Disusun oleh
Nama : RAHMAD DALIL FAJRI
Nim : 2310612001
Fakultas : Peternakan
Dosen Pengampu : Dra. Peviyatmi Ma.
Kelas Agama 20
Tahun 2023
Konsep Ketuhanan dalam Islam
Ayat pertama mengumumkan bahwa Allah adalah Yang Maha Esa, tanpa sekutu
atau rekan. Ini adalah konsep dasar dalam tauhid (keesaan Allah) dalam Islam,
yang menekankan bahwa hanya Allah yang layak disembah dan tidak ada yang
setara atau sebanding dengan-Nya.
Ayat kedua menjelaskan sifat Allah sebagai “As-Samad,” yang berarti Dia adalah
tempat meminta atau tempat bergantung untuk segala sesuatu. Ini menegaskan
bahwa Allah adalah Sumber utama segala sesuatu, dan semua makhluk bergantung
pada-Nya untuk kebutuhan mereka.
Ayat ketiga menegaskan bahwa Allah tidak memiliki anak dan Dia sendiri tidak
dilahirkan. Ini adalah penolakan tegas terhadap konsep anak-anak bagi Allah atau
konsep inkarnasi-Nya.
Ayat terakhir menekankan bahwa tidak ada yang dapat dibandingkan atau setara
dengan Allah. Allah adalah Yang Maha Esa dan unik dalam ke-Esaan-Nya. Tidak
ada entitas atau dewa lain yang dapat dibandingkan dengan-Nya atau menyaingi-
Nya.
Kesimpulan
Jadi, Surat Al-Ikhlas adalah pernyataan tegas tentang tauhid (keesaan Allah) dalam
Islam. Ini mengajarkan bahwa Allah adalah Yang Maha Esa, tempat bergantung untuk
segala sesuatu, tidak memiliki anak atau tidak dilahirkan, dan tidak ada yang
sebanding dengan-Nya. Surat ini memperkuat konsep dasar dalam keimanan Islam
dan sering digunakan dalam ibadah sehari-hari sebagai ungkapan keyakinan dalam
keesaan Allah.
Akidah dan Keimanan dalam Islam
1. Dinamisme
Paham Dinamisme melibatkan keyakinan pada adanya kekuatan-kekuatan alam
atau roh-roh yang berkuasa atas fenomena alam. Manusia percaya bahwa segala
sesuatu memiliki kekuatan spiritual atau energi.
Contoh: Pemujaan terhadap matahari, bulan, sungai, gunung, dan kekuatan alam
lainnya yang dianggap memiliki kekuatan spiritual.
2. Animisme
Animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda alam, tumbuhan, dan hewan
memiliki roh atau entitas spiritual. Manusia percaya bahwa roh-roh ini memengaruhi
kehidupan mereka.
Contoh: Pemujaan terhadap roh pohon, roh sungai, atau roh hewan dalam budaya-
budaya pribumi tertentu.
3. Politeisme
Politeisme adalah keyakinan dalam banyak dewa atau entitas ilahi yang memiliki
kekuasaan tertentu atas berbagai aspek kehidupan.
Contoh: Mitologi Yunani dengan dewa-dewa seperti Zeus, Hera, dan Athena;
Mitologi Mesir Kuno dengan dewa Osiris, Isis, dan Horus.
4. Henoteisme
Henoteisme adalah keyakinan dalam banyak dewa, tetapi fokus pada satu dewa
sebagai dewa yang paling penting atau utama. Dewa utama ini diberikan prioritas
dalam pemujaan.
Contoh: Agama Hindu dengan konsep Brahman, yang merupakan dewa utama yang
mencakup berbagai dewa lainnya seperti Vishnu, Shiva, dan Durga.
5. Monoteisme
Monoteisme adalah keyakinan pada satu Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan
dan mengendalikan segala sesuatu di alam semesta.
Contoh: Islam, Kristen, dan Yudaisme adalah agama-agama monoteistik yang
mengajarkan keyakinan pada satu Tuhan tunggal (Allah dalam Islam, Allah dalam
Kristen, dan Yahweh dalam Yudaisme).
Kesimpulan
Dalam rangkaian pemahaman Islam, akidah adalah titik awal, dan keimanan adalah
perjalanan praktis yang menghidupi keyakinan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Keduanya adalah inti dari keyakinan dan praktik dalam agama Islam.
2. Akhlak dan Moralitas: Orang tua perlu mengajarkan anak-anak mereka nilai-
nilai moral dan etika yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Ini termasuk
kejujuran, integritas, kasih sayang, dan sikap hormat terhadap sesama.
5. Pendidikan Sosial dan Etika: Orang tua harus membimbing anak-anak dalam
berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang baik, mengajarkan etika
komunikasi, dan memberikan contoh perilaku sosial yang positif.
