Anda di halaman 1dari 21

Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Agama Islam

Disusun Oleh:
Aditya ramadhan
NIM 2101042011
Kelas 1-D D3 elektronika
Dosen Pengampu: Rinaldi, M.Ed., Ph.D

Politeknik Negeri Padang


2021/2022
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERGURUAN TINGGI
1.Hakikat dan Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pada hakekatnya, yang mendidik manusia adalah Allah SWT sebagaimana
diterangkan dalam Q.S.1:2 yang artinya: “ Segala puji bagi Allah, Tuhan (yang ditaati,
yang memiliki, yang mendidik dan memelihara) semesta alam”. Rasulullah SAW
pernah mengungkapkan bahwa:” yang mendidikku adalah Tuhanku. Dia-lah yang
menjadi pendidikku yang terbaik”.
Berdasarkan hal tersebut, maka hakekatnya yang mendidik manusia adalah Allah SWT
karena manusia diciptakan-Nya memiliki jasad untuk tumbuh dan ruh untuk
berkembang sehingga manusia memiliki kapasitas untuk mendengar, melihat, merasa,
berfikir serta memiliki nafsu makan, minum dan seks yang digunakan sesuai dengan
petunjuk Al-Qur‟an dan sunah agar manusia dapat melaksanakan tugas sebagai
khalifah (pemimpin) di bumi. Selain itu, manusia juga mengelola SDA untuk mengabdi
kepada Allah SWT

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendidik akhlak (sikap dan tingkah laku)
peserta didik dari yang belum Islami kepada yang Islami melalui proses praktek ke
teori dan dari teori ke praktek atau sejalan teori dan praktek dalam pembentukan sikap
dan tingkah laku yang Islami. Dalam proses pembentukan sikap dan tingkah laku yang
Islami dimulai dari pemberian contoh (praktek), kemudian secara beransur-ansur
diberikan teori sehingga terjadi pengalaman dan pemahaman dengan pemberian teori
yang disertai praktek sehingga terjadi proses penghayatan dan pemahaman teori yang
sempurna terhadap ajaran Islam. Pembentukan sikap dan tngkah laku yan Islami
dilakukan dengan bimbingan oleh pendidik kepada peserta didik, atau oleh diri sendiri
kepada diri sendiri sehingga terbentuklah pola sikap dan tingkah laku yang Islami.

3. Peranan Pendidikan Agama dalam Pembentukan Kepribadian Islam


Pendidikan Agama Islam berperanan untuk mengembangkan 5 kemampuan dalam
pembentukan kepribadian islami. 1. Kemampuan konatif 2. Kemampuan afektif 3.
Kemampuan kognitif 4. Kemampuan psikomotorik 5. Kemampuan penampilan islami
(akhlak karimah) Kemampuan konitif merupakan kemampuan untuk menumbuhkan
motivasi (niat) yang jelas karena Allah SWT, mengontrol pencapaian tujuan perbuatan
yang menjamin keselamatan manusia dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas
kehidupan (Q.S.3:112). Kemampuan afektif adalah kemampuan menerima secara
sadar tentang kebenaran ajaran Islam sehingga dapat meyakininya secara beanr,
dapat mengatasi setiap problem baru dengan keyakinan yang mantap, berpartisipasi
secara aktif melakukan amar makruf (melaksanakan segala perintah-Nya) dan nahi
mungkar (meninggalkan segala larangan-Nya). Kemampuan ini juga merupakan
kemampuan dalam memadukan nilai-nilai yang kontradiktif sehingga dapat
menghargai perbedaan pendapat tentang masalahmasalah khilafiah yang bersifat
fiqhiyah ijtihadiyah (perbedaan pendapat ulama dalam hukum Islam) dan
menyelesaikan perbedaan secara arif. Ini menjadikan individu tersebut seseorang yang
MANUSIA DAN AGAMA

