Anda di halaman 1dari 32

MODUL

MATA PELAJARAN
MUATAL LOKAL KESENIAN
DAERAH
SMP KOTA SURAKARTA

Kls IX
Semester II (Genap)

DISUSUN
OLEH
MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN (MGMP)
KESENIAN DAERAH SMP KOTA SURAKARATA
TAHUN PELAJARAN 2023 /2024

Modul Kesenian Daerah SMP Surakarta 1


MODUL KESENIAN DAERAH
MATERI SENI TARI
KELAS IX SEMESTER II (GENAP)

A. Kompetensi Inti
 KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
 KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


3.1 Mengapresiasi karya seni tari 1. Menjelaskan pengertian Seni tari tradisi di
Surakarta
4.1 Mengekspresikan diri melalui  Menarikan tari gaya surakarta
karya seni tari  Menyebutkan macam-macam gerak
kepala, tangan, jari, badan dan kaki.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni tari, yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan Seni tari tradisi di Surakarta
2. Siswa dapat mengidentifikasi pembagian karakter pada tari gaya Surakarta.
3. Siswa dapat memperagakan gerak tari gaya Surakarta

Modul Kesenian Daerah SMP Surakarta 2


D. Materi Pembelajaran
 Seni tari tradisi di Surakarta

 Alat dan Media Gambar


1. Modul/materi bahan ajar
2. Video tari
3. Sampur
4. Mp3/ music tari
5. Tape recorder

E. Materi :

MENGENAL SENI TARI TRADISI SURAKARTA

A. Mengenal Seni tari tradisi Surakarta


SENI TRADISI adalah : Suatu bentuk seni yang menjadi adat, kebiasaan dan menjadi ciri khas
suatu daerah.
Membahas seni tradisi Surakarta maka sejarah perkembangannya tidak dapat dipisahkan dengan
keberadaan Keraton sebagai sumbernya.
Di Surakarta merupakan kota budaya banyak sekali terdapat macam-macam Seni Tradisi dan
kebanyakan Seni Tradisi di Surakarta merupakan perpaduan antara :
 Seni Karawitan
 Seni Tari
 Seni Drama
 Seni Pedalangan
 Tembang.

Macam-macam seni tari tradisi di Surakarta


a. Tari Bedhaya
Tari Bedhaya Surakarta merupakan salah satu contoh Tari Tradisi masa lampau yang tumbuh di
Istana dengan berbagai filosofis dan simboliknya, juga merupakan salah satu aktifitas religius
kaum bangsawan dan bersifat Syiwaistis, yaitu kepercayaan pada Dewa Siwa.
Dengan demikian diperkirakan Tari Bedhaya dilatar belakangi pemikiran Hindu Jawa. Dalam
penyajian Tari Bedhaya dapat disajikan dengan 7 penari maupun 9 penari. 7 penari
melambangkan 7 bidadari di khayangan, sedangkan 9 penari merupakan simbolik dari 9 lubang
kehidupan atau dapat juga karena pengaruh dari Agama Islam, yaitu adanya Wali Sanga.
Tari Bedhaya dari Keraton Kasunanan Surakarta yang dianggap sakral adalah Tari Bedhaya
Ketawang, karena berhubungan dengan alam gaip yaitu mistis antara keturunan Panembahan
Senapati sebagai Raja Mataram dengan penguasa Ratu Laut Selatan yaitu, Kanjeng Ratu Kidul.
Hal ini diawali ketika Panembahan Senapati bertapa, mengakibatkan kekacauan dan ketidak
tentraman wilayah laut selatan, maka Kanjeng Ratu Kidul memohon agar Panembahan Senapati
menghentikan pertapaanya dengan pernyataan bahwa Kajeng Ratu Kidul dan bala tentaranya
akan selalu membantu apabila Panembahan Senapati memerlukan dan keduanya menjalin
hubungan asamara. Tari Bedhaya Ketawang di Keraton Kasunanan Surakarta pementasannya

Modul Kesenian Daerah SMP Surakarta 3


hanya pada waktu upacara “JUMENENGAN” (ulang tahun raja menduduki tahta) ditarikan oleh
9 penari putri dengan karakter putri halus, tanpa antawecana menggunakan rias busana
sama/kembar yaitu basahan atau dodot ageng dan tatarias seperti temanten jawa lengkap dengan
paes gelung bokor mengkurep.

b. Tari srimpi
Tari Srimpi juga merupakan Tari Tradisi Klasik dari Keraton Surakarta yang sarat dengan makna
simbolik, ditarikan oleh 4 orang penari putri yang merupakan simbol dari empat arah mata angin atau bisa
juga pengaruh kasta pada Agama Hindu. Dengan karakter putri halus dan pakaian kembar tidak
menggunakan antawacana. Tari Srimpi yang masih dianggap sakral di Keraton Kasunanan Surakarta
adalah Tari Srimpi Anglir Mendung, sebab tarian ini suatu Doa permohonan yang ditarikan pada saat
kemarau panjang dengan harapan setelah selesai ditarikan akan segera turu hujan. Busana pada Tari
Srimpi menggunanakan Baju Rompi atau Mekak,Jarik/kain model samparan dan Berjamang
Macam-macam Tari Srimpi antara lain :
 Tari Srimpi Dhempel
 Tari Srimpi Ludiramadu
 Tari Srimpi Gandokusuma
 Tari Srimpi Gambirsawit dsb
Sama seperti tari Bedhaya, kata di belakang Srimpi menunjukan nama gendhing iringannya

Modul Kesenian Daerah SMP Surakarta 4


c. Tari Gambyong

Tari Gambyong merupakan tari Tradisi dari Surakarta


yang biasa digunakan untuk berbagai macam acara, antara lain
acara resepsi pernikahan, penghormatan tamu, pentas seni dsb.
Tari Gambyong merupakan penggambaran dari seorang remaja
putri yang berhias diri. Busana pada tari Gambyong biasanya
menggunakan jarik model wiru putri dengan angkin dan gelung
malang. Sedangkan kata belakang Gambyong menunjukan
gendhing/iringannya.

