Anda di halaman 1dari 14

Konsep Manusia Sebagai

Makhluk Bertuhan

Kelas : S1SE-05-A
Anggota Kelompok 1 ;

1. Moh Wildan Hidayatulloh


NIM : 21104035
2. Muhammad Zaidan Fadillah
NIM : 21104024
3. Farhan Wundari
NIM : 21104008
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, T
aufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dala
m bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunaka
n sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administras
i pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini se
hingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki s
angat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia m
elalui rasul-Nya yang berisi tentang hukum-hukum yang mengatur suatu hubungan s
egitiga yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia deng
an sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam semesta. Sebag
ai umat yang beragama Islam, jalan yang harus ditempuh dalam menjalankan hubun
gannya dengan Allah SWT sebagai Sang Khaliq yaitu melalui berbagai jalur. Jalur d
alam agama Islam ialah sebuah aturan-aturan yang harus di laksanakan oleh seluruh
umat Islam. Aturan tersebut memuat berbagai perintah dan larangan dari Allah SWT
kepada seluruh hamba-Nya. Salah satu perintah yang harus dijalani oleh umat Islam
yaitu menegakkan ibadah shalat fardhu.

Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah SWT d
engan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tu
nduknya kepada-Nya). Pengertian ini didasarkan pada firman Allah SWT di dalam
Surat QS. An-Nisa ayat 36:
Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan ses
uatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yat
im, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong
dan membanggakan diri,

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kewajiban manusia yaitu menyembah Allah SWT dan
janganlah kamu mempersekutukannya dengan suatu apapun, itu semua menjadikan Alla
h SWT murka pada hambanya. Sedangkan shalat merupakan salah satu kegiatan ibadah
yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim. Shalat merupakan salah satu dari lima rukun I
slam. Sebagai sebuah rukun agama, ia menjadi dasar yang harus ditegakkan dan ditunai
kan sesuai dengan ketentuan dengan syarat-syarat yang ada. Begitu pentingnya shalat di
tegakkan, sehingga Rasulullah SAW menyatakan sebagai tiang (fondasi) agama. Shalat
sebagai tiang agama yang mana wajib dilaksanakan oleh umat muslim, karena ibadah sh
alat merupakan amalan yang pertama kali dihisab dan amalan tertinggi dari pada amalan
ibadah yang lainnya. Jika shalat seseorang itu rusak, maka menurut agama Islam rusakla
h seluruh amalannya, dan sebaliknya jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalan
nya. Shalatlah yang membawa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketuhanan

Tuhan dalam bahasa Arab disebut ilaah yang berarti ”ma’bud” (yang disembah). Pe
rkataan ilah yang diterjemahkan sebagai ”Tuhan” dalam Al-Quran dipakai untuk me
nyatakan berbagai objek yang digunakan untuk menyebut pribadi atau tunggal (mufr
ad), ganda (mutsanna), atau banyak (jama’). Selain itu Tuhan dalam arti Ilaah
dapat pula berwujud benda yang nyata dan memaksakan untuk harus tunduk padany
a. Contoh seperti pribadi Fir’aun yang menyebut dirinya sebagai Tuhan atau pengua
sa yang dipatuhi dan dipuja. Firman Allah dalam Al-Quran yakni :

Artinya: Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat[1124] kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan M
usa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia termasuk orang-orang pe
ndusta".(Q.S. Al-Qasas : 38)

Berdasarkan konsep Islam Tuhan adalah Dzat Yang Maha Esa. Esa dalam arti tidak
ada sekutu dengan Dia. Konsep Islam ini mengajarkan suatu kalimat ”la ilaaha illa
Allah”`.Artinya : ”Tidak Ada Tuhan Selain Allah” Kalimat ini menununjukkan ke E
saan Allah yang kemudian dijelaskan dengan firmanNya”. (Q.S. Al – Ikhlas ).
Artinya: (1)Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (2). Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (3). Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan,(4). Dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia."

Ditegaskan lagi oleh Firman-Nya QS. Al Baqarah ayat 163 :

Artinya : ”Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan melainkan
Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Berdasarkan beberapa ayat tersebut, maka jelaslah bahwa konsep Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam Islam dikembalikan pada wahyu Allah dan risalah yang diterima R
asul. Ke-Esaan menurut konsep ini bukan saja Esa dalam jumlahnya, melainkan Esa
dalam segala-galanya. Misalnya Esa dalam wujud-Nya, sifat-Nya dan kehendak-Ny
a. Tidak ada sekutu bagi Allah dan tidak ada serupa dengan-Nya.

