Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Kehidupan manusia dan Kejatuhan dalam Dosa”

Disusun oleh :
1.Elhaga Zebua (Ketua) 5. Mulianur Zebua

2. Rut Zebua ( Sekretaris) 6. Patrycya Telaumbanua

3. Naomi Zebua 7. Heri Yanto Laoli

4. Yossephyn Zebua

Guru Pembimbing : Ibu I. Tensif Zebua

KATA PENGANTAR
Segala syukur dan pujian hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-
Nya yang melimpah , kemurahan dan kasih setia-Nya yang besar akhirnya kami dari
kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan dengan baik.

Adapun isi dari makalah ini diberi judul “Kehidupan Manusia dan Kejatuhan
dalam Dosa”, yang isinya dijabarkan dari 3 pertanyaan yang telah diberikan oleh Guru
Pembimbing Sidi, yaitu :

1. Bagaimanakah keadaan kehidupan manusia sebagai gambar Allah ( Imago Dei)?


2. Dalam arti apakah manusia mengalami kematian ? ( Kejadian 3:4)
3. Apa akibat dari kejatuhan manusia dalam dosa?

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu

kami mengharapkan saran dan kritikan mengenai isi dari makalah kami ini untuk
menyempurnakannya.

Semoga Tuhan YME senantiasa menyertai kita dan melimpahkan berkatnya


kepada kita semua. Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih yang sebesar besarnya
kepada kita semua. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
memerlukannya.

Gunungsitoli, 27 Juni 2021

Kelompok 3
Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya (Imago Dei).
Bagian lain dari Alkitab yang relevan dengan pengajaran ini adalah dalam
Kejadian 5:1,3 yang memuat tentang penularan gambar Adam kepada
keturunannya; Allah menciptakan manusia dengan begitu rupa, segambar dan
serupa dengan Dia, itulah sebabnya manusia adalah ciptaan yang berbeda
dengan ciptaan lainnya. Oleh karena keistimewaan inilah yang membuat
manusia dapat berkarya di alam semesta ini. Gambar dan rupa Allah ini adalah
suatu kualitas yang menjadikan manusia istimewa dalam hubungannya dengan
Allah.

Gambar adalah gambar alamiah milik manusia sebagai makhluk yang


dciptakan termasuk di dalamnya ialah kerohanian, kebebasan, dan kekekalan.
Rupa adalah gambar moral yang bukan milik manusia pada saat ia diciptakan
tetapi yang pada mula sekali ditambahkan dengan cepat pada manusia.
Penambahan ini perlu karena kecenderungan wajar pada keinginan yang lebih
rendah walau hal itu bukannya dosa. Pada waktu manusia berdosa, ia
kehilangan rupa Allah tetapi tetap memiliki gambar.

Manusia diciptakan dengan kapasitas untuk memiliki hubungan yang


serupa dengan sesamanya, menunjukkan bahwa ia diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah. Imago Dei pertama-tama terletak dalam hubungan manusia
dengan Allah, tanggung jawabnya kapada Allah dan kemungkinan adanya
persekutuan dengan Allah. Pemahamannya adalah bahwa Allah yang
berkehendak untuk memuliakan diriNya sendiri, menghendaki manusia
menjadi makhluk yang menanggapi panggilan kasihNya dengan tanggapan kasih
yang penuh syukur.

Beberapa teolog mengidentifikasi bahwa kemampuan manusia untuk


berpikir dan berargumentasi adalah cerminan penting dari Imago Dei. Dalam
Alkitab dikatakan : Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi. Keistimewaan manusia terhadap
ciptaan lainnya meliputi segala aspek, baik akal budi, perasaan, pikiran,
pertimbangan, fisik, termasuk esensi manusia itu sendiri, yakni sebagai Imago
Dei. Ketika Allah menciptakan ciptaan lainnya, Allah menciptakannya menurut
jenisnnya artinya setiap jenis berasal dari jenisnya. Penciptaan ini jelas
berbeda dengan penciptaan manusia, yang diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah.