1.Manusia menurut ilmu pengetahuan


Ilmu pengetahuan menjelaskan asal usul kejadian manusia dengan teori desedensi
(keturunan) atau teori evolusi. Menurut teori evolusi manusia berasal dari bangsa yang
lebih rendah, yakni hewan. Teori ini berpangkal pada penemuan Lamark (1744-1829)
dan diilmiahkan oleh Charles Darwin (1809-1882) dengan memberikan dasar data-
data. Teori itu beranggapan, bahwa tiap jenis makhluk tumbuhan dan hewan berasal
dari jenis yang paling rendah, ialah amoeba atau makhluk satu sel di dalam air, yang
paling tinggi atau akhir sekali ialah manusia. Teori evolusi itu makin lama mmakin
memiliki kelemahan, seperti Darwin sendiri mengakui kelemahan tersebut yaitu adanya
missing link (putusnya) hubungan atau tidak ditemukannya jenis dari bangsa hewan
kepada jenis manusia.

2.Agama menurut ilmu pengetahuan

1. Pendapat pertama
mengatakan kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a
(tidak) dan gama (kacau), jadi agama berarti sesuatu yang tidak
kacau.
2. Pendapat kedua
yaitu mengatakan kata agama diartikan sesuatu yang tidak kacau
adalah tidak ilmiah, sebab jika pernyataan “agama adalah sesuatu
yag tidak kacau” dibalik susunannya menjadi ”sesuatu yang tidak
kacau adalah agama”, maka semakin kacau hasilnya. Maka,
menurut pendapat kedua, agama adalah cara-cara sampai kepada
keredhaan Tuhan.
3.Manusia menurut agama islam
Manusia menurut islam ialah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan Allah
Swt dengan sifat-sifat ketuhanan yang mengaliri dirinya. Definisi ini mengandung 3
unsur pokok yakni :
a) Manusia diciptakan Allah SWT dari awalnya adalah manusia yang tidak ada
hubungan geneologis dengan makhluk ciptaan Allah SWT sebagaimana menurut ilmu,
hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya.
b) Manusia adalah makhluk yang bertanggungjawab atas segala sikap dan tingkah
lakunya.
4.Tujuan penciptaan manusia
Manusia menurut islam ialah makhluk yang bertanggung jawab yang diciptakan
AllahSwt dengan sifat-sifat ketuhanan yang mengaliri dirinya. Definisi ini mengandung
3
unsur pokok yakni :
a) Manusia diciptakan Allah SWT dari awalnya adalah manusia yang tidak ada
hubungan geneologis dengan makhluk ciptaan Allah SWT sebagaimana menurut ilmu,
hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya.
b) Manusia adalah makhluk yang bertanggungjawab atas segala sikap dan tingkah
lakunya.
c) Manusia diciptakan Allah SWT dengan sifat-sifat ketuhanan-Nya Q.S:7:180,
Q.S:32:9 Allah SWT memiliki 99 Asmaul-husna (Q.S:7:180).

5.Agama menurut islam


Dalam Al-Qur‟an dan hadist istilah agama atau religi tidak dijumpa. Islam memakai
istilah al-din yang terdapat dalam Al-Qur‟an sebagai wahyu penuntun dan sumber
pokok ajaran islam. Setiap tindakan yang dilakukan seseorang dan tindakan itu
diupayakan sesuai dengan perintah tuhan, maka tindakan itu selanjutnya disebut
dengan ibadah atau pengabdian kepada Tuhan. Makin sempurna sebuah agama,
makin lengkap pula tatanan yang dibawanya. Kata”agama” berasal dalam Bahasa
Indonesia hampir berpadanan dengan kata “dien” dalam Bahasa Arab. Kata dien
dalam bahasa Arab dapat bermakna tradisi, demikian semestinya suatu agama
merupakan suatu aturan yang lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan
manusia. Dengan kata lain semestinya tidak ada sekularisasi agama dalam kehidupan
manusia, artinya agama haruslah mengatur segala aspek kehidupan.