Macam-macam Tari Gambyong adalah :


 Gambyong Parianom
 Gambyong Ayun-ayun
 Gambyong Pancerana dsb

d. Tari Golek
Mengacu pada kata Golek, Tari Golek berasal dari kata “Golekan” yang artinya boneka dari kayu, dan
apabila anak-anak perempuan bermain golekan atau boneka maka cenderung boneka tersebut dirias baik
wajah, rambut maupun bajunya agar kelihatan menarik, yang kemudian anak tersebut ikut berdandan juga
dan aktivitas bermain tersebut dapat menumbuhkan kreativitas pada anak-anak, maka hingga sekarang
kita mengenal Tari Golek sebagai Tari Tradisi di Surakarta yang menggambarkan seorang anak
perempuan yang sedang berdandan atau berhias diri dengan karakter putri endhel ( Lincah) dan busana
yang digunakan adalah jarik sonder/wiru disamping, baju Rompi dengan menggunakan jamang.
Seperti pada tari Gambyong, kata belakang Golek menunjukan nama gendhing
iringannya. Macammacam Tari Golek antara lain adalah :
 Golek Manis
 Golek Mugirahayu
 Golek Sulungdayung
 Golek Sukaretna dsb

Modu l Kesenian Daerah SMP 5


e. Wayang Orang

Adalah seni pertunjukan yang memadukan tiga cabang


kesenian :

1. Seni Tari
2. Seni Drama
3. Seni Karawitan

Wayang Orang disebut juga Wayang Wong. Lahir pada pertengahan abab XVIII di dua
Istana yaitu :

 Keraton Surakarta
 Ketaron Yogyakarta

Kemudian berkembang diluar

istana.

Wayang Orang merupakan personifikasi dari Wayang Kulit yang terlihat jelas dari berbagai
aspek antara lain:
 Sumber cerita
 Penggolongan karakter
 Karawitan
 Antawacana/dialog
 Pemeran
 Dalang
 Busana dan tata rias
Sumber cerita baik di Surakarta maupun Yogyakarta mengambil cerita Mahabarata maupun
Ramayana. Dan dua sumber tersebut bisa dibagi menjadi beberapa episode serta beberapa jenis
lakon antara lain :
Lakon Baku adalah
Lakon yang diangkat dari cerita Induk Ramayana dan Mahabarata
Lakon Carangan adalah

Modul Kesenian Daerah SMP 6


Lakon yang dikembangkan dari sebuah peristiwa yang termuat dalam cerita induk Ramayana dan
Mahabarta

Modul Kesenian Daerah SMP 7


Dalam penyajian Wayang Wong menggunakan gerak Tradisi dengan norma gerak sesuai
masing- masing karakter pada tokohnya. Wayang orang diiringi dengan karawitan dan
dibantu oelh seorang dalang yang bertugas mengatur jalannya pertunjukan agar lebih jelas alur
ceritanya Adapun tugas dalang dalam wayang orang adalah :
 Memberi narasi tentang apa yang telah dan akan terjadi
 Mengisi suasana dengan vocal yang berupa suluk, sendon atau ada-ada
 Memberi tanda-tanda lewat vocal maupun bunyi kecrek dan kepyak apa pemaian

Rias dan busana pada Wayang Orang identik dengan busana pada wayang kulit di Surakarta,
maka sering disebut Rias Baku, yaitu rias yang tidak dapat diubah.
Bentuk jamang/Irah-irahan yang digunakan oleh masing-masing tokoh juga dibedakan menurut
kedudukannya, misalnya :
 jamang susun tiga untuk raja
 Jamang bentuk runcing (lancip) untuk peran yang mbranyak/keras
 Jamang Berelung-elung (lung) untuk peran lembut.
Khusus untuk peran raksasa dan kera menggunakan cangkeman (tiruan mulut) yang dikenakan
untuk menutup mulut dan dikaitkan pada kedua telinga.
Sedangkan antawacana/dialog yang digunakan sama seperti dialog pada wanga kulit, yakni
dengan menggunakan Bahasa Jawa Kawi, Bahasa Jawa Ngoko maupun Krama sesuai dengan
tokoh pada wayang tersebut.

Sebagai contoh Anoman dan Gathutkaca harus mengenakan jarik motif poleng.

F. Langendriyan

Langendriyan adalah seni drama tari khas


Jawa yang menggabungkan seni tari, drama,
musik, narasi, gerak dan ekspresi.
Langendriyan berasal dari kata langen yang
artinya hiburan, dan driya artinya hati. Jadi
Langendriyan dapat diartikan sebagai tarian
hati. Dialog dalam Langendriyan
menggunakan tembang macapat. Dalam
pertunjukannya, menari, melantunkan
tembang dan menyampaikan narasi
dilakukan secara bersamaan atau sekaligus.
Tembang macapat (puisi tradisi Jawa) dibawakan oleh satu orang dalam adegan monolog,
dan lebih dari satu orang secara bergantian saat terjadi dialog antar pemain. Tari
Langendriyan dalam pementasannya tidak dilakukan dalam posisi berdiri utuh, tetapi juga
dengan berjongkok atau setengah jongkok, dan sesekali bertumpu pada lutut. Gerakan tari
yang lembut tetapi atraktif membuat Langendriyan tak mudah dilakukan. Gerakan gemulai
bisa berganti menjadi atraktif dengan cepat, sementara alunan tembang terus mengalir dari
mulut para penari saat mereka bergerak. Langendriyan berawal di lingkungan keraton
Yogyakarta, diciptakan oleh R.T. Purwadiningrat yang dikembangkan oleh KGPA

Modul Kesenian Daerah SMP 8


Mangkubumi. Tujuh tahun kemudian, KGPAA Mangkunegara IV memerintahkan Raden
Hario Tandakusuma mengubahnya dalam gaya Surakarta.

G. Kethoprak

Kethoprak adalah sejenis seni pentas drama


tradisional yang diyakini berasal dari
Surakarta dan berkembang pesat di
Yogyakarta, oleh karena itu kesenian ini
sering disebut sebagai Ketoprak Mataram.
Pada awal mulanya, ketoprak menggunakan
iringan lesung (tempat menumbuk padi)
yang dipukul secara berirama sebagai
pembuka, iringan saat pergantian adegan,
dan penutup pertunjukan sehingga terkenal
disebut sebagai Ketoprak Lesung.
Dalam perkembangannya, Ketoprak kemudian menggunakan iringan gamelan jawa, dan
penggarapan cerita maupun iringan yang lebih rumit. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan
ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa, meski juga
ada cerita fiksi. Banyak pula diambil cerita dari atau berseting luar negeri (yang terkenal adalah
cerita sampek engtay). Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari
repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata.

