Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelas A3
2003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Ilmu Kalam dengan tema pembahasan “sifat-sifat tuhan menurut aliran Khawarij,
Mu’tazilah, Murji’ah, Asy’ariyah dan Maturidiyah”.
Ucapan terimakasih kepada bapak Dr. H. Sunarto AS, M. EI sebagai dosen pengampu
mata kuliah ilmu kalam yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalamn dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Berharap
dapat menjadi pelajaran dalam pembuatan makalah yang akan datang. Dan juga kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang khususnya di dunia Pendidikan.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………………....ii
Daftar Isi……………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………......……...1
Rumusan Masalah……………………………………………………......……. 2
Tujuan Penulisan………………………………………………………......…....2
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….....15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..16
BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal yang berkenan dengan firman
tuhan. Pernyataan-pernyataan kalam ini biasanya mengarah pada pembahasan mendalam
yang didasarkan dari dalil-dalil baik rasional (aqliyah) maupun tradisional (naqliyah).
Banyak juga aliran-aliran yang muncul dari ilmu kalam. Dan setiap aliran memiliki
pemahaman dan kepercayaannya masing-masing. Begitupun pemahaman tentang sifat-sifat
tuhannya.
Sifat-sifat tuhan dalam aliran islam sangat penting untuk dipahami dalam
memperdalam keimanan. Dan ada beberapa aliran yang menyebutkan sifat-sifat tuhan
diantaranya yaitu Khawarij, Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah.
Menurut aliran Khawarij sifat-sifat tuhan yaitu Al-‘Adl (Maha Adil), Al-Qudrah (Maha
Kuasa), Al-Murjiah (Maha Penunda), Al-Muhakkamah (Maha Menetapkan), AlMuqaddamah
(Maha Mendahulukan), Al-Mu’akhkhirah (Maha Mangakhiri), Al-Mu’min (Maha Memberi
Keamanan), Al-Muqsith (Maha Adil dalam Pembagian Rizki).
Menurut aliran kedua yaitu murjiah sifat tuhan tidak dapat diketahui oleh manusia dan
hanya dapat dipercayai. Mereka juga berpendapat bahwa iman hanya cukup memasukkan
seseorang dalam Islam dan dosa tidak memengaruhi status keimanan seseorang. Sedangkan
menurut aliran mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan itu Maha Esa maka tuhan tidak memiliki
sifat-sifat. Dan bagi Mu’tazilah yang dimaksud sifat adalah zat Allah SWT sendiri
Dan menurut aliran ASy’ariyah dan Maturidiyah dibagi menjadi tiga yaitu, sifat Wajib
(yang mutlak dimiliki) Allah, Sifat Mustahil (mutlak tidak dimiliki) Allah dan Sifat Jaiz
(boleh ada boleh tidak dimiliki) Allah. Dan itu semua akan lebih dalam dibahas dan dikupas
tuntas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan aliran Khawarij tentang sifat-sifat Tuhan dan ada berapa
sifatsifatnya?
2. Bagaimana pandangan aliran Murji’ah tentang sifat-sifat Tuhan?
3. Bagaimana pandangan aliran Mu’tazilah tentang sifat-sifat Tuhan? 4. Bagaimana
pandangan aliran Asy’ariyah tentang sifat-sifat Tuhan?
5. Bagaimana pandangan aliran Maturidiyah tentang sifat-sifat Tuhan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka, tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pandangan aliran Khawarij tentang Sifat-Sifat Tuhannya
2. Untuk mengetahui pandangan aliran Murji’ah tentang Sifat-Sifat Tuhannya
3. Untuk mengetahui pandangan aliran Mu’tazilah tentang Sifat-Sifat Tuhannya
4. Untuk mengetahui pandangan aliran Asy’ariyah tentang Sifat-Sifat Tuhannya
5. Untuk mengetahui pandangan aliran Maturidiyah tentang Sifat-Sifat Tuhannya
6. Dan untuk mengetahui perbedaan pandangan aliran-aliran ini tentang sifat tuhannya
BAB 2
PEMBAHASAN
Aliran Khawarij merupakan salah satu aliran teologi dalam islam. Dimana awalnya
aliran ini adalah aliran yang mengikuti Sayyidini Ali bin Abi Thalib, namun akhirnya
mereka memisahkan diri dari kelompok sayyidina Ali karena Sayyidina Ali menerima
Tahkim dengan demikian mereka menganggap Ali adalah orang yang murtad, itulah
akhirnya mereka disebut dengan aliran Khawarij. Aliran ini termasuk aliran kedua yang
muncul setelah Syi’ah.