6.Sikap toleransi dalam kehidupan beragama

Dalam Al-Qur‟an dan hadist istilah agama atau religi tidak dijumpa. Islam memakai
istilah al-din yang terdapat dalam Al-Qur‟an sebagai wahyu penuntun dan sumber
pokok ajaran islam. Setiap tindakan yang dilakukan seseorang dan tindakan itu
diupayakan sesuai dengan perintah tuhan, maka tindakan itu selanjutnya disebut
dengan ibadah atau pengabdian kepada Tuhan. Makin sempurna sebuah agama,
makin lengkap pulatatanan yang dibawanya. Kata”agama” berasal dalam Bahasa
Indonesia hampir berpadanan dengan kata “dien” dalam Bahasa Arab. Kata dien
dalam bahasa Arab dapat bermakna tradisi, demikian semestinya suatu agama
merupakan suatu aturan yang lengkap yangmengatur segala aspek
kehidupanmanusia. Dengan kata lain semestinya tidak ada sekularisasi agama dalam
kehidupan manusia, artinya agama haruslah mengatur segala aspek kehidupan.
SUMBER AJARAN ISLAM

1.Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa kata Al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab yaitu qa-ra-a, yaq-ra-u,
qur‟an, waqura‟nan yang berarti bacaan. Selanjutnya, Al-Qur‟an menurut istilah adalah
firman Allah yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab
melalui malaikat Jibril yang berfungs sebagai mukjizat, bersifat mutawatir serta menjadi
ibadah membacanya.
2. Peranan Al-Qur’an
1. Petunjuk jalan hidup Ia juga merupakan petunjuk jalan terbaik bagi kehidupan
manusia sebagaimana dalam suah Al-Baqarah: 185 yang artinya 13 “ Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan yang bathil)”.
2. Penjelasan Terhadap Segala Sesuatu Al-Qur‟an diturunkan Allah SWT ke muka
bumi untuk memberikan penejlasan tentang segala sesuatu sehingga memiliki
pedoman dan arahan yang jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebgai makhluk
Allah SWT sebagaimana dalam AlAn‟am:38, An-Nahl:89, An-Naml:1-2.
3. Sejarah Turunnya Al-Qur’an dan Pemeliharaannya.
Al-Qur‟an diturunkan dalam dua periode yaitu periode Mekah dan Madinah. Periode
yang pertama periode Mekah yaitut saat nabi bermukim di Mekah (12 tahun 5 bulan 13
hari). Semua surah yang turun di Mekah dinamakan ayat-ayat Makkiyah yang
sebanyak 4.726 ayat yang meliputi 89 surat atau 19/30 juz. Adapun cirinya adalah
kebanyakan mengandung persoalan tauhid. Kedua adalah periode Madinah yaitu pada
masa Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah yang berlangsung 9 tahun 9 bulan
dan 9 hari. Ayat-ayat yang turun di Madinah dinamakan Madaniyah yang mempunyai
ciri kebanyakan berisi kewajiban atau sanksi, ibadah, muamalah, kekeluargaan,
warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional baik waktu damai dan perang.
4. Pengertian, Tingkatan dan Kedudukan Hadits dalam Islam
Sunnah dan hadits adalah dua istilah yang berbeda dari segi bahasa namun memiliki
substansi yang sama. Sunnah dari segi bahasa bermakna “jalan yang biasa dilalui”
atau cara yang senantiasa dilakukan,” apakah cara itu sesuatu yang baik atau buruk.
Ini sebagaimana termaktub dalam sabda Rasulullah SAW yang terjemahannya : “
Barangsiapa yang membiasakan sesuatu yang baik di dalam Islam, maka ia menerima
pahalanya dan pahala orang-orang sesudahnya yang mengamalkannya (HR. Muslim).
Sedangkan hadits menurut bahasa bermakna khabar atau berita. Yang dimaksud di
sini adalah khabar atau berita tentang sunnag tersebut. Sunnah tersebut meliputi
ucapan, perbuatan dan sikap diamnya Rasulullah SAW. Karena hadits merupakan
pemberitaan maka ia terkait dengan si pembawa berita baik segi kemampuan daya
ingat, sifat atau perilakunya, maupun proses atau penyampaian berita (transmisi)
hadits itu sendiri. Atas dasar itulah muncul penilaian-penilaian tentang kesahihan
sebuah hadits oleh para ulama hadits sesuai dengan metode yang sudah dibangun
oleh para ulama terdahulu seperti Imam Bukhari dan Muslim. Ilmu yang mempelajari
tentang hadist disebut ilmu musthalah alhadits.

5. Pengertian, tingkatan dan kedudukan Ijtihad dalam Islam.

Ijtihad berasal dari bahasa jahdun yang berarti bersungguh-sungguh. Sedangkan


pengertian ijtihad menurut istilah adalah menggunakan seluruh kemampuan berfikir
secara maksimal dan dengan bersungguh-sungguh untuk mengeluarkan atau untuk
menetapkan hukum syara‟ dengan jalan mengistimbatkan (menetapkan hukum) dari
Al-Qur‟an dan haidts Nabi SAW. Pada dasarnya ijtihad dilakukan dalam menghadapi
masalah-masalah yang hukumnya tidak dijelaskan dalam Al-Qur‟an dan Hadits,
misalnya apabila: - Al-Qur‟an dan hadits tidak menetapkan hukumnya secara jelas dan
langsung, baik sebagian maupun keseluruhan. - Al-Qur‟an dan hadits tidak
menyebutkan ketentuan hukum secara jelas dan langsung terhadap suatu kasus tapi
secara tidak langsung dapat ditentukan hukumnya.
KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AQIDAH

1.Pengertian aqidah dalam islam


Secara etimologi, aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan, yang berarti
simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah, berarti
keyakinan. Relevansi antara arti aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimoul
dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara etimologis, terdapat beberapa definisi, antara lain :
Menurut Hasa Al – Banna :
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun
dengan keragu – raguan”
Menurut Abu Bakar Jabir Al – Jazairy :
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umur oleh manusia
berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam
hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.
2.Landasan filosofis aqidah islam
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al – Qur’an dan
As – Sunnah. Allah mengutus rasul yang membawa pesan dari – Nya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al – Kitab
( Al – Qur’an ). Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada
manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti
hasil perbuatan – Nya. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati –
hati. Yang menerima hikmah – hikmah inilah yang disebut “Hukuman” dan “Filosof”.
Pendapat Xenophanes
Xenophanes menyatakan : “Tuhan hanya satu, yang terbesar diantara dewa dan
manusia, tidak serupa dengan makhluk yang fana”.
“Tuhan Yang Es aitu tidak dijadikan, tidak bergerak dan berubah- ubah, dan ia mengisi
seluruh alam. Dia melihat semuanya, mendengar semua dan memikirkan seluruhnya.
Mudah sekali ia memimpin alam ini dengan kekuatan fikir – Nya”.
Pendapat Descartes
Descartes menyatakan : “Saya tidak menjadikan diri saya sendiri, sebab kalua saya
menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri
saya itu. Oleh sebab itu, tentu saya dijadikan oleh dzat yang lain. Dan sudah pasti pula
dzat lain itu menjadikan saya mempunyai sifat – sifat kesempurnaan, kalau tidak akan
sama hal nya dengan diri saya”.
“Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri saya
merasa tentu ada dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna. Dan dzat yang
sempurna itu ialah Allah”.

3.Landasan religious aqidah dalam islam


Sumber aqidah islam adalah Al – Qur’an dan Sunnah. Artinya apa sajaa yang
disampaikan oleh Allah dalam Al – Qur’an dan Rasulullah dalam sunnah nya wajib di
Imani (diyakini dan diamalkan).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash –
nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara
ilmiah kebenaran yang disampaikan Al – Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari
oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas
/ akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang terbatas / akal tidak akan mampu
menggapai sesuatu yang tidak terbatas.
4.Fungsi dan peranan aqidah dalam islam
Fungsi Aqidah Islam, diantaranya yaitu :
Sebagai pondasi untuk menidrikan bangunan Islam.
Merupakan awal dari akhlak mulia. Jika seseorang memiliki aqidah yang kuat pasti
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak mulia, dan bermuamalat
dengan baik.
Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.
Peran Aqidah Islam, meliputi :
Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para Rasulullah.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap – tiap umat
(untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An –
Nahl : 36).
Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah. Allah berfirman : “Dan
tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah – Ku”. (QS. Adz –
Dzariyat : 56).