Kata (Segambar) tidak mengacu pada suatu kesanggupan dalam diri


manusia, melainkan pada kenyataan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai
rekanNya dan bahwa manusia dapat hidup bersama dengan Allah. Jadi,
gambar Allah bukan sesuatu yang dimiliki manusia atau sesuatu kemampuan
untuk menjadi sesuatu melainkan suatu hubungan Allah dengan manusia
sebagai mitra kerja atau wakil Allah di bumi. Makna dari gambar dan rupa
Allah di dalam diri manusia adalah:

(1) Kemampuan manusia untuk bersekutu dengan Allah

(2) kemampuan manusia untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah


dalam penciptaan

(3) kemampuan manusia untuk memerintah semesta alam bersama dengan


Allah.

Dan Gambar dan rupa tersebut dapat ditemukan di dalam hakikat kerohanian,
kepribadian dengan kesadaran diri, akal budi kehendak dan
pertanggungjawaban moral manusia

Maka kita ketahui bahwa frasa Imago Dei memiliki arti yang sama,
yaitu menjelaskan keunikan, keunggulan manusia yang bernilai sangat tinggi
dari pada ciptaan yang lain. Ada beberapa hal yang memberikan keuntungan
dari Imago Dei, yakni : membedakan manusia, yang diciptakan mengacu pada
Pencipta, dengan ciptaan lain, yang diciptakan mengacu pada ciptaan;
memampukan manusia menjalin relasi yang intim dengan Allah, memahami dan
melaksanakan kehendak Allah dalam ciptaan; menetapkan manusia sebagai
wakilNya yang berkuasa atas ciptaan lain dan untuk memerintah semesta alam
bersama Allah; memberi kemampuan kepada manusia untuk bersekutu dengan
sesamanya, sebagaimana persekutuan Allah; mewarisi sifat-sifat Allah, yaitu
sifat yang tidak mutlak

Di dalam Kristus, manusia melihat apa sesungguhnya yang dimaksudkan


dengan kemanusiaan. Imago Dei dimungkinkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus dan untuk menjadi wakil Allah di bumi. Di dalam Kristus Imago
Dei yang dipulihkan akan menjadi Benih Emas (Golden Seed) dalam kehidupan
manusia yang dapat menghasilkan pencapaianpencapaian emas yang luar biasa
Kematian merupakan sebuah kenyataan hidup yang harus dialami oleh setiap
manusia siapapun dia. Menghadapi kenyataan ini sadar atau tidak, kita sering merasa
takut akan kenyataan akhir hidup kita di dunia ini. Kematian lalu dipandang sebagai
suatu kenyataan yang akan menghapus segala keberadaan hidup manusia. Tidak
heran kalau kemudian ada begitu banyak orang memuja kehidupan dan masa muda
yang penuh vitalitas serta sebisa mungkin menghindar dari ketuaan.

Berikut uraian mengenai beberapa gagasan tentang kematian itu sendiri dari
perspektif iman kristiani :

