Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENTAS KEARIFAN LOKAL

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

SMA NEGERI 82
JAKARTA

Melestarikan Budaya Sunda Dengan Menampilkan Drama Dari Kisah


"Hayam Wuruk dan Dyah Ayu Pitaloka"

Nama Anggota Kelompok :


1. XB – 01 – Achmad Febrian Subarkah
2. XB – 03 – Akbar Rafsandjani
3. XB – 08 – Aulia Alkarima Nuraini
4. XB – 13 – Faiz Azhar
5. XB – 32 – Salma Ayi Alsifah
6. XB – 35 – Tara Wirahadi

Tema Besar Kelompok :


Kearifan Lokal

Pembimbing Projek :

1. Siti Nurhalimah, M.Pd


2. Roulina Purba, S.Pd

SMA NEGERI 82 JAKARTA


Jl. Daha No. 15/A, Kel. Selong
Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gending karesmén adalah tunil tembang alias Opera Sunda yaitu pertunjukan
dalam bentuk drama panggung yang seluruhnya atau sebagian dinyanyikan dengan
iringan orkes atau musik instrumental (KBBI). Opera Sunda sendiri merupakan salah
satu teater tradisional (Sefia Nurhalimah, 2019).
Opera Sunda menampilkan sebuah pertunjukan dimana para pemeran
melafalkan dialognya dengan cara nembang dan diikuti beberapa gerakan tari yang
disesuaikan dengan dialog. Kesenian ini menitikberatkan pada perpaduan berbagai
unsur seni, seperti seni dari karya sastra yang berupa naskah cerita dalam bentuk prosa
liris. Seni drama yang diperankan oleh aktor sesuai dengan karakter yang dibutuhkan
dalam cerita.
Gending Karesmén diperkirakan muncul sekitar tahun 1920-an pada zaman
kolonial Belanda. Pada saat itu, ada sebuah pertunjukan yang bernama Toneel
(sandiwara dalam bahasa Belanda). Toneel merupakan sebuah bentuk seni pertunjukan
yang media penyampaian dialognya menggunakan pola pupuh. Kesenian Toneel inilah
yang ditengarai sebagai cikal bakal dari bentuk Gending Karesmén. Sedangkan istilah
Gending Karesmén itu sendiri pertama kali dicetuskan oleh Raden Machjar Angga
Kusumadinata. Selain istilah Gending Karesmén, ada beberapa istilah lain yang
digunakan untuk menyebut bentuk kesenian ini di antaranya: drama suara, Rinéngga
Sari, Sétra Karesmén, Taman Karesmén, Tunil Tembang dan Opera Sunda.
Kemudian orang yang pertama kali memperkenalkan istilah gending karesmén
kepada khalayak ramai adalah R. Machyar Angga Kusumadinata. Pada tahun 1926,
beliau menampilkan gending karesmen yang berjudul Sarkam Sarkim yang
dipertunjukkan di pendopo Bupati Sumedang yang menyukai kesenian lokal Sunda.
Namun, seiring perkembangan zaman, kini sudah jarang pertunjukan Opera
Sunda ditampilkan, sehingga tidak banyak yang mengetahui keberadaan teater
tradisional Sunda ini. Dan perkembangan zaman ini juga berdampak dengan
penyebutan nama gending karesmen yang saat ini dikenal dengan nama lain Opera
Sunda.
Oleh karena itu, kami ingin menampilkan kembali budaya Sunda yaitu drama
dari kisah “Hayam Wuruk dan Dyah Ayu Pitaloka”. Namun, drama ini dikemas lebih
modern dengan dialog menggunakan Bahasa Indonesia yang diketahui oleh masyarakat
di zaman sekarang. Dan juga drama yang akan ditampilkan oleh kami tidak sama persis
dengan cerita yang asli, agar masyarakat lebih mengerti apa yang akan disampaikan
dalam drama tersebut, dan membuat lebih menarik dengan adanya unsur komedi.
Kisah ini sendiri menceritakan tentang Hayam Wuruk yang jatuh cinta kepada
seorang putri raja sunda yang bernama, Dyah Ayu Pitaloka. Kemudian Hayam Wuruk
melamar Dyah Ayu Pitaloka dan lahirlah perjanjian menguntungkan dan merugikan
kedua belah pihak yang kemudian ini menjadikan poin penting dari cerita.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang yang sudah dijelaskan, maka rumusan masalah
yang dapat diambil yaitu :
1. Bagaimana cikal bakal gending karesmén atau opera sunda di zaman
dahulu?
2. Apa ciri khas dari gending karesmén atau opera sunda?