5.Aliran aqidah dalam islam


Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H. Pada abad permulaan kedua hijriah di kota
Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham ini mampu menyusup
kedalam masyarakat islam di barat dan di timus bahkan sampai ke Indonesia.
KLASIFIKASI AJARAN ISLAM AKHLAK

1.PENGERTIAN AKHLAK

Kata akhlak merupakan bentuk jama’ dari dari kata khuluq,artinya tingkah laku,
perangai, dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa di pikir dan
direnungkan lagi.
Akhlak secara bahasa berasal dari khalaqa yang kata asalnya khuluqun, yang berarti
perangai, tabiat, dan adat. Selain itu, juga dari kata khaqun yang berarti kejadian,
buatan, dan ciptaan. Jadi, secara bahasa itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem
perilaku yang dibuat.
Akhlak merupakan bentuk jama’ dari khuluk, berasal dari bahasa arab yang berarti
peringai, tingkah laku, atau tabiat. Kata akhlak diartikan sebagai tingkah laku, tetapi
harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali saja melakukan
perbuatn, atau hanya sewaktu-waktu saja.
2.PENGERTIAN PEMBENTUKAN AKHLAK
Menurut sebagian ahli akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah instinct
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak
adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau
fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang
selalu cenderung kepada kebenaran.
3.PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK
(1) timbulnya keinginan untuk melakukan sesuatu itu, setelah terlebih dahulu adanya
rangsangan melalui indera,
(2) timbul kebimbangan antara dua pilihan yaitu dilakukan atau tidak,
4.AKHLAK TERHADAP SESAMA MANUSIA
Akhlak terhadap sesama manusia meliputi akhlak bertamu dan menerima tamu,
hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat serta ukhuwah Islamiyah (QS 49:10-
13). Selain itu, akhlak terhadap orang yang lebih tua, teman sebaya dan orang yang
lebih muda.
-Akhlak kepada yang lebih tua adalah untuk menghormati dan menghargai orang
yang lebih tua.
-Akhlak terhadap teman sebaya yaitu tidak boleh merasa lebih daripada orang
lain.
5.AKHLAK TERHADAP BANGSA DAN NEGARA
Setiap individu bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Membina hubungan persaudaraan dengan sesama
manusia tanpa memandang latar belakang etnis, suku, bangsa dan agama dengan
bangsa-bangsa di dunia. Akhlah terhadap bangsa dan negara meliputi musyawarah,
menegakkan keadilan, amar ma‟ruf nahi munkar dan hubungan pemimpin dengan
yang dipimpin.
6.AKHLAK TERHADAP ALAM SEKITAR
Setiap individu dilarang merusak/membinasakan lingkungan alam sekitar, bertanggung
jawab dan menjaga atau emmelihara lingkungan serta melestarikannya demi
kelangsungan hidup manusia itu sendiri, dan memanfaatkan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan hidup tanoa merusak kelestariannya (QS 30:41-45, 28:77).

PENGERTIAN BERSUCI
1.PENGERTIAN BERSUCI
Thaharah menurut bahasa berasal dari kata ‫( طهور‬Thohur), artinya bersuci atau
bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dan
bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang
terbawa di badan.
2.MACAM- MACAM AIR
. Air suci dan mensucikan
Adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci, baik menghilangkan hadas maupun
najis, dan airnya tidak berubah warna maupun zatnya. Misal air hujan, air sungai, air
sumur, air laut, air salju, air embun dan air sumber lain yang keluar dari mata air.
Air suci tetapi tidak mensucikan
Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan najis. Yang termasuk
air suci tetapi tidak mensucikan adalah:
1). Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi, air susu, dsb
2). Air yang kurang dari 2 kollah(jika persegi panjang maka ukurannya adalah1 ¼
hasta/±216 liter)
3). Air buah-buahan, seperti: air kelapa, perasan anggur dsb
Air suci tetapi makhruh hukumnya
Yaitu air yang terjemur sinar matahari dalam wadah selain emas dan perak
4).Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis, maka
hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka hukumnya
tidak najis dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah warna, bau,
maupun rasanya.
3.MACAM MACAM NAJIS
1.PENGERTIAN NAJIS
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah
sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena
menjadikan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah tertentu.
MACAM MACAM NAJIS
a.najis mukhafafah
b.najis mutawasitah
c.najis mugalazah

