Seni tari merupakan budaya yang dapat di lestarikan,
karena memiliki peran penting bagi masyarakat. Indonesia salah satu bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya, yang membuat bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang dari segi kesenian dapat membuat bangsa Indonesia semakin di kenal dengan beragam budayanya.
Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang
mempunyai ciri khusus yang menunjukan sifat-sifat kedaerahan yang berbeda dari daerah satu dengan daerah lainnya. Kesenian merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia dan kesenian menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan gagasan-gagasan atau pemikiran. Dalam kegiatan berkesenian manusia mengekspresikannya melalui beberapa media antar lain melalui media gerak yaitu tari.
Siapa pencipta tari solah Ketingan?
Tari Solah Ketingan diciptakan oleh Agustinus, S.Sn.
Tari ini mengambil inspirasi dari sebuah desa pesisir di Sidoarjo, Jawa Timur yang terpencil namun memiliki sejarah tersendiri, yaitu Desa Kepetingan (Ketingan). Ikon sejarah desa ini yaitu Putri Ketingan alias Dewi Sekardadu yang adalah Ibunda dari Sunan Giri
Ikon sejarah desa ini yaitu Putri Ketingan alias Dewi
Sekardadu yang adalah Ibunda dari Sunan Giri. Nama Putri Ketingan dimasukkan ke dalam lirik tari Solah Ketingan untuk lebih memperkuat isi dari tari ini.
Tari ini di dominasi dengan gerak-gerak riang, lincah,
tegas dan ayu yang mungkin tujuannya untuk menunjukkan bahwa warga desa Kepetingan adalah warga yang riang dan kuat meskipun mereka hidup di wilayah pesisir yang terpencil. Terinpirasi dari jiwa Dewi Sekardadu yang pantang menyerah ketika ingin menyelamatkan anaknya yang dibuang di laut.
Properti tari solah Ketingan
Salah satu properti dalam tari solah ketingan adalah selendang, kostum, dan hiasan rambut
Apa keunikan dari tari solah ketingan?
Keunikan dari tari solah Ketingan adalah Tariannya yang memiliki gerak tari yang dinamis, riang, lincah, tegas dan rancak Sebagai tari kreasi tradisi, tari ini sangat minim diketahui dan dipelajari. Dewi Sekardadu yang adalah Ibunda dari Sunan Giri ini yang disebutkan di dalam lirik lagu tari Solah Ketingan “putri ketingan”. Sebagai sebuah tari kreasi, tari Solah Ketingan bukan sekedar tari hiburan tapi tari ini jika dicermati dengan menyimak lirik lagu di dalamnya, mengandung makna sosial dan historis. Tari ini sangat penting dilestarikan terutama oleh Dinas Kesenian Sidoarjo untuk mengangkat wilayah Sidoarjo.
Kenapa tari solah ketingan memiliki gerakan yang
dinamis? untuk menunjukkan bahwa warga desa Kepetingan adalah warga yang riang dan kuat meskipun mereka hidup di wilayah pesisir yang terpencil.
Cerita asal tari solah ketingan
Dewi Sekardadu sesungguhnya adalah putri Prabu Menak Sembuyu, Penguasa Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, pada abad ke-14. Samadi, juru kunci makam menjelaskan, Blambangan suatu ketika didera wabah penyakit. Dewi Sekardadu sendiri sakit. Tabib-tabib terkenal didatangkan namun tak satu pun yang bisa menyembuhkan penyakit, baik penyakit Dewi Sekardadu maupun warga desa.
“Raja pun membuat sayembara, barangsiapa bisa
menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu, ia berhak menjadi suami sang dewi jelita itu. Namun lagi-Iagi tidak ada yang bisa menyembuhkan. Hingga akhirnya, Prabu Menak Sembuyu bermimpi bahwa yang bisa menyembuhkan putri adalah ulama
Muslim bernama Syeh Maulana Iskak yang berdiam di sekitar
Gresik, Jawa Timur,” beber Samadi. Maka diutuslah patih kerajaan untuk menemui Syeh Maulana Iskak. Syeh Maulana Iskak pun berangkat ke Tanah Blambangan. “Singkat cerita, Dewi Sekardadu berhasil disembuhkan. Maka, dinikahkanlah Syeh Maulana Iskak dengan Dewi Sekardadu. Setelah menikah mereka tinggal di Blambangan. Syeh Maulana Iskak sangat disayangi penduduk Blambangan,” kata Samadi. Orang-orang kepercayaan raja mengail di air keruh. Mereka juga tidak menyukai orang seperti Syeh Maulana Iskak. Intrik demi intrik dilakukan, hingga raja semakin membenci Syeh Maulana Iskak. Bahkan Dewi Sekardadupun tidak lagi akur dengan suaminya. Syeh Maulana Iskak akhirnya meninggalkan istana untuk berdakwah di tempat lain. Saat itu Dewi Sekardadu hamil tua.
Bayi yang dikandung Dewi Sekardadu lahir tahun 1365 M.
Namun bayi tersebut tidak diinginkan para petinggi kerajaan yang haus kekuasaan. Bayi tersebut ditutup, ditempatkan di sebuah peti yang kemudian dipaku dan dibuang ke laut. Itusebabnya bayi tersebut juga dinamai Raden Paku.
Entah anaknya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu menceburkan
diri, mengejar-ngejar anaknya di laut. Dewi Sekardadu tak bisa mengejar peti yang terapungapung di laut, lantas meninggal.
Di wilayah Balongdowo Sidoarjo, pada tahun 1365 tersebut,
para nelayan sedang mencari ikan dan kerang di laut. Mereka dikejutkan dengan serombongan ikan keting yang ramai-ramai menggotong jasa seorang wanita cantik, yang diyakini Dewi Sekardadu. Jasad yang akhirnya didamparkan ikan keting di pantai, lantas dikubur secara terhormat oleh warga. Tempat itu akhirnya dinamakan Ketingan alias Kepetingan. Bagaimana dengan bayi Dewi Sekardadu yang terapung-apung itu? Selamat ya? Ternyata bayi tersebut selamat. Seorang pengusaha kapal ikan perempuan mengambil bayi yang kemudian bernama Raden Paku dan dikenal dengan sebutan Sunan Giri tersebut.
Itu lah kisah dewi sekardadu asal tari solah
ketingan. Namun kisah Dewi Sekardadu ini punya banyak versi. Beberapa tempat seperti Gresik dan Lamongan, Konon juga dikenal sebagai Makam Dewi Sekardadu. Entah versi mana yang benar. Namun nelayan-nelayan di sini sangat yakin, makam Dewi Sekardadu yang asli ya yang ada di kampung mereka Untuk akhir makala, terima kasih telah membaca makalah kini sampai akhir, maaf jika ada salah kata