Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


(IAIN) KEDIRI

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Mata kuliah : Ilmu Kalam/Teologi Islam


Dosen pembina : Dr. H. Muniron, M.Ag
Fakultas / Prodi : Tarbiyah / Tadris Matematika (TM)
Semester / kelas : IV / A
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Juni 2020
Pukul : 10.20 – 12.00.
Tempat : On Line

JAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN DI BAWAH INI:

1. Kasus: Ada seorang Muslim berprofesi sebagai pengusaha. Tuntutan kebutuhan keluarga
yang dirasakan terlalalu berat mendorongnya melakukan perbuatan menyimpang berupa
“korupsi”. Jelaskan konstruksi perbuatan “korupsi” tersebut dengan perspektif teori
perbuatan Ahlussunnah Salafiah, Khalafiah-Asy’ariyah, Mu’tazilah. Kemudian uraikan
pula status hukum pelaku perbuatan menyimpang korupsi itu menurut tiga aliran tersebut,
lengkap dengan argumen-argumennya baik argumen naql (dalil naqli) dan argumen
rasional (dalil ‘aqli)-nya.
2. Diantara persoalan teologis yang juga menjadi perdebatan di kalangan teolog Muslim
adalah mengenai “sifat Tuhan”. Sesungguhnya teolog Muslim sepakat mengenai hal-hal
prinsip yang secara eksplisit ditegaskan al-Qur’an seperti Allah Sami’ (Mahamendengar),
Allah ‘Alim (Mahamengetahui), Allah Bashir (Mahamelihat) dan sebagainya. Namun
mereka berbeda pendapat tentang “apakah sifat-sifat tersebut sama (identik) dengan dzat
Tuhan”, dan di sinilah muncul keragaman pandangan teologis. Uraikan perbedaan
pendapat mengenai sifat Tuhan ini menurut Mu’tazilah, Salafiah dan Asy’ariyah.
3. Jika diperhatikan, sesungguhnya perbedaan teologi Muhammadiyah dengan teologi NU
tidaklah sampai masuk pada hal-hal bersifat prinsip-mendasar, tetapi lebih pada
interpretasi-penafsiran (hasil pemahaman atau pemikiran), sehingga perbedaan semacam
itu tidak sampai menimbulkan kekafiran. Uraikan persamaan dan perbedaan doktrin
teologi Muhammadiyah dan NU, dan kemudian sampaikan komentar kritis
Saudara atas perbedaan dan persamaan keduanya dalam konteks kepentingan
pembinaan kerukunan intern umat Islam di Indonesia.
4. Uraikan secara garis besar isi makalah Ilmu Kalam dari kelompok Saudara, dengan
menguraikan poin-poin pentingnya terkait dengan doktrin ajaran teologisnya saja.
JAWABAN

1. Menurut pandangan Ahlussunnah Salafiyah, perbuatan korupsi tetap dilakukan dan


menjadi tanggung jawab manusia dengan kehendak Allah. Hal ini didasarkan pada Qs.
At-Takwir ayat 28-29:

‫لمن شا ء منكم أن يستقيم وما تشا ؤن إال أن يشا ء هللا‬


Artinya: …. (yaitu) bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah.
(Qs. At-Takwir (81): 28-29).

Menurut pandangan Asy’ariyah, perbuatan korupsi berasal dari Allah secara mutlak.
Artinya, tidak memiliki kehendak dalam hal ini sama sekali, atau ibaratnya manusia
hanyalah sebagai wayang yang mendapat peran dari dalang yang dalam konteks ini yang
menjadi dalang adalah Allah. Hal ini didasarkan pada argumen logika yang dikutip oleh
Abdurrahman Badawi: “Kita ketahui bahwa kufur itu adalah buruk, merusak, batil dan
bertentangan, sedang perbuatan iman itu adalah bersifat baik, tapi berat dan sulit.
Sebenarnya orang kafir ingin dan berusaha agar perbuatan kafir itu baik dan benar, tetapi
hal itu tidak dapat ia wujudkan. Sebaliknya, orang mukmin menginginkan agar perbuatan
iman itu tidak berat dan sulit, tetapi hal itu tidak dapat pula ia wujudkan”.

Menurut pandangan Mu’tazilah, perbuatan korupsi berasal dari manusia secara mutlak.
Artinya, perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab manusia secara penuh. Hal yang
dapat mendasari pemikiran ini adalah pada Qs. Al-Imran ayat 104:

‫ولتكن منكم أمة يدعون إ لى الخير ويأ مرون بالمعروف‬

‫وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون‬


Artinya: Hendaklah ada diantara kamu sekelompok ummat yang mengajak kepada kebaikan,
menuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (Qs. Ali Imran (3): 104)

Pada ayat tersebut terdapat perintah Allah untuk berbuat baik dan mencegah
kemungkaran. Hal ini berarti bahwa jika manusia melakukan perbuatan buruk dalam
konteks ini korupsi, hal itu berada di luar perintah Allah sebagai Tuhan. Sehingga
dikatakan bahwa manusia memiliki kehendak atas apa yang diperbuatnya, maka manusia
juga lah yang akan bertanggung jawab akan setiap perbuatannya.

2. Dalam masalah ini Ahlussunnah Salafiah berpendapat bahwa sifat-sifat tersebut identik
dengan dzat Tuhan. Atau dapat dikatakan bahwa sifat-sifat tersebut merupakan dzat
Tuhan itu sendiri. Misalnya adalah sifat Tuhan Maha Esa, hal ini diartikan oleh Ahmad
bin Hambal sebagai Tuhan itu Esa, tidak terbilang dan tidak pula ada pengklasifkasian,
sesungguhnya Allah tiidak terdeskrpsikan.

Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan benar-benar memiliki sifat yang bukan dzat Tuhan,
namun bukan juga lain dari dzat Tuhan. Misalnya adalah adalah bahwa Tuhan tidak
mungkin mengetahui dengan dzat-Nya. Karena jika Tuhan mengetahui dengan dzat—
Nya, maka dapat dikatakan bahwa Tuhan adalah pengetahuan itu sendiri. Sedangkan
nyatanya, Tuhan adalah Yang Maha Mengetahui, bukan Pengetahuan. Begitu juga
dengan sifat-sifat lainnya.

Mu’tazilah berpendapat bahwa sifat Tuhan menjadi bagian dari Tuhan. Hal ini didasari
pada pemahaman bahwa jika sifat Tuhan berada di luar dzat-Nya, maka berarti tuhan
memiliki sifat kejamakan, yaitu unsur dzat sebagai yang disifati dan juga unsur sifat
sebagai yang melekat pada dzat. Hal ini dapat memberikan dampak pada pemikiran
bahwa Tuhan berunsur banyak dan akhirnya menjerumus kepada dosa besar syirik.

3. Beberapa hal yang menjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan NU antara lain: (1) NU
langsung merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis, sedangkan Muhammadiyah melewati
pendapat para imam dengan pertimbangan sanad. (2) Perbedaan taqlid, ijtihad, dan qiyas.
(3) Muhammadiyah berhulu pada konsep purifikasi Islam yang dibangun oleh para ulama
pembaharu seperti Ahmad bin Hanbal. Sedangkan NU mengambil pada pendapat ulama
yang sudah terafiliasi pada ulama haramain seperti Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan.
Di sisi lain, beberapa hal yang menjadi persamaan keduanya antara lain: keduanya
terafiliasi kedalam sunni, substansi hokum yang ditetapkan, kedekatan budaya dan
keilmuan para pendirinya.
Seperti halnya Negara Indonesia dengan kebhinekaan yang ada, namun dapat
bekerjasama untuk mencapai tujuan Indonesia Merdeka. Maka NU dan Muhammadiyah
harus dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.
Bekerjasama berarti menyatukan tujuan, bukan melenyapkan perbedaan.

4. Maturidiah
(1) Tuhan memiliki sifat. Seperti Tuhan mengetahui bukan dengan dzat-Nya, melainkan
dengan pengetahuan-Nya. (2) Menjadikan wahyu sebagai sumber primer, dan pemikiran
sebagai sumber sekunder. (3) Tuhan menciptakan daya dan perbuatan dalam diri manusia
secara bersamaan, dan manusia berikhtiar. (4) Berada di antara Asy’ari dan Mu’tazilah
mengenai kekuasaan Tuhan. (5) Manusia dapat melihat Tuhan. (6) Pelaku dosa besar
tetap mukmin. (7) Iman bukan hanya tentang keyakinan hati, namuun harus diwujudkan
dalam ma’rifah dan amal.

Anda mungkin juga menyukai