4.ISTINJAK
Pengertian istinja’ menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan
qubul (anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari
keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
5.WUDHU’
Wudhu’ menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh
anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan
menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya.
6.FUNGSI TAZKIYAH DAN THAHARAH DALAM SHOLAT DAN DALAM KEHIDUPAN
Thaharah memiliki fungsi yaitu :
Membiasakan hidup bersih dan sehat
Membiasakan hidup yang selektif
Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
Sarana untuk menuju surga
Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT
1.PENGERTIAN SHOLAT
Shalat merupakan salah satu kewajiban yang kita jalankan setiap harinya terutama
dalam menjalankan shalat lima waktu dimana hukumnya wajib bagi setiap umat
muslim. Shalat sendiri merupakan rukun Islam yan kedua yang sangat ditekankan atau
menjadi ibadah yang paling utama setelah dua kalimat syahadat. Shalat juga
merupakan tiang atau pondasi agama jadi shalat sangat penting bagi kita semua, lalu
sebenarnya apa pengertian shalat dan bagaimana dasar hukumnya? Berikut adalah
penjelasannya.

2.Dasar hukum Shalat


Shalat sendiri sebagai salah satu tiang agama Islam maka banyak dari ayat Alquran
yang memerintahkan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah shalat. Dimana
setiap muslim yang mukallaf wajib melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari
semalam seperti firman Allah berikut ini :
‫ت َعلَى ْالم ُْؤ ِم ِني َْن ك ِٰتبًا‬ ْ ‫ض ْي ُت ُم الص َّٰلو َة َف ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ قِ َيامًا َّوقُع ُْو ًدا وَّ َع ٰلى ُج ُن ْو ِب ُك ْم ۚ َفا َِذا‬
ْ ‫اط َمأْ َن ْن ُت ْم َفاَقِ ْيمُوا الص َّٰلو َة ۚ اِنَّ الص َّٰلو َة َكا َن‬ َ ‫َف ِا َذا َق‬
١٠٣ - ‫م َّْوقُ ْو ًتا‬
Artinya : “Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah
ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu
telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh,
salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman

3.Tujuan Sholat

Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena
sholat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu
sholat merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan
maupun dilarang Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan
penciptannya yang disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan
dengan manusia disebut habluminannas.

Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya
adalah sholat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia
inilah penentu kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan
kehidupan kekal selamannya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan
masuk surga ataupun neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya.

Al Quran Surah Al Baqarah ayat 45

َ ‫يرةٌ إِالَّ َعلَى ْال َخاشِ ع‬


‫ِين‬ َ ‫صالَ ِة َوإِ َّن َها لَ َك ِب‬ َّ ‫َواسْ َتعِي ُنو ْا ِبال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬

Artinya : ”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS. Al Baqoroh :
45)
4.Dasar Hukum Sholat Wajib dan Sunah

Sholat adalah kewajiban kita sebagai manusia kepada Tuhan penciptanNya, dan pada
dasarnya manusia yang membutuhkan Ibadah Sholat. Yang jikerjakan mendapat
pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Pahala sholat akan lebih banyak jika
dikerjakan berjamaah daripada sendirian. Kewajiban ini menjadi pondasi seperti tiang.
Jika tiangnya roboh maka seluruh amalan kita juga tidak sempurna.

QS. Adz Dzariyat: 56

51:56 – ‫ُون‬ َ ِ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل‬


ِ ‫نس إِاَّل لِ َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Artinya :

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
(QS. Adz Dzariyat: 56).