B. Hakikat Tuhan

Tuhan itu ada. Sebuah kalimat yang seringkali menjadi perdebatan dan sampai s
aat ini tidak dapat disatukan. Karena adanya kalimat ini maka manusia terpecah
menjadi dua golongan utama, yaitu percaya adanya Tuhan (kaum agama) dan ya
ng tidak percaya adanya Tuhan (kaum atheis).

Setiap agama mempunyai dalil dan pandangan yang berbeda terhadap Tuhan. Na
mun ada satu yang sama dari semua agama yaitu mengakui akan adanya Tuhan s
ebagai pencipta alam semesta

Berikut tentang penguatan dan alasan-alasan hakikat bahwa Tuhan itu meman
g ada:

1. Dalil Ontoligis
Plato yang ingin membuktikan bahwa Tuhan ada, setiap orang memiliki pengerti
an tentang Tuhan. Oleh karena tiap orang memiliki pengertian tentang Tuhan, m
aka Tuhan tentu ada. Ada banyak penyebutan untuk menyatakan Tuhan, namun
kesemua itu membuktikan bahwa manusia secara pasti memang mengakui bahw
a Tuhan itu ada.

2. Dalil Kosmologis atau Kausalitas


Plato melemparkan ide kausalitas. Dalam keyakinannya, setiap benda itu terwuju
d karena ada yang menjadikan. Contohnya, adanya gerak, tentu
ada yang menggerakkan. Tetapi dalam rentetan seluruh gerakan, harus ada peng
gerak, yang dirinya sendiri tidak digerakkan oleh sesuatupun. Thomas Aquinas
mengemukakan, bahwa adanya rentetan sebab-musabab menunjukkan kepada ad
anya sebab pertama, yaitu Tuhan.
3. Dalil Teleologis (telos = tujuan)
Dalil Teleologis ini dibangun di atas logika bahwa suatu harmoni meniscayakan
adanya tujuan. Seperti ketika suatu musim datang pada waktunya, tiap
makhluk mendapat pemeliharaan masing-masing dan sebagainya, menunjukkan
bahwa ada Tuhan yang menjadikan dan mengatur semuanya itu.

4. Dalil Moral
Pengertian mengenai yang baik dan yang jahat. Dari mana asalnya itu, jika tidak
ada yang memberitakannya? Ini adalah pekerjaan Tuhan. Setiap orang tidak perd
uli ia orang baik atau tidak semua yang mempunyai akal akan mempunyai sesuat
u yang mereka sebut baik dan buruk. Pengertian baik akan menghasilkan yang b
aik dan pemahaman yang buruk akan menimbulkan keburukan adalah bukti bah
wa ada Tuhan yang melakukan ini semua. Tuhan mengatur, Tuhan
menciptakan baik dan buruk.

C. Hakikat Manusia

Manusia manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Tuhan. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fun
gsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Membicarakan tentang
manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yan
g digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari

 Teori Psikoanalisis
menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menur
ut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi a
ntara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di
dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan
moral (nilai).

 Teori Behaviorisme
menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior
lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa
jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yan
g berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yan
g menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala ting
kah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap li
ngkungannya, tidak disebabkan aspek.
 Teori Kognitif
menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut ali
ran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi sec
ara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teo
ri kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu t
idak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpiki
r, memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta ke
hidupan manusia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku i
ntelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu men
gatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pe
rnah selesai selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk me
wujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik un
tuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia.
Manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaa
n baik (positif, haniif). Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah ba
ik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia
ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diak
ui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan
dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebua
h proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu. Seba
b didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling meng
alahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek sela
lu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkual
itas baik.

D. Perkembangan Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersif
at penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam proses perkembangan pemi
kiran manusia dikenal suatu teori evolusionisme, yaitu suatu pandangan yang
menyatakan bahwa adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kela
maan meningkat menjadi sempurna. Proses perkembangan pemikiran manusia tenta
ng Tuhan menurut teori evolusionisme adalah munculnya berbagai faham kepercaya
an sebagai berikut :

 Dinamisme
Menurut faham ini, bahwa manusia sejak zaman primitif telahpercaya dan mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Benda dianggap sebagai pusat
kekuatan yang paling berpegaruh pada kehidupan manusia baik secara positif maupu
n secara negatif. Manusia primitif percaya benar bahwa benda yang memiliki suatu
kekuatan dapat melindungi di kala ia ada bahaya dan memberi pertolongan di kala s
eseorang mengalami kesulitan dalam kehidupan. Dengan demikian muncul pemujaa
n terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan itu. Kekuatan pada benda
itu berbeda-beda penyebutannya menurut daerah mana yang menyebut, seperti mana
(Melanesia), tuah (Melalyu), dan sakti (India).

 Animisme
Animisme merupakan faham kepercayaan kedua bagi masyarakat primitif di sampin
g dinamisme. Masyarakat primitif beranggapan bahwa setiap benda yang dianggap b
aik mempunyai roh, dan roh itu memiliki kekuatan yang bisa berperan dalam kehidu
pan manusia. Oleh karena itu roh bagi masyarakat primitif dipercayai sebagai sesuat
u yang masih aktif beserta kehidupan manusia. Bagi masyarakat primitif roh diangg
ap memiliki rasa senang dan tidak senang tergantung pemenuhan kebutuhannya. Me
nurut faham ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, maka
manusia harus menyediakan kebutuhan roh itu. Sesajian yang sesuai dengan advis d
ukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh-roh leluhurnya.

 Politeisme (serba dewa)


Dalam kebudayaan yang serba dewa (politeisme) ini, semua gerak gerik manusia dal
am hidupnya ditentukan oleh dewa-dewa. Perkembangan pikiran manusia dapat me
mbawa mereka kepada suatu kepercayaan/keyakinan bahwa dalam hidup ini meman
g ada yang mengatur sesuai bidang-bidangnya. Dalam hal penciptaan alam semesta
beserta segala isinya terdapat pembagian tugas masing-masing, misalnya tugas penci
pta alam, ini menjadi tugas dewa Brahma, tugas pemelihara menjadi tugas dewa siw
a, dan tugas perusak atau penghancur alam semesta menjadi tugas dewa wisnu. Dem
ikian pula dalam hal tanggung jawab terhadap bidangbidang lain misalnya matahari
(dewa matahari), angin (dewa angin) dan lain sebagainya, semuanya diatur menurut
tugas masingmasing dari para dewa (politeisme).

 Monoteisme
Kepercayaan terhadap para dewa tentu tidak akan berkelanjutan sesuai dengan perke
mbangan manusia. Semakin maju pemikiran manusia, semakin berpengaruh pula pa
da pemahaman akan adanya kekuatan di luar dari kekuatan benda (dinamisme) dan r
oh (animisme) serta kekuatan para dewa (politeisme). Keharusan untuk mencari hak
ekat di balik dari kekuatan-kekuatan tersebut mendoron masyarakat untuk percaya b
ahwa segala-galanya ada yang mengatur dan hal ini berasal dari yang satu (tunggal).
Inilah faham yang selanjutnya dikenal faham monoteisme, percaya dan mengakui ad
anya satu Tuhan untuk seluruh bangsa. Idea tentang Tuhan ini tentu tidak terjadi sec
ara evolusi, tetapi relevansi dengan datangnya wahyu. Kesimpulan tersebut diambil
berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh m
asyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepe
rcayaan masyarakat adalah monoteisme yang berasal dari ajaran wahyu Tuhan. Kon
sep inilah yang kemudian menjadi konsep Ketuhanan dalam Islam yang dikenal den
gan Tuhan
Yang Maha Esa.

E. Pemikiran Umat Islam Tentang Tuhan

Bagi umat Islam pemikiran tentang Tuhan melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam ata
u Ilmu Ushuluddin yang muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Pengertia
n Tauhid diambil dari kata : Wahhada – Yuwahhidu – Tauhidan, yang artinya; meng
esakan. Satu asal kata dengan kata wahid yang berarti satu, atau kata ahad yang bera
rti esa. Sedangkan ilmu kalam adalah Ilmu yang membahas soal-soal keimanan, yan
g sering disebut juga ilmu Tauhid, Aqaid, atau Ushuluddin. Ilmu ini disebut ilmu kal
am, karena di dalamnya banyak dibicarakan kalamullah. Dalam ajaran Islam, tauhid
berarti keyakinan akan ke-Esaan Allah. Kalimat tauhid ialah
La ilaaha illallah, yang berarti tidak ada tuhanmelainkan Allah. Hal ini sesuai denga
n firman Allah dalam Surat Al- Baqarah ayat 163 dan Surat Muhammad
ayat 19 sebagai berikut :
Artinya : ”Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

Artinya : ”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan


Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orangorang
mukmin, laki-laki perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat tinggalmu”

Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid ini telah berkembang menjadi
nama salah satu cabang ilmu Islam yaitu Ilmu Tauhid. Suatu ilmu yang mempelajar
i dan membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama ya
ng menyangkut masalah
ke-Esaan Allah. Keseaan Allah meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Ke-Esaan Allah dalam Zat-Nya.