6. Pendidikan Akademik: Orang tua harus memberikan dukungan dalam
pendidikan formal anak-anak mereka, memastikan mereka berusaha untuk belajar
dengan baik, dan memberikan motivasi dalam pencapaian akademik.
2. Etika dan Moralitas: Menggunakan iman sebagai pedoman untuk perilaku dan
tindakan. Memastikan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil sesuai dengan
nilai-nilai Islam yang baik, seperti kejujuran, integritas, dan belas kasihan.
3. Ketaatan terhadap Hukum Allah: Mengikuti ajaran dan perintah Allah dalam
semua aspek kehidupan, termasuk dalam bisnis, pendidikan, dan hubungan sosial.
Hal ini mencakup berusaha untuk menghindari segala bentuk dosa dan larangan
yang dinyatakan dalam agama.
4. Bekerja dengan Integritas: Mempraktikkan etika kerja yang baik dan menjalani
pekerjaan dengan integritas. Tidak terlibat dalam tindakan curang atau tidak etis,
bahkan dalam lingkungan kerja yang kompetitif.
6. Zakat dan Infaq: Menunaikan kewajiban zakat dan memberikan infaq kepada
yang membutuhkan sesuai kemampuan. Ini merupakan cara untuk berbagi rejeki
dengan mereka yang kurang beruntung.
8. Kendalikan Diri: Berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi yang
negatif. Mengembangkan kesabaran, rendah hati, dan kontrol diri dalam
menghadapi tantangan kehidupan modern.
11. Pentingnya Keluarga: Memberikan perhatian yang cukup kepada keluarga dan
mengajarkan nilai-nilai Islam kepada anak-anak. Membentuk lingkungan yang
Islami di dalam rumah tangga.
Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern memerlukan kesadaran dan
tekad yang kuat. Ini adalah upaya berkelanjutan yang membantu seseorang menjalani
kehidupan yang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam di tengah-tengah perubahan
zaman.
Pentingnya peran iman dalam menghadapi kemajuan globalisasi dalam konteks Islam
dapat berbeda-beda antar individu, tetapi secara umum, iman Islam mengajarkan
nilai-nilai yang dapat membantu individu menjalani kehidupan yang seimbang dan
bermanfaat dalam dunia yang semakin terhubung ini.
Kesimpulan
Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak dalam Islam dan rumah tangga tidak
hanya terbatas pada aspek pendidikan agama, tetapi juga mencakup pengembangan
karakter, moralitas, dan keterampilan yang baik. Hal ini bertujuan untuk membentuk
individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan beriman kepada Allah.
Hakikat Konsep Kejadian Manusia
2. Roh dan Nafas Hidup: Al-Qur’an juga menyatakan bahwa Allah meniupkan roh
ke dalam manusia (Surah Al-Hijr [15]: 29). Inilah yang memberikan manusia
kehidupan dan kesadaran.
4. Ujian dan Pengujian: Al-Qur’an merinci bahwa kehidupan di dunia adalah ujian
bagi manusia (Surah Al-Mulk [67]: 2). Allah menguji manusia melalui berbagai
cobaan dan ujian untuk menguji keimanan, kesabaran, dan perilaku mereka.
5. Akhirat: Al-Qur’an mengajarkan bahwa setelah kematian, manusia akan
dihidupkan kembali untuk diadili di hari kiamat. Tindakan baik dan buruk mereka
akan dicatat, dan mereka akan menerima ganjaran atau hukuman sesuai dengan
perbuatan mereka (Surah Al-Baqarah [2]: 197).
Konsep-konsep ini menggambarkan pandangan Islam tentang asal usul, tujuan, dan
tanggung jawab manusia dalam kehidupan ini serta persiapan mereka untuk akhirat.
Al-Qur’an menjadi panduan bagi umat Islam dalam memahami dan menjalani
kehidupan dengan berpegang pada ajaran agama.
Dalam Islam, eksistensi manusia dipandang sebagai ujian yang diberikan oleh Allah,
dan manusia diberi kebebasan memilih jalan hidup mereka. Tujuan utama eksistensi
manusia adalah beribadah kepada Allah dan mengikuti ajaran-Nya. Martabat manusia
dalam Islam didasarkan pada kesadaran akan tanggung jawab moral, ketaatan kepada
Allah, dan perlakuan yang adil terhadap sesama. Prinsip-prinsip ini menjadi dasar
bagi norma-norma etika dan hukum Islam serta menjadi panduan bagi hubungan
manusia dengan Tuhan dan sesama manusia.
Hukum Islam
1. Taqwa: Ini adalah konsep utama dalam Islam yang mengacu pada ketakwaan atau
kesadaran akan Allah. Muslim diharapkan untuk hidup dalam ketakwaan, yaitu
dengan menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama dan menjauhi dosa.
