Anda di halaman 1dari 5

Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern ini juga
belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari
berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang
budayadisebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya
disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenaihakikat manusia
inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana,
dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa
aliran yang mendasari yaitu :
Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau
materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia
adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi.
Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini
adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh.Adapun zat itu adalah manifestasi
daripada roh didunia ini.
Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itupada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani
dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak
tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya
dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi
membentukyang disebut manusia.
Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya aliran
ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia
itu sendiri didunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat manusia
yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia ini
sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam sendiri,
hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia
dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang
telah diberiamanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau
beribadah kepada Allah SWTsebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat
[51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdikepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna bahwa
penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang
ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak
mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu
ketidakmampuan manusia itumerupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya
manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-
lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari
beberapa hal diantaranya :
Manusia adalah makhluk yang keberadaanya didunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia,artinya manusia
ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul
segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam kehidupanya.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada kesadaran
untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Misalnya dalam
salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya pada ilahi.
Manusiaadalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah
makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai
makhluk yang istimewa.

KONSEP PSIKOLOGI ISLAM TENTANG MANUSIA


Apakah dan siapakah manusia? Pertanyaan klasik ini selalu menarik untuk
dijawab oleh umat manuia sepanjang zaman. Pembahasan ini mencoba menelaah
bagaimana pandangan psikologi modern tentang manusia dan pandangan psikologi
islami tentang manusia.
1. Manusia sebagai obyek study
Konsep manusia dalam disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern adalah
konsep sentral. Jika kita masuk dalam kajian-kajian psikologi, sosiologi, antropologi,
ekonomi, hukum, manajemen, sastra, filsafat ilmu pengetahuan dan teologi, maka
konsep-konsep manusia selalu menjadi faktor utama karena memegang peranan penting
dalam mengembangkan suatu teori atau disiplin ilmu. Konsep manusia ini akan
menentukan bagaimana penelitian terhadap manusia dilakukan dan bagaimana
perlakuan terhadap manusia dilangsungkan. Begitu juga jika kita
menelaah psikologi, maka setiap aliran, teori dan sistem psikologi senantiasa berakar
pada sebuah pendangan filsafat tentang manusia, apakah manusia itu. Seperti konsep-
konsep manusia dalam pandangan aliran-aliran psikologi modern (psikoanalisis,
humanistik dan behavioristik) yang setelah dilakukan analisis mempunyai kekurangan
masing-masing yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.1
2. Konsep Psikologi Islam Tentang Ciri-ciri Manusia
Membicarakan manusia adalah membicarakan sesuatu hal yang sulit, karena
banyak persoalan yang terkandung dalam diri manusia itu. Namun upaya merumuskan
pandangan tentang manusia dapat dilakukan dengan merujuk pada al-Qur’an dan al-
Hadits. Menurut Hanna Djumhana Bastaman dalam al-Qur’an wawasan tentang
manusia adalah:
Manusia mempunyai derajat yang sangat tinggi sebagai Khalifah
Manusia tidak menanggung dosa asal atau dosa turunan
Manusia merupakan kesatuan dari empat dimensi; fisik-biologis, mantalpsikis, sosio-
kultur, dan spiritual.
Dimensi spiritual (Ruhani, Ruh-ku) memungkinkan manusia mengadakan hubungan
dengan Tuhan melalui cara-cara yang diajarkan-Nya.
Manusia memiliki kebebasan berkehendak (freedom of will) yang memungkinkan
mengarahkan manusia kearah keluhuran atau kesesatan.
Manusia mempunyai akal sebagai kemampuan khusus dan dengan akalnya manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Manusia tak dibiarkan hidup tanpa bimbingan dan petunjuk-Nya. Tugas utama manusia
di bumi disamping sebagai Abdullah (hamba Allah) adalah sebagai khalifah. Agar
1
Munawir Haris, Pendekatan Psikologi, Vol 2, No.1, April 2017., hal 82
manusia dapat menjalankan tugas kekhalifahan dengan baik maka manusia dilengkapi
potensi-potensi yang memungkinkannya dapat memikul tugas tersebut. Potensi tersebut
diantaranya:
Ciri Pertama, manusia mempunyai raga dengan bentuk yang sebaikbaiknya.
Dengan fisik yang bagus diharapkan manusia bersyukur kepada Allah.2
Ciri kedua, manusia itu bersifat baik dari segi fitrah sejak semula. Manusia
tidak mewarisi dosa asal karena Adam dan Hawa keluar dari surga. Salah satu ciri
utama fitrah adalah menusia menerima Allah sebagai Tuhan. Sebab-sebab yang
menjadikan seseorang tidak percaya terhadap Tuhan bukanlah sifat dari asalnya, tetapi
ada kaitannya dengan alam sekitarnya. Konsep Islam ini bertentangan dengan kristen
tentang dosa asal dan konsep Behaviorisme yang menganggap manusia itu netral.
Ciri ketiga adalah ruh. Al-Qur’an secara tegas mengatakan bahwa kehidupan
manusia tergantung pada wujud ruh dalam badannya. Tentang bagaimana wujudnya,
bagaimana bentuknya dilarang untuk mempersoalkannya. Tentang ruh Al-Qur’an
menyatakan bahwa tingkah laku manusia adalah akibat dari interaksi antara ruh dan
badan. Dalam al-Quran Surah al-Hijr:29, “Maka apabila Aku Telah menyempurnakan
kejadiannya, dan Telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud”.
Ciri keempat adalah kebebasan kemauan atau kebebasan berkehendak yaitu
kebebasan untuk memilih tingkah lakunya sendiri, kebaikan atau keburukan. Sebagai
khalifah manusia menerima dengan kemauan sendiri amanah yang tidak dapat dipikul
oleh makhluk-makhluk lain. Dalam Q.S alKahfi:29, “Dan Katakanlah: "Kebenaran itu
datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir...". Artinya manusia boleh
menerima dan menolak untuk percaya kepada Allah, dia memiliki kebebasan
berkehendak.
Ciri yang kelima adalah akal. Akal dalam pengertian Islam bukanlah otak,
melainkan daya fikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal dalam Islam merupakan
ikatan dari tiga unsur yaitu pikiran, perasaan dan kemauan. Menurut T.M. Usman El-
Muhammady, bila ikatan itu tidak ada. Akal adalah alat yang menjadikan manusia
dapat melakukan pemilihan antara yang betul dan yang salah. Allah selalu
memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya agar dapat memahami fenomena
alam semesta. Akan tetapi disadari bahwa akal manusia punya keterbatasan.
2
.ibid., hal 83
Ciri keenam adalah nafsu. Nafs atau nafsu seringkali dikaitkan dengan gejolak
atau dorongan yang terdapat dalam diri manusia. Apabila dorongan itu berkuasa dan
manusia tidak mengendalikannya maka manusia akan tersesat.
Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan


kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek
ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada
hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang
menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang
menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu
penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan
sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini
Allah berfirman:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-
Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki 
supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki
yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).

DAFTAR PUSTAKA
https://aristasefree.wordpress.com/tag/fungsi-dan-peranan-manusia-dalam-islam/
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html
http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-dalam.html
http://www.scribd.com/doc/48595986/6/Tanggung-Jawab-Manusia-sebagai-Hamba-
dan-Khalifah-Allah

Anda mungkin juga menyukai