Sholat Wajib

Sholat adalah kewajiban yang mempunyai hukum wajib dan sunah tergantung jenis
sholatnya. Solat yang termasuk fardu ada dua yaitu fardu ain yaitu sholat yang wajib
dikerjakan dan tidak boleh digantikan oleh orang lain seperti sholat 5 waktu dan sholat
jum’at bagi laki-laki sedangkan fardu kifayah adalah sholat yang wajib dikerjakan dan
tidak berkaitan dengan dirinnya seperti solat jenazah. Sholat Wajib ada 5 yaitu ; Sholat
Subuh, Sholat Dzuhur, Sholat Ashar, Sholat Magrib, Sholat Isya.

Sholat Sunah

Sedangkan sholat sunah adalah sholat yang dianjurkan jika dikerjakan mendapat
pahala jika ditinggalkan tidak berdosa. Contoh Sholat sunah yang biasanya dilakukan
setiap hari yaitu Sholat Dhuha, Sholat Tahajud dll. Sholat sunah ada dua yaitu sunah
muakkad yaitu sholat yang dianjurkan dengan penekanan kuat seperti sholat di hari
raya idul fitri dan idul adha sedangkan sholat sunah ghairu muakkad adalah solat yang
dianjurkan tetapi tidak dengan penekanan kuat seperti sholat rawatib.

5.Syarat Shalat 
Lazim diketahui bahwa syarat shalat terbagi menjadi dua; syarat wajib dan syarat sah.
Syarat wajib ini maknanya, seseorang tidak dibebani kewajiban shalat ketika salah
satu dari syarat-syaratnya tak terpenuhi. 

1. Beragama Islam 
2. Balig 
3. Berakal sehat, 
4. Tidak sedang haid atau nifas, 
5. Mendengar informasi ihwal dakwah Islam (Ini nyaris tak ditemukan sekarang), dan 
6. Memiliki pengelihatan dan pendengaran yang normal 
Dampaknya, tidak wajib shalat bagi yang tunanetra dan tunarungu sejak lahir. Sebab ia
tak dapat menerima pelajaran shalat baik dengan isyarat atau kalimat.   

Syarat sah itu sendiri, sebagaimana Syekh al-Islam Abu Zakariya al-Anshari (925 H)
dalam Tuhfah at-Thullab bi Syarhi Tahriri Tanqih al-Lubab, adalah ma tatawaqqafu
‘alaiha shihhatusshalah wa laisat minha, sesuatu yang menjadi barometer sah dan
tidaknya shalat. Artinya, bila ini tidak terpenuhi, maka berdampak pada ketidakabsahan
shalat. 

 Terkait ini, Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar as-Syathiri dalam Syarh al-Yaqut
an-Nafis fi Madzhab Ibni Idris (halaman 140-147) membahas 15 syarat shalat secara
rinci dan gamblang. 

6. Syarat shalat adalah;   


1.  Beragama Islam 
2.  Mumayyiz (syarat ini untuk mengecualikan orang gila dan anak kecil yang belum
mengerti apa-apa) 
3.  Sudah masuk waktu shalat 
4.  Mengetahui fardhu-fardhu shalat 
5.  Tidak meyakini satu fardlu pun sebagai laku sunnah 
6.  Suci dari hadats kecil dan besar 
7.  Suci dari najis, baik pakaian, badan, maupun tempat shalat 
8.  Menutup aurat bagi yang mampu (dengan batasan tertentu bagi perempuan dan
laki-laki) 
9.  Menghadap kiblat (kecuali bagi musafir yang melaksanakan shalat sunah, orang
yang dalam kecamuk perang, dan orang yang buta arah ‘isytibahul qiblah’).
10. Tidak berbicara selain bacaan shalat 
11. Tidak banyak bergerak selain gerakan shalat (Imam Syafi’i membatasinya tiga
gerakan) 
12. Tidak sambil makan dan minum 
13. Tidak dalam keraguan apakah sudah bertakbiratulihram atau belum 
14. Tidak berniat memutus shalat atau tidak dalam keraguan apakah akan memutus
shalatnya atau tidak.
15. Tidak menggantungkan kebatalan shalatnya dengan sesuatu apa pun   
PENGERTIAN SHOLAT JAMAK DAN SHOLAT QASHAR

