Anda di halaman 1dari 7

Hidup yang dimpin oleh Roh Kudus

Kis 2;1-13

Hari pentakosta sama dengan hari raya pengucapan syukur yang dilakukan oleh orang Israel
ketika mereka memulai untuk menyabit gandum. Dalam bahasa Yunani Pentakosta itu berarti
kelima puluh. Karena itu dikenal dengan nama “hari raya tujuh minggu” (Ulangan 16:10).klo
torang liat Di Israel dikenal tiga hari raya utama:

1. Hari raya paskah: yaitu hari raya memperingati keluarnya bangsa Israel dari tanah
perbudakan.
2. Hari raya Pentakosta: yaitu hari raya ucapan syukur atas hasil panen gandum, dilakukan
tujuh minggu sesudah hari raya paskah.
3. Hari raya Pondok daun: yaitu hari raya ucapan syukur atas semua hasil panen.

Siapakah Roh Kudus Itu? Roh Kudus adalah Pribadi ketiga Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah
Putra, Allah Roh Kudus. Roh Kudus bukanlah suatu bayangan atau roh halus yang samar-samar,
bukan pula suatu kekuatan atau pengaruh gaib yang samar-samar.

Roh Kudus adalah Pribadi yang memiliki kepribadian, yang memiliki "pemikiran" (yang
mengetahui apa yang dipikirkan manusia -- 1 Korintus 2:11), memiliki "perasaan" (Ia mengasihi
-- Roma 15:30), dan memiliki "kemauan" (yang mengerjakan atau melaksanakan segala sesuatu
menurut kemauan-Nya -- 1 Korintus 12:11). Roh Kudus adalah Pribadi yang dalam segala hal
sama dengan Allah Bapa dan Allah Putra. Keseluruhan sifat ilahi Allah Bapa dan Allah Putra ada
pada-Nya.

Roh Kudus adalah Roh Allah, karena itu Roh Kudus adalah Roh Kehidupan (Roma 8:2, "Roh yang
memberi hidup"), Roh Kebenaran (Yohanes 16:13, "apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia
akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"), Roh Kasih Karunia (Ibrani 10:29), Roh
Kekudusan (Roma 1:4). Fungsi-Nya atau peranan-Nya adalah "mengajar dan menguatkan"
(Yohanes 14:26), "mendiami" batin setiap orang percaya (1 Korintus 3:16), "menuntun" ke
dalam seluruh kebenaran, dan memberitakan hal-hal yang diterimanya dari Kristus (Yohanes
16:13, 14). Pekerjaan Roh Kudus pada zaman Perjanjian Lama tampak pada penciptaan alam
semesta (Kejadian 1, 2, 3; Ayub 26:13; Mazmur 104:30), pada nubuatan-nubuatan (2 Petrus
1:21; 2 Timotius 3:16), dan pada pemberian kuasa melayani (1 Samuel 16:13). Pekerjaan Roh
Kudus dalam kehidupan pelayanan Yesus Kristus tampak dalam kelahiran Yesus sebagai
manusia (Matius 1:18-20; Lukas 1:30-35), pada pembaptisan (Yohanes 1:32), pada mukjizat-
mukjizat (Matius 12:28), pada kelahiran baru orang percaya (Yohanes 3:5-6), dan pada
kebangkitan Yesus Kristus (1 Petrus 3:18; Roma 8:11). Apabila pelayanan Yesus Kristus dan
murid- murid-Nya tergantung kepada Roh Kudus, terlebih lagi kehidupan dan pelayanan kita.

Mengapakah Roh Kudus Datang?


Apakah yang menjadi tujuan utama dari kedatangan-Nya? Tujuan utama kedatangan-Nya
adalah untuk "memuliakan Yesus Kristus", (Yohanes 16:14). Mengapakah Roh Kudus
memuliakan Yesus Kristus? Karena Kristus adalah "jalan" (Yohanes 14:6) dan Ia datang untuk
"mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).

Tidak jarang orang memberi kesan seolah-olah Roh Kudus hanyalah kekuatan yang tidak
berpribadi (impersonal force) dan yang dapat dipakai untuk kebutuhan kita. Roh Kudus adalah
Pribadi, yang menguasai dan memakai manusia untuk kemuliaan nama Allah dan Kristus dan
untuk kebaikan tertinggi kita. Bukannya kita yang memakai Allah, tetapi Allahlah yang memakai
kita.

