Anda di halaman 1dari 9

Makalah Tari Solah Ketingan

Nama : amanah rosa salsabila wicaksono


Absen : 09
Kelas : 7J
Latar Belakang

Seni tari merupakan budaya yang dapat di lestarikan,


karena memiliki peran penting bagi masyarakat.
Indonesia salah satu bangsa yang memiliki
keanekaragaman budaya, yang membuat bangsa
Indonesia semakin maju dan berkembang dari segi
kesenian dapat membuat bangsa Indonesia semakin di
kenal dengan beragam budayanya.

Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang


mempunyai ciri khusus yang menunjukan sifat-sifat
kedaerahan yang berbeda dari daerah satu dengan
daerah lainnya. Kesenian merupakan salah satu bagian
dalam kehidupan manusia dan kesenian menjadi salah
satu sarana untuk mengungkapkan gagasan-gagasan atau
pemikiran. Dalam kegiatan berkesenian manusia
mengekspresikannya melalui beberapa media antar lain
melalui media gerak yaitu tari.

Siapa pencipta tari solah Ketingan?

Tari Solah Ketingan diciptakan oleh Agustinus, S.Sn.


Tari ini mengambil inspirasi dari sebuah desa pesisir di
Sidoarjo, Jawa Timur yang terpencil namun memiliki
sejarah tersendiri, yaitu Desa Kepetingan (Ketingan). Ikon
sejarah desa ini yaitu Putri Ketingan alias Dewi Sekardadu
yang adalah Ibunda dari Sunan Giri

Ikon sejarah desa ini yaitu Putri Ketingan alias Dewi


Sekardadu yang adalah Ibunda dari Sunan Giri. Nama
Putri Ketingan dimasukkan ke dalam lirik tari Solah
Ketingan untuk lebih memperkuat isi dari tari ini.

Tari ini di dominasi dengan gerak-gerak riang, lincah,


tegas dan ayu yang mungkin tujuannya untuk
menunjukkan bahwa warga desa Kepetingan adalah
warga yang riang dan kuat meskipun mereka hidup di
wilayah pesisir yang terpencil.
Terinpirasi dari jiwa Dewi Sekardadu yang pantang
menyerah ketika ingin menyelamatkan anaknya yang
dibuang di laut.

Properti tari solah Ketingan


Salah satu properti dalam tari solah ketingan adalah
selendang, kostum, dan hiasan rambut

Apa keunikan dari tari solah ketingan?


Keunikan dari tari solah Ketingan adalah Tariannya yang
memiliki gerak tari yang dinamis, riang, lincah, tegas dan
rancak
Sebagai tari kreasi tradisi, tari ini sangat minim diketahui
dan dipelajari.
Dewi Sekardadu yang adalah Ibunda dari Sunan Giri ini
yang disebutkan di dalam lirik lagu tari Solah Ketingan
“putri ketingan”.
Sebagai sebuah tari kreasi, tari Solah Ketingan bukan
sekedar tari hiburan tapi tari ini jika dicermati dengan
menyimak lirik lagu di dalamnya, mengandung makna
sosial dan historis.
Tari ini sangat penting dilestarikan terutama oleh Dinas
Kesenian Sidoarjo untuk mengangkat wilayah Sidoarjo.

Kenapa tari solah ketingan memiliki gerakan yang


dinamis?
untuk menunjukkan bahwa warga desa Kepetingan
adalah warga yang riang dan kuat meskipun mereka
hidup di wilayah pesisir yang terpencil.

Cerita asal tari solah ketingan


Dewi Sekardadu sesungguhnya adalah putri Prabu Menak
Sembuyu, Penguasa Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, pada
abad ke-14. Samadi, juru kunci makam menjelaskan,
Blambangan suatu ketika didera wabah penyakit. Dewi
Sekardadu sendiri sakit. Tabib-tabib terkenal didatangkan
namun tak satu pun yang bisa menyembuhkan penyakit, baik
penyakit Dewi Sekardadu maupun warga desa.

“Raja pun membuat sayembara, barangsiapa bisa


menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu, ia berhak menjadi
suami sang dewi jelita itu. Namun lagi-Iagi tidak ada yang bisa
menyembuhkan. Hingga akhirnya, Prabu Menak Sembuyu
bermimpi bahwa yang bisa menyembuhkan putri adalah ulama

Muslim bernama Syeh Maulana Iskak yang berdiam di sekitar


Gresik, Jawa Timur,” beber Samadi. Maka diutuslah patih
kerajaan untuk menemui Syeh Maulana Iskak. Syeh Maulana
Iskak pun berangkat ke Tanah Blambangan. “Singkat cerita,
Dewi Sekardadu berhasil disembuhkan. Maka, dinikahkanlah
Syeh Maulana Iskak dengan Dewi Sekardadu.
Setelah menikah mereka tinggal di Blambangan. Syeh Maulana
Iskak sangat disayangi penduduk Blambangan,” kata Samadi.
Orang-orang kepercayaan raja mengail di air keruh. Mereka
juga tidak menyukai orang seperti Syeh Maulana Iskak. Intrik
demi intrik dilakukan, hingga raja semakin membenci Syeh
Maulana Iskak. Bahkan Dewi Sekardadupun tidak lagi akur
dengan suaminya. Syeh Maulana Iskak akhirnya meninggalkan
istana untuk berdakwah di tempat lain. Saat itu Dewi
Sekardadu hamil tua.

Bayi yang dikandung Dewi Sekardadu lahir tahun 1365 M.


Namun bayi tersebut tidak diinginkan para petinggi kerajaan
yang haus kekuasaan. Bayi tersebut ditutup, ditempatkan di
sebuah peti yang kemudian dipaku dan dibuang ke laut.
Itusebabnya bayi tersebut juga dinamai Raden Paku.

Entah anaknya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu menceburkan


diri, mengejar-ngejar anaknya di laut. Dewi Sekardadu tak bisa
mengejar peti yang terapungapung di laut, lantas meninggal.

Di wilayah Balongdowo Sidoarjo, pada tahun 1365 tersebut,


para nelayan sedang mencari ikan dan kerang di laut. Mereka
dikejutkan dengan serombongan ikan keting yang ramai-ramai
menggotong jasa seorang wanita cantik, yang diyakini Dewi
Sekardadu. Jasad yang akhirnya didamparkan ikan keting di
pantai, lantas dikubur secara terhormat oleh warga. Tempat itu
akhirnya dinamakan Ketingan alias Kepetingan.
Bagaimana dengan bayi Dewi Sekardadu yang terapung-apung
itu? Selamat ya? Ternyata bayi tersebut selamat. Seorang
pengusaha kapal ikan perempuan mengambil bayi yang
kemudian bernama Raden Paku dan dikenal dengan sebutan
Sunan Giri tersebut.

Itu lah kisah dewi sekardadu asal tari solah


ketingan.
Namun kisah Dewi Sekardadu ini punya banyak
versi. Beberapa tempat seperti Gresik dan
Lamongan, Konon juga dikenal sebagai Makam
Dewi Sekardadu. Entah versi mana yang benar.
Namun nelayan-nelayan di sini sangat yakin, makam
Dewi Sekardadu yang asli ya yang ada di kampung
mereka
Untuk akhir makala, terima kasih telah membaca
makalah kini sampai akhir, maaf jika ada salah kata

Anda mungkin juga menyukai