Anda di halaman 1dari 4

Soal Ujian Final

Nama : Merry Sabilla


Nim : 190201068
Mata kuliah Ilmu Kalam

1. Menurut para mutakallimin yang mengatakan bahwa Aliran Qadariyah juga disebut aliran
mu’tazilah. Jelaskan sisi persamaan dan sisi perbedaan antara kedua aliran tersebut serta
berikan contohnya!
Jawaban:
Sisi persamaan antara Qadariyah dan Mu’tazilah yaitu aliran ini sama-sama percaya
bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan
Tuhan. Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya
sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas
kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh
hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan
balasan surga kelak di akhirat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, itu
didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan.
Contohnya apabila seseorang melakukan perbuatan jelek, maka itu merupakan kehendak,
kekuasaan, dan dayanya sendiri. Sehingga ia berhak mendapat hukuman karena perbuatan
yang ia lakukan atas kehendaknya sendiri.

Perbedaan aliran qadariyah dan mu’tazilah:


 Pelaku dosa besar
Aliran Qadariyah: orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukan mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal. Contohnya apabila seseorang
mukmin melakukan dosa besar maka ia masuk ke dalam neraka, tidak berada di Manzila
Baina Manzilatain seperti mu’tazilah.

Aliran mu’tazilah: Al-Manzilah baina al-Manzilatain (Posisi diantara dua tempat) adalah
suatu tempat antara surga dan neraka sebagai konsekwensi dari pemahaman yang
mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah fasiq, tidak dikatakan beriman dan tidak
pula dikatakan kafir, dia tidak berhak dihukumkan mukmin dan tidak pula dihukumkan
kafir. Contohnya orang mukmin yang telah melakukan dosa besar selain dosa musyrik
maka orang tersebut ditempatkan satu tempat diantara dua tempat yaitu antara mukmin
dan kafir, ia dikatakan bukan kafir karena ia masih percaya kepada Tuhan dan Rasul-Nya
tetapi bukanlah mukmin karena imannya tidak lagi sempurna. Karena ia bukan mukmin
maka ia tidak dapat masuk surga karena ia bukan kafir maka ia tidak mesti masuk neraka.
Ia seharusnya ditempatkan di luar surga dan di luar neraka.
Yang dimaksud dosa besar menurut pandangan aliran ini adalah segala perbuatan yang
ancamannya telah ditegaskan dalam nash, misalnya zina, membunuh secara sengaja, dll.
sedangkan menurut aliran Mu’tazilah yang di kategorikan dosa kecil adalah dosa atau
ketidak patuhan yang ancamannya tidak ditetapkan dalam nash.

 Iman
Aliran Qadariyah : Iman adalah pengetahuan dan pemahaman, sedang amal perbuatan
tidak mempengaruhi iman.

Aliran Mu’tazilah : Iman digambarkan, bukan hanya oleh pengakuan dan ucapan lisan,
tetapi juga oleh perbuatan-perbuatan. Contoh yaitu apabila seseorang yang membenarkan
(tasdiq) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya, tetapi
tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya, maka tidak dapat dikatakan mukmin.

2. Pemikiran kalam klasik dari aliran khawarij hingga aliran mu’tazilah menurut pendapat
Hasan Hanafi kurang bermanfaat bagi manusia karena orientasinya teosentris (ketuhanan)
dan mengabaikan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, menurut dia membutuhkan sebuah
teologi baru untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan (teologi antroposentris).
Coba anda buat perbandingan dimana letak persamaan dan perbedaan antara teologi
teosentris dengan teologi antroposentris, serta berikan contoh persoalan kalam dari kedua
teologi tersebut!
Jawaban:
Perbedaan teologi teosentris dan antroposentris:
Teosentris, di mana Tuhan menjadi pusat segala kekuatan dan kekuasaan, sedangkan
manusia harus tunduk dan ditundukkan di hadapan Tuhan. suatu teologi yang mengajak
manusia untuk “meninggalkan segala-galanya” demi Tuhan. Sebab segalanya (dunia dan
nasib manusia) tidak penting kecuali Allah.