I. Kematian sebagai Kodrat Manusia


I.1. Apa itu Kematian Manusia?
 I.1.1. Pandangan umum
Kematian adalah kenyataan paling penting dalam kehidupan seseorang.Lewat
kematian seseorang beralih dari keadaan fana dunia ini ke keadaan pasti di
akhirat sebagai keselamatan atau kegagalan abadi.Poerdarminta
mendefenisikan, kematian (‘mati’) adalah tidak bernyawa lagi, tidak hidup lagi
atau meninggal dunia.Pemahanan ini menghubungkan kematian dengan
kehidupan.Sementara itu dari sudut pandang ilmu kedokteran, kematian
dipandang sebagai pemberhentian kehidupan dalam organisme tumbuh-
tumbuhan, binatang atau manusia.Kematian dipandang sebagai konsekuensi
logis dari kenyataan natural dari mahkluk bertubuh.
 I.1.2. Menurut Kitab Suci
Secara umum dalam Kitab Suci, kematian adalah peralihan status “hidup”
kepada status “tidak hidup”, tidak dipandang sebagai pemisahan jiwa dari
badan melainkan sebagai hilangnya vitalitas: hidup berhenti, tetapi bayang-
bayang manusia masih hidup dalam Syeol (dunia bawah tanah). Orang-orang
yang meninggal bukan lagi “jiwa yang hidup” sebagaimana statusnya sejak ia
tercipta (1 Kor 15:45), sebab ia sudah ditinggalkan oleh Roh yang kembali
kepada Allah, satu-satunya yang tidak pernah mati (Pkh 12:7; 1 Tim 6:16).
Dalam Perjanjian Baru, kematian paling sering muncul dalam konteks
kebangkitan, bukan dalam konteks kebinasaan. Kitab Suci menegaskan bahwa
kehidupan dan kematian adalah dua realitas eksistensial yang harus dijalani
oleh setiap orang (2 Sam 1: 23; Ams 18: 21). Kematian dirumuskan hakekatnya
sebagai penarikan kembali nafas kehidupan atau Roh Allah dari dalam
kehidupan manusia (Ayb 34: 14-15). Manusia dianggap sudah mati, ketika
nafas kehidupan sudah tidak ada lagi dalam tubuhnya (1 Raj 17: 17).
Kenyataan tentang kematian ini secara tegas dapat ditemukan dalam kitab
Pengkhotbah yang mengatakan bahwa setiap makhluk sama dihadapan
kematian (Pkh 2: 16). Dalam konteks Perjanjian Baru, kematian lebih
dimengerti sebagai mati bersama Kristus dengan harapan akan bangkit
bersama Kristus. Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi, mengungkapkan
arti kematian kristen, bahwa oleh Kristus kematian itu memiliki arti yang
lebih positif “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:
21). Dengan ini Paulus menampilkan dimensi baru dari kematian kita: “Jika kita
mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia (2 Tim 2: 11). Aspek yang
baru pada kematian kristen terdapat dalam kata-kata ini: “oleh pembaptisan
warga kristen secara sakramental sudah ‘mati bersama Kristrus’, supaya
dapat menghidupi satu kehidupan baru”. Dalam pandangan Paulus itu kita
mengerti bahwa kematian merupakan titik akhir peziarahan manusia di dunia
ini. Kematian merupakan suatu kesadaran bahwa hidup manusia adalah
terbatas di hadapan Allah. Keterbatasan manusia di hadapan Allah ini
disebabkan oleh kuasa dosa. Dosa telah membawa manusia kepada kematian
dan keterputusan relasi dengan Allah sendiri. Kitab Mazmur mengungkapkan
realita ini dengan baik: “Masa hidup kita tujuh puluh tahun dan jika kita kuat
delapan puluh” (Mzm 90: 10). Ungkapan kitab Mazmur ini mengingatkan
kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara.
II. Kematian sebagai Konsekuensi dari Dosa
 II.1. Dosa
Dosa adalah suatu pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran dan hati nurani
yang baik.Dosa adalah suatu kesalahan terhadap kasih yang benar terhadap
Allah dan sesama atas dasar suatu ketergantungan yang tidak normal kepada
sesuatu. Dosa adalah suatu penghinaan terhadap Allah, seperti yang tertulis:
“Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan
apa yang Kauanggap jahat” (Mzm 51:6). Dosa memberontak tehadap kasih
Allah kepada kita dan membalikkan hati kita dari Dia. Seperti dosa perdana,
ia adalah satu ketidak-taatan, satu pemberontakkan terhadap Allah, oleh
kehendak menjadi “seperti Allah”, dan olehnya mengetahui dan menentukan
apa yang baik dan apa yang jahat (Kej 3: 5). Dengan demikian dosa adalah
“cinta diri yang mengikat sampai menjadi penghinaan Allah.Karena keangkuhan
ini, maka dosa bertentangan penuh dengan ketaatan Yesus yang melaksanakan
keselamatan.
 II.2. Upah Dosa: Maut
Gereja memandang kematian selain sebagai akhir hidup manusia, tetapi juga
kematian dipandang sebagai akibat dari dosa. Karena kematian adalah akibat
dosa, maka kematian itu tidak netral dan bukan sesuatu yang baik bagi
manusia. Sebab itu kematian membutuhkan penebusan.
Kematian badani adalah satu akibat dari dosa, bukan karena satu hukuman
alam, sebab Allah tidak menentukan nasib manusia lewat kematian seperti itu.
Kitab Suci membuktikan bahwa dalam hubungan dengan siksa di taman
Firdaus, Allah bersabda: “Engkau berasal dari debu dan engkau harus kembali
menjadi debu” ( Kej 3: 19). Kematian itu bukanlah sesuatu yang baik, karena
membuat orang yang mati menderita. Kematian itu pahit, karena memisahkan
badan dan jiwa dan ini bertentangan dengan hukum alam. Kematian adalah
sesungguhnya satu siksaan bagi semua orang yang dilahirkan sebagai akibat
dari keturunan manusia pertama.Kematian adalah upah dosa, Kematian itu
merupakan sarana Tuhan untuk ‘menakuti’ supaya manusia jangan berdosa
lagi”.Sebab itu kematian bukanlah sesuatu yang baik. Dengan kata lain, bila
orang menjalankan satu hidup yang baik, maka kematian bukanlah malapetaka.
Dari pernyataan ini kita mengerti bahwa kematian telah masuk ke dalam
dunia, karena manusia telah berdosa. Kematian adalah musuh terakhir
manusia yang harus dikalahkan.
Nabi Yehezkiel mengungkapkan bahwa Allah tidak berkenan pada kematian
orang berdosa, melainkan supaya mereka bertobat dan hidup (Yeh 33:11).
Kematian tidak berasal dari Allah tetapi dari manusia itu sendiri,karena dosa,
manusia diperhadapkan dengan maut yang tidak terelakan. Manusia yang
berdosa dikuasai oleh maut dan ia tidak dapat membangun relasi dengan Allah
(Roma 5:12-14).
III. Kematian sebagai Jalan Penebusan
Dalam perspektif iman kristiani, dosa mendatangkan maut dan bahwa maut
mengakhiri segalanya.Tetapi maut bukan akhir dari segalanya atau batas akhir hidup
kita.Kematian merupakan jalan masuk kepada penebusan dan pemuliaan kita dalam
Allah.Kematian sebagai sarana penebusan berkaitan erat dengan pribadi
Kristus.Dalam Yesus Kristus dan berkat kematianNya, manusia boleh terus berharap
pada penyelamatan Allah. Karena itu kematian sebagai sarana penebusan lalu
ditempatkan dalam perspektif kematian Kristus.Dalam dan melalui Yesus Kristus,
Allah menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian.Tindakan penyelamatan Allah
bukan demi kepentingan Allah, melainkan demi manusia. Allah sebagai Allah yang
maha cinta tidak membiarkan ciptaan kesayanganNya binasa dari mati karena dosa.
Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk hidup.
Yesus memilih kematian sebagai jalan satu-satunya kepada penebusan. Yesus
menyadarai bahwa hanya melalui kematian, penebusan dapat terlaksana. Karena itu
Yesus tidak menolak dari kematian, melainkan siap menerimanya sebagai jalan yang
harus dilalui untuk menghantar manusia kepada persekutuan yang selamat dengan
Allah Bapa. Menerima kematian sebagai sarana penebusan dengan demikian
membutuhkan iman percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit dan menebus
dosa-dosa manusia. Kematian hanya dapat diterima sebagai rahmat penebusan juga
ditegaskan oleh rasul Paulus kepada umat di Korintus: “Jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu” (1 Kor 15: 17).
Yesus sendiri menegaskan “Akulah kebangkitan dan hidup, barang siapa
percaya kepadaKu, ia akan hidup walau ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup
dan percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh 11: 25-26). Satu hal
yang ditekankan di sini, yaitu bahwa kematian tidaklah terpisahkan dari
kebangkitan, mati berarti bangkit
Dapat diambil kesimpulan bahwa :

