Anda di halaman 1dari 7

Nama: Merry Sabilla

Nim: 190201068
Mata Kuliah: Ilmu Kalam (Unit 01)
Dosen Pengasuh: Dr. Muji Mulia, S.Ag., M.A.

1. Jelaskan pengertian, Ruang lingkup dan objek kajian serta tujuan mempelajari mata
kuliah Ilmu Kalam!
Jawaban:
 Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-
kepercayaan keagamaan (agama islam) dengan bukti-bukti yang yakin. Ilmu Kalam
adalah Ilmu yang membahas soal-soal keimanan yang sering juga disebut Ilmu Aqaid
atau Ilmu Ushuluddin. ilmu kalam bisa juga di defenisikan sebagai ilmu yang membahas
berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat.

 Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu:


 Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT.
 Hal-hal yang berhubungan denga rasul Allah sebagai penyambung ataupun pembawa
risalah kepada manusia, seperti: malaikat, nabi dan rasul dan beberapa kitab suci.Hal-
hal yang berhubungan dengan kehidupan yang akan datang, seperti adanya hari
kebangkitan, siksa kubur, surga dan neraka.
Menurut Hasan Al-Banna, ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup:
 Illahiyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah, seperti
wujud Allah, nama-nama Allah, sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain sebagainya..
 Nubuwat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
rasul termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah dan lain
sebagainya.
 Ruhaniyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang berhubungan denga alam
metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, syetan dan lain sebagainya.
 Sam’iyat, yakni kajian tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i
(dalil naqli atau berupa Al-qur’an dan sunah) seperti alam barzakh, akhirat, adzab
kubur, surga dan neraka dan lain sebagainya.

 Objek kajian Ilmu Kalam


Pokok permasalahan Ilmu Kalam terletak pada tiga persoalan, yaitu:
1) Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifat-Nya. Esensi ini dinamakan Qismul
Ilahiyat. Masalah-masalah yang diperdebatkan yaitu:
a) Sifat-sifat Tuhan, apakah memang ada Sifat Tuhan atau tidak. Masalah ini di
perdebatkan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
b) Qudrat dan Iradat Tuhan. Persoalan ini menimbulkan aliran Qadariyah dan
Jabbariyah.
c) Persoalan kemauan bebas manusia, masalah ini erat kaitannya dengan Qudrat dan
Iradat Tuhan.
d) Masalah Al-Qur’an, apakah makhluk atau tidak dan apakah Al-Qur’an azali atau
baharu.
2) Qismul Nububiyah, hubungan yang memperhatikan antara Kholik dengan makhluk,
dalam hal ini membicarakan tentang:
a) Utusan-utusan Tuhan atau petugas-petugas yang telah di tetapkan Tuhan
melakukan pekerjaan tertentu yaitu Malaikat.
b) Wahyu yang disampaikan Tuhan sendiri kepada para rasul-Nya baik secara
langsung maupun dengan perantara Malaikat.
c) Para Rasul itu sendiri yang menerima perintah dari Tuhan untuk menyampaikan
ajarannya kepada manusia.
3) Persoalan yang berkenaan dengan kehidupan sesudah mati nantinya yang disebut
dengan Qismul Al-Sam’iyat. Hal ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Kebangkitan manusia kembali di akhirat
b) Hari perhitungan
c) Persoalan shirat (jembatan)
d) Persoalan yang berhubungan dengan tempat pembalasan yaitu surga atau neraka.

 Tujuan mempelajari mata kuliah ilmu kalam


1) Agar dapat memberikan kebenaran Wahyu tentang hal-hal yang terkait dengan
kesalahpahaman pemikiran-pemikiran diluar Al-Quran.
2) Agar dapat menjelaskan, memperkuat, dan membelanya dari penyimpangan yang
tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
3) Agar dapat menjelaskan persoalan-persoalan yang terjadi dimasyarakat yang tidak ada
penjelasannya dalam Al-Qur’an dan Hadits
4) Agar dapat membenarkan hal-hal yang terkait dengan penyelewengan tentang
kebenaran agama Allah SWT.
5) Agar dapat mengetahui dengan baik dan benar tentang Dzat dan sifat-sifat Allah
SWT, baik yang wajib, mustahil dan ja’iz bagi Allah SWT.
6) Agar dapat meyakini, menghayati dengan baik dan benar akan perkataan, dan
wahyunya Allah SWT.
7) Agar bertambah akan keyakinan, dan pemahaman aqidah agama dengan dalil-dalil
yang meyakinkan.
8) Agar terbimbing ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk
mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
9) Menjadikan kalamullah (Al-Qur’an) sebagai pegangan hidup, serta motivasi untuk
melakukan kebajikan dalam beramal shalih.

2. Coba anda uraikan kronologis munculnya persoalan kalam yang bermuara kepada
lahirnya aliran-aliran Kalam di dunia Islam!
Jawaban:
Aliran kalam muncul dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut pembunuhan Usman
bin Affan yang berbuntut pada penolakan muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.
Mencermati peristiwa tersebut, ummat Islam terbagi tiga, satu golongan menghendaki untuk
menyelesaikan pembunuhan tersebut sebelum mengangkat khalifah, sementara
golongan kedua menghendaki secepatnya diadakan pengangkatan khalifah, golongan ketiga
adalah golongan yang netral.
Golongan yang menghendaki segera diangkat khalifah adalah mereka yang menganggap
bahwa yang paling berhak menjadi khalifah setelah Usman bin affan adalah Ali. Golongan ini
pada mulanya mendapat dukungan kuat dari seluruh umat Islam. Sementara kelompok kedua
berdalih bahwa persoalan kekhalifahan adalah masalah yang tidak terlalu mendesak,
sementara yang perlu diproritaskan adalah pengusutan kasus pembunuhan Usman, bahkan
kelompok ini mensinyalir kalau Ali ada di balik pembunuhan Usman dengan menggunakan
tangan-tangan lain.
Konflik kelompok pertama dan kedua semakin melebar bahkan berakhir dengan
pertempuran antara sesama muslim. Peperangan Shiffin yang diakhiri dengan tahkim sebagai
cikal bakal lahirnya kelompok Khawarij. Kelompok ini berasumsi bahwa tindakan politik
tersebut telah menabrak aturan agama. Sebab hal tersebut tidak ditemukan dalam Al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Akibatnya mereka berontak kepada Ali dan bahkan
memusuhinya sepanjang Ali tidak membatalkan kesepakatannya tersebut.
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik
menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu
Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash. Untuk itu mereka berusaha
keras agar dapat membunuh ke empat tokoh ini , dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang
berhasil terbunuh oleh Abdurrahman bin muljam, sebagai salah seorang utusan khawarij.
Perang yang diakhiri dengan tahkim (arbitrase) ini telah menyebabkan munculnya
berbagai golongan, yaitu Muawiyah, Syiah (Pengikut) Ali, Khawarij dan sahabat-sahabat
yang netral. Dari peristiwa yang diakibatkan oleh perseteruan dalam bidang politik akhirnya
bergeser ke permasalahan teks-teks agama tepatnya masalah teologi atau ilmu kalam. Kaum
Khawarij memandang Ali telah berbuat salah dan telah berdosa dengan menerima arbitrase
itu. Menurut mereka penyelesaian dengan cara arbitrase atau tahkim itu bertentangan dengan
al-Quran. Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 44, “Dan barangsiapa yang tidak
menentukan hukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka adalah
orangorang kafir”. Dengan landasan ayat al-Quran tersebut, mereka menghukum semua
orang yang terlibat dalam tahkim itu telah menjadi orang-orang kafir. Kafir dalam arti telah
keluar dari Islam. Orang yang keluar dari Islam di katakan murtad, dan orang murtad halal
darahnya dan wajib dibunuh. Maka dari itu mereka memutuskan untuk membunuh Ali,
Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa. Dan yang berhasil dibunuh hanya Imam Ali.
Persoalan ini akhirnya menimbulkan tiga aliran Ilmu Kalam dalam Islam, yaitu sebagai
berikut:
1. Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam
arti keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murjiah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin
dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah untuk
mengampuni atau tidak mengampuninya.
3. Aliran Mu’tazilah yang tidak menerima pendapat-pendapat di atas. Bagi mereka, orang
yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Orang yang serupa ini
mengambil posisi di antara ke dua posisi mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arab
terkenal dengan istilah al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Setelah ketiga aliran di atas, lalu muncul pula dua aliran Ilmu Kalam yang terkenal
dengan nama Qadariyah dan Jabariah. Menurut Qadariyah manusia memiliki kemerdekaan
dalam, kehendak dan perbuatannya. Sebaliknya, Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
3. Jelaskan tentang perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan, Konsep Iman dan kufur
dalam pandangan aliran Jabariah, Murji’ah dan Ahlu Sunnah Wajlama’ah!
Jawaban:
Aliran Jabariah
 Perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan:
Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Segala perbuatan manusia merupakan paksaan
dari Tuhan dan merupakan kehendak-Nya yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Manusia
tidak punya kehendak dan pilihan. Tidak ada ikhtiar atau usaha dari manusia, semuanya
dari Tuhan.
 Konsep Iman dan Kufur:
Iman adalah ma’rifat dalam hati dengan hanya membenarkan dalam hati. Artinya bahwa
manusia tetap dikatakan beriman meskipun ia meninggalkan fardhu dan melakukan dosa
besar. Tetap dikatakan beriman walaupun tanpa amal. Iman dan kekafiran bergantung
sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik Allah
swt kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Misalnya
orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidaklah menjadi kafir, karena kufur dan iman letaknya di hatiku