Modul Kesenian Daerah SMP 9


MODUL KESENIAN DAERAH
MATERI SENI KARAWITAN
KELAS IX SEMESTER II
(GENAP)

A. Kompetensi Inti
 KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
 KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator


3.1 Mengapresiasi  Menjelaskan sejarah Perkembangan Gamelan.
karya seni
karawitan  Menuliskan skema dan ciri-ciri macam bentuk
gendhing khusus.
 Menyebutkan macam-macam pembuatan
gamelan.
 Menjelaskan gamelan sebagai fungsi ritual
keagaman.
4.1Mengekspresikan  Menyebutkan macam-macam Teknik karawitan
diri melalui karya gendhing alit(khusus)
seni karawitan  Menyajikan Bersama gendhing bentuk alit khusus
(srepeg, sampak, ayak-ayak, kemuda)

Modul Kesenian Daerah SMP 1


C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni karawitan , yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan sejarah Perkembangan Gamelan
2. Siswa dapat mengidentifikasi gendhing bentuk alit(khusus)
3. Siswa dapat menyajikan karawitan bersama pada gendhing bentuk alit(khusus)
4. Menjelaskan gamelan sebagai fungsi ritual keagaman.

D. Materi Pembelajaran
 Sejarah perkembangan gamelan
 Bentuk gendhing alit(khusus)
 gamelan sebagai fungsi ritual keagaman.

Alat dan Media Gambar


1. Modul/materi bahan ajar
2. Video karawitan
3. gamelan
F. Materi
A. Sejarah Perkembangan Gamelan
Sejarah perkembangan gamelan dapat ditinjau dari 3 aspek, meliputi:
a) Tinjauan Sejarah
b) Tinjauan Bentuk Orkes
c) Tinjauan Segi Bahan

A) Tinjauan Sejarah
Ditinjau dari sejarah, gamelan dikenal sejak jaman Prasejarah (zaman logam).
Halini dibuktikan dengan diketemukannya alat bunyi-bunyian yang berupa
Nekara dan Genderang Perunggu yang biasanya digunakan ntuk upacara
kepercayaan pada waktu itu, missal dalam rangka mendatangkan hujan.
Pada zaman Sejarah juga diketemukan bukti-bukti konkrit berupa gambar-gambar
yang terdapat pada releief-relief candi.
Misalnya pada Dinasti Sailendra terdapat alat bunyi-bunyian yang erat
hubungannya dengan gamelan, yaiu pada relief Candi Borobudur. Misalnya;
Kenthongan Bulat, Kecer , Suling melintang, kecapi berdawai dua, Kendhang
Priok besar, gambang dan jenis Kendhang Bali.
Sedangkan pada Dinasti Sanjaya terutama di Candi Prambanan terdapat pula alat
bunyi-bunyian seperti Kendhang loro, Gentha, jenis kendhang batangan dan
banyak lagi.
Apalagi pada zaman Kemerdekaan sekitar tahun 1950 pemerintah berkenan
membuka Lembaga Pendidikan Kesenian seperti Konservatori Karawitan (SMKI)
di Surakarta yang sekarang sudah menjadi SMK N 8, yang kemudian di ikuti

Modul Kesenian Daerah SMP 1


Bandung dan Bali. Kemudian disusul Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian
seperti ISI Surakarta, ISI Yogyakarta dan IKJ (Institut Kesenan Jakarta) di
Jakarta. Dengan berdirinya beberapa Pendidikan Keseniannberarti bahwa
pengembangan Karawitan tidak saja hanya terletak pada ilmu pegeahuan dan
ketrampilan saja tetapi juga terhadap pemunculan fisik gamelan baru, sehingga
sekarang ujud gamelan abad XX nampak sangat lengkap dan bermacam-macam
sesuai jenis dan fungsinya.

B) Tinjauan Bentuk Orkes


Di dalam garapan gamelan, tinjauan Bentuk Orkes ini lebih dikenal dengan
istilah Tinjauan Bentuk Tabuhan. Bentuk tabuhan dalam garapan tabuhan
Jawa Tengah khususnya Surakarta dibedakan menjadi 4 bagian, meliput:
a. Bentuk Tabuhan gendhing Alit (kecil), misalnya: Gangsaran, Lancaran,
Ketawang dan Ladrang
b. Bentuk Tabuhan gendhing Madya (sedang), misalnya : Ketawang Gendhing
c. Bentuk Tabuhan gendhing Ageng (besar), misalnya: Gendhing kethuk 2
kerep minggah 4, Gendhng kethuk 4 kerep minggah 8.
d. Bentuk Gendhing Khusus, misalnya: Sampak, Srepeg, Kemuda,
Ayak- Ayakan.
e. Contoh vokabuler gendhing khusus
a. Srepeg
1. Srepeg slendro manyura
.n3.n2.n3.n2 .n5.n3.n5.n3 .n2.n3.n2.nG1
.n2.n1.n2.n1 .n3.n2.n3.n2 .n5.n6.n5.ng6
.n5.n6.n5.n6 .n5.n3.n5.n3 .n6.n5.n3.ng2

b. Sampak
.2.2.2.2 .3.3.3.3 .1.1.1.G1
.1.1.1.1 .2.2.2.2 .6.6.6.G6
.6.6.6.6 .3.3.3.3 .2.2.2.G2
c. Ayak-ayak
.3.G2 .3.G2 .5.G3 .2.G1
.2.3.2.G1 .2.3.2.G1 .3.5.3.G2
.3.5.3.G2 .5.3.5.g6
.5.3.5.G6 .5.3.5.G6 .5.3.2.G3 .6.5.3.G2
.3.5.3.G2 .3.5.3.G2 .5.6.5.G3 .2.3.2.G1

d. Kemuda
.2.n6.2.np6 .2.n6.2.np6 .3.n3.2.np3 .2.n1.2.np1
.6.n5.4.gnp5
Modul Kesenian Daerah SMP 1
.4.n2.4.np5 .4.n2.4.pn5 .3.n2.1.np2 .3.n2.1.npg6
C) Tinjauan Segi Bahan

Pada dasarnya gamelan di Indonesia sebagian besar ricikan atau insrumen nya
terdiri atas instrument perkusi. Hal ini sesuai dengan kata “Gamel” mendapat
akhiran “an” yang berarti dipukul atau ditabuh, walaupun erdapat juga instrument
petik, tiup dan gesek. Sesuai dengan keadaan tersebut maka gamelan di Indonesia
dapat dibat dari bahan antara lain:

1. GANGSA (Perunggu)
Banyak diantara orang-orang menyebut gamelan Gangsa dengan istilah
Gamelan Perunggu. Tetapi menurut para Empu pembuat gamelan yang benar
adalah Gamelan Gangsa. Karena memang dibuat dari Logam campuran
antara Tembaga dengan Timah Putih (Rejasa). Yang mana kedua kata
terakhirnya disambung menjadi Ga-Sa, sehingga mungkin karena waktu kata
Gasa didalam pengaruh kehidupan masyarakat berubah menjadi “Gangsa”.

2. GANGSA-KUNINGAN
Gamelan ini dibuat dari campuran tembaga, rejasa dan kuningan dengan
perbandingan 10-3-2. Tujuannya untuk mencari karakter suara gamelan
yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Tetapi di pihak lain karena
alas an ekonomi (harga lebih murah).

3. BESI
Gamelan daqri bahan besi ini dapat dibuat dengan jenis besi antara lain
drum, besi plat dan besi cor.

4. KUNINGAN
Seperti halnya besi, kuningan pun dapat dipergunakan untuk membuat
gamelan. Biasanya kuningan tersebut dalam wujudnya lembaran-
lembaran.

5. KAYU
Selan logam seperti yang telah diuraikan diaas, kayu pun dapat digunakan
sebagai bahan untuk membuat gamelan. Hal demikan dimaksudkan untuk
memberikan kesan terhadap wujud, garapan ketrampilan dan karakter
suara gamean yang berlainan dengan gamelan pada umumnya.

Modul Kesenian Daerah SMP 1


6. BAMBU
Diketahui bahwa dalam lingkup music, bambu banyak dimanfaatkan sebagai
instrument music antara lain jenis suling, saluang atau calung, angklung dan
sebagainya. Dari kenyataan itu menunjukan kita bahwa bambu
memungkinkan sekali untuk dikembangkan dalam bentuk perangkat
gamelan, seperti bentuk gamelan calung dari daerah Banyumas.

B. Gamelan sebagai Fungsi Ritual Keagamaan


1. Pada zaman dahulu kala
Menurut cerita dari para empu Karawitan, bahwa gamelan pada zaman dulu tdak saja
berkedudukan sebagai alat music belaka, tetapi sudah merupakan suatau sarana kelengkapan
rohani, dimana ada gamelan dibunyikan, disitu banyak orang berkumpul. Kiranya pada
zamannya Raden Patah, gamelan ini pun dipergunaka sebagai salah satu alat nntuk menarik,
mengumpulkan orang-orang yang akan memasuki Masjid. Setelah banyak orang berkumpul
kemudian diberi ceramah tentang ajaran Islam. Perkembangan berikutnya kepada orang-orang
yang akan dating disitu diwajibkan mengucapkan kalimat Syahadat.

2. Perkembangan dewasa ini


Berdasarkan Upacara adat yang terdapat dikraton Surakarta, bahwa pada setiap bulan Mulud,
dari sejak tanggal 6 sampai dengan tanggal 12 di Kraton Surakarta memperingati Maulud
Nabi Muhamad SAW dengan menempatkan dua perangkat gamelan di halaman masjid besar,
ditabuh di agi hari, siang, sore dan malam hari. Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW
tersebut sampai sekarang terkenal dengan istilah SEKATEN dan menjadi semacam seni
tradisi di Surakarta.

3. Arti kata Sekaten


Kata Sekaten diperkirakan berasal dari Bahasa Arab yang berbunyi “Syahadatain” yang
berarti “bersumpah atau bersaksi”
Kata Syahadat mengandung dua makna yaitu:
a. Syahadat Tauhid dalam Bahasa Arabnya “Asyhadualla illaahaillalah ”. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah.
b. Syahadat Rasul dalam Bahasa Arabnya “ Wa ashaduanna Muhammadad Rasullullah”.

Modul Kesenian Daerah SMP 1


Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.
Dengan demikian maka gamelan Sekaten berarti Gamelan yang dipergunakan untuk bersaksi.
Dengan kata lain digunakan untuk penyebaran Agama Islam.
Berikut ini akan kita bahas mengenai Gamelan Sekaten.
1. Gamelan Sekaten
Kraton Surakarta mempunyai dua perangkat Gamelan Sekaten yaitu Kyai Guntur Sari
dan Kyai Guntur Madu. Gamelan Kyai Guntur Sari dibuat pada zaman Sultan Agung
Hanyakrakusuma, yang memerintah Kerajaan Mataram. Kyai Guntur Sari ini memiliki
Gong yang dinamakan Kyai Paksa dan memiliki Bedhug yang dinamakan Kyai Kholiq.
Dalam perayaan sekaten ditempatkan di bangsal Pradangga sebelah utara halaman Masjid
Besar Surakarta. Sedangkan Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madunadalah Gamelan
Sekaten yang dibuat atas perkenan Paku Buwono IV yang dikerjakan oleh seorang Empu
yang bernama Raden Demang Gun Prawiro. Gamelan Kyai Guntur Madu ini semua
bahannya dibuat lebih besar dar Kyai Gntur Sari. Gamelan Kyai Gntur Madu memiliki
Gong yang dinamakan Kyai Jagur dan Bedhug dinamakan Kyai Sobak.

2. Bentuk Gamelan Sekaten


a. Bentuk Gamelan Sekaten tidak selengkap seperti bentuk gamelan bonangan pada
umumnya. Tetapi gamelan Sekaten termasuk bentuk gamelan Bonangan.
b. Bentuk tabuhan gamelan sekaten termasuk tabuhan bonangan. Hal ini didasarkan
bahwa perangkat gamelan sekaten keterampilannya hanya pada Bonang. Balungan dan
pamangku irama dari kempyang dan gong serta Bedhug sebagai Pamurba Irama.
c. bentuk bilahan Gamelan Sekaten adalah bentuk bilahan nyigar penjalin.

3. Kewajiban
Yang berkewajiban menabuh dan bertugas pada gamelan sekaten di Surakarta (zaman PB
X) tidak boleh sembarangan orang, melainkan hanyalah ditabh oleh petugas khusus yang
disebut Abdi Dalem Niyaga Kasepuhan yang erdiri dari 2 golongan, antara lain:
a. Abdi Dalem Niyaga Kasepuhan bagian kiwa (kiri), sebutan namanya selalu
menggunakan kata “pengrawit”. Contohnya; Ponco Pangrawit, Marto Pangrawit,
Guno Pangrawit.
Modul Kesenian Daerah SMP 1
b. Abdi dalem Niyaga Kasepuhan golongan tengen (kanan), sebutan namanya selalu
menggunakan kata “mlaya”. Contohnya; Warso mlaya, Joyo Mlaya, Mlaya Widodo.

4. Lagu/ Gendhing Pusaka


Ada 3 gendhing pusaka dalam garap Gamelan Sekaten di Surakarta, yaitu:
a. Ladrang Rambu, berasal dari Bahasa Arab “Robbana” yang berarti Allah Pangeranku.
b. Ladrang Rangkung, berasal dari Bahasa Arab “Roukhuun” yang berarti Jiwa yang
Agung.
c. Ladrang Barang Miring, tidak disebut.

5. Keadaan Dalam Sekaten


Bebrapa hari sebelum Sekatenan atau Perayaan Sekaten dimulai, sekitar Masjid dan Alun-
Alun telah ramai dengan orang yang ingin menjajakan dagangannya seperti makanan,
minuman, tempat-tempat pameran, permainan serta panggung pertunjukan. Keramaian
tersebut telah menjadi adat yang ditandai dengan ciri-ciri khusus yang tidak terdapat
dalam pasar malam.
Ciri-ciri tersebut antara lain:

⁎ Kinang (ramuan tembakau, ⁎ Nasi Liwet ⁎ Telur


Kamal
gambir, daun sirih, injet)

Modul Kesenian Daerah SMP Surakarta 15


⁎ Pecut ⁎ Kapal-Kapalan ⁎ Wahana
Permainan

Jenang Dodol

⁎ Celengan ⁎ Kodhok-Kodhokan

⁎ Brondong Jagung ⁎ Gangsingan ⁎ Dhawet

Modul K esenian Daerah SMP Surakarta 16


⁎ Gunungan ⁎ Prosesi pengembalian Gamelan Sekaten
E. Latihan Soal

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memilih salah satu
jawaban yang paling benar pada soal-soal dibawah ini!

1. Sejarah perkembangan Gamelan dapat ditinjau dari … aspek.


a. 3 c. 7
b. 5 d. 9
2. Pada zaman Prasejarah ditemukan alat bunyi-bunyian diantaranya …
a. Genderang Perunggu c. Tamborin
b. Kapak genggam d. Saluang

3. Alat bunyi yang terdapat pada relief-relief candi Borobudur maupun Prambanan
terdapat pada zaman …
a. Prasejarah c. Kemerdekaan
b. Sejarah d. Kerajaan Mataram
4. Candi Prambanan merupakan peninggalan pada dinasti …
a. Sanjaya c. Majapahit
b. Syailendra d. Mataram
5. Lembaga Pendidikan Kesenian seperti Konservatori Karawitan dan STSI berdiri pada
tahun …
a. 1940 c. 1950
b. 1945 d. 1955
6. Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian yang berada di Jakarta adalah …
a. ASTI c. STSI
b. IKJ d. ITB
7. Alat musik Kenthongan Bulat, Kecer, Suling melintang terdapat pada relief candi …
Modul Kesenian Daerah SMP 1
a. Borobudur c. Cetha
b. Prambanan d. Sukuh
8. Ketawang Gendhig dalam Tinjauan bentuk orkes tergolong dalam kelompok gendhing

a. Alit c. Ageng
b. Madya d. Khusus
9. Sedangkan yang termasuk gendhing Alit adalah, kecuali …
a. Lancaran c. Ayak-Ayakan
b. Gangsaran d. Ladrang
10. Gamelan Sekaten dibunyikan setiap bulan …
a. Sura c. Ruwah A. Lancaran
B. Sekaten
b. Maulud d. Romadhon
C. Genta
D. Kyai Kholiq
E. IKJ

B. Pilihlah jawaban B jika pernyataan dalam soal benar dan S jika pernyataan salah
pada soal-soal dibawah ini!
11. Nekara dan Genderang Perunggu adalah alat bunyi-bunyian zaman Prasejarah ( B-S )
12. Lembaga pendidikan Kesenian dibuka pada tahun 1945 ( B-S )
13. Sampak, Srepeg tergolong dalam gendhing khusus ( B-S )
14. Gamelan Perunggu terbuat dari campuran Tembaga dan Timah Putih ( B-S )
15. Sekaten berasal dari bahasa Syahadatain Arab yang berarti Berjanji ( B-S )

C. Jodohkan pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan jawaban yag tepat!


16. Relief candi Prambanan
17. Lembaga Tinggi di Jakarta
18. Yang termasuk dalam gendhing Alit
19. Gamelan yang ditabuh setahun sekali di bulan Maulud
20. Gamelan Kyai Guntur Sari memiliki Bedhug bernama

Modul Kesenian Daerah SMP 1


D. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!
21. Sebutkan macam gendhing yang temasuk dalam kelompok Gendhing Khusus!
22. Sebutkan bahan pembuatan gamelan!
23. Kata Syahadat mengandung 2 makna. Jelaskan!
24. Sebutkan gendhing-gendhing dalam gamelan Sekaten!
25. Sebutkan apa saja ciri dari Sekatenan!

MODUL KESENIAN DAERAH


MATERI SENI PEDHALANGAN
KELAS IX SEMESTER II (GENAP)

A. Kompetensi Inti
 KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
 KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

Modul Kesenian Daerah SMP 1


3.1 Mengapresiasi karya Seni  Menjelaskan unsur – unsur garap pakeliran
pedhalangan  Menjelaskan janturan, pocapan, ginem dan
antawecana

4.1 Mengekspresikan diri melalui  Membuat karya seni yang berhubungan


karya seni pedhalangan dengan seni pedhalangan (dialog tentang
wayang)

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni pedhalangan , yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan unsur garap pakeliran
2. Siswa dapat mengidentifikasi janturan, pocapan, ginem dan antawecana
3. Siswa dapat membuat karya seni yang berhungan dengan seni pedhalangan (antawecana,
membuat wayang dari bahan kardus bekas dsb)

D. Materi Pembelajaran
1. Unsur garap pakeliran
2. Janturan, pocapan, ginem dan antawecana
3. Alat dan Media Gambar
4. Modul/materi bahan ajar
5. Video wayang kulit

E. MATERI

UNSUR GARAP PAKELIRAN


A. Pengertian Catur
Seni pedhalangan mengandhung berbagai unsur diantaranya :

1. Seni sastra
2. Seni kriya
3. Seni drama

4. Seni karawitan, dsb


Seni sastra merupakan bagian yang sangat dominan dalam seni pakeliran wayang purwa, karena
dalang mengekspresikan suasana-suasana adegan maupun tokoh melalui antawecana yang
disebut catur. Pengertian catur dalam pakeliran adalah semua wujud Bahasa atau wacana yang
diucapkan oleh dalang dalam pakeliran (Bambang Murtiyoso 1981:6). Pendapat lain
menyatakan catur ialah semua bentuk ekspresi dalang lewat wacana yang berupa narasi maupun
dialog tokoh pakeliran. Pada dasarnya catur adalah hasil pengolahan medium Bahasa dan sastra.

Modul Kesenian Daerah SMP 2


B. Jenis catur
Di dalam pakeliran gaya Surakarta catur ditinjau dari aspek penggunaannya
dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Janturan
2. Pocapan

3. Ginem
Agar hal tersebut mudah dipahami berikut ini akan dijelaskan mengenai
pengertian, ragam, fungsi dan contohnya
1. Janturan
Pengertian janturan adalah wacana dalang yang berupa deskripsi suatu adegan
yang berlangsung, mencakup suasana tempat(negara), tokoh, dan peristiwa
dengan diiringi gendhing sirepan(dibunyikan dengan lirih). Fungsi janturan ada 2
macam yaitu fungsi tehnis dan fungsi estetis.

Fungsi tehnis :

1. Mendeskripsikan suasana yang beluim terungkap melalui sarana


ekspresi dramatik lainnya
2. Memperjelas penampilan gambaran baik mengenai tokoh, tempat,
suasana maupun peristiwa
Fungsi estetis
1. Membuat suasana atau kesan tertentu
2. Mempertebal kesan dan/atau suasana yang telah muncul
Contoh :

Swuh rep data pitana anenggih nagri pundi ta ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka sawiji adi
linuwih dasa sepuluh purwa wiwitan. Ingkang mangka bebukaning carita lah punika Negari
Hastina, ya negara ing Gajah Oya, Liman Benawi, ya ing Kurujanggala. Mila winastan nagara
Hastina duking uni tilas kedhatoning Sang Prabu Hastimurti. Mila winastan Gajah oya kang
yasa Prabu Gajah Oya. Yen ngupaya satus tan antuk kalih sewu tan jangkep sedasa. Ora mokal
lamun mangka bebukaning carita dhasar negara panjang, apunjung, pasir, wukir, gemah ripah,
Modul Kesenian Daerah SMP 2
loh jinawi, karta, tata raharja. Panjang dawa pocapane punjung luhur kawibawane. Pasir
samodra, wukir gunung. Pranyata Negari Hastina ngungkurake pagunungan ngeringaken
bengawan nengenaken pasabinan, ngayunaken bandaran agung. Gemah kathah para nangkuda
kang lumaku dedagangan anglur selur tan ana pedhote, labet datan ana sangsayane margi.
Aripah kathah para janma manca negari ingkang samya katrem bebale wisma salebeting kitha
Nagari Hastina, jejel apipit, bebasan aben cukit tepung taritis papan wiyar katingal rupak. Loh
subur kang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku. Karta para kawula ing
padhusunan nungkul pangolahing tetanen, ingon-ingon kebo, sapi, pitik, iwen tan ana
cinancangan rahina aglar ing pangonan lamun bengi teka bali marang kandhange dhewe-
dhewe. Raharja tegese tebih parangmuka karana para mantri bupati bijaksana limpating
kawruh tan kendhat denya ambudiaya kaluhuraning sri narapati. Marmaning Negara Ngastina
jeneng anempuh bebasan gedhe obore padhang, jagade dhuwur kukuse, adoh kuncarane. Ora
ngemungake kanan kiring kewala, senadyan ing praja maha praja kathah ingkang samya
tumungkul datan sarana linawan bandayuda, amung kayungyung poyane kautaman. Bebasan
ingkang celak manglung ingkang tebih mentiyung, asok bulu bekti, glondhong pengareng-areng,
peni-peni raja peni, guru bakal guru dadi. Wenang den ucapna jejuluke sang nata ajejuluk maha
Prabu Duryudana, ya Prabu Suyudana, Kurupati, Jakapitana, jayapitana, Gendari suta, ya Sang
Destrarastra amatmaja. Narendra berbandha berbandhu. Berbandha tegese numpuk brana
picis, bebasan sakperteloning jagad kesugihane prabu Duryudana. Berbandhu tegese sugih
sedulur. Nanging ana cacating sawetara denya kirang ngudi mring reh tata krami. Apa ta
tandhane kadang satus kang samya nyatana ing ngugung ing sak karsanira, pramila keladuk
denya duwe watak semungah sesongaran anggadhahi ambeg adigang adigung ngendelaken
dumeh kadang nata gung binathara.