Kemaha Esaan Allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa Zat
Allah tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga.

2. Ke-Esaan Allah dalam Sifat-Sifat-Nya


Kemaha Esaan Allah dalam sifat-sifat-Nya mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah
penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya. Demikian bany
aknya sifat Allah yang tidak bisa diperkirakan, namun dalam Al-Quran dapat diketa
hui terdapat sembilan puluh sembilan (99) nama sifat Allah yang dikenal dengan se
butan al – Asma’ul Husna. (Nama-nama Allah yang indah). Di dalam Ilmu Tauhid
dijelaskan ada dua puluh sifat Allah yang disebut dengan dua puluh sifat Allah.

3. Ke-Esaan Allah dalam Berkehendak


Ke-Esaan Allah dalam berkehendak berlaku untuk seluruh alam semesta, termasuk
(masyarakat) manusia di dalamnya. Konsekuensi keyakinan yang demikian adalah
Kehendak atau Iradah Allah Yang Maha Esa yang wajib diikuti oleh setiap muslim.

4. Ke-Esaan Allah dalam Penciptaan-Nya


Kita meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa Allah Swt menciptakan segala sesuatu
dari yang tidak ada menjadi ada. Penciptaan Allah itu unik, lain dari yang lain, tiada
taranya dan manusia tidak sanggup menirunya. Manusia hanya dapat menciptakan
di atas ciptaan-Nya
saja. Kagumilah bahwa alam semesta ini bagaimana tercipta, diri manusia dan mak
hluk lain bagaimana terbentuk.

5. Ke-Esaan Allah dalam Wujud-Nya


Meskipun usaha manusia untuk membuktikan tentang wujud Allah melalui ciptaan-
Nya, pengalaman batin atau fitrah manusia, namun untuk membuktikan secara lang
sung dengan-Nya, hal itu merupakan nisbi dan sangat terbatas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk ber-Tuhan, pola pemikiran ini bertolak dari pandangan
manusia sebagai makhluk homo religious. Salah satu tokohnya adalah Mircea Eliade.
Pandangan Eliade dapat dilihat pada tulisan Mangunhardjono dalam buku Manusia
Multi Dimesional: Sebuah renungan filsafat, (1982:38). Menurut Eliade, homo religius
tipe manusia yang hidup dalam suatu alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius
dan dapat menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam semesta, alam materi,
alam tumbuh-tumbuhan,dan manusia. Sebagai makhluk religius manusia sadar dan
meyakini akan adanya kekuatan supranatural dalam dirinya. Sesuatu yang disebut
supranatural itu dalam sejarah manusia disebut Tuhan.

Dalam fitrahnya, manusia makhluk berketuhanan, yang berarti bahwa sampai kapanpun,
dalam kondisi apapun dan di manapun berada, manusia adalah mahluk yang mengakui a
danya Tuhan.

Sebagai makhluk berketuhanan, kita menyatakan dan meyakininya dengan pernyataan T


auhid, yaitu dengan mengesakan Allah SWT.   Tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT.

Sebagai makhluk berketuhanan, kita menyatakan dan meyakininya dengan pernyataan T


auhid, yaitu dengan mengesakan Allah SWT. Tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT.
Sikap Tauhid dan pernyataan keimanan ini harus djaga dan dipertahankan dari segala go
daan yang bisa merusak ketauhidan.

Kita jangan sekali-kali terjebak ke dalam kemusyrikan yang nyata; dengan menuhankan
benda, menuhankan sesama makhluk. Jangan pula menuhankan paham, pemikiran, alira
n, identitas, yang menyebabkan kita keluar dari fitrah ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UNIVER
SITAS NEGERI GORONTALO
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN, MR MAHMUDI.

Anda mungkin juga menyukai