2. Ikhlas (Kesucian Niat): Muslim diajarkan untuk melakukan tindakan baik dan
ibadah hanya karena Allah, bukan untuk pujian atau pengakuan dari manusia. Niat
yang murni dan ikhlas dalam tindakan sangat ditekankan.
4. Kesetiaan dan Amanah: Kesetiaan (amanah) adalah nilai penting dalam Islam.
Muslim diharapkan untuk memenuhi janji dan komitmen mereka dengan setia,
baik dalam hubungan pribadi maupun bisnis.
5. Kasih Sayang dan Belas Kasihan: Belas kasihan dan kasih sayang terhadap
sesama adalah nilai yang sangat penting dalam Islam. Muslim diharapkan untuk
memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan empati
terhadap orang lain.
6. Hak Asasi Manusia: Islam mengakui hak asasi manusia yang meliputi hak-hak
seperti hak atas kehidupan, kebebasan beragama, dan martabat manusia. Ini
mencakup perlindungan terhadap diskriminasi, kekerasan, dan perlakuan yang
tidak adil.
1. Ketaqwaan: Moral yang paling mendasar dalam Islam adalah taqwa, yaitu
kesadaran dan ketakwaan kepada Allah. Ini mencakup menjalani kehidupan sesuai
dengan ajaran Islam dan menjauhi dosa.
2. Ikhlas (Kesucian Niat): Muslim diharapkan untuk melakukan tindakan baik dan
ibadah hanya karena Allah, dengan niat yang murni dan ikhlas, bukan untuk
mencari pujian atau pengakuan dari manusia.
4. Kesetiaan dan Amanah: Kesetiaan (amanah) adalah nilai yang dihormati dalam
Islam. Muslim diharapkan untuk memenuhi janji dan komitmen mereka dengan
setia, baik dalam hubungan pribadi maupun bisnis.
5. Kasih Sayang dan Belas Kasihan: Belas kasihan dan kasih sayang terhadap
sesama adalah nilai penting dalam Islam. Muslim diharapkan untuk memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan empati terhadap
orang lain.
6. Pengendalian Diri: Moral Islam mengajarkan pengendalian diri terhadap hawa
nafsu dan menghindari perbuatan maksiat.
11. Penghormatan terhadap Orang Tua: Menghormati dan merawat orang tua
adalah nilai yang sangat dihormati dalam Islam.
12. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia: Moral Islam mengakui hak asasi
manusia, seperti hak atas kehidupan, kebebasan beragama, dan martabat manusia.
Ini mencakup perlindungan terhadap diskriminasi, kekerasan, dan perlakuan yang
tidak adil.
Moral dalam Islam membentuk karakter dan perilaku Muslim dalam berbagai konteks
kehidupan sehari-hari. Ini adalah panduan yang kuat untuk menjalani kehidupan yang
bermakna, beretika, dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
1. Taqwa: Ini adalah akhlak yang paling mendasar dalam Islam. Taqwa mengacu
pada kesadaran dan ketakwaan kepada Allah. Orang yang memiliki taqwa
menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan menjauhi dosa.
2. Ikhlas (Kesucian Niat): Muslim diharapkan untuk memiliki niat yang murni dan
ikhlas dalam semua tindakan mereka. Ini berarti melakukan sesuatu hanya karena
Allah, bukan untuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia.
4. Kesetiaan dan Amanah: Kesetiaan (amanah) adalah nilai yang sangat dihormati
dalam Islam. Muslim diharapkan untuk memenuhi janji dan komitmen mereka
dengan setia, baik dalam hubungan pribadi maupun bisnis.
5. Kasih Sayang dan Belas Kasihan: Belas kasihan dan kasih sayang terhadap
sesama adalah nilai penting dalam Islam. Muslim diharapkan untuk memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan dan menunjukkan empati terhadap
orang lain.
11. Penghormatan terhadap Orang Tua: Menghormati dan merawat orang tua
adalah nilai yang sangat dihormati dalam Islam.
12. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia: Akhlak Islam mengakui hak asasi
manusia, seperti hak atas kehidupan, kebebasan beragama, dan martabat manusia.
Ini mencakup perlindungan terhadap diskriminasi, kekerasan, dan perlakuan yang
tidak adil.
Akhlak dalam Islam adalah panduan yang kuat untuk menjalani kehidupan yang baik,
bermoral, dan beretika. Hal ini membantu membentuk karakter dan perilaku individu
Muslim dalam berbagai aspek kehidupan.
1. Ketuhanan sebagai Pusat: Etika Islam berpusat pada Allah SWT. Semua
tindakan dan perilaku diukur berdasarkan ketakwaan dan kesadaran akan Allah.