a) Tauhid
Khawarij menganut konsep bahwa tuhan itu Esa (tuggal) yang kuat. Mereka menekankan
bahwa hanya tuhan yang memiliki hak Mutlak untuk mengatur kehidupan manusia dan
menentukan hukum.
b) Al-Adl (Keadilan)
Khawarij menganggap bahwa salah satu sifat utama Tuhan adalah keadilan yang
sempurna. Mereka percaya bahwa tuhan akan menghukum dan membalas setiap
Tindakan yang salah secara adil.
c) Takdir (Qadar)
Khawarij memiliki pandangan tentang takdir yang kuat. Mereka percaya bahwa segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah ketetapan Tuhan, dan manusia tidak memiliki
kebebasan mutlak dalam menentukan Nasib mereka sendiri.
B. Menurut Aliran Murji’ah
Aliran ini muncul karena adanya persoalan politik sama hal nya dengan aliran
Khawarij. Namun perbedaannya dengan Khawarij adalah aloran ini lebih bersifat Netral,
tidak asal meng kafirkan orang lain, dan tidak Ekstrem (keras) seperti Khawarij.
Menurut murjiah tentang Sifat Tuhan adalah:
a. Tauhid
Seperti kebanyakan orang muslim, murji’ah juga meyakini konsep tauhid, yaitu
keyakinan adanya tuhan yang esa. Murjiah cenderung fokus pada keesaan dn
kebesaran Tuhan, mereka meyakini bahwa sifat-sifat Tuhan seperti keadilan,
kebijaksaan, dan kekuasaan sebagai sesuatu yang mutlak dan sempurna.
b. Maha pengampun dan Maha penyayang
Mereka berpendapat bahwa Tuhan pasti memberikan kesempatan kepada manusia
untuk bertaubat dan mendapatkan Rahmat-Nya.
c. Mutlak atas keimanan
Murji’ah berpendapat bahwa hanya tuhan lah yang berhak menetukan keimanan
seseorang dan yang berhak menilai juga.
Mereka juga berpendapat bahwa Sifat-Sifat Tuhan tidak dapat diketahui oleh manusia
dan hanya dapat dipercayai. Mereka juga berpendapat bahwa iman adalah cukup dengan
memasukkan seseorang dalam islam dan dosa juga tidak mempengaruhi status keislaman
seseorang.
Hal itu menyebabkan seseorang akan diberi ganjaran apabila lalai dari
mengetahui Tuhan dan mengerjakan yang baik dan yang buruk. Dalam penciptaan
manusia, Tuhan tidak mempunyai kepentingan kepada mereka, tetapi karena
hikmat lain dan semata-mata manfa‟at bagi manusia itu sendiri.11 Dari
pemahaman ini timbullah ajaran lain dalam aliran Mu‟tazilah yang disebut
dengan faham al-salah wa al-aslah, yaitu bahwa Tuhan wajib mewujudkan yang
baik bahkan yang terbaik untuk semata-mata kemaslahatan manusia. Tuhan bisa
saja berbuat zalim dan berdusta kepada manusia, tetapi hal-hal seperti itu tidak
mungkin dilakukan-Nya.12
• Al-Jubba‟i (235-303 H)
Nama lengkapnya adalah Abu „Ali Muhammad ibn Abd. Wahhab al-Jubba‟I
dan mempunyai seorang anak yang juga pengikut aliran Mu‟tazilah, yaitu Abu
Hasyim Abd. Salam. Keduanya adalah pengikut Mu‟tazilah di kota Bashrah. Dia
dilahirkan di sebuah desa yang bernama al-Jubba‟i di kota Bashrah pada tahun
235 H,13 sehingga dia dinamakan al-Jubba‟i. Sebagaimana halnya al-Huzail,
alJubba‟i dan anaknya Abu Hasyim Abd. Salam berbeda dengan tokoh
Mu‟tazilah lainnya, bahkan al-Jubba‟i sendiri berbeda dengan Abd al-Salam
9 Al-Asy’ariy.
10 Al-Gurabi, 1958.
11 Al-Asy’ariy.
12 Nasution, Teologi Islam Aliran-Aloran Sejarah Analisa Perbandingan, 1983.
13 Al-Gurabi, 1958.
sendiri. Tanda-tanda kepintaran yang nampak dalam dirinya sewaktu kecil
semakin nampak setelah dia semakin dewasa. Akhirnya dia terkenal sebagai ahli
debat dan memiliki nalar yang tinggi. Dalam hal-hal yang rumit untuk dipikirkan
dapat dituntaskannya,14 berdasarkan kecerdasannya tersebut.
