MATA PELAJARAN
MUATAL LOKAL KESENIAN
DAERAH
SMP KOTA SURAKARTA
Kls IX
Semester II (Genap)
DISUSUN
OLEH
MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN (MGMP)
KESENIAN DAERAH SMP KOTA SURAKARATA
TAHUN PELAJARAN 2023 /2024
A. Kompetensi Inti
KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni tari, yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan Seni tari tradisi di Surakarta
2. Siswa dapat mengidentifikasi pembagian karakter pada tari gaya Surakarta.
3. Siswa dapat memperagakan gerak tari gaya Surakarta
E. Materi :
b. Tari srimpi
Tari Srimpi juga merupakan Tari Tradisi Klasik dari Keraton Surakarta yang sarat dengan makna
simbolik, ditarikan oleh 4 orang penari putri yang merupakan simbol dari empat arah mata angin atau bisa
juga pengaruh kasta pada Agama Hindu. Dengan karakter putri halus dan pakaian kembar tidak
menggunakan antawacana. Tari Srimpi yang masih dianggap sakral di Keraton Kasunanan Surakarta
adalah Tari Srimpi Anglir Mendung, sebab tarian ini suatu Doa permohonan yang ditarikan pada saat
kemarau panjang dengan harapan setelah selesai ditarikan akan segera turu hujan. Busana pada Tari
Srimpi menggunanakan Baju Rompi atau Mekak,Jarik/kain model samparan dan Berjamang
Macam-macam Tari Srimpi antara lain :
Tari Srimpi Dhempel
Tari Srimpi Ludiramadu
Tari Srimpi Gandokusuma
Tari Srimpi Gambirsawit dsb
Sama seperti tari Bedhaya, kata di belakang Srimpi menunjukan nama gendhing iringannya
d. Tari Golek
Mengacu pada kata Golek, Tari Golek berasal dari kata “Golekan” yang artinya boneka dari kayu, dan
apabila anak-anak perempuan bermain golekan atau boneka maka cenderung boneka tersebut dirias baik
wajah, rambut maupun bajunya agar kelihatan menarik, yang kemudian anak tersebut ikut berdandan juga
dan aktivitas bermain tersebut dapat menumbuhkan kreativitas pada anak-anak, maka hingga sekarang
kita mengenal Tari Golek sebagai Tari Tradisi di Surakarta yang menggambarkan seorang anak
perempuan yang sedang berdandan atau berhias diri dengan karakter putri endhel ( Lincah) dan busana
yang digunakan adalah jarik sonder/wiru disamping, baju Rompi dengan menggunakan jamang.
Seperti pada tari Gambyong, kata belakang Golek menunjukan nama gendhing
iringannya. Macammacam Tari Golek antara lain adalah :
Golek Manis
Golek Mugirahayu
Golek Sulungdayung
Golek Sukaretna dsb
1. Seni Tari
2. Seni Drama
3. Seni Karawitan
Wayang Orang disebut juga Wayang Wong. Lahir pada pertengahan abab XVIII di dua
Istana yaitu :
Keraton Surakarta
Ketaron Yogyakarta
istana.
Wayang Orang merupakan personifikasi dari Wayang Kulit yang terlihat jelas dari berbagai
aspek antara lain:
Sumber cerita
Penggolongan karakter
Karawitan
Antawacana/dialog
Pemeran
Dalang
Busana dan tata rias
Sumber cerita baik di Surakarta maupun Yogyakarta mengambil cerita Mahabarata maupun
Ramayana. Dan dua sumber tersebut bisa dibagi menjadi beberapa episode serta beberapa jenis
lakon antara lain :
Lakon Baku adalah
Lakon yang diangkat dari cerita Induk Ramayana dan Mahabarata
Lakon Carangan adalah
Rias dan busana pada Wayang Orang identik dengan busana pada wayang kulit di Surakarta,
maka sering disebut Rias Baku, yaitu rias yang tidak dapat diubah.