Tujuan akhirnya adalah mendekatkan diri kepada Allah dan memenuhi tugas
sebagai hamba-Nya.
2. Kesucian Niat (Ikhlas): Ikhlas adalah karakteristik sentral dalam etika Islam. Ini
menekankan pentingnya niat yang murni dalam semua tindakan. Setiap tindakan
baik harus dilakukan semata-mata karena Allah, tanpa motif duniawi seperti
pujian atau ganjaran materi.
3. Hukum dan Panduan Agama: Etika Islam sangat terkait dengan hukum agama,
termasuk ajaran Al-Qur’an dan Hadis. Pedoman etis sering kali ditemukan dalam
ayat Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW, yang harus diikuti oleh umat
Islam.
4. Keadilan dan Kesetiaan: Keadilan adalah prinsip etis yang sangat ditekankan
dalam Islam. Muslim diharapkan untuk bersikap adil dalam segala aspek
kehidupan, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam urusan sosial dan politik.
Kesetiaan dan amanah (kejujuran) juga dihormati dalam Islam.
6. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia: Etika Islam mengakui hak asasi
manusia dan martabat manusia sebagai makhluk Allah. Ini mencakup hak atas
kehidupan, kebebasan beragama, dan hak untuk dihormati dan dihargai.
Proses aktualisasi akhlak adalah perjalanan seumur hidup yang melibatkan refleksi,
pengembangan diri, dan praktik etis yang konsisten. Ini memungkinkan individu
untuk mencapai potensi moral mereka dan hidup sesuai dengan nilai-nilai yang
dipegang.
Kesimpulan
Akhlak dalam Islam adalah panduan yang kuat untuk menjalani kehidupan yang baik,
bermoral, dan beretika. Hal ini membantu membentuk karakter dan perilaku individu
Muslim dalam berbagai aspek kehidupan.
5. Kreativitas dan Seni: Islam menghargai seni sebagai bentuk ekspresi kreatif
yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan agama atau sebagai sarana
apresiasi estetika. Seni dalam Islam dapat ditemukan dalam seni kaligrafi, seni
arsitektur, seni ukiran, dan seni lukis.
1. Ketakwaan: Ilmu yang bermanfaat harus diperoleh dan digunakan dengan niat
yang benar, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk memahami
kebenaran-Nya. Ketakwaan kepada Allah adalah aspek penting dalam menentukan
manfaat dari ilmu tersebut.
4. Kebaikan Niat (Al-Ikhlas): Niat yang murni dan ikhlas dalam mencari ilmu dan
menggunakannya untuk tujuan yang baik sangat penting. Ilmu yang digunakan
dengan niat yang benar akan membawa manfaat yang lebih besar.
5. Manfaat Praktis (Al-Manfa’ah): Ilmu yang bermanfaat harus memiliki aplikasi
praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu yang hanya bersifat teoritis dan tidak
memberikan manfaat nyata bagi individu atau masyarakat tidak dianggap
bermanfaat dalam pandangan Islam.
Dengan memenuhi syarat-syarat ini, ilmu dapat dianggap sebagai “ilmu yang
bermanfaat” dalam Islam. Ilmu yang bermanfaat, ketika digunakan dengan benar,
dianggap sebagai amal yang baik dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan mengikuti pedoman dan nilai-nilai agama Islam, ilmuwan, teknolog, dan
seniman Muslim diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan karya seni yang
bermanfaat, etis, dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka. Agama Islam
memberikan kerangka kerja yang kuat untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang positif dan bermanfaat bagi manusia dan masyarakat.
5. Mengobati Kejahilan dan Ketidaktahuan: Ilmu adalah obat untuk kejahilan dan
ketidaktahuan. Dengan memiliki ilmu, seseorang dapat mengatasi
ketidakmengertian tentang agama dan dunia serta menghindari perilaku yang
salah.
8. Hak Istimewa dalam Pengadilan Allah: Orang yang memiliki ilmu akan
diberikan hak istimewa dalam pengadilan Allah. Mereka akan diadili dengan lebih
cermat dan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki.
10. Contoh Pribadi: Ilmuwan harus memberikan contoh positif dalam tindakan
pribadi mereka. Ini mencakup praktik-praktik berkelanjutan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti mengurangi limbah, menghemat energi, dan mengurangi jejak
karbon.
Kesimpulan
Keutamaan orang berilmu dalam Islam menunjukkan betapa pentingnya pencarian
ilmu dan pengembangan pengetahuan dalam ajaran agama. Masyarakat Muslim
didorong untuk menghargai dan mendukung pendidikan dan para ilmuwan sebagai
bagian integral dari pengembangan individu dan kemajuan masyarakat.