Sebagaimana halnya al-Huzail, al-Jubba‟i dan anaknya Abu Hasyim Abd
alSalam dalam pemikiran teologinya membicarakan tentang zat dan sifat Tuhan.
Mereka juga berpendapat bahwa yang disebut kalam atau sabda Tuhan tersusun
dari huruf dan suara. Tuhan disebut Mutakallimin dalam arti menciptakan kalam.
Mutakallimin tidak mengandung arti sesuatu yang berbicara.15
Al-Jubba‟i juga membagi sifat Tuhan kepada dua bahagian, sifat Zat; sifat
yang merupakan esensi Tuhan dan sifat af‟al sifat yang merupakan perbuatan
Tuhan. Mengenai peniadaan sifat Tuhan, al-Jubba‟i berpendapat bahwa Tuhan
mengetahui melalui esensi-Nya dan demikian pula berkuasa dan hidup melalui
esensi-Nya.17 Dengan demikian, untuk mengetahui Tuhan tidak perlu pada sifat
14 Al-Gurabi, 1958.
15 Zahrah, Tarikh Al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasat wa al-Aqaid.
16 Zahrah, Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasat wa al-Aqaid.
17 Zahrah, Tarikh al-Mazahub al-Islamiyah fi al-Siyasat wa al-Aqaid.
mengetahui dan begitu pula tidak pada keadaan mengetahui. Adapun menurut
anaknya, Abu Hasyim, Tuhan mengetahui melalui keadaan mengetahui.
Mengetahui bagi Tuhan bukanlah sifat, tetapi hal (station).
Teologi Asy’ariyah muncul tidak terlepas dari situasi politik yang berkembang
pada saat itu. Teologi Asy’ariyah muncul sebagai teologi tandingan dari aliran
Mu’tazilah yang bercorak rasionil. Aliran Mu’tazilah ini mendapat tantangan keras dari
golongan tradisional islam terutama golongan hambali.18
Asy’ariyah memgungkapkan bahwa Tuhan memiliki sifat yang menjadi bukti adanya
(wujud) Tuhan.
Akan tetapi dalam pandangannya, sifat Tuhan bukan esensi Tuhan itu sendiri,
sifat Tuhan dan zat Tuhan adalah dua hal yang berbeda tetapi satu. Sifat-sifat
tersebut lain dari zat-Nya atau berada diluar zat-Nya dan bukan zat Tuhan itu sendiri.
Oleh karena itu, Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya karena jika demikian berarti
Allah adalah pengetahuan itu sendiri seperti mu’tazilah, melainkan mengetahui dengan
pengetahuan-Nya. Demikian pula dengan sifatsifat lainnya.19
Sifat-sifat Tuhan menurut aliran Asy’ariyah terdiri dari sifat wajib, sifat jaiz, dan
sifat salbiyah. Sifat wajib adalah sifat yang harus dimiliki oleh Tuhan seperti keberadaan,
kehidupan, pengetahuan, kekuasaan, dan kehendak. Sifat jaiz adalah sifat yang mungkin
dimiliki oleh Tuhan seperti mendengar dan melihat. Sementara itu, sifat salbiyah adalah
sifat yang tidak dimiliki oleh Tuhan seperti ketidakhadiran dan ketiadaan.
18 Umi ma’rifah, latar belakang asy’ariyah dan pokok ajaran asy’ariyah, 2020.
19 Nasihun Amin, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2005) hal, 109-112. 20
Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Juz IV (Kairo: Dar al-Nahdah, 1965), 91-92. Lihat juga Mur’a Mu’ahhari, Mengenal
Ilmu Kalam cara mudah menembus kebutuhan berpikir, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), 65. 21 Mu’ahhari,
Mengenal Ilmu Kalam, 65.
E. Menurut Aliran Maturidiyah
20 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, t.th.), 630.
21 Mustafa ceric, Roots of Synthetic Theology in Islam A Study of The Theology of Abu Mansur Al-Maturidi (d.
333/944), (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 31-33.
