Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

Nama : Azlia Dita Maharani


Npm : 2211080139
Mata Kuliah : Tauhid/Ilmu Kalam
Dosen : Mislaiana, M. Pd. I
Jurusan : BKPI
Semester/Kelas : II/F

Soal :

1. Kemukakan berbagai pandangan seputar definisi salaf sebutkan beberapa kriteria salaf?
2. Sebutkan persamaan dan perbedaan pemikiran Al-Asy’ari dan Al-Maturidi tentang
status Al-Qur’an?
3. Bandingkan antara doktrin teologis Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiah tentang
perbuatan Tuhan?
4. Coba saudara kemukakan beberapa pemikiran tokoh Mu’tazilah Abu Hudzail secara
rinci?

Jawaban :

1. ▪ Salaf sebagai generasi teladan: Pandangan ini menganggap Salaf sebagai generasi
awal Islam yang dianggap sebagai teladan dalam keimanan, ibadah, dan perilaku.
Mereka dianggap memiliki pemahaman yang murni dan lebih dekat dengan ajaran asli
Islam. Kriteria Salaf dalam pandangan ini adalah keikutsertaan mereka dalam masa
hidup Rasulullah SAW atau Tabi'in, dan keteladanan mereka dalam menjalankan ajaran
Islam.
▪ Salaf sebagai metodologi: Pandangan ini menganggap Salaf sebagai metode atau
pendekatan dalam memahami dan mengamalkan Islam. Salaf dianggap sebagai standar
atau pedoman dalam menjalankan agama. Kriteria Salaf dalam pandangan ini adalah
penggunaan metode dan pendekatan yang sesuai dengan pemahaman awal umat Islam.

▪ Salaf sebagai sumber otoritas: Menurut pandangan ini, Salaf dianggap sebagai
otoritas utama dalam memahami ajaran Islam. Mereka dianggap memiliki pemahaman
yang benar dan tafsir yang sahih terhadap Al-Qur'an dan Sunnah. Kriteria Salaf dalam
pandangan ini adalah keberpihakan mereka pada sumber-sumber asli Islam, seperti Al-
Qur'an, Hadis, dan pemahaman para Sahabat.

2. Persamaan :
- Kedua tokoh sepakat bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diwahyukan dan
memiliki otoritas mutlak sebagai sumber hukum dan petunjuk bagi umat Islam.
- Mereka sepakat bahwa Al-Qur'an harus diinterpretasikan secara literal, kecuali jika
terdapat dalil yang menunjukkan adanya makna kiasan atau majazi.
- Baik Al-Asy'ari maupun Al-Maturidi meyakini bahwa Al-Qur'an adalah makhluk
Allah, yang diciptakan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perbedaan :
- Pemikiran Asy`ariyah dan Maturidiyah memiliki pemahaman yang relatif sama.
Bahwa Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat Ilmu-
Nya, bukan dengan zat-Nya Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan sifat Qudrah-
Nya, bukan dengan zat-Nya.
- Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Menurut
Maturidiyah, perbuatan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu
sendiri. Dalam masalah ini, Maturidiyah lebih dekat dengan Mu`tazilah yang secara
tegas mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia itu semata-mata
diwujdukan oleh manusia itu sendiri.
- Pandangan Asy`ariyah sama dengan pandangan Maturidiyah. Keduanya sama-sama
mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka
berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu
makhluk.
3. Mu'tazilah :
- Mu'tazilah mengadopsi konsep Qadariyah, yaitu kebebasan manusia dalam
melakukan perbuatan baik atau buruk. Mereka percaya bahwa manusia memiliki
kehendak bebas dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
- Mu'tazilah juga mengajarkan bahwa manusia memiliki kemampuan rasional untuk
mengetahui apa yang baik dan buruk. Mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak akan
memerintahkan atau mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang tidak
masuk akal atau tidak bermoral.
- Mu'tazilah menekankan bahwa Tuhan adalah adil dan bahwa keadilan mutlak-Nya
melibatkan pemberian balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia. Mereka
percaya bahwa Tuhan tidak akan melakukan perbuatan yang tidak adil atau kejam.