1.SHOLAT JAMA’
Sholat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu.Seperti
melaksanakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur.  menjama’ shalat
separti ini dinamakan Jama’ Taqdim. atau melaksanakan shalat dzuhur dan ashar  di
waktu Ashar dinamakan Jama’ Ta’khir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat
Isya’ bersamaan di waktu sholat  Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’.
Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh.
Shalat shubuh harus dilakukan pada waktunya, shalat subuh  tidak boleh dijama’
dengan shalat Isya’ atau shalat Dhuhur. Dan untuk menjama’ shalat harus sesuai
dengan urutan waktu sholat yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan tidak boleh
menjama’ sholat dengan membalikkan waktu sholat yang telah ditentukan oleh Allah
SWT, dan pada saat menjama’ dua sholat, maka cukup dengan
mengumandangkan iqamat di antara dua sholat yang dijama’.

2.SHOLAT QASHAR
shalat Qashar adalah  meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat.
Seperti shalat Dhuhur, Ashar dan Isya’.Sedangkan shalat Magrib dan shalat Shubuh
tidak bisa diqashar.
Dasar-dasar hukum seseorang boleh mengqashar sholat adalah sebagai berikut :
“ Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya
orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” ( Qs An Nisa : 101 )
3.HAL YANG DIPERBOLEHKAN JAMAK DAN QASHAR
1.safar
2.sakit
3.takut
4.kepentingan mendesak
3.TATA CARA MELAKUKAN SHOLAT JAMAK DAN QASHAR
Jamak dibagi menjadi 2
a.jamak taqdim
menjamak shalat diwaktu sholat yangpertama. Contohnya menjamak sholat zuhur dan
asar diwaktu zuhur dan menjamak sholat maghrib dan isya’ diwaktu maghrib. Dalam
hal ini jumhur berpendapat bahwa disyaratkannya untuk beriringan antar dua sholat
tadi tanpa ada pemisah. Syeikh islam Ibnu Taimiyah tidak sependapat dengan
pendapat ini, dia berkata, “Tidak disyariatkan yang demikian.Dan ini adalah satu
Riwayat dari imam Ahmad dan satu pendapat di kalangan madzhab syafi’i. dan inilah
pendapat yang paling mengarah. Tata caranya yaitu:
1.      Sholat diwaktu yang pertama.(dhuhur sebelum asar atau maghrib sebelum isya’)
2.      Berniat jama’ taqdim pada sholat pertama agar berbeda dari sholat-solat biasa.
b.jamak takhir
menjamak shalat di waktu shalat yang kedua. Contohnya: menjamak sholat zuhur dan
asar diwaktu asar dan menjamak sholat maghrib dan isya’ diwaktu isya’. [25]Apabila
kedua shalat yang dijamak dilakukan di waktu shalat yang kedua (jamak ta’khir) , maka
tidak di syari’at kan beriringan antara dua sholat yang digabung itu, bahkan
diperbolehkan untukmemisah keduanya. Misalkan shalat dhuhur di awal waktu ashar
dan shalat ashar di akhirkan sampai habis waktunya.Ini pendapat Jumhur selain
madzhab Hanbali. Tata caranya yaitu :
1.      Sholat dilakukan diwaktu yang kedua (asar atau isya’)
2.      Berniat sejak waktu yang pertama bahwa ia akan melakukan sholat pertama itu
diwaktu yang kedua, supaya ada maksud yang keras untuk mengerjakan shalat yang
pertama dan tidak ditinggalkan begitu saja[26].

4.JARAK SAFAR YANG DIPERBOLEHKAN DIJAMAK DAN DIQOSHAR

Adapun jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk menjama’ dan mengqashar


ternyata ulama berbeda pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak minimal
1 farsakh atau tiga mil, ada yang minimal 3farsakh, ada yang berpendapat safar
minimal harus sehari-semalam, bahkan ada yang berpendapat tidak ada jarak dan
waktu yang pasti karena sangat tergantung pada kondisi fisik, psikis serta keadaan
sosiologis dan lingkungan masyarakat. Jika memang perjalanan tersebut berat dan
menyulitkan maka ada keringanan dan kelonggran (rukhsah)berupa shalat jama’ dan
qashar. Sebab maksud pemberian rukhsahadalah untuk mehilangkan beban dan
kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai