Anda di halaman 1dari 14

TEOLOGI PENCIPTAAN

1. Kisah Penciptaan
a. Dua sumber yang berbeda
 Tradisi Yahwist (abad X SM): Kej 2:4-25
Kisah penciptaan dari Tradisi ini lebih tua dibandingkan dengan kisah penciptaan dari Tradisi Imam.
Kisah ini berasal dari jaman Raja Salomo. Teks ini muncul karena masalah hubungan bangsa Israel
dengan bangsa lain (kafir) yaitu keterbukaan bangsa Israel terhadap bangsa lain sejak jaman Raja
Daud. Tradisi Yahwista mengungkapkan kisah penciptaan ini sebagai pemecahan atas kecenderungan
partikularisme saat itu, dengan mengarahkan Israel pada kesadaran akan universalisme.
Gaya dan susunan kisah penciptaan Yahwista menggambarkan penciptaaan secara simbolis dan
antropomorfis.

 Tradisi Imam (abad VI SM): Kej 1:1-2:4


Berasal dari jaman setelah pembuangan. Tujuan penulisan kisah ini adalah untuk menghapus
pesimisme pada saat itu. Maka penulis mengajak umat untuk merenungkan kembali karya Allah dalam
sejarah keselamatan, dan dari alasan itu, menarik dasar pengharapan. Pesan pokoknya: kesetiaan Allah
tak tergoncangkan dan hukuman Allah bersifat mengobati. Pusat perhatian diarahkan pada peristiwa
Sinai (perjanjian). Penulis ingin menegaskan bahwa sejak dari awal mula dunia sampai jaman Israel
saat itu, Allah tetap setia dan melaksanakan karya keselamatanNya. Dalam aneka kesulitan, Israel tidak
boleh menyerah. Dibalik kesulitan yang dihadapi, Allah meyiapkan kehidupan dan kepastian di masa
depan. Kepastian masa depan ini berasal dari Allah sendiri yang menciptakan langit dan bumi.

b. Butir teologis tentang Relasi Allah dengan manusia


Ay. 7: penciptaan manusia dari tanah liat melukiskan kelemahan, kerawanan dan keterbatasan
manusia. Hal ini juga menegaskan ketergantungan manusia pada Allah dan perlunya persekutuan
dengan Allah. Inilah arti peniupan Roh Allah dalam diri manusia.

Ay. 8 dan 15: penempatan manusia di taman menunjukkan: * persekutuan yang intim antara Allah dan
manusia” karena ”taman” adalah simbol keintiman yang tenang dan bersifat membangun antara
ciptaan dan sang pencipta.

1
Arti manusia sebagai citra Allah
Sumber Kej 1:26-27
Dalam perikop ini manusia adalah puncak atau mahkota dari piramida segala ciptaan. Semua ciptaan
lain diarahkan untuk manusia. Manusia sebagai mahkota ciptaan diciptakan menurut gambar dari dan
kemiripan dengan Allah.
Dalam kata citra atau gambar tersirat suatu fungsi perwakilan ilahi. Penguasa dunia sesungguhnya
adalah Allah. Allah menentukan manusia di dunia sebagai wakil dari Sang Pencipta dan Majelis Ilahi
(inilah arti penggunaan kata ganti plural: “mari kita buat...”). wakil duniawi dari Alllah berarti:
manusia adalah “allah kecil” di dunia ini (ay 26: supaya mereka berkuasa; ay 28: taklukkanlah itu,
berkuasalah ...). kemiripan dengan Allah merupakan panggilan. Artinya manusia harus mengikuti jejak
Allah dalam tindakannya yakni menyempurnakan segala ciptaan (Kej 2:2-3).
Ay 27: baik laki-laki maupun perempuan diciptakan menurut gambar Allah maka keduanya
bermartabat sama. Hal ini menyiratkan bahwa peredaan seksual bukanlah tanda salah satu lebih rendah
atau lebih tinggi. Karena perbedaan itu berasal dari Allah sendiri. Maka seksualitas itu adalah baik jika
digunakan menurut rencana Allah.

Transendensi Manusia
Kekhasan manusia dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan lain: manuisa adalah kesatuan jiwa dan
badan; manusia juga adalah pribadi.

