Anda di halaman 1dari 24

JUDUL

DOKTRIN KEPERCAYAAN DALAM


ISLAM
Rr

Dosen mata kuliah : Mohtar Umasugi, S.Ag

Dosen mata kuliah : Mohtar Umasugi, S.Ag M.Pd.I


Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam
Oleh kelompok V :  Jurusan : Tarbiyah
Hatmi Abd Rasyid Prodi : MPI
Sarlina Sapsuha Semester : II
Sekolah Tinggi Agama Islam Babussalam Sula
Maluku Utara
TAHUN AJARAN
2023-2024
PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Di zaman modern seperti sekarang ini, ada begitu banyak pengaruh yang masuk setiap ke negara-negara di dunia, tidak
terkecuali dengan negara yang berpenduduk mayoritas Muslim seperti Indonesia. Perkembangan IPTEK yang semakin
berkembang menjadikan kita semakin ingin mengetahui bagaimana perkembangan yang dialami oleh negara- negara
maju yang ada di luar sana misalnya pada negara adidaya yang mana mereka merupakan mayoritas non muslim. Ada
begitu banyak paham yang disebarkan dan mulai dianut oleh banyak negara misalnya liberalisme yang selalu menjadi
keinginan banyak orang. Keinginan untuk memperoleh kebebasan dalam berkarya, berekspresi, maupun mengeluarkan
pendapat. Terkadang keinginan ini seolah semakin jauh dari ajaran Islam yang dianut dan norma yang berlaku.
Di dalam Islam dikenal yang namanya rukun iman, yang menjadi dasar dari Islam itu sendiri. Rukun iman sendiri
terdiri atas 6 yakni iman kepada Allah; Malaikat; Kitab; Rasul; Hari Kiamat; dan Qadha dan Qadar. Ke-6 rukun iman
ini menjadi landasan dan tolak ukur seorang muslim dalam berprilaku, maupun bersikap. Konsekuensi dari rukun iman
ini yakni adanya aplikasi akan apa yang telah kita yakini. Iman kepada Allah tidak berarti hanya percaya kepada Allah
tetapi juga percaya akan apa- apa yang diciptakan dan ditetapkan oleh Allah Swt. Percaya akan Nabi dan Rasul yang
diutusnya dan menjadikan kitab al-Quran sebagai pedoman dan tolak ukur dalam melakukan sesuatu, apakah sesuai
dengan aturan Allah ataukah melanggar aturan tersebut
 Rumusan Masalah
 Bagaimana definisi iman kepada Allah?

 Mengapakah mustahil untuk menemukan zat Allah?

 Bagaimanakah argumen keberadaan Allah?

 Bagaimanakah iman kepada Malaikat, Kitab dan Rasul?


PEMBAHASAN

Doktrin berasal kata inggris “doctrine” yang berarti


ajaran norma yang diambil dari wahyu yang
diturunkan Tuhan atau pemikiran mendalam dan
filosofis yang diyakini mengandung kebenaran .
I. Iman kepada Allah

Pengertian Iman kepada Allah


a. Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam Islam yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi. Kata “iman”  berasal dari bahasa Arab, yang menurut pengertian
bahasa berarti “kepercayaan.” Beriman kepada Allah berarti:
b. Percaya dengan sepenuh hati akan eksistensi Tuhan dan keesaannya serta sifat-
sifat-Nya yang serba sempurna;
c. Mengikuti tanpa reserve petunjuk/tuntunan/bimbingan Tuhan dan Rasul-Nya yang
tersebut dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi;
d. Menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan al-Quran dan as-Sunah
 Kemustahilan menemukan Zat Allah

Kebenaran mutlak (absolut) tidak memerlukan bukti adanya seperti orang percaya akan adanya nyawa/ jiwa, aliran listrik, dan
sebagainya. Adanya Tuhan merupakan kebenaran mutlak yang harus diyakini dan tidak perlu dibuktikan adanya zat Tuhan. Bahkan hal
ini dilarang oleh agama berdasarkan hadis Nabi dari Ibnu Abas yang artinya
Pikirkanlah tentang ciptaan/makhluk Allah, dan janganlah kamu memikirkan tentang Allah (zatnya), karena sesungguhnya kamu tidak
sekali- kali akan mampu mencapainya.
Yang perlu dibuktikan adalah adanya Allah bukan adanya zat-Nya. Allah adalah maha esa; baik dalam zat, sifat maupun perbuatan. Esa
dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia pun tidak
mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah. Dan esa
dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan
Allah. Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya telah membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam
menjalankan kehidupannya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya; sebaliknya manusia
pun dapat terpuruk ke kehidupan yang hina melalui akalnya. Akal, sekalipun telah dipergunakan dengan sungguh-sungguh,
keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya, ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh
akal. Salah satu yang tidak dapat diselesaikan oleh akal ialah zat Allah.
Dalam al-Quran (Q.S. al-An’am (6): 103) Allah berfirman “Allah tidak dapat di capai oleh penglihatan mata,sedang Dia dapat
melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.”
Abuddin Nata, AL-Quran dan Hadis (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993). Hal. 110.
 Argumen Kebenaran Allah

Ada tiga teori yang menjelaskan asal kejadian alam semesta ini (yang menjelaskan keberadaan Tuhan).

Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada (creatio ex-nihilo). Ia terjadi dengan sendirinya;

Paham yang mengatakan bahwa alam ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti.

Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.

Teori yang pertama adalah teori yang sudah sangat tidak relevan yang dapat dibantah yakni oleh teori sebab akibat. Dengan teori ini
maka dapat disimpulkan alam semesta ini tidak akan ada kecuali ada yang menciptakannya. al-Farabi dengan teori emanasinya
mengatakan alam semesta ini adalah hasil pancaran dari Ibid., hal. 111

wujud kesebelas atau akal kesepuluh. Jika diurut secara vertikal, maka akal kesepuluh itu secara hierarki adalah kelanjutan dari
akal-akal sebelumnya yang pada asalnya berasal dari akal yang pertama yakni Tuhan.

Teori yang kedua mengatakan bahwa alam semesta berasal dari sel. Sayid Sabiq melihatnya teori ini lebih sesat dari teori yang
pertama karena tidak mungkin sel dapat membangun dan memperindah sesuatu dengan sendiri hingga menjadi alam semesta ini.

Dan teori yang ketiga mengatakan bahwa semesta berasal dari yang menciptakan bersesuaian dengan akal sehat manusia. Maka dari
itu teori yang ketiga ini dapat diterima, namun adalah masalah yang muncul dalam akal sehat yaitu siapakah yang menciptakan
alam semesta ini?. Menurut Islam yang menciptakan alam semesta ini yaitu Allah. Hal itu menyatakan bahwasanya Allah itu ada.
Ada beberapa argumen yang menguatkan pernyataan dari teori ini di antaranya argumen kosmologi, ontologis; argumen teleologis;
argumen moral; dan argumen epitemologis. Argumen ontologis seperti yang diangkat oleh Plato yakni alam ini pasti mempunyai
Idea. Idea adalah konsep universal dari sesuatu. Idea merupakan dasar adanya sesuatu. Ia berada di alamnya sendiri yaitu alam Idea
yang bersifat kekal. Dengan argumen teleologis artinya diatur menurut tujuan-tujuan tertentu. Alam dalam pandangan argumen ini
ialah alam ini tersusun dari bagian-bagian yang erat sekali hubungannya
Bagian tersebut saling berhubungan dan saling bekerja sama atau berevolusi dengan
memiliki tujuan tertentu. Penggerak alam sehingga berevolusi adalah zat yang maha
sempurna, zat yang lebih tinggi dari alam itu sendiri.
Dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan bahwa Tuhan itu benar-
benar ada. Adapun ayat-ayat tersebut di antaranya Q.S. al-Zumar: 62-63, yakni
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nya-
lah (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang- orang yang kafir terhadap ayat-
ayat Allah, mereka itulah orang- orang yang merugi.
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
2. Iman kepada Malaikat

 Pengertian Iman kepada Malaikat


Malaikat atau terkadang disebut al-Mala’ al-A’la adalah makhluk Allah yang diciptakan dari an-Nuur.
Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari nyala api dan Adam dari tanah. Malaikat termasuk makhluk rohani
yang bersifat gaib mereka disucikan dari syahwat kebinatangan yang terhindar dari keinginan hawa nafsu
yang bersifat material. Karena malaikat diciptakan dari cahaya maka malaikat itu merupakan immaterial
being (bukan makhluk yang berupa material). Karena malaikat itu immaterial being maka sangat masuk akal
bila ia dapat berubah bentuk dan rupanya sesuai dengan yang dikehendakinya atas izin Allah. Sebagaimana
Jibril pernah menjelma menjadi manusia pada waktu ia diutus oleh Allah untuk memberitahukan Maryam
bahwa Allah akan menganugerahkan kepadanya seorang anak laki- laki yang suci, yaitu Isa As.
Menurut Fazlur Rahman
Malaikat adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah yang masing-masing mempunyai tugas yang
berbeda. Antara malaikat yang satu dengan yang lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti kedudukan
dan pangkat yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Beriman kepada malaikat ialah percaya bahwa Allah
mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat
menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik- baiknya. Malaikat merupakan makhluk Tuhan yang gaib
yang tidak dapat dilihat, diraba, dan dirasakan keberadaannya
 Tugas Malaikat

Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada pula di alam dunia. Tugas
malaikat di alam ruh adalah:
1. Menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah Swt
(Q.S. al-A’Raf: 206, dan Q.S. az-Zumar: 75);
2. Memikul ‘arsy (Q.S. al-Mu’min: 7, dan al-Haqqah: 17);
3. Memberi salam pada ahli surga (Q.S. al-Rad: 23-24); dan
4. Menyiksa para ahli neraka (Q.S. Tahrim: 6).
Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat yang menerangkan tentang malaikat, baik nama-
namanya, tugas, maupun sifat fisiknya. Di antara malaikat yang disebut namanya secara jelas dan
tugasnya yaitu:

1. Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul-Nya;
2. Malaikat Mikail yang bertugas memberi rezeki pada manusia;
3. Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat;
4. Malaikat Izrail yang bertanggung jawab mencabut nyawa;
5. Malaikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur;
6. Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur
bersama Malaikat Munkar;
7. Malaikat Raqib/Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup;
8. Malaikat Atid/Atit yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala perbuatan buruk/jahat manusia ketika hidup;
9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka;
10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu surga.
 Sifat Fisik Malaikat

Berikut ini sebagian dari sifat-sifat fisik malaikat yang terdapat dalam al-Quran:
1. Kuatnya fisik mereka;
Allah Swt berfirman tentang keadaan neraka (Q.S. Tahrim: 6):
Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
 
Panas api neraka, yang membuat besi dan batu meleleh, tidak membahayakan mereka. Demikian juga dengan Malakul
Jibal (malaikat gunung), di mana dia menawarkan kepada Rasul Saw untuk menabrakkan dua gunung kepada sebuah kaum
yang mendurhakai beliau. Kemudian beliau menolak tawaran tersebut.
2. Mempunyai sayap;
Allah Swt berfirman (Q.S. Fathiir: 1)
Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai
macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya
apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
 
3. Tidak membutuhkan makan dan minum;
Allah Swt (QS. Huud: 69-70) berfirman
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira,
mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging
anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-
malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.”
 
As Suyuthi berkata “ar-Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa para ulama sepakat bahwasanya malaikat tidak makan, tidak
minum, dan juga tidak menikah.”
 Manfaat Iman kepada Malaikat

Iman kepada malaikat mempunyai pengaruh positif dan manfaat yang besar bagi
kehidupan seseorang, antara lain sebagai berikut:
1. Berusaha untuk melakukan amalan-amalan ibadah sunah pada waktu-waktu
tertentu karena yakin bahwa pada waktu tersebut akan ada banyak malaikat yang
mendoakannya;
2. Sifat malaikat yang selalu patuh dan tak pernah membangkang pada perintah Allah
menjadikan kita untuk dapat menirunya;
3. Merasa takut bermaksiat karena meyakini berbagai tugas malaikat seperti
mencatat perbuatannya, mencabut nyawa dan menyiksa di naar;
4. Cinta kepada malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah Swt, dan
karena mereka selalu membantu dan mendoakan kita.
3. Iman kepada Kitab
Pengertian Iman kepada Kitab
1. Kitab yaitu kumpulan wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada
manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa
Allah telah menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk menjadi pegangan dan
pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Kitab yang diturunkan oleh Allah banyaknya menurut jumlah Rasul-Nya. Namun hanya ada empat buah
kitab yang disebut secara konkret dalam al-Quran, yaitu:
3. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa As. Firman Allah Swt (Q.S. al-Ma’idah: 44) “Sesungguhnya
Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada ) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”;
4. Zabur, diturunkan kepada Nabi Daud As. Firman Allah Swt (Q.S. al-Isra’: 55) “Dan kami berikan Zabur
kepada Daud As“;
5. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa As. Firman Allah Swt (Q.S. al-Maidah: 46) “Dan Kami telah
memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”
6. Al-Quran, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah Swt berfirman (Q.S. al-Maidah: 48) “Dan
Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya ) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.
Semua kitab Allah, baik keempat kitab yang tersebut di atas, maupun kitab
yang lainnya mempunyai prinsip ajaran yang sama, yaitu mengajak manusia
ke jalan yang benar, dan memberi petunjuk pada manusia untuk
mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. an-Nahl ayat 36 yaitu “Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk
menyerukan: “Sembahlah Allah saja dan janganlah Thaghut menyembah
selain Allah.” Jika ada
perbedaan di antara kitab- kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya
mengenai ajaran dalam bidang syariat baik mengenai ibadah maupun
mengenai muamalah adalah untuk disesuaikan dengan umat yang
dihadapinya.
 Keistimewaan Kitab al-Quran

Adapun yang menjadi keistimewaan al-Quran bila dibanding dengan kitab-kitab lain yang
diturunkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya; Al-Quran sebagai kitab suci
yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah Swt sampai akhir zaman.
firman Allah Swt (Q.S. al-Hijr: 9) “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
2. Isi kandungan al-Quran paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran mencakup segala aspek
kehidupan manusia;
3. Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin menyimpangkannya
karena Allah Swt yang selalu memeliharanya; Allah Swt berfirman (Q.S. al-Isra’: 88)
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun
sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”
4. Al-Quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan untuk
seluruh umat manusia;
5. Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah; Masih banyak keistimewaan al-Quran
dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya. Sabda Rasulullah Saw (H.R. Ibn Majah) “atas engkau
membaca al-Quran adalah cahaya bagimu di bumi dan simpananmu di langit.”
 Manfaat Iman kepada kitab-kitab Allah

Umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk beriman kitab sucinya yaitu al-
Quran, tetapi juga diwajibkan untuk beriman pada kitab-kitab terdahulu
yakni Taurat, Zabur, Injil, meskipun kitab- kitab Allah selain al-Quran sudah
tidak asli lagi. Tetapi iman kepada kitab- kitab Allah mempunyai hikmah di
antaranya:
1. Mendidik umat Islam untuk bersikap toleransi terhadap pemeluk agama
lain untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama;
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 256 “tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam.”
2. Memberikan keyakinan pada umat Islam bahwa al- Quran adalah kitab
penerus dan pelengkap kitab yang pernah diturunkan sebelumnya dan
paling lengkap untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
4. Iman kepada Nabi, dan Rasul
 Pengertian Iman kepada Nabi, dan Rasul
Secara bahasa, Rasul adalah orang yang diutus. Artinya ia diutus untuk menyampaikan berita
rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau risalah. Secara terminologi Rasul adalah orang
yang diutus oleh Allah Swt untuk menyampaikan kepada umatnya.. Nabi adalah manusia pilihan yang
di beri wahyu oleh Allah Swt untuk dirinya sendiri tetapi tidak wajib menyampaikan pada umatnya.
Dengan demikian seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul. Iman kepada rasul berarti
percaya bahwa Allah telah memilih di antara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai
utusannya.
Iman kita kepada Nabi dan Rasul cukup secara global, artinya kita hanya wajib percaya bahwa Allah
telah mengutus beberapa Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad, tetapi kita tidak wajib
mengetahui berapa jumlah seluruhnya, siapa nama-namanya, dan di mana mereka bertugas masing-
masing.
Dalam hadis Ahmad bin Hanbal dalam kitab musnad-nya bahwa jumlah Nabi sekitar 124.000 orang
dan jumlah Rasul ada 315 orang. Namun hadis ini bukanlah hadis mutawatir, dan tidak kuat untuk
dijadikan pegangan dalam bidang akidah. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Mukmin ayat 78,
artinya
Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, d iantara mereka ada yang
Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu.
Di dalam al-Quran hanya diterangkan 25 Nabi dan Rasul yang
wajib kita imani dan ketahui,yakni:

1. Adam As; 11. Yusuf As; 21. Yunus As;


2. Idris As; 12. Ayub As; 22. Zakaria As;
3. Nuh As; 13. Syuaib As; 23. Yahya As;
4. Hud As; 14. Musa As; 24. Isa As;
5. Saleh As; 15. Harun As; 25. Muhammad Saw
6. Ibrahim As; 16. Zulkifli As;
7. Luth As; 17. Daud As;
8. Ismail As; 18. Sulaiman As;
9. Ishak As; 19. Ilyas As;
10. Yakub As; 20. Ilyasa As;
 Sifat-sifat para Nabi
Semua nabi dan Rasul bersifat maksum (terjaga/terhindar dari
perbuatan dosa). Karena sifat maksum inilah sehingga setiap nabi dan
rasul mempunyai 4 sifat utama, yakni:
1. Sidik, yakni benar atau jujur dalam semua ucapan, dan
perbuatan/tingkah laku;
2. tingkah laku yang dapat merendahkan derajatnya sebagai manusia
teladan dan pilihan Allah;
3. Tablig yakni menyampaikan wahyu/amanat Allah yang diterimanya
dengan segera, sekalipun wahyu itu mungkin bersifat
teguran/koreksi terhadap tingkah laku/kebijaksanaannya yang tidak
berkenan bagi Allah.
4. Fathanah, yakni cerdas, pandai dan bijaksana.
Manfaat Iman Kepada Nabi, dan Rasul
Iman kepada Nabi dan rasul mempunyai dampak positif,
sebagaimana iman kepada Malaikat. Adapun dampak positif bagi
kehidupan seseorang yaitu:
1. Mendidik orang muslim agar bersifat toleransi terhadap
pemeluk agama lain untuk menciptakan kerukunan hidup
antar umat beragama, bermasyarakat, maupun bernegara.
2. Memberikan keyakinan pada orang muslim bahwa semua
Nabi dan Rasul mempunyai misi suci yang sama, yakni
mengajak manusia untuk beriman dan beribadah hanya
untuk Allah serta beramal untuk mencari keridaan-Nya. Dan
bahwa Nabi Muhammad merupakan Nabi terakhir yang
bertugas untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat
manusia sepanjang masa.
PENUTUP
 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Iman kepada Allah adalah Percaya dengan sepenuh hati akan eksistensi Tuhan dan keesaannya serta sifat-
sifat-Nya yang serba sempurna. Mengikuti tanpa reserve petunjuk/tuntunan/bimbingan Tuhan dan Rasul-
Nya yang tersebut dalam Al- Quran dan Hadis- hadis Nabi. Menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan
al-Quran dan as-Sunah
2. Adanya Tuhan merupakan kebenaran mutlak yang harus diyakini dan tidak perlu dibuktikan adanya zat
Tuhan. Bahkan hal ini dilarang oleh agama berdasarkan hadis nabi dari Ibnu Abas yang artinya
“Pikirkanlah tentang ciptaan/makhluk Allah, dan janganlah kamu memikirkan tentang Allah (zatnya),
karena sesungguhnya Kamu tidak sekali- kali akan mampu mencapainya.” Yang perlu dibuktikan adalah
adanya Allah bukan adanya zat- Nya.
3. Ada tiga teori yang menjelaskan asal kejadian alam semesta ini, yang menjelaskan keberadaan Tuhan.
a. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada (creatio ex-nihilo). Ia
terjadi dengan sendirinya;
b. Paham yang mengatakan bahwa alam ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti;
c. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan.
4. Beriman kepada malaikat ialah percaya bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada-Nya dan senantiasa taat
menjalankan tugas yang dibebankan dengan sebaik- baiknya.
5. Beriman kepada kitab- kitab Allah berarti percaya bahwa Allah telah menurunkan
beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul-Nya untuk menjadi pegangan dan
pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Iman
kita kepada nabi dan Rasul cukup secara global, artinya kita hanya wajib percaya
bahwa Allah telah mengutus beberapa nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad,
tetapi kita tidak wajib mengetahui berapa jumlah seluruhnya, siapa nama-
namanya, dan di mana mereka bertugas masing-masing
 Saran
Berkaitan dengan materi ini maka secara pribadi penulis menyarankan agar sebagai
seorang muslim hendaklah kita berusaha untuk memperkuat keimanan kita, sehingga
dengan kuatnya keimanan kita dan keyakinan kita terhadap rukun iman maka kita
dapat mengaplikasikan apa- apa yang menjadi larangan maupun perintah dari Allah
Swt.
 DAFTAR PUSTAKA
 
 Munir dan Sudarsono 2001. Dasar- Dasar Agama Islam. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
 Nata, A. 1993. Al-Quran dan Hadis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 Zuhdi, M. 1988. Studi Islam Jilid I: Akidah. Jakarta: Rajawali Pers.
 Imas 2010. Iman Kepada Kitab-kitab Allah. Tersedia di:
http://paismpn4skh.wordpress.com/2010/02/03/iman-kepada-kitab-kitab-allah-
swt.html. Diakses pada tanggal 15-3-2015, 16.40.
 Firli S. 2012. 10 Nama-nama Malaikat dan Tugas-tugasnya. Tersedia di:
http://mylaboratorium.blogspot.com/2012/02/10-nama-nama-malikat-dan-
tugas-tugasnya.html. Diakses pada tanggal 15-3-2015, 16:03.
 Neng A. 2010. Iman Kepada Malaikat. http://muslim.or.id/aqidah/iman-kepada-
malaikat.html. Diakses pada tanggal 15-3-2015, 13:42.

Anda mungkin juga menyukai