Dari guru-gurunya itulah membuat al-Maturidi dikenal dalam bidang
fiqih, ilmu kalam, tafsir sekalipun akhirnya ia lebih populer sebagai
Mutakkalimin. Oleh karena ia lebih banyak memfokuskan perhatiannya
kepada ilmu kalam, karena ketika itu ia banyak berhadapan dengan paham
teologi lain seperti Mu’tazilah.22
22 Abu Mansur al-Maturidi, Kitab Tauhid, ditahkiq oleh Fathullah Khalif (Latambul-Turki: Maktabah al-Islamiyah,
1979), 1.
23 Nasution, Teologi, 76
24 Nasution, Teologi, 77.
25 Nasution, Teologi, 34.
26 Nasution, Teologi, 74.
dipisahkan dengan yang lainnya. Sifat tidak akan ada tanpa dzat dan sifat
bukanlah dzat itu sendiri.
3.1 Kesimpulan
1. Khawarij: Ada beberapa sifat tuhan yang semuanya adalah mutlak dan manusia tidak
memiliki kehendak untuk memilih atau merubah, dan dihukumi murtad (kafir) bagi
orang yang tidak mempercayai sifat-sifat tersebut.
2. Murji’ah: Sifat-sifat Tuhan tidak dapat diketahui oleh manusia dan hanya dapat
dipercayai. Dan hanya dengan masuk dalam Islam maka telah dikatakan beriman.
3. Mu’tazilah: Aliran ini menganggap bahwa tuhan tidak memiliki sifat. Dan yang
dikatakan oleh kebanyakan orang sebagai sifat menurut mereka adalah dzat bukan sifat.
4. Asy’ariyah: Berpendapat tuhan itu memiliki sifat. Dan sifat-sifat tuhan bukanlah tuhan
dan juga tidak lain dengan tuhan. Karna tidak mungkin sifat itu lain dengan pemilikmya.
5. Maturidiyah: Sifat itu tidak dikatakan sebagai dzat Nya, dan bukan pula lain dengan
Dzatmya. Sifat-sifat tuhan itu ada Bersama dzat Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad nazeh sobirin, Bella Ana Sahida, Amin Afrizal, Makalah ILMU KALAM, UIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2020.
Ishak Hasibun, Teologi Pemikiran Klasik Mu'tazilah dan Murji'ah, UIN Sumatera Utara, Medan,
2021.
Muh. Mamgawir, Sifat-Sifat dan Keadilan Allah dalam Pemikiran Teologi Muhammadiyah.
Muhammad Adam, Muhammad Alwi, Muhammad Ilham, Konsepsi Ketuhanan dalam Diskursus
Teologi Teologi Islam, Vol. 7, No. 1, Mei 2022.
DR. Sahri, Ma, Buku Mengkaji Filsafat Ilmu Kalam Reformulasi Kualitas Iman di Era Digital,
(Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)), Maret 2023.
Arifuddin, Muhammad Amri, Muhaemin Latif, Hermanto, Ketuhanan dan Diskursus Teologi
Madzhab Klasik, Vol. 14, No. 2, Oktober 2022.
Zainimal, Mu'tazilah dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam, UIN Imam Bonjol, Padang,
Sumatera Barat, 2021.
Nurul Awwaliyah, Pemikiran Aliran Mu'tazilah, UIN Wali Songo Semarang, 2020.
Umi Ma'rifah, Al-Asy'ariyah, UIN Wali Songo Semarang, 2020.
Harun Nasition, Teologi islam, hlm. 53.
Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, 1979.
Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Perbandingan Analisa, 1983.
Zahrah, Tarikh Al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasat wa al-Aqaid.
Umi ma’rifah, latar belakang asy’ariyah dan pokok ajaran asy’ariyah, 2020.
Nasihun Amin, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, (Semarang: Karya Abadi
Jaya, 2005) hal, 109-112. 20 Ahmad Amin, Zuhr al-Islam, Juz IV (Kairo: Dar al-
Nahdah, 1965), 91-92. Lihat juga Mur’a Mu’ahhari, Mengenal Ilmu Kalam cara
mudah menembus kebutuhan berpikir, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), 65. 21
Mu’ahhari, Mengenal Ilmu Kalam, 65.
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia,
(Jakarta:Djambatan, t.th.), 630.
Mustafa ceric, Roots of Synthetic Theology in Islam A Study of The Theology of Abu
Mansur Al-Maturidi (d. 333/944), (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995), 31-33.
Abu Mansur al-Maturidi, Kitab Tauhid, ditahkiq oleh Fathullah Khalif (Latambul-
Turki: Maktabah al-Islamiyah, 1979), 1.