Tugas manusia menurut kisah penciptaan


- Mengusahakan dan memelihara taman itu, bukan untuk menguasai atau memanipulasi
- Ciri hubungan itu: subyek dengan subyek
- Memelihara menegaskan pentingnya keharmonisan antara manusia dengan alam
- Penciptaan manusia dari tanah liat menggambarkan hubungan erat dengan alam.

Nilai ciptaan sebagai yang amat baik


Ciptaan alam semesta adalah seturut rencana Allah. Tidak ada yang tidak baik yang berasal dari Allah.

2
Antropologi keberadaan Kristis dan konsekuensinya untuk pastoral
 Antropologi ini mendefinisikan hal yang mengatasi ciri ciptaanni (adikodrati) bukan bertolak
dari apa yang alamiah secara social kebudayaan, tetapi secara positif dari Yesus Kristus. Untuk
keperluan praktis kita memakai kata “eksistensi kristis”. Antropologi disoroti sebagai teologi
keberadaan kristis, dari pada adikodrati. Yang menentukan perbedaan dengan dimensi ciptaani
adlah hubnungan dengan Yesus dan tidak sebaliknya.
 Manusia yang konkrit tersusun atas dua unsur: eksistensi kristiani dan keberadaan ciptaanni.
Keberadaan kristis ini tidak bisa dihapuskan tanpa menghapuskan manusia seluruhnya.
 Keberadaan kristis dan keberadaan ciptaanni adlah berbeda. Keduanya tidak saling
bertumpukan sebab keberadaan ciptaanni hanyalah salah satu unsur dari keberadaan kristis.
Walaupun begitu, keberadaan kristis mempunyai dampak positif pada keberadaan ciptaanni.

2. Manusia dan Dunia


a. Pengaruh dosa dan penebusan terhadap dunia
b. Kaitan kisah penciptaan dengan teori evolusi

Empat macam evolusi:


 Evolusi biologis=> kehidupan muncul di dunia melalui peralihan progresif dari bentuk-bentuk
yang paling sederhana dan elementer (mikro organism) sampai pada bentuk yang lebih
kompleks dan berbeda hingga akhirnya sampai pada manusia. Ada peningkatan kehidupan
(teilhard de Chardin). Ini menyangkut biogenesis. Manusia muncul dengan munculnya
kesadaran akan dirinya sebagai makhluk ciptaan, akan dunia dan akan Allah.
 Evolusi kosmologis => evolusi yang menyangkut bukan hanya kehidupan organis tetapi uga
barnag-barang anorganis. Jadi bersama biogenesis, terjadilah kosmogenesis. Teori ini
menjelaskan munculnya planet-planet dan bintang-bintang. Teori ini berusaha menjawab asal-
usul alam semesta, termasuk kehidupan dan manusia. Dalam teori ini antropogenesis
digambarkan sebagai puncak dari biogenesis , sedangkan biogenesis merupanan puncak dari
kosmogenesis.
 Evolusi cultural => dunia, kehidupan dan manusia ada menurut unsure dan perwujudannya dan
secara dinamis serta melalui proses yang kompleks berkembang menjadi lebih baik. Kini teori
menjadi mentalitas yang melihat perubahan dari mentalitas kosmosentris (mengutamanak
stabilitas dan sifat statis) menuju antroposentris modern (mengutamakan sifat manusia yang

3
menyejarah, bebas, kebaruan, dan masa yang akan datang). Melalui evolusi ini dihasilkan
budaya “dunia yang menjadi.”
 Evolusi ideologis => menolak ajran tentang penciptaan dan adanya Allah, karena dunia
(termasuk manusia) berasal dari material kekak dalam evolusi, yang seluruhnya imanen.
Evolusi ini menolak sebab apapun yang mengatsi material dan kerena itu melihat di dalam
materia itu sendiri sebab yang mencukupi, yang menyebabkan menculnya species-species,
termasuk manusia. Keseluruhan diri manusia berasal dari material sehingga sifat transenden
manusi dikerjdilkan menjadi forma yang paling tinggi dari potensialitasnya. Maka evolusi
ideologis menolak teori kreasionisme.