Aliran Murji’ah
 Perbuatan manusia dan perbuatan Tuhan
Menurut Murji’ah bahwa kehendak, daya, dan tindakan manusia semata ciptaan Tuhan
tanpa campur tangan manusia.
 Konsep Iman dan Kufur:
Meletakkan posisi pentingnya iman lebih utama daripada amal. Iman cukup dengan
percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Adapun amal atau perbuatan bukan
merupakan keharusan bagi adanya Iman. Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap
mukmin walaupun meninggalkan apa yang telah difardhukan kepadanya dan melakukan
perbuatan-perbuatan dosa besar. Dasar keselamatan, adalah iman semata. Selama masih
ada iman dihati, setiap maksiat tidak dapat mendatangkan mudharat atau pun gangguan
atas seseorang.
Aliran Murji’ah juga tidak mau memberikan keputusan (kafir atau mukmim) bagi
seseorang yang memperbuat dosa besar, tetapi menunda persoalan atau penyelesaiannya
sampai hari kemudian, semua persoalan diserahkan kepada Allah, diampuni dosanya atau
tidak. Mereka juga mengatakan pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal
didalam neraka.
Ahlu Sunnah Waljama’ah
 Perbutan Manusia dan Tuhan
Al-Asy’ari membedakan antara Khaliq dan Kasb. Menurutnya Allah adalah Pencipta
(Khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya
(muktasib). Hanya Allah-lah yang Maha Menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan
manusia).
Al-Kasb dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang timbul dari manusia dengan
perantaraan daya yang diciptakan oleh Allah. Dalam teori kasb, untuk terwujudnya suatu
perbuatan dalam perbuatan manusia, terdapat dua perbuatan, yaitu perbuatan Tuhan dan
perbuata manusia. Perbuatan Tuhan adalah hakiki dan perbuatan manusia adalah majazi
(sebagai lambang). Walaupun manusia itu tidak mempunyai pengaruh yang efektif,
namun dapat dipahami bahwa ia tidak mutlak pasif tetapi justru aktif walau dalam kadar
minimum. Tuhan dan manusia dalam suatu perbuatan adalah seperti dua orang yang
mengangkat batu besar; yang seorang mampu mengangkatnya sendirian, sedangkan yang
seorang lagi tidak mampu. Kalau kedua orang tersebut sama-sama mengangkat batu besar
itu, maka terangkatnya batu itu adalah oleh yang kuat tadi, namun tidak berarti bahwa
orang yang tidak sanggup itu tidak turut mengangkat. Demikian pulalah perbuatan
manusia. Perbuatan pada hakekatnya terjadi dengan perantaraannya daya Tuhan, tetapi
manusia dalam hal itu tidak kehilangan sifat sebagai pembuat.
 Konsep Iman dan Kufur
Asy’ariah dari golongan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah memberikan definisi tentang iman
sebagai berikut: “Iman adalah pengakuan hati tentang ke-Esaan Tuhan, tentang kebenaran
rasul-rasul-Nya dan segala apa yang mereka bawa, disempurnakan dengan ucapan lidah
dan disempurnakan dengan amal perbuatan”. Iman dapat bertambah yaitu dengan
melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat. Jadi iman menurut
ahlussunnah terdiri dari tiga pokok, yaitu keyakinan hati, perkataan lisan, dan perbuatan
anggota badan. Sehingga berbuat dosa haram walaupun sudah beriman
Al-Asy’ari berpendapat bahwa mukmin yang berdosa besar adalah mukmin fasik, dan
iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufr. orang Islam yang melakukan dosa
besar itu tidak menjadi kafir dan tidak kekal didalam neraka. Bahkan kalau Tuhan
mengampuni dosanya, maka ada kemungkinan orang tersebut tidak akan masuk ke dalam
neraka.

Anda mungkin juga menyukai