusus digunakan untuk masjid dan bangunan-

bangunan suci lainnya. Orang biasa tidak diperkenankan membangun rumah

dengan tipe ini karena rumah tajug termasuk yang disucikan.


Ciri rumah tajug yaitu bentuk atapnya yang runcing, bentuknya seperti bujur

sangkar (bukan persegi panjang). Tajug memiliki kurang lebih sekitar 13 tipe di

antaranya towan boni, masjid dan cungkup, semar sinongsong, lambang sari,

mangkurat, ceblokan, semar tinandu, dll.

Salah satu masjid dengan tipe tajug yang bisa Wovger kunjungi yaitu Masjid

Agung Demak di Kabupaten Demak.

4. Rumah Adat Kampung

Rumah adat kampung hampir mirip seperti dua rumah panngang pe yang

disatukan. Ciri rumah adat kampung ialah, rumah ini punya dua teras yaitu di

depan dan di belakang. Ciri khas lainnya, tiang rumah ini terdiri dari kelipatan

empat dimulai dari angka 8. Jadi jumlah tiangnya bisa 8, 12, 16, 20, dan

kelipatannya.

Seperti rumah adat lainnya, rumah kampung juga dibagi menjadi banyak tipe.

Tidak kurang dari 13 tipe, di antaranya kampung pokok, pacul gowang, dara

gepak, gajah ngombe, apitan, dsb. Rumah kampung merupakan rumah yang

dimiliki rakyat jelata alias dari kalangan orang biasa.


5. Rumah adat limasan

Terakhir ada rumah adat limasan. Dinamakan limasan karena bentuk atapnya

yang seperti limas. Atap rumah limasan memiliki empat sisi. Rumah ini banyak

juga ditemui di jawa. Seperti kampung, rumah limas dimiliki oleh kalangan orang

biasa.

Rumah limasan terbagi menjadi beberapa tipe di antaranya limasan lawakan,

gajah njerum, gajah mungkur, klabang nyander, semar pinondhong, lambang

sari, dsb.
Makanan Khas Jawa Tengah

Berikut adalah makanan khas yang terdapat di Jawa Tengah, menurut

kabupaten/kota:

Banjarnegara : Dawet ayu, dan Buntil

Blora : Sega Pecel, Sate Ayam Blora, Sate Jagal, Sate Kambing, Soto

Ayam Blora, Tahu Campur, Lonthong Tahu, Oseng oseng

Ungker, Oseng Tahu dan Tempe, Egg Roll Waloh, dan Grontol

Jagung

Boyolali : Marning (Jagung Goreng), Paru Goreng, Brem cap suling

gading, dan Krupuk Rambak

Brebes : Telor Asin, Sate Kambing Tanjung dan bawang merah

Cilacap : Ikan Bandeng, Kerupuk Tengiri, Sale pisang, dan Ikan asin

Demak : Nasi Garang Asem, Sambel Blimbing Wuluh, dan Kwaci

Demak

Jepara : Rondho Royal (Tape goreng), Pindang Serani, Soto Jepara,

Soto Bumbu, Sop Udang, Sup Pangsit Jepara, Bongko Mento,

Singit, Semur Jepara, Sayur Asem Jepara, Kelan Antep, Gule

Petih Jepara, Laksa Jepara, Sayur Keluak Ayam, Kagape

kambing, Bakso Ikan Ekor Kuning, Siomay Tongkol, Tongseng

Cumi, Rempah Jepara, Horok-Horok, Hoyok-Hoyok, Sate

Kikil,Kuluban, Pecel Ikan Laut Panggang, Tempong, Kopi

Dapur Kuat, Kopi Tempur, Adon-Adon Coro, Es Gempol* Es


Dawet, Dawet Ayu Rumput Laut, Turuk Bintol, Tawur

(makanan), Kicak, Lapis Pati Bodin Jepara, Kacang Jepara,

Kacang Oven, Carang Madu, Durian Petruk , dan Jeruk Jepara

Kebumen : Nasi Penggel, Sate Ambal, lanting, Jipang Kacang, Soto

Kasaran, dan Soto Petanahan

Kenda l: Bandeng Tanpa Duri (Tandu), Krupuk Petis, Krupuk

Rambak,Momoh,Brongkos

Klaten : Ayam Goreng kalasan, Bebek Goreng, dan emping mlinjo

Kudus : Soto Ayam Kudus, Sate Kerbau, Lentog, Dodol, dan Jenang

Kudus

Pati : Soto Kemiri, Nasi Gandul, dan Sate ayam

Pekalongan : Nasi Gandul, Soto Tauco (tauto), dan Nasi Megono

Pemalang : Nasi Grombyang, Lontong Dekem, dan Sate Loso

Purbalingga : Rujak Kangkung, Tahu Gecot, Soto Kriyik, dan Es Duren

Purwodadi : swikee, Nasi Becek, Botok Yuyu, dan Nasi Jagung

Purwokerto : Tempe Mendoan, gethuk goreng, soto sokaraja dan nopia

Purworejo : Kue lompong, Clorot, Gebleg, Kue Satu, dan Dawet Hitam

Rembang : Bandeng Duri Lunak (di Juwana), Sirup Kawis-ta

Salatiga : Bakso Urat Salatiga, Bakso Babat, Kripik Paru, dan Ting-ting

Gepuk

Semarang : Lunpia/lumpia, Soto Ayam Semarang , Sate Sapi, Bandeng

Presto, Nasi Goreng Babat, Ayam Goreng Kraton Tulang

Lunak, Kue-kue Pia, Sate Kambing Bumbu Kecap, Martabak


Malabar, Kue Bandung, Tahu Petis, Tahu Gimbal, dan Wingko

babat

Solo : Gudeg, Sate Kambing, Thengkleng, srabi solo, Nasi Liwet,

Timlo Solo, Racikan Salat, Krupuk Karak ataugendar, Bakso

Popular, Tahu Acar, dan Sayur Tumpang

Sragen : Nasi Garang Asem, Sate Sragen, dan Brambang Asem

Sukoharjo : Welut Goreng

Tegal : Teh Poci, Sate Tegal, Sate Bebek Majir, Pilus, Krupuk Antor,

Nasi Bogana atau Nasi Megono, dan Sauto yaitu soto

ayam/babat Khas Tegal dengan bumbu tauco

Ungaran : Tahu Bakso, Sate Kempleng, dan Krupuk Bakar

Wonogiri : Gaplek, Tiwul, dan Cabuk

Wonosobo : Mie Ongklok, Sagon, Gethuk, [Opak Singkong]], Kacang Dieng

,Tempe Kemul, Geblek, Wedang Ronde, Manisan Carica,

Keripik Jamur, dan Dendeng Gepuk

Anda mungkin juga menyukai