C. TUJUAN KEGIATAN
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengetahui :
1. Untuk mengtahui cikal bakal gending keresmen atau opera sunda di zaman
dahulu.
2. Untuk mengetahui ciri khas dari opera sunda.

D. MANFAAT KEGIATAN
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, maka dari itu terciptalah beberapa
manfaat untuk masyarakat, umum dan penulis sendiri, ialah :
1. Diharapkan masyarakat dapat mengambil ilmu pengetahuan tentang kesenian
Opera Sunda.
2. Diharapkan masyarakat mengetahui perkembangan Opera Sunda dari masa
ke masa.
3. Diharapkan kegiatan ini, menjadi acuan untuk lebih mengenalkan tradisi dan
kesenian Tatar Sunda lainnya.
4. Diharapkan penulis, dapat menambah wawasan sejarah gending karesmen
atau Opera Sunda dari zaman dahulu hingga zaman sekarang
5. Diharapkan penulis dapat membedakan Opera Sunda dengan opera yang
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Identitas Kegiatan
Kegiatan yang akan ditampilkan adalah gending karesmen atau opera sunda
yang merupakan tradisi seni drama pertunjukan dari Sunda, Jawa Barat.

B. Sejarah Kegiatan
Gending Karesmen (rinengga sari, opera sunda, atau dramaswara) adalah
kesenian drama khas Sunda yang dialog-dialognya dinyanyikan disertai iringan
karawitan (tergantung kebutuhan teks dan ceritanya). Gending karesmen berasal dari
kata gending yang berarti berbagai jenis lagu dan karesmen yaitu keindahan yang
dihasilkan dari waditra atau gamelan. Seni drama yang diperankan oleh aktor sesuai
dengan karakter yang dibutuhkan dalam cerita. Tema yang biasanya diangkat dalam
gending karesmen adalah dari cerita pantun sunda, cerita rakyat, berupa legenda, atau
cerita lainnya yang ada di tatar bumi pasundan ini. Sebagai contoh, cerita Sangkuriang,
Si Kabayan, dan Lutung Kasarung dapat diangkat dan diperankan dalam pertunjukan
ini. (Rahimakumulloh Sanjani, 2015)
Berdasarkan Periodisasi Menurut Drs. Yus Rusyana, Gending Karesmen
muncul pada Periode Mangsa Kalima dari tahun 1945 hingga sekarang. Menurut Drs.
Yus Rusyana Gending Karesmen disadur dari cerita-cerita yang sudah ada, yaitu
Dongeng dan Carita Pantun. Ajip Rosidi mengemukakan bahwa Gending Karesmen ini
mulai dikenal kira-kira pada tahun 1920-an, yaitu ketika masyarakat Sunda telah
berkenalan dengan Opera Barat melalui komedi stambul (1966: 20). Wahyu Wibisana
menetapkan tahun 1904 sebagai dimulainya penulisan sunda. Karena pada saat itu guru
Wahyu Wibisana yang bernama M. Saleh mengubah Tunil Tembang, yang menurut
Pradjakusumah merupakan cikal bakal gending karesmen. Dan istilah Gending
Karesmen menurut Wahyu Wibisana merupakan ciptaan R. Machyar
Anggakusumahdinata, seorang misikolog Sunda.
Berdasarkan Data Dinas Parwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat,
Kesenian ini dirintis sejak tahun 1927 oleh R. Memed Kartabrata. Gending Karesmen
merupakan perpaduan dari beberapa unsur seni, seperti seni sastra, yang berupa naskah
cerita atau lakon dalam bentuk prosa liris, yaitu karya sastra yang dapat diungkapkan
melalui nyanyian. Dialog para pemain gending Karesmen di panggung disampaikan
dengan nyanyian (Sekaran).
Sejak kelahirannya hingga sekarang Gending Karesmen terus hidup, artinya
masih terus diciptakan. (Panto Hareup, 2013)
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 9 Februari sampai selesai, terhitung dari
perencanaan kegiatan sampai hasil akhir dari proposal. Dan tempat kegiatan ini
dilaksanakan di sekolah SMAN 82 JAKARTA, alamat lengkap di Jl. Daha No. 15/A,
Kel. Selong Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta.

B. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah pameran seni pertunjukan opera
sunda yang mengambil kisah dari Hayam Wuruk dan Dyah Ayu Pitaloka. Alasan
memilih jenis kegiatan ini adalah karena kami ingin opera sunda ini lebih dikenal di
kalangan masyarakat sekitar.

C. Pembagian Tugas Kelompok


Adapun pembagian tugas kelompok yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Aulia Alkarima Nuraini (Ketua kelompok)
- Memimpin jalannya diskusi dan kegiatan lainnya
- Menyusun keseluruhan proposal secara sistematis
- Bertanggung jawab atas proposal bab 3, dibantu anggota lain
- Membagi tugas secara adil
2. Salma Ayi Alsifah (Sekretaris)
- Mencatat dan merangkum hasil diskusi
- Membantu menyusun proposal
- Bertanggung jawab atas proposal bab 1, dibantu anggota lain
- Memberikan ide untuk penulis lainnya
3. Faiz Azhar (Bendahara)
- Mengelola dana yang dikumpulkan kelompok
- Mencatat data penggunaan dana untuk melakukan pentas seni
4. Akbar Rafsandjani (Anggota)
- Membantu merangkum referensi lainnya
- Memberikan saran dan ide
5. Achmad Febrian Subarkah (Anggota)
- Mengerjakan proposal bab 2, dibagian sejarah kegiatan.
- Menyumbangkan ide untuk opera ini
6. Tara Wirahadi (Perwakilan kolabrasi)
- Bertanggung jawab atas proposal bab 2, dibantu anggota lain
- Membantu jalannya kegiatan kolaborasi pentas seni
- Memberikan saran dan ide
Adapun pembagian tugas dan peran dalam kolaborasi ini:
1. Ketuplak : Nur Muhammad Ilham
2. Penulis script: Malaiqa Fayyaza Gumilar & Nur Muhammad Ilham
3. Editor Audio: Nadhif Raffi Athallah
4. Kordinator: Reyzy Ghifari Andera
5. Bendahara: Alya Nailah Zafira
6. PJ Kostum Drama: Alya Nailah Zafira
7. PJ Kostum Tari: Audiva Nayla Rizqina, Dhavina Mulya Putri & Lulu
Lituhayu Naila
8. PJ Properti: Muhammad Tegar Raditya
9. PJ Tata Rias: Malaiqa Fayyaza Gumilar
10. PJ Musik: Salma Ayi Alsifah

Pemeran dalam drama :


1. Satya Fatih Terguson Jaya sebagai Hayam Wuruk
2. Alya Nailah Zafira sebagai Dyah Pitaloka
3. Akbar Rafsandjani sebagai Gajah Mada ( Ayah Hayam Wuruk )
4. Achmad Febrian Subarkah sebagai Raja Sunda ( Ayah Dyah Pitaloka )
5. Salma Ayi Alsifah sebagai Ibu Dyah Pitaloka
6. Aulia Alkarima Nuraini sebagai Ibu Hayam Wuruk
7. Tara Wirahadi sebagai Menteri Raja Sunda
8. Nadhif Raffi Athallah Sebagai Prajurit 1
9. Faiz Azhar sebagai Prajurit 2
10. Malaiqa Fayyaza Gumilar sebagai MC Utama
11. Nur Muhammad Ilham sebagai MC pendamping

Anda mungkin juga menyukai