Bentuk jamang/Irah-irahan yang digunakan oleh masing-masing tokoh juga dibedakan menurut
kedudukannya, misalnya :
jamang susun tiga untuk raja
Jamang bentuk runcing (lancip) untuk peran yang mbranyak/keras
Jamang Berelung-elung (lung) untuk peran lembut.
Khusus untuk peran raksasa dan kera menggunakan cangkeman (tiruan mulut) yang dikenakan
untuk menutup mulut dan dikaitkan pada kedua telinga.
Sedangkan antawacana/dialog yang digunakan sama seperti dialog pada wanga kulit, yakni
dengan menggunakan Bahasa Jawa Kawi, Bahasa Jawa Ngoko maupun Krama sesuai dengan
tokoh pada wayang tersebut.
Sebagai contoh Anoman dan Gathutkaca harus mengenakan jarik motif poleng.
F. Langendriyan
G. Kethoprak
A. Kompetensi Inti
KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
D. Materi Pembelajaran
Sejarah perkembangan gamelan
Bentuk gendhing alit(khusus)
gamelan sebagai fungsi ritual keagaman.
A) Tinjauan Sejarah
Ditinjau dari sejarah, gamelan dikenal sejak jaman Prasejarah (zaman logam).
Halini dibuktikan dengan diketemukannya alat bunyi-bunyian yang berupa
Nekara dan Genderang Perunggu yang biasanya digunakan ntuk upacara
kepercayaan pada waktu itu, missal dalam rangka mendatangkan hujan.
Pada zaman Sejarah juga diketemukan bukti-bukti konkrit berupa gambar-gambar
yang terdapat pada releief-relief candi.
Misalnya pada Dinasti Sailendra terdapat alat bunyi-bunyian yang erat
hubungannya dengan gamelan, yaiu pada relief Candi Borobudur. Misalnya;
Kenthongan Bulat, Kecer , Suling melintang, kecapi berdawai dua, Kendhang
Priok besar, gambang dan jenis Kendhang Bali.
Sedangkan pada Dinasti Sanjaya terutama di Candi Prambanan terdapat pula alat
bunyi-bunyian seperti Kendhang loro, Gentha, jenis kendhang batangan dan
banyak lagi.
Apalagi pada zaman Kemerdekaan sekitar tahun 1950 pemerintah berkenan
membuka Lembaga Pendidikan Kesenian seperti Konservatori Karawitan (SMKI)
di Surakarta yang sekarang sudah menjadi SMK N 8, yang kemudian di ikuti
b. Sampak
.2.2.2.2 .3.3.3.3 .1.1.1.G1
.1.1.1.1 .2.2.2.2 .6.6.6.G6
.6.6.6.6 .3.3.3.3 .2.2.2.G2
c. Ayak-ayak
.3.G2 .3.G2 .5.G3 .2.G1
.2.3.2.G1 .2.3.2.G1 .3.5.3.G2
.3.5.3.G2 .5.3.5.g6
.5.3.5.G6 .5.3.5.G6 .5.3.2.G3 .6.5.3.G2
.3.5.3.G2 .3.5.3.G2 .5.6.5.G3 .2.3.2.G1
d. Kemuda
.2.n6.2.np6 .2.n6.2.np6 .3.n3.2.np3 .2.n1.2.np1
.6.n5.4.gnp5
Modul Kesenian Daerah SMP 1
.4.n2.4.np5 .4.n2.4.pn5 .3.n2.1.np2 .3.n2.1.npg6
C) Tinjauan Segi Bahan
Pada dasarnya gamelan di Indonesia sebagian besar ricikan atau insrumen nya
terdiri atas instrument perkusi. Hal ini sesuai dengan kata “Gamel” mendapat
akhiran “an” yang berarti dipukul atau ditabuh, walaupun erdapat juga instrument
petik, tiup dan gesek. Sesuai dengan keadaan tersebut maka gamelan di Indonesia
dapat dibat dari bahan antara lain:
1. GANGSA (Perunggu)
Banyak diantara orang-orang menyebut gamelan Gangsa dengan istilah
Gamelan Perunggu. Tetapi menurut para Empu pembuat gamelan yang benar
adalah Gamelan Gangsa. Karena memang dibuat dari Logam campuran
antara Tembaga dengan Timah Putih (Rejasa). Yang mana kedua kata
terakhirnya disambung menjadi Ga-Sa, sehingga mungkin karena waktu kata
Gasa didalam pengaruh kehidupan masyarakat berubah menjadi “Gangsa”.
2. GANGSA-KUNINGAN
Gamelan ini dibuat dari campuran tembaga, rejasa dan kuningan dengan
perbandingan 10-3-2. Tujuannya untuk mencari karakter suara gamelan
yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Tetapi di pihak lain karena
alas an ekonomi (harga lebih murah).
3. BESI
Gamelan daqri bahan besi ini dapat dibuat dengan jenis besi antara lain
drum, besi plat dan besi cor.
4. KUNINGAN
Seperti halnya besi, kuningan pun dapat dipergunakan untuk membuat
gamelan. Biasanya kuningan tersebut dalam wujudnya lembaran-
lembaran.
5. KAYU
Selan logam seperti yang telah diuraikan diaas, kayu pun dapat digunakan
sebagai bahan untuk membuat gamelan. Hal demikan dimaksudkan untuk
memberikan kesan terhadap wujud, garapan ketrampilan dan karakter
suara gamean yang berlainan dengan gamelan pada umumnya.
3. Kewajiban
Yang berkewajiban menabuh dan bertugas pada gamelan sekaten di Surakarta (zaman PB
X) tidak boleh sembarangan orang, melainkan hanyalah ditabh oleh petugas khusus yang
disebut Abdi Dalem Niyaga Kasepuhan yang erdiri dari 2 golongan, antara lain:
a. Abdi Dalem Niyaga Kasepuhan bagian kiwa (kiri), sebutan namanya selalu
menggunakan kata “pengrawit”. Contohnya; Ponco Pangrawit, Marto Pangrawit,
Guno Pangrawit.
Modul Kesenian Daerah SMP 1
b. Abdi dalem Niyaga Kasepuhan golongan tengen (kanan), sebutan namanya selalu
menggunakan kata “mlaya”. Contohnya; Warso mlaya, Joyo Mlaya, Mlaya Widodo.
Jenang Dodol
⁎ Celengan ⁎ Kodhok-Kodhokan
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memilih salah satu
jawaban yang paling benar pada soal-soal dibawah ini!
3. Alat bunyi yang terdapat pada relief-relief candi Borobudur maupun Prambanan
terdapat pada zaman …
a. Prasejarah c. Kemerdekaan
b. Sejarah d. Kerajaan Mataram
4. Candi Prambanan merupakan peninggalan pada dinasti …
a. Sanjaya c. Majapahit
b. Syailendra d. Mataram
5. Lembaga Pendidikan Kesenian seperti Konservatori Karawitan dan STSI berdiri pada
tahun …
a. 1940 c. 1950
b. 1945 d. 1955
6. Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian yang berada di Jakarta adalah …
a. ASTI c. STSI
b. IKJ d. ITB
7. Alat musik Kenthongan Bulat, Kecer, Suling melintang terdapat pada relief candi …
Modul Kesenian Daerah SMP 1
a. Borobudur c. Cetha
b. Prambanan d. Sukuh
8. Ketawang Gendhig dalam Tinjauan bentuk orkes tergolong dalam kelompok gendhing
…
a. Alit c. Ageng
b. Madya d. Khusus
9. Sedangkan yang termasuk gendhing Alit adalah, kecuali …
a. Lancaran c. Ayak-Ayakan
b. Gangsaran d. Ladrang
10. Gamelan Sekaten dibunyikan setiap bulan …
a. Sura c. Ruwah A. Lancaran
B. Sekaten
b. Maulud d. Romadhon
C. Genta
D. Kyai Kholiq
E. IKJ
B. Pilihlah jawaban B jika pernyataan dalam soal benar dan S jika pernyataan salah
pada soal-soal dibawah ini!