> Pertama, kematian merupakan kodrat manusia. Manusia siapapun dia tidak dapat
menghindar dari kenyataan alamiah ini.
>Kedua, kematian merupakan konsekuenasi dari dosa.
>Ketiga, walaupun kematian merupakan penderitaan bagi manusia sebagai akibat
dosa, tetapi lewat kematian manusia boleh mengalami penebusan. dan,
>Keempat, penebusan yang dimaksud tidak lain adalah kematian manusia yang
disatukan dengan kematian Kristus sendiri.
Kematian orang beriman kristiani berarti keikutsertaan dalam kematian
Kristus.Kita mati dalam Kristus.Kematian sebagai upah dosa diubah menjadi berkat,
karena kita mati dalam Kristus. Rasul Paulus menegaskan hal ini kepada umat di
Filipi: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21).
Kejatuhan manusia dalam dosa disebabkan oleh keegoisan dan kesombongan
manusia yang ingin menjadi seperti Allah. Hubungan manusia dengan Allah putus,
baik manusia maupun bumi dikutuk dan mulai menderita.
Kitab Kejadian memberikan beberapa perincian mengenai dosa pertama itu,
hanya ada satu hal yang penting, yaitu Allah menandai satu pohon, sebagai yang
terlarang. Adam dan Hawa memutuskan berdasarkan sesuatu yang menyenangkan
mereka sendirii, dan kemudian dunia tidak pernah lagi menjadi sama seperti
sebelumnya. Adam dan Hawa bereaksi terhadap dosa mereka, sama seperti manusia
lainnya bereaksi terhadap dosa mereka. Mereka berusaha mencari alasan,
menjelaskan situasi mereka, dan mencari seseorang yang dapat dijadikan kambing
hitam. Mereka saling menyembunyikan diri karena untuk pertama kalinya mereka
merasa malu atas ketelanjangan mereka. Namun mungkin perubahan besar yang
terjadi adalah masalah hubungan mereka dengan Allah. Sebelumnya, mereka dapat
berjalan-jalan dan bercakap-cakap dengan Allah di Taman Eden layaknya seorang
sahabat. Sekarang ketika mereka mendengar Dia, mereka bersembunyi. Kejadian
pasal 3 memberitahukan berbagai perubahan sangat besar lain yang berdampak pada
dunia ketika makhluk-makhluk ciptaan memilih untuk melawan penciptaan mereka.
Penderitaan akan berlipat ganda, pekerjaan menjadi semakin berat, dan muncul
sebuah istilah baru yaitu maut.
Pada dasarnya tidak ada orang beriman yang suka berbuat dosa karena ia
mengandalkan Tuhan sebagai Yang Mahakuasa, yang disembah dan diagungkan.
Meskipun demikian, dalam berbagai komunitas umat beriman, dosa adalah musuh
yang akrab. Dosa tidak disukai, tetapi dosa juga selalu mendekat kepada manusia,
sekalipun manusia itu beriman.
Kejadian 3:8-13, dalam kelima ayat ini dikatakan Tuhan datang sebagai hakim
untuk mengadili manusia dan memintanya untuk bertanggung jawab atas apa yang
dibuat-Nya. Mereka melarikan diri dari hadirat Allah dengan penuh ketakutan.
Kejadian 3:14-15. Penghukuman yang diberikan Tuhan di sini dijelaskan. (kej.
3:9-13). Dalam kisah taman Eden, Allah menghakimi pertama-tama ular, lalu
perempuan dan akhirnya laki-laki. Dalam ayat 15, pertempuran barlarut-larut antara
manusia dan ular dengan jelas melambangkan perjuangan berat yang tak mengenal
kasihan antara manusia dan kuasa jahat dalam dunia. Ayat 15a menempatkan ular
berlawanan dengan perempuan dan keturunan ular berlawanan dengan keturunan
perempuan. Tetapi ayat 15b menempatkan keturunan perempuan berlawanan dengan
ular itu sendiri, bukan dengan keturunan ular. Jadi, seteru sesungguhnya adalah ular
taman Eden yang digambarkan sebagai kuasa rohani yang selalu bertentangan
dengan keturunan perempuan.
Kejadian 3:8-13: Penghakiman Tuhan datang sebagai hakim atas apa yang
telah dilakukan oleh manusia. Meskipun mereka bersembunyi namun Tuhan
mendengarkan mereka. Tuhan bertanya kepada mereka tetapi mereka merasa takut
karena telanjang. Larangan Tuhan yang diberikan kepada manusia itu telah
dilanggarnya. Mereka bisa menyembunyikan diri dari Allah namun mereka tidak bisa
meloloskan diri dariNya. Sang Khalik yang penuh kasih tidak mungkin mengabaikan
ketidaktaatan mereka, Dia juga tidak mungkin meninggalkan orang-orang berdosa
