JABARIYAH
Kelompok IV
JURUSAN TARBIYAH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari
faktor historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi
Muhammad saw. wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul
kepermukaan. Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa
pengganti pemimpin setelah Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa
dihindari. Semua terbungkus dalam isu-isu yang bernuansa politik, dan
kemudian berkembang pada persoalan keyakinan tentang tuhan dengan
mengikut sertakan kelompok-kelompok mereka sebagai pemegang “predikat
kebenaran”.
Perpecahan semakin meruncing ketika pada masa pemerintahan Ali,
hal yang sentral diperdebatkan adalah masalah ”Imamah” atau kepemimpin.
Golongan Syi‟ah yang pro terhadap Ali sangat mendukung bahwa imamah
harus diserahkan kepada Ali dan keturunannya. Sedangakan Khawarij dan
Mu‟tazilah menentang dengan pendapat mereka, bahwa siapapun berhak
menduduki kursi kepemimpinan, termasuk budak. Jika ia memang dari kaum
Muslim yang cakap dan berkualitas.
Terjadinya pembunuhan Utsman ra. (17 Juni 656 M), oleh
pemberontak dari Mesir. Merupakan fase kedua sengitnya perdebatan
mengenai siapa yang benar dan siapa yang salah. Tidak berhenti sampai di
situ perdebatan semakin meluas tentang persoalan “dosa kecil” sampai pada
“dosa besar”. Bahkan pada ranah “keimanan”. Dan penentuan siapa yang
dianggap “mu’min”, “kafir”, “fasik”, dan bagaimana kedudukan mereka di
akhirat nanti, serta tindakan Tuhan bagi perbuatan mereka.
Yang kemudian menjadi tema sentral dalam pembahasan makalah ini
adalah Aliran Jabariyah, sebagai salah satu aliran yang pernah eksis dan
menjadi bahan perbincangan oleh banyak orang. Dan untuk memfokuskan
bagi para pembaca, maka rumusan masalah yang akan menjadi pemaparan
penulis sebagai berikut;
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jabariyah?
2. Bagaimana sejarah aliran jabariyah?
3. Bagaimana tokoh-tokoh dan ajaran jabariyah?
4. Apa saja pokok-pokok ajaran jabariyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jabariyah.
2. Untuk mengetahui sejarah aliran jabariyah.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan ajaran jabariyah.
4. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran jabariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata “jabara” yang mengandung arti
memaksa. Menurut al-Syakhrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut
kepada Allah swt.
Faham jabariyah ini diperkenalkan pertama kali oleh al-Ja‟id bin
Dirham di Damaskus yang kemudian disiarkan oleh muridnya Jahm bin
Safwan dari Khurasan. Oleh sebab itu, golongan ini disebut juga dengan
golongan Jahamiyah.1Menurut paham ini, manusia tidak kuasa atas sesuatu.
Karena itu, manusia tidak dapat diberi sifat “mampu” (istitha’ah). Manusia
sebagaimana dikatakan, Jahm bin Shafwan, terpaksa atas perbuatan-
perbuatannya tanpa ada kuasa (qudrah), kehendak (iradah), dan pilihan bebas
(al-ikhtiyar). Tuhanlah yang menciptakan perbuatan manusia, sebagaimana
perbuatan Tuhan atas benda-benda mati.2Dengan kata lain perbuatan manusia
sudah ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Sehingga posisi
manusia dalam faham ini tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri,
tetapi terikat kehendak mutlak Tuhan. Dalam istilah Inggris faham ini disebut
fatalisme atau predistination, yaitu faham bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qadha dan qadhar Tuhan. Maka doktrin aliran
jabariyah ini menganut faham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam menentukan kehendak dan perbuatannya, tetapi perbuatannya dalam
keadaan terpaksa.3
Selain ituia juga berpendapat bahwa tuhan tidak memiliki sifat-sifat
yang dimiliki manusia. Karena apabila sifat-sifat yang dimiliki manusia juga
disifatkan kepada tuhan, maka hal ini dipandang amat berbahaya dan
dikhawatirkan akan membawa amat tasybih, seperti keadaan Allah ta‟ala itu
tahu dan hidup.
1Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 139-140
2 M. Amin Nurdin, dkk, Sejarah Pemikiran Islam, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 41
3 Mulyono & Bashori, Op.Cit, hlm. 140
Al-Baghdadi menuturkan didalam al-Farqu Bainal Firaq, tentang
pendapat Jahm ini bahwa: tuhan adalah Maha Kuasa, Maha Pencipta, yang
mematikan dan menghidupkan. Sifat-sifat yang demikian khusus bagi tuhan
saja. Tidak ada tindakan dan perbuatan bagi seseorang kecuali perbuatan dan
tindakan Allah swt.
Lebih lanjut M. Laily Mansur LPH, menganggap bahwa aliran yang
berfaham demikian hanya mendasarkan terhadap penafsiran ayat-ayat dalam
al-Quran menurut pemahamannya sendiri sebagaimana disebutkan dalam al-
Quran:
a. Surah as-Saffah 96 ditegaskan:
7Prof. Dr. H. Ris‟an Rusli, M.Ag.,2014.Teologi Islam,Prenadamedia Group, Jakarta. Hlm. 30-32
2. Jaham ibn sofwan
Jaham Ibn Sofyan digelar oleh Abu Mahroj dia adalah seorang
pemimpin Bani Rosib dari Azd. Ia pandai berbicara dan seorang orator,
karena kepandaianya berbicara serta ke pasihannya, ia di angkat sebagai
juru tulis dan seorang muballig. Di samping itu, ia juga sebagai seorang
ahli debat. Akhir hayatnya ia di bunuh oleh Muslim Ibn Ahwaz Al-Mazini
pada akhir masa Bani Marwan. Paham-pahamnya dalam teologi:
a. Bahwa kalamullah (wahyu)Allah itu baru, bukan qodim dan tidak
kekal.
b. Tuhan tidak dapat di sifati dengan sifat-sifat yang di miliki makhluknya
karena dengan mensifatinya akan menimbulkan persamaan.
c. Iman adalah makrifah, sedangkan kufur adalah al-jahluh. Oleh sebab itu
orang yahudi yang mengetahui sifat-sifat nabi juga mukmin.
d. Surga dan neraka adalah baru, ia akan rusak, karena tidak ada
sesuatupun yang kekal selain Allah, adanya ungkapan al-khulud di
dalam Al-Quran adalah hanya menggambarkan lamanya, bukan
kekalnya.
Paham Jaham Ibn Sofyan di atas berkembang di daerah Khurasan
dan sekitarnya, setelah ia mati terbunuh selanjutnya dikembangkan oleh
para pengikutnya di nahwan sampai dikalahkan oleh Abu Mansur al-
Maturidi.
3. Al-Husain Ibn Muhammad Al-Najjar
Pengikut-pengikut Al-Husain Ibn Muhammad Al-Najjar disebut
dengan al-najjariyah, paham-pahamnya yang mereka kemukakan ialah:
a) Kalamuallah bersifat baru
b) Orang yang berakal sebelum turunnya wahyu wajib mengetahui tuhan
dengan najhar.
c) Tuhanlah yang menciptakan perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia.
d) Dalam masalah rukyah, manusia tidak bisa melakukannya dengan mata
kepala, hal ini mustahil terjadi tetapi ia tidak mengingkari kemungkinan
allah memindahkan kekuatan hati untuk makrifat dengan Allah.
e) Tingkah laku manusia yang ditimbulkan oleh iman disebut taat, bukan
iman, gabungan dari keduanya baru disebut iman tetapi bila keduanya
berpisah satu sama lain maka tidak bisa disebut apa-apa.
4. Dharar Ibn Umar Dan Al-Hafash Al-Fard
Para pengikut Dharar Ibn Umar Dan Al-Hafash Al-Fard disebut
dhirorish. Paham-paham ynag mereka kemukakan antara lain:
a. Perbuatan manusia di ciptakan tuhan, manusia adalah muktasib.
b. Tidak adanya sifat-sifat tuhan.
c. Orang asing yang bukan dari suku Quraisy boleh memegang imamah,
bahkan apabila suku Quraisy berkumpul dengan yang bukan qurais,
maka yang bukan Quraisy harus di dahulukan karena jumlah orang
yang bukan Quraisy lebih sedikit.
8 Drs. M. Noor Matdawam, 1995. Aqidah Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Lintasan Sejarah
Dinamika Budaya Manusia. Bina Karier, Yogyakarta, Hlm. 69
9 Drs. H. Latief Mahmud, M.Ag., 2006. Ilmu Kalam.Pamekasan: StainPress
dan perbuatan seseorang kecuali perbuatan dan tindakan Allah SWT. Faham
Jabariyah dikategorikan sebagai faham fatalis. Dalam filsafat Determinisme
manusia dianggap sebab segalanya telah di bentuk sebelumnya Determinisme
teologi menganggap bahwa ketentuan itu datang dalam alam mikro dan
makro kosmos sebagaimana yang terdapat dalam filsafat Cina kuno, Filsafat
Mesir kuno dan filsafat Yunani. Dalil-dalil naqli yang digunakan faham
Jabariyah adalah seperti dalam firman Allah SWT:
“Wahai Tuhan kami janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang
kami tidak sanggup”.(QS. Al-Baqarah:286).
“Allah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat”.(QS.
Shaffat:96).
“Mereka sebenarnya tidak akan percaya sekiranya Allah
menghendaki”.(QS Al-An‟am:112).9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Nama jabariyah berasal dari kata “jabara” yang mengandung arti
memaksa. Menurut al-Syakhrastani bahwa jabariyah berarti
menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan
perbuatan tersebut kepada Allah.
b. Pemunculan aliran Jabariyah berpangkal dari persoalan teologis yang
kedua, yaitu persoalan takdir Tuhan dalam kaitannya dengan kehendak dan
perbuatan manusia. Bibit perbedaan paham tentang takdir ini sudah
tampak pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, tetapi belum
meninggalkan perbincangan dan perdebatan yang serius, karena Nabi
sendiri pernah memarahi dan menghentikan perbincangan tentang takdir
tersebut.
c. Al-Syahrastani menampilkan 4 pemuka dari aliran Jabariyah, yaitu Jaham
Ibn Sofwan yang alirannya disebut al-Jahmiah, al-Khusain Ibn
Muhammad al-Najjar yang alirannya disebut al-Najjariyah, Ibn Umar dan
Hafash al-Fard yang alirannya disebut al-Diroriah.
d. Pokok-pokok ajaran aliran Jabariyah ini adalah kebalikan dari ajaran
Qadariyah. Dengan kata lain, Jabariyah ini merupakan garis tolak belakang
dengan ajaran Qadariyah dalam soal takdir.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak kekurangan
diantaranya adalah kurangnya referensi yang relevan dan pembahasan yang
kurang detail. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan,
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan
kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono & Bashori. 2010. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. Malang: UIN Maliki Press.
Nurdin, M. Amin. 2014. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Amzah.
Rusli, Ris‟an. 2014. Teologi Islam. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yusuf, M. Yunan. Alam Pemikiran Islam Pemikiran Kalam. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Matdawam, M. Noor. 1995. Aqidah Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Lintasan
Sejarah Dinamika Budaya Manusia. Yogyakarta: Bina Karier.
Mahmud, Latief. 2006. Ilmu Kalam. Pamekasan: StainPress.