11. Nekara dan Genderang Perunggu adalah alat bunyi-bunyian zaman Prasejarah ( B-S )
12. Lembaga pendidikan Kesenian dibuka pada tahun 1945 ( B-S )
13. Sampak, Srepeg tergolong dalam gendhing khusus ( B-S )
14. Gamelan Perunggu terbuat dari campuran Tembaga dan Timah Putih ( B-S )
15. Sekaten berasal dari bahasa Syahadatain Arab yang berarti Berjanji ( B-S )
A. Kompetensi Inti
KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni pedhalangan , yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan unsur garap pakeliran
2. Siswa dapat mengidentifikasi janturan, pocapan, ginem dan antawecana
3. Siswa dapat membuat karya seni yang berhungan dengan seni pedhalangan (antawecana,
membuat wayang dari bahan kardus bekas dsb)
D. Materi Pembelajaran
1. Unsur garap pakeliran
2. Janturan, pocapan, ginem dan antawecana
3. Alat dan Media Gambar
4. Modul/materi bahan ajar
5. Video wayang kulit
E. MATERI
1. Seni sastra
2. Seni kriya
3. Seni drama
3. Ginem
Agar hal tersebut mudah dipahami berikut ini akan dijelaskan mengenai
pengertian, ragam, fungsi dan contohnya
1. Janturan
Pengertian janturan adalah wacana dalang yang berupa deskripsi suatu adegan
yang berlangsung, mencakup suasana tempat(negara), tokoh, dan peristiwa
dengan diiringi gendhing sirepan(dibunyikan dengan lirih). Fungsi janturan ada 2
macam yaitu fungsi tehnis dan fungsi estetis.
Fungsi tehnis :
Swuh rep data pitana anenggih nagri pundi ta ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka sawiji adi
linuwih dasa sepuluh purwa wiwitan. Ingkang mangka bebukaning carita lah punika Negari
Hastina, ya negara ing Gajah Oya, Liman Benawi, ya ing Kurujanggala. Mila winastan nagara
Hastina duking uni tilas kedhatoning Sang Prabu Hastimurti. Mila winastan Gajah oya kang
yasa Prabu Gajah Oya. Yen ngupaya satus tan antuk kalih sewu tan jangkep sedasa. Ora mokal
lamun mangka bebukaning carita dhasar negara panjang, apunjung, pasir, wukir, gemah ripah,
Modul Kesenian Daerah SMP 2
loh jinawi, karta, tata raharja. Panjang dawa pocapane punjung luhur kawibawane. Pasir
samodra, wukir gunung. Pranyata Negari Hastina ngungkurake pagunungan ngeringaken
bengawan nengenaken pasabinan, ngayunaken bandaran agung. Gemah kathah para nangkuda
kang lumaku dedagangan anglur selur tan ana pedhote, labet datan ana sangsayane margi.
Aripah kathah para janma manca negari ingkang samya katrem bebale wisma salebeting kitha
Nagari Hastina, jejel apipit, bebasan aben cukit tepung taritis papan wiyar katingal rupak. Loh
subur kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku. Karta para kawula ing
padhusunan nungkul pangolahing tetanen, ingon-ingon kebo, sapi, pitik, iwen tan ana
cinancangan rahina aglar ing pangonan lamun bengi teka bali marang kandhange dhewe-
dhewe. Raharja tegese tebih parangmuka karana para mantri bupati bijaksana limpating
kawruh tan kendhat denya ambudiaya kaluhuraning sri narapati. Marmaning Negara Ngastina
jeneng anempuh bebasan gedhe obore padhang, jagade dhuwur kukuse, adoh kuncarane. Ora
ngemungake kanan kiring kewala, senadyan ing praja maha praja kathah ingkang samya
tumungkul datan sarana linawan bandayuda, amung kayungyung poyane kautaman. Bebasan
ingkang celak manglung ingkang tebih mentiyung, asok bulu bekti, glondhong pengareng-areng,
peni-peni raja peni, guru bakal guru dadi. Wenang den ucapna jejuluke sang nata ajejuluk maha
Prabu Duryudana, ya Prabu Suyudana, Kurupati, Jakapitana, jayapitana, Gendari suta, ya Sang
Destrarastra amatmaja. Narendra berbandha berbandhu. Berbandha tegese numpuk brana
picis, bebasan sakperteloning jagad kesugihane prabu Duryudana. Berbandhu tegese sugih
sedulur. Nanging ana cacating sawetara denya kirang ngudi mring reh tata krami. Apa ta
tandhane kadang satus kang samya nyatana ing ngugung ing sak karsanira, pramila keladuk
denya duwe watak semungah sesongaran anggadhahi ambeg adigang adigung ngendelaken
dumeh kadang nata gung binathara.