Contoh teosentris dalam ilmu kalam yaitu pada aliran Jabariyah yang menganggap bahwa
semua terserah Allah, manusia menunggu ketentuan dari Allah Swt. Mau usaha ataupun tidak
hanya menunggu dari ketetapan Allah.
Sedangkan teologi antroposentris adalah Suatu teologi yang menempatkan manusia sebagai
pusat segalanya. Tuhan telah menciptakan alam semesta. Karena itu manusia bebas (Free-
Sekuler) untuk menentukan dirinya sebagai pusat segalanya. Sebab inti agama adalah cara
memanusiakan dan menyejahterakan manusia. orientasi teologi antroposentris adalah
manusia, sudah tidak menjadikan Tuhan sebagai pusat dari segala pergulatan pemikiran.
Sasaran teologi antroposentris adalah mengekploitasi wilayah kemanusiaan, peduli terhadap
perubahan sosial, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Sudah tidak saatnya teologi
harus selalu membela Tuhan, karena Tuhan sebenarnya tidak butuh pembelaan manusia.
Tuhan dibela atau tidak dibela oleh manusia, dia tetap dzat yang Maha Tinggi. Pembelaan
manusia tidak semakin meningkatkan derajat Tuhan. Oleh karena itu, teologi antroposentris
lebih menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu, menjadikan urusan dunia sebagai
urusan manusia. Dunia dipandang dengan perspektif “dunia” sehingga dunia tidak selalu
didekati dengan perspektif Ilahi, meskipun yang bersifat ilahi tidak dapat ditolak sama sekali.
Teologi antroposentris Hasan Hanafi adalah salah satu bukti pemikiran keislaman yang lebih
pada pemikiran kemanusiaan dari pada bahasa dan agama yang melangit, dengan tujuan
membangkitkan manusia dari kejumudannya dan kelesuan berfikirnya.

Contoh antroposentris dalam ilmu kalam yaitu dalam aliran qadariyah yang menganggap
bahwa manusia mampu untuk melakukan kemampuan baik ataupun tidak, Bisa ataupun tidak
semua atas dasar dari kemampuan manusia tersebut. Sebab segala perbuatan akan mendapat
balasan masing-masing sesuai dengan apa yang dilakukan baik maupun buruk.

Persamaan dari kedua teologi diatas yaitu sama-sama menjadikan iman sebagai landasan,
walaupun antroposentris lebih menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu, namun tidak
menghilangkan eksistensi keimanan. Teori antroposentris tetap menjadikan iman sebagai
landasan. Yaitu dengan sinaran keimanan kita harus berusaha memecahkan segala
permasalahan yang ada. Jadi pandangan hidup yang teosentris dapat dilihat mewujudkan diri
dalam kegiatan keseharian yang antroposentris. Bahkan antara keduanya itu tidak dapat
dipisahkan. Maka, konsekwensinya, orang yang berketuhanan dengan sendirinya
berprikemanusiaan. Justru pengakuan berketuhanan yang dinyatakan dalam kegiatan ibadah
ditegaskan sebagai tidak mempunyai nilai apapun sebelum disertai tindakan-tindakan nyata
dalam rangka prikemanusiaan. Oleh karena teologi antroposentris Hassan Hanafi, yang
merupakan wujud perumusan kembali teologi tentu saja tidak bermaksud mengubah doktrin
sentral tentang ketuhanan, tentang keesaan Tuhan (Islam:Tauhid), melainkan suatu upaya
reorientasi pemahaman kegamaan baik secara individual maupun kolektif dalam kenyataan-
kenyataan empiris menurut perspektif ketuhanan. Karena bagi Hanafi antara adanya Allah,
terciptanya alam, dan keabadian jiwa adalah sinergi.

3. Coba anda uraikan inti dari setiap makalah kelompok masing-masing!


Jawaban:

Kelompok 4 : Aliran Ahlu Sunnah Wal Jama’h

Ahl al-Sunnah adalah penganut sunah Nabi SAW dan al-Jama’ah adalah penganut paham
shahabat-shahabat Nabi SAW, maka ajaran Nabi SAW dan para shahabatnya yang sudah
termaktub dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw secara terpencar pencar dan belum
tersusun secara teratur, kemudian dikodifikasikan (dikonsepsikan secara sistematis) oleh Abu
Hasan al-Asy’ari (lahir di Bashrah tahun 324 H dan meninggal pada usia 64 tahun). Pada
periode Ashab al-Asy’ari inilah, Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah mulai dikenal sebagai suatu
aliran dalam Islam.

KH. Hasyim Asy’ari memberikan tasawwur (gambaran) tentang Ahlussunnah wal Jama’ah,
sebagaimana ditegaskan dalam al-Qanun al-Asasi. Menurut KH. Hasyim Asy’ari, paham
Ahlussunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul Ulama yaitu suatu paham yang mengikuti Abu
Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, dalam teologi mengikuti salah satu empat
madzhab fiqih (Hanafi,Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) dan mengikuti al-Ghazali dan Junaid al-
Baghdadi dalam tasawuf.

Teologi-teologi asy-‘ariyah antara lain:

• Al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang

disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah dan ini tidak boleh diartikan secara harfiyah,

melainkan secara simbolis.

• Al-Qur’an sebagai manifestasi kalamullah yang qadim adalah qadim, sedangkan al-Qur’an

berupa huruf dan suara adalah baru.

• Al-Asy’ari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan.

• Allah boleh memberi beban di atas kesanggupan manusia.

• Al-Asy’ari berpendapat bahwa mukmin yang berdosa besar adalah mukmin fasik, sebab

iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufr.

• Semua Shahabat-Shahabat Nabi Baik dan Adil.

Anda mungkin juga menyukai