Asy'ariyah :
- Asy'ariyah meyakini bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak dan segala sesuatu
yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya yang pasti. Manusia tidak memiliki
kehendak bebas yang sebenarnya dalam melakukan perbuatan.
- Asy'ariyah menekankan bahwa Tuhan adalah Mahaagung dan Maha Kuasa, dan
perbuatan-Nya tidak tunduk pada pertimbangan moral manusia. Mereka
berpendapat bahwa konsep-konsep moral seperti keadilan atau kebaikan harus
dipahami sesuai dengan apa yang Allah nyatakan.
- Asy'ariyah mengadopsi konsep determinisme teologis yang dikenal sebagai
Jabariyah. Mereka meyakini bahwa semua perbuatan manusia ditentukan secara
mutlak oleh Allah. Manusia hanya sebagai alat atau medium bagi perbuatan Allah.

Maturidiah :
- Maturidiah meyakini bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak, tetapi memberikan
manusia kebebasan dalam tindakan mereka. Tuhan mengetahui semua perbuatan
manusia, namun bukan berarti Ia memaksakan perbuatan tersebut.
- Maturidiah mengajarkan bahwa Tuhan adalah Mahaadil dan bahwa keadilan-Nya
melibatkan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia. Mereka
berpendapat bahwa Tuhan tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat atau nilai-nilai moral.
- Maturidiah berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam
melakukan perbuatan baik atau buruk, sejalan dengan keyakinan Mu'tazilah.
4. Dalam pemikirannya Abu Huzail menjelaskan pendapatnya tentang peniadaan sifat-sifat
Tuhan (nafyu al-sifat).Menurutnya ,Tuhan tidak mungkin diberi sifat yang mempunyai
wujud sendiri dan melekat pada zat tuhan,karena zat Tuhan bersifat qodim maka apa
yang melekat pada zat itu harus bersifat qodim pula.Hal seperti ini akan membawa
kepada dua tuhan. Abu Huzail dalam menyelaraskan pendapatnya tentang nafyu al-sifat
dengan ayat-ayat al-Qu’ran yang menyatakan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat maka
dia berpendapat,apabila dikatakan Allah mengetahui,berkuasa,dan Maha Hidup memang
demikian halnya,tetapi dia mengetahui bukan dengan sifat-Nya tetapi Dia mengetahui
dengan pengetahuan dan pengetahuan-Nya adalah zat-Nya,Tuhan Maha Kuasa dengan
kekuasaan dan kekuasaan-Nya adalah zat-Nya.
Pemikirannya tentang istitho’ah,bahwa itu adalah aksidensia yang ada pada
manusia ia bukan kesehatan dan keselamatan,yang diciptakan Allah pada manusia
langsung pada setiap perbuatan yang dikerjakannya.Ia mendahului perbuatan.Abu Huzail
membedakan antara keinginan dan perbuatan.Tidak mungkin ada keinginan tanpa
diiringi dengan kemampuan pada saat melahirkan perbuatan. dan berikutnya barulah
akibat perbuatan itu juga termasuk perbuatan manusia kecuali warna,rasa,bau dan hal-
hal yang tidak diketahui hakikatnya.
Pendapatnya tentang ajal dan rezeki. Ajal manusia tidak bertambah dan berkurang
karena itu kalau ia mati terbunuh berarti ajalnya putus dan kalau tidak terbunuh ia akan
hidup sampai akhir ajalnya. Rezeki menurutnya ada dua macam.pertama,setiap yang
diciptakan Allah yang bermanfaat bagi manusia dapat dikatakan rezeki. Sesuai dengan
pendapat ini maka orang yang mengambil manfaat atau memakan sesuatu yang bukan
menjadi rezeki manusia maka ia keliru karena telah mengambil sesuatu yang bukan
dijadiakan Allah sebagai rezeki baginya.Kedua,barang yang diciptakan Allah tidak
semuanya termasuk rezekibagi manusia karena barang yang halal itulah yang menjadi
rezeki bagi manusia dan yang haram tidak termasuk rezeki bagi manusia karena Allah
melarang untuk mengambilnya.

Anda mungkin juga menyukai