Sinten ta ingkang kepareng ngayun, mabukah muka yayah konjem bantala nenggih sang nendya
mantri pangarsa, patih wasesaning negara Ngastina, kapernah paman dening sang nata, satriya
ing palasa jenar nenggih Rekyana Patih Harya Sengkuni ya Raden Patih Harya Suman. Dene
ingkang anjajari lenggah kapara ngarsa tuhu punika pandhita ing Sokalima peparab Resi
Druna, Dhahywang Kumbayana, ya peparab Baratwajaputra. Ingkang mancorong prabane kaya
lintang rina tuhu menika nalindra ing Angga ya nalendra ing Ngawangga ingkang ajejeluk
Prabu Karno Basusena, Bismantaka, Talidarma. Ing pagedhonganipun Sang nata wus utusan
Patih Harya Sengkuni ngglamar Dewi wara Srikandi nedya kadhaupaken lan Pandhita Durna.
Dupi wus katingal sumewa adoh ing ngawe celak anggung rinaketaken ingkang paman ing
kepatihan. Teka mangkana pangudyasmaraning ndriya sang Prabu Duryudana lamunta dereng
kawijiling lesan.
Pocapan adalah wacana dhalang berupa narasi yang pada umumnya menceritakan
peristiwa yang sudah, sedang, dan akan berlangsung, tanpa iringan gendhing sirepan.
Apabila dilihat dari ungkapannya, pocapan berbeda dengan janturan. Perbedaannya yaitu
pada penggunaan bahasanya lebih sederhana disbanding janturan(prosa), tidak
menggunakan Bahasa arkhais atau Bahasa kawi yang rumit dan penyampaianya tanpa
menggunakan sirepan gendhing.
B. Fungsi pocapan
Pocapan dalam pakeliran memiliki dua fungsi yaitu fungsi tehnis sebagai sarana untuk
memberikan penjelasan kepada penonton tentang hal yang sudah, sedang maupun akan
terjadi. Sedangkan fungsi estetiknya adalah sebagai pendukung atau pembentuk suasana
suatu peristiwa.
Contoh pocapan : adegan Kresna dan Janaka dalam lakon Kresna Dhuta
“ wauta, legeg tyasing Arya Parta dupi miarsa sabdaning kang raka Sri Bathara
Kresna. Sayekti wus tan keni sinelakan lamun perang bharatayuda tamtu dumadi.
Gawang-gawang ing pardoning netra gegambaraning kurukasetra. Para pepundhen
kadang sentana kang parikedah dados mengsah. Labet amenging wardaya sapandurat
tan kawijil pangandikane. Prayitna Sang Harimurti sigra angarih-arih kang rayi mrih
lejaring penggalih”
Fungsi ginem yaitu untuk mengungkapkan permasalahan dalam lakon melalui tokoh
wayang sesuai dengan kedudukannya dalam lakon. Selain itu ginem juga
mengungkapkan perwatakan tokoh-tokoh sesuai dengan karakter masing-masing.
D. Antawecana
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Antawacana adalah suara dalang dalam
pewayangan (wayang kulit) yang disesuaikan dengan tokoh sebenarnya, misalnya suara
Arjuna lemah lembut, suara Burisrawa keras dan gagah. Pengertian antawecana dalam
pakeliran adalah semua hal yang berhubungan dengan konsep maupun tehnik
pengungkapan catur, baik berupa janturan, pocapan, maupun ginem, agar menghasilkan
kesan sesuai dengan suasana yang diperlukan, seperti kesan mrabu, prenes, greget, sedih
dan sebagainya, sehingga ungkapan yang disampaikan oleh dalang dapat mengena pada
penonton terasa mantab, indah dan menarik. Dalam hal ini dalang harus mengausai teknik
pengungkapan wacana dalam pakeliran, Teknik tersebut adalah pemilihan kata, artikulasi,
volume atau tebal(keras lirih), intonasi (tekanan tebal tipis suara, dan dinamika serta
keseimbangan.
Soal
1. Sebutkan unsur garap seni pedhalangan!
2. Jelaskan mengenai janturan!
3. Jelaskan mengenai pocapan dhalang!
KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni tembang, yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian vocal dalam karawitan
2. Siswa dapat mengidentifikasi Jenis – jenis bentuk vokal
3. Siswa dapat menyajikan vocal metris dan ritmis
D. Materi Pembelajaran
1. Vocal dalam karawitan
2. Jenis bentuk vocal dalam karawitan
3. Alat dan Media audio
4. Modul/materi bahan ajar
5. Teks vokal
6. Tape recorder
D. MATERI :
Macam-macam vocal dalam Karawitan
Dalam penyajian karawitan, baik karawitan yang untuk mengiringi seni tari maupun
karawitan yang berdiri sendiri atau klenengan, agar supaya lebih semarak biasanya menggunakan
berbagai macam bentuk-bentuk vocal (tembang)
a. Gerong
Tembang yang dilagukan oleh lebih dari satu orang pria maupun wanita dengan tempo
teratur dalam penyajian gendhing.
b. Sindhen
Tembang yang dilagukan oleh satu orang wanita menyertai dalam karawitan, orang yang
melakukan sindhen disebut Pesindhen/Swarawati. Sedangkan Wiraswara/Penembang putra.
c. Jineman
Sebagian dari pada Bawa yang sudah dibarengi atau sudah diiringi gamelan dan disurakan
bersama.
d. Senggakan
Vocal yang menyela dalam sindhenan atau gerongan yang berbentuk rangkaian kata-kata
dengan makna tertentu.
e. Alok
Suara pria yang dimasukan dalam lagu dan bernada agak bebas Bersama-sama dengan
gamelan.
Contoh : Haa…eeee!!!!
f. Panembromo
Suara campuran wanita dan pria dengan iringan gamelan. Biasanya Panembraa
ditempatkan di pentas (seperti Koor), tidak menjadi satu dengan penabuh gamelan (Niyaga)
seperti Swarawati atau wiraswara
g. Palaran
Tembang ( biasanya cakepan sekar macapat) yang dilagukan seorang Swarawati dan
Wiraswara dengan tempo teratur dan dibarengi sajian lagu maupun rangkaian suara dari
beberapa ricikan gamelan (gendhing bentuk sregepan)
h. Keplok
2. Vokal yang dilakukan tidak Bersama atau tidak dibarengi dengan gamelan atau tidak
dalam sajain gendhing :
a. Bawa
Permulaan gendhing dengan susatu tembang yang dilagukan oleh seorang wanita atau pria
sebelum gamelan dibunyikan Bersama. Tembang tersebut bias mengambil dari sekar
ageng, Sekar tengahan ataupun Sekar Macapat dan biasanya dilagukan dalam satu bait.
E. SOAL LATIHAN
3. Suara pria yang dimasukkan dalam lagu dan bernada agak bebas bersama-
sama dengan gamelan disebut sebagai
a. Alok
b. Gerong
c. Bawa
d. Celuk