Sinten ta ingkang kepareng ngayun, mabukah muka yayah konjem bantala nenggih sang nendya
mantri pangarsa, patih wasesaning negara Ngastina, kapernah paman dening sang nata, satriya
ing palasa jenar nenggih Rekyana Patih Harya Sengkuni ya Raden Patih Harya Suman. Dene
ingkang anjajari lenggah kapara ngarsa tuhu punika pandhita ing Sokalima peparab Resi
Druna, Dhahywang Kumbayana, ya peparab Baratwajaputra. Ingkang mancorong prabane kaya
lintang rina tuhu menika nalindra ing Angga ya nalendra ing Ngawangga ingkang ajejeluk
Prabu Karno Basusena, Bismantaka, Talidarma. Ing pagedhonganipun Sang nata wus utusan
Patih Harya Sengkuni ngglamar Dewi wara Srikandi nedya kadhaupaken lan Pandhita Durna.
Dupi wus katingal sumewa adoh ing ngawe celak anggung rinaketaken ingkang paman ing
kepatihan. Teka mangkana pangudyasmaraning ndriya sang Prabu Duryudana lamunta dereng
kawijiling lesan.

Modul Kesenian Daerah SMP 2


2. Pocapan
A. Pengertian pocapan

Pocapan adalah wacana dhalang berupa narasi yang pada umumnya menceritakan
peristiwa yang sudah, sedang, dan akan berlangsung, tanpa iringan gendhing sirepan.
Apabila dilihat dari ungkapannya, pocapan berbeda dengan janturan. Perbedaannya yaitu
pada penggunaan bahasanya lebih sederhana disbanding janturan(prosa), tidak
menggunakan Bahasa arkhais atau Bahasa kawi yang rumit dan penyampaianya tanpa
menggunakan sirepan gendhing.
B. Fungsi pocapan
Pocapan dalam pakeliran memiliki dua fungsi yaitu fungsi tehnis sebagai sarana untuk
memberikan penjelasan kepada penonton tentang hal yang sudah, sedang maupun akan
terjadi. Sedangkan fungsi estetiknya adalah sebagai pendukung atau pembentuk suasana
suatu peristiwa.
Contoh pocapan : adegan Kresna dan Janaka dalam lakon Kresna Dhuta
“ wauta, legeg tyasing Arya Parta dupi miarsa sabdaning kang raka Sri Bathara
Kresna. Sayekti wus tan keni sinelakan lamun perang bharatayuda tamtu dumadi.
Gawang-gawang ing pardoning netra gegambaraning kurukasetra. Para pepundhen
kadang sentana kang parikedah dados mengsah. Labet amenging wardaya sapandurat
tan kawijil pangandikane. Prayitna Sang Harimurti sigra angarih-arih kang rayi mrih
lejaring penggalih”

Modul Kesenian Daerah SMP 2


C. Ginem
Ginem berasal dari Bahasa ngoko gunem(jawa) artinya berbicara. Didalam pedhalangan
istilah ginem mempunyai pengertian khusus yaitu ucapan dalang yang mengeskpresikan
wacana tokoh wayang, baik dalam bentuk monolog maupun dialog. Ginem monolog
contohnya yaitu tokoh wayang sedang bergumam, ngudarasa, berbicara sendiri tanpa
lawan bicara. Sedangkan ginem dialog yaitu wacana wayang yang melukiskan
pembicaraan antara dua tokoh wayang atau lebih yang memiliki karakter berbeda-beda.

Fungsi ginem yaitu untuk mengungkapkan permasalahan dalam lakon melalui tokoh
wayang sesuai dengan kedudukannya dalam lakon. Selain itu ginem juga
mengungkapkan perwatakan tokoh-tokoh sesuai dengan karakter masing-masing.
D. Antawecana
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Antawacana adalah suara dalang dalam
pewayangan (wayang kulit) yang disesuaikan dengan tokoh sebenarnya, misalnya suara
Arjuna lemah lembut, suara Burisrawa keras dan gagah. Pengertian antawecana dalam
pakeliran adalah semua hal yang berhubungan dengan konsep maupun tehnik
pengungkapan catur, baik berupa janturan, pocapan, maupun ginem, agar menghasilkan
kesan sesuai dengan suasana yang diperlukan, seperti kesan mrabu, prenes, greget, sedih
dan sebagainya, sehingga ungkapan yang disampaikan oleh dalang dapat mengena pada
penonton terasa mantab, indah dan menarik. Dalam hal ini dalang harus mengausai teknik
pengungkapan wacana dalam pakeliran, Teknik tersebut adalah pemilihan kata, artikulasi,
volume atau tebal(keras lirih), intonasi (tekanan tebal tipis suara, dan dinamika serta
keseimbangan.

Soal
1. Sebutkan unsur garap seni pedhalangan!
2. Jelaskan mengenai janturan!
3. Jelaskan mengenai pocapan dhalang!

4. Apa itu ginem, jelaskan!


5. Dalam pedalangan terdapat antawecana, jelaskan mengenai antawecana!

Modul Kesenian Daerah SMP 2


MODUL KESENIAN DAERAH
MATERI SENI TEMBANG
KELAS IX SEMESTER II
A. Kompetensi Inti (GENAP)

 KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya serta Menghargai
dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
 KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
 KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

Modul Kesenian Daerah SMP 2


B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Modul Kesenian Daerah SMP 2


Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Mengapresiasi karya seni 1. Menjelaskan pengertian macam-macam
Tembang bentuk vokal
2. Menyebutkan bentuk vocal dalam
karawitan

4.1 Mengekspresikan diri melalui  Menyebutkan macam-macam bentuk vocal


karya seni tembang dalam karawitan.
 Menyajikan salah satu bentuk vocal dalam
karawitan (bentuk tembang metris dan
ritmis)

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengapresiasi dan
berkreasi seni tembang, yaitu:
1. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian vocal dalam karawitan
2. Siswa dapat mengidentifikasi Jenis – jenis bentuk vokal
3. Siswa dapat menyajikan vocal metris dan ritmis

D. Materi Pembelajaran
1. Vocal dalam karawitan
2. Jenis bentuk vocal dalam karawitan
3. Alat dan Media audio
4. Modul/materi bahan ajar
5. Teks vokal
6. Tape recorder

D. MATERI :
Macam-macam vocal dalam Karawitan
Dalam penyajian karawitan, baik karawitan yang untuk mengiringi seni tari maupun
karawitan yang berdiri sendiri atau klenengan, agar supaya lebih semarak biasanya menggunakan
berbagai macam bentuk-bentuk vocal (tembang)

Bentuk vocal pada karawitan meliputi dua macam, yaitu :


1. Vokal yang dilagukan bersama-sama/dibarengi dengan karawitan/gamelan
2. Vokal yang dilagukan tidak bersama-sama dengan gamelan

Modul Kesenian Daerah SMP 2


1. Vokal yang dilagukan bersama-sama dengan gamelan atau vocal yang dilagukan dalam
sajian gendhing, antara lain :

a. Gerong
Tembang yang dilagukan oleh lebih dari satu orang pria maupun wanita dengan tempo
teratur dalam penyajian gendhing.

b. Sindhen
Tembang yang dilagukan oleh satu orang wanita menyertai dalam karawitan, orang yang
melakukan sindhen disebut Pesindhen/Swarawati. Sedangkan Wiraswara/Penembang putra.
c. Jineman
Sebagian dari pada Bawa yang sudah dibarengi atau sudah diiringi gamelan dan disurakan
bersama.

d. Senggakan
Vocal yang menyela dalam sindhenan atau gerongan yang berbentuk rangkaian kata-kata
dengan makna tertentu.

e. Alok
Suara pria yang dimasukan dalam lagu dan bernada agak bebas Bersama-sama dengan
gamelan.
Contoh : Haa…eeee!!!!

f. Panembromo
Suara campuran wanita dan pria dengan iringan gamelan. Biasanya Panembraa
ditempatkan di pentas (seperti Koor), tidak menjadi satu dengan penabuh gamelan (Niyaga)
seperti Swarawati atau wiraswara

g. Palaran
Tembang ( biasanya cakepan sekar macapat) yang dilagukan seorang Swarawati dan
Wiraswara dengan tempo teratur dan dibarengi sajian lagu maupun rangkaian suara dari
beberapa ricikan gamelan (gendhing bentuk sregepan)

h. Keplok

Modul Kesenian Daerah SMP 2


Tepuk tangan yang menyertai karawitan, tetapi biasanya digunakan pada gendhing-
gendhing tertentu dan bersifat riang dan cara bertepuk tangan pun tidak hanya asal
menepuk tangan tetapi dengan irama yang sesuai.

2. Vokal yang dilakukan tidak Bersama atau tidak dibarengi dengan gamelan atau tidak
dalam sajain gendhing :

a. Bawa
Permulaan gendhing dengan susatu tembang yang dilagukan oleh seorang wanita atau pria
sebelum gamelan dibunyikan Bersama. Tembang tersebut bias mengambil dari sekar
ageng, Sekar tengahan ataupun Sekar Macapat dan biasanya dilagukan dalam satu bait.

b. Celuk atau Buka Celuk


Sama dengan Bawa tetapi hanya mengambil sebagian (satu kalimat) dari pada Bawa yang
terakhir tanpa iringan gamelan.
c. Buka
Permulaan gendhing dengan salah satu instrument atau ricikan gamelan dan hanya
mengambil bagian terakhir dari pada gendhing yang akan dibunyikan tanpa iringan
gamelan

E. SOAL LATIHAN

1. Permulaan gending dari sebuah ricikan disebut …………….


a. sindhenan
b. buka
c. bawa
d. gerongan
2. Tembang yang disajikan bersamaan dengan gendhing dilagukan secara
bersama- sama disebut
a. Palaran
b. Sindhenan
c. Gerongan
d. Jineman

3. Suara pria yang dimasukkan dalam lagu dan bernada agak bebas bersama-
sama dengan gamelan disebut sebagai
a. Alok
b. Gerong
c. Bawa
d. Celuk

Modul Kesenian Daerah SMP 2


4. Tembang yang dilagukan satu orang wanita diiiringi dengan gamelan
adalah..............
a. Sindenan
b. Gerongan
c. Panembrama
d. Senggakan
5. Palaran disajikan dengan bentuk gending ………….
a. sampak
b. ayak-ayak
c. srepegan
d. kemuda

6. Vokal didalam karawitan apabila ditinjau dari bentuknya terdiri dari..macam


a. 5 macam
b. 4 macam
c. 3 macam
d. 2 macam

7. Tembang bentuk palaran menggunakan teks cakepan/teks vocal dari tembang…..


a. Sekar ageng
b. Sekar tengahan
c. Sekar macapat
d. Sekar dolanan
8. Gerongan biasanya disajikan di bagian...
a. ngelik
b. ompak
c. buka
d. sindhenan
9. Jineman dalam vokal merupakan bagian dari..
a. tembang
b. bawa
c. gerongan
d. sindhenan
10. Vocal putra dalam karawitan disebut……….
a. Gerongan
b. sindhen
c. Swarawati
d. wiraswara
11. Penyajian tembang yang disajikan secara bersama-sama seperti gerongan
koor, namun tempatnya tidak menyatu dengan gamelan disebut………….
a. Gerongan
b. Palaran
c. Senggakan
d. Panembrama
Modul Kesenian Daerah SMP 3
12. Tembang yang menggunakan pantun, kalimat yang bermakna, ajakan, sindiran
yang dimasukan ke dalam gendhing disela-sela gerongan/sindhenan adalah.....
a. Sindenan
b. Gerongan
c. Panembrama
d. Senggakan
13. Keplok biasanya disajikan bersama dengan gendhing berirama.....
a. Senang
b. Susah
c. Sedih
d. Agung
14. Vokal yang dilakukan sebelum gending dimulai atau pengganti buka disebut
sebagai
a. Sinden
b. Gerong
c. Bawa
d. Jineman
15. Suara pria yang dimasukkan dalam lagu dan bernada agak bebas bersama-sama
dengan gamelan disebut sebagai
a. Alok
b. Gerong
c. Bawa
d. Celuk

Modul Kesenian Daerah SMP 3

Anda mungkin juga menyukai