Peranan Roh Kudus Dalam Kehidupan Sehari-Hari Orang-Orang Percaya

Setelah mengerti siapa Roh Kudus dan mengapa Ia harus datang, maka marilah kita
memperdalam pengertian kita akan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Sesungguhnya, peran Roh Kudus sangat menentukan dalam kehidupan orang-orang percaya.
Karena Allah melaksanakan kehendak-Nya dalam kehidupan orang-orang percaya melalui
penguasaan atau pengaturan Roh Kudus atas kehidupan kita. Karena itu, untuk menjadi
seorang Kristen yang berhasil, kita harus menaatkan diri kita pada pengaturan Roh Kudus, kita
harus mengizinkan hubungan kita dengan Roh Kudus menjadi hubungan yang benar-benar vital,
yang benar-benar nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Adapun hubungan Allah Tritunggal dengan masing-masing orang percaya adalah sebagai
berikut: Allah Bapa adalah Pencipta kita, Allah Putra membeli kita dengan membayar dengan
darah-Nya sendiri, dan Allah Roh Kudus datang mendiami diri kita, (1 Korintus 3:16, "Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?") Jadi,
Roh Kudus telah datang untuk membawa kenyataan kristiani yang terdapat dalam Alkitab ke
dalam hati kita.

Kini mari kita memusatkan perhatian pada peranan utama Roh Kudus dalam diri orang-orang
percaya, yaitu peranan-Nya sebagai "Meterai" dan "Penghibur".

1. Sebagai "Meterai"
Roh Kudus adalah "Meterai" orang-orang percaya karena Ia adalah uang muka (down
payment) atau jaminan dari keselamatan penuh kita (Efesus 1:13, 14, "di dalam Dia kamu
juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di
dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus yang
dijanjikan-Nya"). Kehadiran Roh Kudus atau Roh Allah dalam diri orang-orang percaya
merupakan bukti nyata bahwa orang-orang percaya telah diangkat menjadi anak-anak
Allah. Adalah Roh Kudus yang bersaksi kepada roh kita, bahwa kita yang percaya pada Yesus
Kristus adalah anak-anak Allah untuk selama-lamanya. Jadi, oleh kesaksian Roh Kudus
kepada roh kita masing-masing, kita mengetahui bahwa kita telah diangkat sebagai anak-
anak Allah (Roma 8:15, 16, "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat
kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak
Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan
roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.")

Jadi, kepastian bahwa kita adalah anak Allah Bapa, diperoleh dari kesaksian Roh Kudus
dalam hati atau batin kita. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita masing-masing,
membuktikan kebenaran pengakuan kita bahwa kita adalah orang-orang Kristen. Setiap
orang percaya yang lahir baru dalam Kristus, didiami oleh Roh-Nya. Kehadiran Roh Kudus
dalam diri kita masing-masing, membuktikan bahwa kita telah menjadi milik Kristus, karena
seperti Roma 8:9 katakan, "Jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." 1
Yohanes 3:24 menyatakan, "Demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu
Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita." Dan Yudas 19 mengatakan, "Mereka adalah
pemecah belah yang dikuasai hanya oleh keinginan-keinginan dunia ini dan yang hidup
tanpa Roh Kudus".

Pada kemudian hari, ketika Yesus Kristus datang kembali ke dunia, Roh Kudus yang
mendiami orang-orang percaya akan menanggapi seruan Mempelai (Kristus) yang datang,
akan menyembah-Nya, dan mempersembahkan orang-orang milik-Nya dalam keadaan
sempurna tanpa cacat. Adalah sangat vital untuk mengetahui hal ini, untuk mengetahui
bahwa diri kita yang percaya telah dimeteraikan, telah dijamin oleh Roh Kudus. Roh Kudus
ada di dunia ini untuk menyiapkan saat ketika iman beralih kepada penglihatan mata, yaitu
ketika orang-orang percaya bertemu muka dengan muka dengan Kristus, ketika akan
melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yohanes 3:2, "Sekarang kita adalah
anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu bahwa
apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan
melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.")

