Ditulis Oleh :
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan mengenai kekuasaan Tuhan serta kebebasan manusia bukan tema
yang baru untuk didiskusikan. Kedua hal tersebut sudah lama diperbincangkan dalam
bidang keilmuan dan agama. Tuhan yang mempunyai posisi paling tinggi sebagai Sang
pencipta tentu saja memiliki kuasa dari apa yang diciptakannya, salah satunya manusia
sebagai mahluk yang sempurna diantara lainnya. Tetapi ada beberapa aliran yang
mempunyai perspektif yang kontradiksi mengenai konsep kekuasaan Tuhan dan
kebebasan manusia, seperti aliran jabariyah dan qadariyah.
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan hidup bebas dan merdeka, tidak
terpengaruh oleh apapun baik itu politik, sosial, maupun agama. Kebebasan adalah fitrah
manusia yang diberikan oleh Allah. Kebebasan itu merupakan tabiat manusia. Padahal
sejatinya manusia tidak bisa hidup dengan bebas sebebas- bebasnya, artinya dalam siklus
kehidupan manusia tetap berjalan semestinya dengan Sunnantullah. Tetapi, sebab
manusia mempunyai keinginan bebas yang tidak terikat dengan peraturan apapun,
manusia diberi potensi- potensi (akal) yang lebih tinggi dari binatang. Dengan demikian
manusia dapat menggunakan akal tersebut untuk mempertimbangkan segala pilihan
dalam kehidupannya.
Oleh sebab itu, manusia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang
dilakukannya, yang biasa dikenal dnegan balasan surga. Ia juga berhak memperoleh
hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya, yang biasa disebut dengan balasan neraka.
Oleh karena itu, manusia akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kekuasaan Tuhan dan kebebasan Manusia?
2. Bagaimana Konsep Kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suwanto, Kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia dalam Perspektif Fazlur Rahman¸ Skripsi IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 1999, hal. 59
1. Jabariyah, dalam filsafat barat biasa disebut juga dengan aliran fatalistis atau
predistinasi. Menurut aliran ini, perbuatan bukanlah timbul dari daya dan
kemampuan yang bebas dari manusia. Artinya, manusia harus mengikuti apa
yang telah digariskan Tuhan. Manusia tidak mempunyai kebebasan dan
kemerdekaan atas perbuatannya. Manusia terpaksa melakukan perbuatannya
sebagaimana telah ditetapkan Tuhan sejak zaman azali, sebab tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu
perbuatan atas kemauan dan kehendaknya sendiri.
2. Qadariyah, dalam filsafat barat biasa disebut dengan istilah free will dan free
act. Menurut aliran ini, dalam menentukan perbuatannya manusia memiliki
kehendak dan kebebasan. Manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan
dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusia juga mempunyai kekuatan
sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya, dan secara merdeka
berbuat apa yang dikehendakinya. Perihal perbuatan-perbuatannya tidak
terikat pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Perlu ditegaskan, bahwa
kebebasan dalam Islam tidak bersifat absolut, sebab selain Tuhan mempunyai
keterbatasan, dan dalam Islam yang mempunyai keabsolutan dan
ketidakterbatasan hanyalah Allah.2
Didasarkan atas pilihan dan kehendak pribadinya sendiri dalam menentukan
perbuatan dalam kehidupannya, bukan oleh takdir Tuhan. Maka manusia
berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya, yang biasa
dikenal dnegan balasan surga. Ia juga berhak memperoleh hukuman atas
kejahatan yang diperbuatnya, yang biasa disebut dengan balasan neraka. Oleh
karena itu, manusia akan mendapatkan balasannya sesuai dengan
tindakannya.3
Selain itu, terdapat juga perbedaan perspektif mengenai kebebasan kehendak
Tuhan, yaitu antara kaum Asy’ariyah dan Mu’tazilah. Yang pertama yaitu kaum
Asy’ariyah, dalam pemikiran kaum Asyariyah mereka yakin bahwa Tuhan mempunyai
kehendak mutlak, dan.akan ketergantungan manusia pada Tuhan. Yang kedua kaum
Mu’tazilah, Menurut kaum Mu’tazilah kebebasan mutlak Tuhan dibatasi oleh kebebasan
2
Kasno, Filsafat Agama,Surabaya: Alpha, 2018, Hal. 78- 79
3
Ibid,. Hal. 81- 83
yang telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan dan perbuatannya.
Seterusnya kekuasaan mutlak itu dibatasi oleh sifat keadilan Tuhan. Mu’tazilah percaya
kepada hukum alam sunnatullah yang mengatur perjalanan kosmos. Sunnatullah tersebut
tidak berubah, semua uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam faham Mu’tazilah
Tuhan mempunyai batasan- batasan.4
4
Harun Nasut ion, Teolologi Islam, ( Jakarta : UI Press) hlm .118, lihat juga Ali Dafir, Kehendak Bebas Manusia
terhadap Perbuatan Baik dan Buruk menurut Muhammad Abduh, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kehidupan yang bebas dan merdeka,
bebas dari belenggu dan peraturan apapun. Sebab, manusia mempunyai nafsu hal tersebut
yang mendorong manusia menginginkan kebebasan. Antara kekuasaan Tuhan dan
kebebasan manusia secara logis memiliki pengaruh timbale balik. Artinya, Jika
kekuasaan Tuhan mendapatkan porsi yang kuat maka dengan sendiri kebebasan manusia
menjadi lemah, demikian juga sebaliknya. Jika kebebasan manusia ditekankan, maka
dengan sendirinya Kekuasaan Tuhan pun menjadi lemah.
Terdapa dua perspektif dari dua aliran besar yang berbeda mengenai konsep
kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia, yaitu aliran Jabariyah dan Qadariyah. Aliran
Jabariyah, dalam filsafat barat biasa disebut juga dengan aliran fatalistis atau predistinasi.
Menurut aliran ini, perbuatan bukanlah timbul dari daya dan kemampuan yang bebas dari
manusia. Artinya, manusia harus mengikuti apa yang telah digariskan Tuhan. Manusia
tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan atas perbuatannya. Kemudian aliran
Qadariyah, dalam filsafat barat biasa disebut dengan istilah free will dan free act.
Menurut aliran ini, dalam menentukan perbuatannya manusia memiliki kehendak dan
kebebasan. Manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan
hidupnya.
Manusia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya, yang
biasa dikenal dnegan balasan surga. Ia juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatan
yang diperbuatnya, yang biasa disebut dengan balasan neraka. Oleh karena itu, manusia
akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suwanto. 1999. Kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia dalam Perspektif Fazlur
Rahman¸ Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Dafir, Ali. 2018. Kehendak Bebas Manusia terhadap Perbuatan Baik dan Buruk menurut
Muhammad Abduh. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta