Anda di halaman 1dari 6

KESEMPURNAAN PENEBUSAN YESUS

DISUSUN OLEH:

Maulana
Evan
Sapril

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI EFRATA


SIDOARJO
2022
BAB I

LATAR BELAKANG

Setelah kejatuhan manusia dalam dosa maka hubungan manusia dengan Allah

telah terputus, Kejatuhan manusia berakibat fatal yaitu maut (Kej. 2:17). sehingga

manusia memerlukan yang namanya penebusan diri dari dosa, sehingga dalam

Pernjanjian Lama manusa memberikan korban bakaran bagi Allah untuk penebusan dosa.

Akan tetapi korban-korban persembahan menurut hukum Taurat tidak dapat dengan

sendirinya menghapus dosa.1

. Hal ini yang sangat sulit lepas dari manusia. Kerap kali orang-orang mengatakan

istilah, bahwa “kita manusia biasa yang tidak luput dari dosa”. Para pelaku dosa adalah

orang-orang yang tercela, baik dalam pandangan Tuhan maupun manusia. Akan

mendapat ganjaran berupa hukuman dan siksaan dari Tuhan. Sebagai manusia berakal

dan beriman menginginkan hidup yang bahagia dan bebas dari celaka dan sengsara di

dunia maupun di akhirat.2 oleh karena itulah Allah memberikan AnakNya yang tunggal

untuk menebus manusia dari hukuman dosa. “Karena begitu besar kasih Allah akan

dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang

yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”(Yoh. 3:16).

1
Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry: Surat Ibrani, Yakobus, 1 & 2 Ptr. 1- 3 Yohanes, Yudas, Kitab Wahyu
(Surabaya: Momentum, 2016), 161.
2
Tarpin, “Pandangan Kristen Tentang Dosa: Asal Muasal dan Cara Menebusnya,” Jurnal Ushuluddin 16, No. 2 (Juli
2010): 221, diakses 22 April 2022, http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/677.
Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai

berikut: Apakah pengorbanan Yesus seorang diri cukup untuk menebus seluruh

manusia yang berdosa.


BAB II

PEMBAHASAN

Apakah hanya Yesus yang mampu menebus dosa manusia?

Keberdosaan manusia

Dosa merupakan fenomena masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang

pasti. Manusia mengakui keberdosaannya, namun masih saja tidak bisa mengatasinya secara

tuntas. Kata dosa sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kata yang berhubungan erat dengan

pelanggaran terhadap Taurat, yang diimani sebagai hukum yang berasal dari Allah. Kata dosa

juga dapat menjadi sebuah istilah yang ingin menggambarkan tentang pemberontakan atau

perlawanan manusia terhadap Allah, dimana yang dimakasud manusia menganggap diinya dapat

hidup tanpa Allah, mengandalakan kemampuannya sendiri tanpa mau di tuntut oleh pihak mana

pun termasuk oleh Allah.

Dalam perjanjian lama ada beberapa kata untuk dosa “Khatta” yang memiliki arti “tidak

kena”. dalam Perjanjian Baru dosa adalah “a nomia” (1 Yoh. 3:4). jadi dapat di simpulkan

bahwa dosa adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. 3 Dosa yang telah ada

sejak sebelum kejatuhan Adam dan Hawa ini membawa kerusakan permanen, sehingga Allah

memutuskan bahwa seluruh manusia adalah orang yang berdosa, atau yang sering kita kenal

dengan istilah dosa asali atau dosa keturunan. “Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang

semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang

menjadi orang benar (Rom 5: 18-19)”.

3
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2002), 21
Berkenaan dengan semua ini maka jelas merupakan suatu penghujatan jika mengatakan

bahwa Allah adalah pembuat dosa.4 Jadi dikarenakan manusia berdosa dan tidak ada yang tidak

berdosa maka upaya untuk memperbaiki hal ini harus ada penebusan dosa, dan yang dapat

melakukannya hanyalah Allah itu sendiri. Lalu apakah kesalehan manusia dapat menebus

keberdosaan manusia? Ternyata tidak, Yesaya 64:6 mengatakan bahwa kesalehan manusia ibarat

kain kotor yang berarti kesalehan manusia tidak ada artinya dimata Allah sebab itu kesalehan

manusia tidaklah lantas dapat menghapus kesalahan manusia. Efesus 2:8 juga mengatakan bahwa

keselamatan itu bukan hasil dari usaha manusia tetapi murni atas pemberian Allah.

Kejatuhan malaikat

Di dalam Alkitab tidak mencatat secara eksplisit tentang asal penciptaan malaikat, dan

begitu juga akan kejatuhan malaikat sama juga tidak tercatat di dalam Alkitab secara eksplisit.

Peneybab kejatuhan malaikan, yaitu kudeta (Yesaya 14: 13-16):

Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang


Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang
paling dalam di liang kubur. Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan
mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan
yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, yang telah membuat dunia seperti
padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya
yang terkurung pulang ke rumah?

Ayat ini dengan jelas memberitahukan kepada kita bahwa malaikat jatuh diakibatkan
keinginan hatinya untuk menyamai Yang Mahatinggi, hal ini berati dia ingin merebut kekuasaan
yang disebut kudeta. Dimana hal tersebut di mulai dari sifat kesombongan, dan merasa mampu
melampaui “Yang Mahatinggi” sebagaimana dapat juga kita lihat dalam diri manusia.

4
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 (Doktrin Manusia), 85-91
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai