A. Pengertian
Dilihat dari segi esensialnya Agama Islam mempunyai dua dimensi,
yaitu keyakinan (akidah) dan amaliah. Akidah sebagai dasarnya sedangkan
amal adalam implementasinya. Dalam kata lain, Islam adalah agama
Samawi ini bersumber dari Allah Swt diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw berintikan keimanan dan perbuatan. Keimanan dalam agama Islam
merupakan dasar atau fondasi, diatasnya berdiri syariat Islam.
1
1. Problema yang diperselisihkan para ulama dan para ilmu ini yang
menyebutkan umat Islam terpecah ke dalam beberapa golongan adalah
masalah Kalam Allah atau Al-Quran; apakah ia diciptakan (makhluk)
atau bukan, artinya tidak bermula (qadim).
2. Materi-materi ilmu ini adalah teori-teori kalam, tidak ada yang
diwujudkan ke dalam kenyataan atau diamalkan dengan anggota.
3. Ilmu ini, di dalam menerangkan cara atau jalan menetapkan dalil pokok-
pokok akidah serupa dengan ilmu mantik.
4. Ulama-ulama mutaakhirin membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal yang
tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti penakwilan ayat-ayat
mutasyabihat, pembahasan tentang qada’, kalam dan lain-lain.
Ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam, maka para ahli bidang ini disebut
mutakallimin (jamak mutakallim). Penamaan ilmu tauhid sebenarnya
dimaksudkan untuk membedakan antara mutakallimin dengan filosof Islam.
Mutakallimin dan filosof Islam memperkuat keyakinan mereka dengan
menggunakan metode filsafat, tetapi mereka berbeda dalam landasan
berpijak.
2
b. Hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah sebagai perantara antara
Allah dengan manusia, seperti malaikat, para Nabi/Rasul, dan kitab-kitab
suci yang telah diturunkan.
c. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sesudah mati, seperti alam
mahsyar, mizan, surga, neraka dan sebagainya yang berkaitan dengan
keadaan yang akan dialami dan dijalani manusia setelah kehidupan
dunia fana.
3
sebab dengan akal manusia dapat mencari Tuhan, yakni dengan jalan
memperhatikan alam jagat raya. Secara istilah ilmu tauhid dalam agama
Islam, seperti teologi dalam agama Kriten, yakni keduanya mempersoalkan
tentang Zat Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya. Hanya saja
ilmu tauhid mengajarkan Tuhan itu satu, baik Zat-Nya, sifat dan perbuatan-
Nya, sedangkan teologi mengajarkan trinitas yaitu, bahwa Tuhan itu tiga
dalam satu dan satu dalam tiga oknum. Tiga oknum dalam ajaran teologi
mereka adalah bahwa Tuhan terdiri dari Tuhan bapak, Tuhan anak (Yesus),
dan ruhul kudus. Ketiga oknum tersebut menurut mereka bersatu dalam ke-
Esa-an Tuhan. Secara matematis satu sama dengan tiga dan tiga sama
dengan satu.
Agama apapun yang ada di dunia ini oleh para penganutnya dipahami
sebagai ajaran Tuhan. Untuk mengetahui Tuhan itu diperlukan pemikiran dan
dalil, tidak seperti zat-zat lain yang bersifat jasmani. Misalnya untuk
mengetahui dan mengerti tentang batu, kita cukup dengan cara melihat dan
meraba batu itu. Untuk mengetahui sebuah bangunan, maka kita cukup
melihat dan meraba serta memperhatikan bangunan tersebut. Untuk
mengetahui benda fisik adalah cukup mudah, karena tidak memerlukan dalil,
namun untuk memahami dan meyakini zat Tuhan tidaklah mudah, karena Dia
tidak seperti benda-benda fisik, dan untuk memahami zat Allah ini diperlukan
keyakinan yang dikuatkan dan dibenarkan oleh akal pikiran. Nabi Muhamad
saw bersabda: yang artinya “Agama itu masalah akal dan orang yang tidak
berakal tidak mempunyai agama”.
Agama Islam mempunyai inti pokok ajaran tentang Tuhan. Tuhan hanya
dapat dimengerti oleh akal. Oleh sebab itu, orang yang tidak berakal atau
rusak akalnya, tentu tidak akan mempunyai keyakinan agama yang benar.
Misalnya menuhankan pada patung atau benda-benda tertentu yang tidak
dapat mendengar, melihat dan berbuat sesuatu. Ilmu tauhid dalam mebahas
persoalan-persoalan tentang Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan-
Nya bersumber pada kitab suci dan hadis Nabi saw. Akal manusia diharapkan
dapat menangkap dan menalar ajaran-ajaran dan petunjuk-petunjuk yang ada