Anda di halaman 1dari 8

CITRA MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bimbingan Konseling Keagamaan

Dibuat Oleh:
Abdul Wahab Hasbulloh (20010580)
Aslinda Basarun (20010578)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH
SYAMSUL MA'ARIF
BONTANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya di dalam struktur kepribadian Islam para ahli membagi substansi
manusia menjadi tiga yaitu jasmani, ruhani dan nafs. Jasmani ialah bagian yang terdiri dari
organ fisik, dalam hal ini kita menganggap bahwa organ manusia lebih sempurna
dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya.
Substansi ke dua ialah ruhani, yang merupakan substansi psikis manusia yang menjadi
esensi kehidupan. Ruh ini bersifat ghaib atau tak dapat dinalar menggunakan panca indera.
Ruh diyakini telah hadir sebelum kita terlahir di dunia dan masih berusia empat bulan
dalam kandungan. Hingga akhirnya meskipun jasad kita sudah mati, namun ruh akan tetap
hidup.
Substansi ketiga ialah nafs yang dalam kajian Islam memiliki banyak arti. Nafs dapat
diartikan jiwa, kepribadian, dan substansi psikofisik manusia. Nafs adanya di alam jasad
dan rohani bergabung.
Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki ranking tertinggi dari
sekian kajian yang ada, selain objeknya yang unik, kajian itu dapat menghasilkan berbagai
persepsi dan konsepsi yang berbeda. Kehidupannya yang dinamis dan secara kualitas
berevolusi untuk mencapai kesempurnaan. Maksud citra disini adalah gambaran tentang
diri manusia yang berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut
merupakan sunnatullah yang dibawa sejak ia dilahirkan. Kondisi citra manusia secara
potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka eksistensinya menjadi hilang.
Namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia
sendiri.
Kajian tentang manusia saat ini sangat menarik dan diminati untuk dipelajari. Hal ini
karena objek yang dipelajari unik dan dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi
yang berbeda. Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia di dunia
bukan sekadar ada dan berada, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada. Ia berperan
sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya. Kehidupannya dinamis
dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai kesempurnaan. Karena itulah maka kajian
tentang manusia, tanpa mengenal perbedaan zaman, selalu relevan dan tidak akan pernah
mengalami kadaluwarsa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami sampaikan di atas, maka rumusan masalah yang
kami gunakan ialah;
1. Apa pengertian citra manusia
2. Bagaimana citra manusia dalam perpsektif psikologi Islam

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembahasan makalah kami ialah;
1. Untuk mengetahui pengertian citra manusia.
2. Untuk mengetahui citra manusia dalam perspektif psikologi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Pengertian Citra
Citra manusia ialah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan dengan
kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut merupakan sunnatullah yang
dibawa sejak lahir. Kondisi citra manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab
jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra itu
dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.
Dalam mengenal citra manusia kita tidak akan jauh dari sudut pandang
psikologi ataupun aliran filsafat. Dalam psikologi sendiri ada banyak aliran dengan
paham yang berbeda. Psiko-Analisis misalnya, menjadi aliran psikologi yang
menekankan analisis struktur kejiwaan manusia yang relatif stabil dan menetap.
Aliran ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang kemudian
disempurnakan oleh Carl Gustav Jung dan Erik H. Erikson.
Ciri utama aliran ini adalah menentukan aktivitas manusia berdasarkan
struktur jiwa yang terdiri atas id, ego dan superego. Kemudian dalam aliran ini
penggerak utama struktur manusia alah libido, sedangkan libido yang terkuat adalah
libido kemaluan. Karenanya, hampir seluruh tingkah laku manusia teraktual
disebabkan oleh motivasi libido kemaluan. Terakhir, pada aliran ini tingkat
kesadaran manusia terbagi atas alam pra-sadar (the preconscious), alam tak sadar (the
unconscious) dan alam sadar (the conscious).
Dengan pembagian tiga aspek struktur kepribadian, maka tingkat tertinggi
struktur kepribadian manusia adalah moralitas, sosialitas dan tidak menyentuh pada
aspek keagamaan. Freud menyatakan bahwa tingkatan moralitas digambarkan
sebagai tingkah laku yang irasional sebab tingkah laku ini hanya mengutamakan
nilai-nilai luas, bukan nilai-nilai yang berada dalam kesadaran manusia

Motivasi yang mendorong kepribadian adalah insting hidup yang disebut


dengan libido. Libido vane paling dominan dalam kepribadian manusia adalah libido
kemaluan yang terletak pada struktur id (aspek biologis manusia). Hal itu
menunjukkan bahwa aktualisasi aspek psikologis dan sosiologis manusia hanya
dimotivasi oleh peran kemaluan (syahwat)
Apabila peran kemaluan tidak berkeinginan untuk diaktualisasikan berarti
aspek psikologis dan sosiologis tidak akan terealisir, namun apabila ia berkeinginan
untuk diaktu alisasikan maka aktualitas itu sebenarnya merupakan tuntutan
keprimitifan tingkah laku manusia, sebab semuanya didorong oleh libido kemaluan
yang terpusat pada id.

Dari sini, hakikat tujuan hidup manusia menurut Freud hanya mengejar
kenikmatan, hedonisme, dan mengembangkan impuls-impuls hawa nafsunya yang
primitif, bukan ingin membangun cinta manusia yang sesungguhnya. Freud
selanjutnya tidak membedakan antara energi fisik dan energi psikis. Libido yang
terpusat pada id (aspek biologis) merupakan satusatunya energy yang digunakan
oleh aspek psikis dan fisik secara bergantian.

B. Citra Manusia dalam Sudut Pandang Psikologi Islam


Citra manusia yang dimaksud dalam perspektif psikologi Islam adalah fitrah.
Karena penciptaannya tidak ada perubahan, sebab jika berubah maka eksistensi
manusia akan hilang. Dalam literarur Islam, istilah fitrah memiliki makna yang
beragam karena disebabkan oleh pemilihan sudut makna. Fitrah dapat dimaknai secara
etimologi, nasabi (relational meaning) dan terminologi.
Secara Etimologi Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya”,
seperti orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut dapat berkembang
menjadi dua makna pokok yaitu fitrah berarti al-insyiqâq atau al-syaqq yang
berarti al-inkisâr (pecah atau belah) dan fitrah berarti al-khilqah, al-jihad, atau al-
ibda’ (penciptaan).
Makna nasabi diambil dari pemahaman beberapa ayat dan hadits Nabi dimana
kata fitrah itu berada. Pertama, fitrah berarti suci (al-thuhr). Kedua, fitrah berarti
potensi berislam (al-din al-islamiy) yang dikemukakan oleh Abu Hurairah.
Ketiga, fitrah berarti mengakui keesaan Allah. Ke empat, fitrah berarti kondisi selamat
(al-salaamah) dan kontinuitas (al-istiqaamah), pemaknaan ini dikemukaan oleh Abu
Umar Ibn'Abd al-Bar. Ke lima, fitrah berarti perasaan yang tulus (al-ikhlas).
Keenam, fitrah berarti kesanggupan atau presdiposisi untuk menerima kebenaran
(isti'daad li qabuul al-baq). Ketujuh, fitrah berarti potensi dasar manusia atau perasaan
untuk beribadah (syu'ur lil al-'ubudiyah) dan makrifat kepada Allah. Kedelapan, fitrah
berarti ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan (al-sa'aadat) dan
kesengsaraan (al-syaqaawat) hidup. Kesembilan,fitrah berarti tabiat atau watak asli
manusia (thabi'iyah al-insaan/human nature). Kesepuluh, fitrah berarti sifat-sifat Allah
SWT, yang ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan. Kesebelas, fitrah dalam
beberapa hadits memiliki arti takdir atau status anak yang dilahirkan.
Secara terminology: Berdasarkan makna etimologi dan nasabi maka dapat
disimpulkan bahwa secara terminology "fitrah adalah citra asli yang dinamis, yang
terdapat pada sistem-sistem psikofisik manusia, dan dapat diaktualisasikan dalam
bentuk tingkah laku. Citra unik tersebut telah ada sejak awal penciptaanya".
Konsep fitrah dalam Islam menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra
unik itu menjadi landasan bagi kontruksi psikologis Islam. Citra unik manusia dalam
psikologis Islam dapat disederhanakan dalam beberapa point berikut ini
a) Manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti membawa potensi suci,
ber-Islam, bertauhid, ikhlas, mampu memikul amanah Allah SWT, untuk
menjadi khalifah dan hamba-Nya di muka bumi, dan memiliki potensi dan
daya pilih.
b) Selain jasad, manusia memiliki ruh yang berasal dari Tuhan. Ruh menjadi
esensi kehidupan manusia. Melalui fitrah ruhani maka hakikat manusia tidak
hanya dilihat dari aspek biologis namun juga dari aspek ruhaniah. Kebutuhan
ruh yang utama adalah agama, yang teraktualisasi dalam bentuk ibadah.
Periode kehidupan manusia bukan hanya diawali dari pra-natal sampai
kematian, tetapi jauh sebelum dan sesudahnya masih terdapat alam lagi, yaitu
alam perjanjian (pra kehidupan dunia), alam dunia, dan alam akhirat (pasca
kehidupan di dunia).
c) Melalui fitrah nafs (psikofisik) dalam psikologi Islam maka pusat tingkah
laku adalah kalbu, bukan otak atau jasmani manusia. Manusia dapat
memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti pengetahuan intuitif
dalam bentuk wahyu dan ilham. Tingkat kepribadian manusia tidak hanya
sampai pada humanitas atau sosialitas saja, tetapi sampai pada berketuhanan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Citra manusia ialah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan dengan kualitas-
kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut merupakan sunnatullah yang dibawa sejak lahir.
Kondisi citra manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka eksistensi
manusia menjadi hilang. Namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak
dan pilihan manusia sendiri.
Konsep fitrah dalam Islam menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra unik itu
menjadi landasan bagi kontruksi psikologis Islam. Dalam Islam fitrah manusia terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu jasmani yang berkaitan dengan fisik, ruhani yang berkaitan dengan aspek
non fisik, dan nafs yang berkaitan dengan kalbu.
DAFTAR PUSTAKA
Mujib, Abdul. 2017. " Teori Kepribadian Psikologi Islam". Jakarta: Rajawali Pers
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. (2003). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta:
Rajawali Press - PT Raja Grafindo Persada
https://www.kompasiana.com/audinaputrip
https://www.hipwee.com/narasi/mengenal-citra-manusia-dari-sudut-pandang-
psikoanalisis/

Anda mungkin juga menyukai