2. Sebagai "Penghibur"
Kata "Penghibur" dan "Penasihat" menandakan akan kehadiran Kristus yang terus-menerus
dengan kita, penyertaan-Nya abadi dengan kita. Kristus tidak pernah menjanjikan kepada
kita kehidupan yang serbasenang, yang tanpa kesulitan. Yang dijanjikan-Nya adalah
kehadiran-Nya selalu dengan kita, baik pada waktu-waktu senang maupun pada waktu-
waktu sulit (Ibrani 13:5, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali
tidak akan meninggalkan engkau.") Kehadiran-Nya itulah janji-Nya kepada kita, dan Roh
Kudus-Nya adalah penggenapan dari penyertaan abadi-Nya pada kita. Tanpa Roh Kudus,
hubungan kita dengan Allah Bapa tidaklah mungkin terjalin. Roh Kudus adalah jembatan
kita untuk menghampiri Yesus Kristus dan Allah Bapa. Roh Kudus adalah satu-satunya alat
komunikasi kita dalam perjalanan menghampiri Allah. Kristus telah berkata, "Adalah lebih
berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, "Penghibur" itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." (Yohanes
16:7)

Seperti kita ketahui, para murid Yesus telah menjadi sahabat-Nya yang paling karib selama
3 tahun kehidupan-Nya di dunia. Murid-murid-Nya telah mengalami suatu pergaulan indah
dengan-Nya. Mereka telah melihat bagaimana Ia menyembuhkan orang-orang sakit,
bagaimana Ia memberi makan lima ribu orang hanya dengan lima buah roti kecil dan dua
potong ikan. Mereka telah mendengar ucapan-ucapan-Nya, ajaran-ajaran-Nya, sehingga
mereka bersaksi, "Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu." Mereka
bahkan telah melihat bagaimana Yesus menghidupkan kembali orang mati. Dengan bukti-
bukti nyata yang begitu meyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-
nantikan bangsa Israel, mereka meninggalkan kampung halaman, sanak saudara, dan
pekerjaan mereka untuk mengikuti Yesus. Bayangkanlah betapa kecewanya dan sedihnya
mereka ketika Yesus mengungkapkan bahwa Ia harus mati. Tetapi Yesus menghibur mereka
dengan berkata, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi, sebab jikalau Aku tidak
pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan
mengutus Dia kepadamu" (Yohanes 16:7). Dengan kata lain, Yesus berkata bahwa adalah
mutlak perlu Ia harus pergi, harus mati, agar para murid-Nya beroleh keuntungan yang
bersifat kekal, yang bersifat abadi. Ia akan mengirim atau mengutus Pengganti-Nya.
Perhatikan, Ia tidak mengatakan bahwa Ia akan memberi "penghiburan", tetapi akan
mengutus "Penghibur"; akan mengutus "Penolong" (Yohanes 14:16).

Untuk dapat berada di bumi ini, Putra Tunggal Allah harus dibatasi dengan tubuh-Nya,
sehingga pada waktu itu Ia hanya dapat berada dalam satu tempat pada satu saat. Ketika Ia
berada bersama-sama dengan murid-murid-Nya di Galilea, Ia tidak dapat berada bersama-
sama mereka di Yerusalem. Sehingga untuk melepaskan diri-Nya dari batas-batas geografis
yang membatasi-Nya sebagai manusia, Yesus Kristus harus meninggalkan dunia. Namun,
pada hari Pentakosta, Ia telah datang kembali sebagai Kristus yang tidak tampak di mata,
yang hadir di mana-mana, yang mendiami dan berkomunikasi secara serentak dengan
semua orang yang percaya kepada-Nya.

Kebahagiaan Kristen
Kita, orang-orang percaya, bukan saja berbahagia karena didiami Roh Kudus, tetapi berbahagia
terutama karena adanya komunikasi antara kita dengan Roh Kudus. Sesungguhnya, yang
memberikan kebahagiaan abadi kepada kita adalah komunikasi kita dengan Roh Kudus. Sejak
saat kita percaya sungguh-sungguh kepada Yesus Kristus, mulailah Roh-Nya mendiami roh kita,
dan Ia akan tinggal bersama kita untuk selama-lamanya. Akan tetapi, kebahagiaan abadi kita,
kita peroleh dari kehidupan kita yang "berkomunikasi" dengan Dia. Sehingga, secara singkat,
dapatlah dikatakan "kediaman" Roh Kudus dalam roh kita adalah "kehadiran kekal" Allah
dengan kita. Sedang "pemenuhan" Roh Kudus atas kita adalah keadaan "saling komunikasi"
antara Allah dengan kita. Sesungguhnya kebahagiaan kita, orang-orang percaya, diperoleh dari
komunikasi terus-menerus kita dengan Allah. Begitu banyak orang Kristen, yang walaupun
sudah benar-benar lahir baru dalam Kristus, tetapi merasa sengsara terus. Mengapa? Karena
komunikasi mereka dengan Allah adalah komunikasi secara mekanis saja.

Seperti halnya suatu kehidupan perkawinan yang memang menunjukkan suatu kebersamaan,
tetapi tidak selalu berarti ada kebersamaan yang bahagia, tidak selalu berarti ada komunikasi
mesra, tidak selalu berarti ada harmoni dalam pemikiran dan perasaan antara suami istri.
Demikianlah pula banyak orang Kristen yang hidup bersama dengan Allah, tetapi tidak
berkomunikasi dengan Dia. Sehingga walaupun Roh Kudus mendiami diri mereka, komunikasi
mereka dengan Allah adalah secara akademis saja. Dalam kebaktian-kebaktian gereja,
tampaknya hubungan mereka dengan Allah beres-beres saja, tetapi kenyataan yang
sesungguhnya adalah sudah berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan mereka tidak lagi
berkomunikasi dari hati ke hati dengan Allah. Sehingga tidaklah mengherankan apabila
kehidupan keseharian mereka dipenuhi dengan frustrasi dan ketidakmampuan.

Jadi, kunci kebahagiaan orang-orang percaya tidak saja terletak dalam kebersamaan kita
dengan Allah melalui Roh Kudus-Nya. Bahkan tidak saja terletak pada pengintegrasian
emosional antara kehendak kita dengan kehendak Allah, tetapi pada "pergantian" dari
kehendak kita kepada kehendak Allah. Karena apabila kita mencoba mengizinkan kedua
kehendak (kehendak kita dan kehendak Allah) menguasai kehidupan kita, maka hasilnya adalah
kehidupan Kristen yang frustrasi. Apabila kita mengizinkan kehendak kita bersaing dengan
kehendak Allah atas kehidupan kita, maka Roh Kudus tidak dapat memenuhi kehidupan kita.
Apabila kita dipenuhi oleh diri kita, Roh Kudus tidak dapat memenuhi diri kita, sebagaimana kita
tidak dapat memenuhi sebuah gelas sepenuhnya dengan susu dan sepenuhnya dengan air. Roh
Kudus hanya dapat memenuhi kehidupan kita apabila kita mengesampingkan kehendak dan
cita-cita kita dan bersuka cita dengan peranan kita sebagai pelayan-pelayan Allah. Jadi, menaati
kehendak Allah berarti menjalani kehidupan Kristen yang benar, bukan yang palsu.

Ketaatan Adalah Persoalan "Kebenaran"


Allah adalah kebenaran sempurna. Bagaimanakah kita yang berdosa dapat berkomunikasi
dengan Allah yang Mahabenar? Hanya apabila kita menjadi benar, dan menjadi benar ini tidak
dapat kita usahakan sendiri, bagaimanapun kita berupaya mengusahakannya. Seperti
pengakuan Nabi Yesaya, "segala kesalehan kami seperti kain kotor" (Yesaya 64:6) di hadapan
Allah yang Mahabenar, Mahasuci. Hanyalah kebenaran yang kita peroleh dari Allah, yang
membuka jalur komunikasi kita dengan Dia. Alkitab mengajar bahwa setiap manusia berdosa.
Karena itu, satu-satunya jalan untuk menghampiri Allah yang Mahasuci adalah dengan
mengaku jujur akan keadaan kita yang berdosa di hadapan Allah. Sebagai orang-orang berdosa,
kita mutlak membutuhkan penyembuhan, namun penyembuhan ini tidak mungkin didapat
dengan usaha kita sendiri. Hanyalah Roh Allah yang dapat menyembuhkan kita, saat Ia
memasuki kehidupan kita. Penyembuhan-Nya mujarab dan efektif karena penyembuhan-Nya
adalah penyembuhan yang dimulai dari kedalaman jiwa kita. Sedang penyembuhan atas usaha
kita sendiri, yang paling baik sekalipun, hanyalah menyentuh permukaan jiwa kita. Seperti para
ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang berusaha keras, melalui ketaatan beragama, hidup
benar di hadapan Allah, tetapi tentang usaha mereka itu, Yesus berkata kepada murid-murid-
Nya, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga" (Matius
5:20). Sesungguhnya kebenaran kita, orang-orang percaya, hanyalah ada pada Kristus Yesus,
dan kebenaran tersebut kita peroleh melalui iman kepada-Nya. Karena itu, untuk mendapatkan
kebenaran Kristus, kita harus datang kepada-Nya, mengaku keadaan berdosa kita di hadapan-
Nya.

Pengakuan Dosa Berarti Komunikasi Terjalin Kembali


Mengaku dosa-dosa kita di hadapan Allah, berarti "setuju dengan" Allah bahwa kita telah
bersalah. Kita mengaku dosa-dosa kita, bukannya terutama untuk memohon ampun kepada
Allah, karena sekali kita telah benar-benar percaya Yesus Kristus, sekali kita telah benar-benar
selamat dalam Dia, maka dosa-dosa kita telah diampuni-Nya untuk selama-lamanya. Namun,
sekali kita "setuju dengan" Dia bahwa kita telah bersalah, maka keterbukaan atau kejujuran kita
terhadap-Nya memulihkan kembali komunikasi kita dengan Allah, yang terganggu oleh
pelanggaran kita. Dosa yang kita lakukan tidaklah menghapus hubungan kita dengan Allah,
sebagaimana halnya suatu percekcokkan tidak menghapus suatu hubungan perkawinan.
Namun, suatu pelanggaran mengakibatkan suasana suram pada hubungan kita dengan Allah,
sampai keterbukaan menjalin kembali hubungan kita dengan Dia. Kita memperoleh
pembenaran Allah oleh keterbukaan atau kejujuran kita terhadap-Nya. Karena itu, untuk
menjadi benar, kita harus mengakui kesalahan-kesalahan kita kepada-Nya. Apabila tujuan
kehidupan kita adalah untuk hidup dalam komunikasi terus-menerus dengan Allah, maka
jelaslah jujur terhadap Allah, terbuka di hadapan Dia, berarti selalu mengaku dosa-dosa kita di
hadapan-Nya.

Yesus Kristus berjanji, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu" (Yohanes 14:27). Damai sejahtera ini bukannya kita peroleh dengan usaha kita
sendiri, tetapi akan kita peroleh apabila kita memberi keleluasaan kepada Roh Kudus untuk
menguasai kita secara penuh. Yesus Kristus telah berjanji tidak akan membiarkan kita berada
dalam pergulatan sengit dengan diri kita yang lama. Semakin Roh Kristus diberi kesempatan
berkuasa atas kita, maka akan semakin hilang pertentangan dalam batin kita, yaitu
pertentangan antara keinginan diri kita yang lama (keinginan daging) dengan keinginan diri kita
yang baru (keinginan Roh). Pertentangan dalam batin ini telah disinggung Rasul Paulus dalam
Roma 7:21-26 dan Galatia 5:17. Yesus Kristus telah berjanji tidak akan membiarkan atau
meninggalkan kita, berarti Roh-Nya akan selalu menolong kita, akan selalu memberi kekuatan
atau kemampuan kepada kita untuk semakin mampu menaati-Nya, sehingga hidup dengan
tekad tunggal untuk selalu berada dalam komunikasi mesra dengan Yesus Kristus, pujaan kita.
Memadamkan Roh-Nya berarti menghalang-halangi terjalinnya komunikasi dengan Allah Bapa.

Baik keselamatan kekal kita maupun hubungan mesra kita dengan Allah Bapa, semuanya adalah
semata-mata berdasarkan pada karya penebusan Yesus Kristus yang sudah selesai dan
sempurna. Namun demikian, kita perlu mengaku dosa-dosa kita agar kedamaian dan
kebahagiaan batin kita terjamin dan terpelihara. Tanpa pengakuan dosa-dosa kita di hadapan
Allah, tanpa kejujuran terhadap Allah, tidak akan ada kabahagiaan Kristen yang sesungguhnya

Anda mungkin juga menyukai