yang gemetar itu dengan kebutuhan mereka yang sangat. Mereka adalah milik-Nya.
KekudusanNya pasti datang, dengan berjubahkan kasih, untuk mencari menemukan
dan menghakimi mereka.
Ketika manusia memakan buah pohon terlarang itu, akibatnya adalah
kematian. Artinya terputuslah hubungan antara manusia dengan Tuhan, sang
pemberi napas hidup (Kej. 2:7). Itulah yang dimaksudkan dengan kematian dalam
larangan tersebut (Kej. 2:17).
Walaupun manusia berusaha melemparkan kesalahannya kepada Tuhan (Kej.
3:10-13), kedaulatan Tuhan tidak dapat diingkari. Sekarang, Tuhan duduk di kursi
pengadilan dan memaklumkan keputusan-Nya yang menghukumkan ciptaan-Nya yang
memberontak kepada-Nya. Hukuman ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukuman
kepada perempuan dan ular dan hukuman kepada manusia.
Tuhan mengkhususkan pencetus dan penghasut dalam pencobaan tersebut
untuk dikutuk dan direndahkan secara khusus. Sejak saat itu ular akan menjalar di
atas debu tanah dan bahkan debu tanahlah makanannya. Dia akan terus melata
dalam kehinaan sepanjang hidupnya, dan kebencian akan diarahkan kepadanya dari
semua sisi. Manusia akan senantiasa menganggapnya sebagai lambang keburukan dari
makhluk yang telah memfitnah Allah (Yes. 65:25). Dia bukan hanya mewakili jenis
ular, tetapi juga kekuasaan dari kerajaan kejahatan. Sepanjang ada kehidupan,
manusia akan membencinya dan berusaha untuk menghancurkannya. Pandangan
bahwa ular adalah penyebab dosa sudah lama hidup di dalam pikiran banyak suku dan
bangsa.
Mulanya manusia tercipta dalam keadaan baik, tetapi kemudian ia berdosa
dan merusak citranya sebagai ciptaan Allah. Manusia kemudian dipulihkan untuk
hidup menurut gambar Allah, membangun diri dan mengatasi persoalan-persoalan
hidupnya. Manusia harus bekerja dan membangun kehidupannya, karena dia adalah
makhluk yang hidup dan menghargai kehidupan. Ketika manusia memiliki keputusan
untuk bertindak melawan kehendak Tuhan itulah dosa. Manusia membuat keputusan
ketika ia tertarik untuk mendengar, tergoda untuk menimbang, dan terperangkap
untuk mengikuti tawaran kuasa jahat yang melawan Tuhan. Keputusan itu terjadi
justru ketika manusia membiarkan dirinya terbujuk untuk terbawa pada “firman
tiruan” yang ditawarkan kuasa jahat itu. manusia tidak berhati-hati, tidak konsisten,
tidak mimiliki integritas yang kuat.
Manusia telah melanggar perintah Allah, di situlah Tuhan datang sebagai
hakim atas apa yang telah dilakukan oleh manusia. Meskipun mereka bersembunyi
namun Tuhan mendengarkan mereka. Tuhan datang menghakimi sambil merangkul.
Akan tetapi, sikap Tuhan yang demikian tidak menghapuskan kedaulatan-Nya. Di sini
terlihat dua sisi dari hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Di satu pihak Ia
berdaulat, tetapi di lain pihak Ia mengasihi umat-Nya. Tuhan datang untuk mengadili
manusia serta meminta untuk bertanggung jawab atas apa yang telah perbuat.
Tuhan akan menghukum kita sesuai dengan apa yang telah kita lakukan, seperti yang
telah dilakukan oleh ular dan manusia. Mereka telah memberontak terhadap
perintah Allah sehingga mereka diberikan hukuman setimpal dengan apa yang
diperbuat.

PENUTUP

I. Kesimpulan
- Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang amat berharga yang telah
diberikannya tanggung jawab untuk menjaga serta melestarikan ciptaan
lainnya.
- Kematian orang beriman kristiani berarti keikutsertaan dalam
kematian Kristus.Kita mati dalam Kristus.Kematian sebagai upah dosa diubah
menjadi berkat, karena kita mati dalam Kristus.
- Akibat dari kejatuhan manusia kedalam dosa yaitu hubungan yang
terputus dengan Allah dan manusia mengalami kematian
II. Saran

Diharapkan setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita dapat


1. Mengetahui peranan manusia sebagai gambar Allah ( Imago Dei)
2. Mengerti apa itu alas an manusia dapat mengalami kematian
3. Mengetahui apa saja akibat akibat dari kejatuhan manusia kedalam
dosa.

Anda mungkin juga menyukai