Yang ditentang Gereja


 Evolusi ideologis => kaena meolak ajran tentang penciptaan dan adanya Allah
Yang diterima Gereja
 Evolusi biologis => ada peralihan progresif kehidupan

c. Inti ajaran aliran dualism tentang asal-usul dunia dan pandangan Gereja
d. Predestinasi menurut katolik (bdk. Rm 8:30)
e. Gratia supponit perfeccitque naturam => rahmat mendukung dan menyempurnakan
kodrat.

 Pre-eksistensisme => setiap manusia berasal sebagian dari Allah (jiwa) dan sebagian dari oran
tua (badan). Mengapa? Karena setiap jiwa sudah diciptakan oleh Allah sejak awal dunia dan
kemudia disatukan dengan badan yang disiapkan oleh orang tua. Gereja menolak ajaran ini.
 Tradusianisme => atau generasionisme. Tradux artinya benih badani, yakni material yang
menjadi dasark baik bagi tubuh manusia maupun bagi jiwanya. Beni itu berasal dari jiwa orang
tua yang diberikan melalui proses emanasi. Ajaran ini dihukum oleh Gereja.
 Kreasionisme => manusia itu utuh (jiwa dan badan) maka adanya manusia adalah kerjasama
Allah dan orang tua. Caranya: orang tua menghasilkan badan dan Allah mencurahkan jiwa ke
dalamnya. Masing-masing tidak bisa ada tanpa yang lain dan taka ada manusia sebelum
keduanya bersatu. Maka manusia beru adalah karya Allah mapupun orang tua.

4
3. Diri Manusia dan Sesama
a. unsur yang membentuk manusia

PL PB
Basar (Ibrani) Sarx (Yunani)
Artinya daging => menunjuk makhluk hidup Artinya daging => menunjuk manusia sejauh
dan manusia yang hidup. “Segala daging”: berdimensi lahiriah dan badaniah (Luk 24:39;
hewan Kej 6:19, manusia (Kej 6:12, dan Rm 2:28) dan menunjuk setiap makluk (Why
jemaat yg beribadat 18:17-18)
Nefes (Ibrani) Psyche (Yunani)
Artinya keronkongan dari situ keluar nafas, Artinya kehidupan pribadi, nyawa.
lambang kehidupan (Ul 19:21; Raj 19:2) Dalam PB psyche meliputi manusia
Nefes tak berhubungan dengan jiwa / roh seutuhnya.
tetpai dengan nyawa sehingga ada pernyataan Pada Mrk 8:35-37, nyawa harus diartikan
“nyawa dihadang musuh” (Kel 4:19; 1 Sam sebagai keseluruhan manusia, bukan
20:1) sebagian manusia.
Leb (Ibrani) Kardia (Yunani)
Dikenakan pada manusia yakni organ sentral Dikaitkan dengan leb dalam arti hati.
manusia yang menyebabkan dia bergerak dan Pertama-tama berarti kehidupan terdalam
hidup. Kadang diterjemahkan otak atau manusia (Bdk. 2 Kor 3:3), tempat akal budi
jantung. (Bdk. 2 Kor 4:6)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan Dalam PL dan PB kardia adalah tempat
dengan hati. perjumpaan dengan Allah.
Ruah (Ibrani) Pneuma (Yunani)
Artinya angin. Angin memiliki kekuatan Artinya angin, hembusan nafas manusia,
dahsyat untuk menerjang rumah, pohon, … tempat emosi, tempat pengetahuan.
Juga berarti nafas hidup, roh kehidupan. Juga berarti nyawa atau prinsip hidup (Luk
Dalam Kej 2:7 manusia dari debu menjadi 1:46-47). Tetapi kekuatan itu berasal dari
manusia setelah menerima ruah dari Allah. Allah dan kembali kepada Allah bila manusia
mati.

b. Ajaran katolik tentang jiwa dan badan

5
Manusia terdiri dari jiwa dan badan sebagai struktur internalnya. Kesatuan antara keduanya tidak
boleh dipandang sebagai kesatuan antara dua hal yang digabungkan. Jiwa dan badan meskipun
dibedakan satu dengan yang lainnya bukanlah dua hal tetapi dua prinsip metafisik. Prinsip berarti
unsusr, berarti struktur intrinsik dari manusia yang masing-masing memiliki sifatnya sendiri
karena merupakan akar. Metafisik berarti bahwa prinsip yang mengatasi pengalaman insane. Apa
yang dialami manusia bukanlah jiwa atau badannya, tetapi jiwa yang sudah berbadan da badan
yang sudah dijiwai. Kata jiwa pada penggunaan sehari-hari menunjuk pada keseluruhan pribadi
manusia sejauh sebagai subyek intelektual dan bebas. Sedangkan kata badan menunjuk kepada
seluruh pribadi manusia sejauh sebagai subyek material.
c. Manusia itu relasional dan pribadi kooperatif
1. Manusia itu relasional
Keberadaan diri manusia mengandung nilai hubungan dengan manusia yang lain. Sifat
relasional ini didasari oleh tiga hal: i) karena dia adalah citra Allah maka ia akan
mampu menghargai dan menyadari bahwa semua orang memiliki suatu kesamaan yang
mendasar.ii) adanya perbedaan menjadikan ia mampu mengagumi dan menghargai
keanekaragaman. iii) berdasarkan sifat saling mengarah, setiap orang bisa saling
melengkapi.
2. Manusia itu pribadi kooperatif
Keberadaan manusia tak bisa terlepas dari komunitas. Ia adalah bagian integral dari
komunitas. Antara dirinya dan komunitas terdapat hubungan timbal balik. Namun, ia
tetap mempunyai nilai dalam dirinya yang tak bergantung pada komunitas.
d. Aplikasi dalam teologi
1. Manusia relasional
Sebagai orang Katolik kita tetap dan akan selalu membutuhkan dan menjalin hubungan
dengan sesame orang Katolik demi peneguhan iman.
2. Manusia kooperatif
Keberadaan kita sebagai orang Katolik tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Gereja
sebagai sebuah persekutuan umat beriman. Namun demikian secar pribadi kita tetap
memiliki kebebasan penuh.

e. Arti rekapitulasi

6
Rekapiulasi ialah sifat yang saling terarah dari pribadi dan komunitas yang menghasilkan apa
yang disebut sebagai pribadi korporatif. Adanya rekapitulasi ini menyebabkan terjadinya
pemusatan dari semua dalam diri satu orang atau sebaliknya satu orang dalam diri semua tanpa
merugikan masing-masing pihak. Bahkan dikatakan Yesus sebagai rekapitulasi yang final.
Yesus adalah akar segala manusia dan dalam diri-Nya semuanya juga akan berakhir.
f. Relasi antara pria dan wanita, khususnya arti seksualitas (Kej 2:18-25)
Keluarga adalah perwujudan dari manusia yang berelasi dan perwujudan dari rekapitulasi. Ke
2:18 juga mengungkapkan kesamaan martabat antara pria dan wanita, sekaligus peranan wanita
yang tak tergantikan (bdk. Ke2:21-22 dimana kesamaan martabat Adam hanya ditemukan
dalam diri wanita Hawa). Pria dan wanita saling melengkapi dan bersama-sama membentuk
satu kesatuan sempurna (ay.24). Kesatuan itu dibandingkan dengan kesatuan antar umat
manusia dan Yahwe sendiri, yakni kesatuan pria dan wanita dalam kasih.
g. Relasi pribadi dan komunitas
Pribadi dan komunitas bukanlah dua kutub yang bertentangan dan tak saling meniadakan.
Keduanya ada bersama dan saling mendukung. Komunitas sendiri adalah persekutuan pribadi-
pribadi. Jadi setiap pribadi diciptakan untuk suatu pertemuan timbal balik dalam komunitas.
Tanpa pertemuan ini, setiap pribadi tidak akan mampu bertahan hidup. Dalam relasi ini setiap
pribadi akan terbantu dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai citra Allah. Sedangkan bagi
komunitas, adanya pribadi-pribadi ini akan semakin menyempurnakannya. Komunitas sendiri
pada dasarnya adalah “manusia besar”.

4. Kesejarahan, Kebebasan, dan Penderitaan Manusia


a. Visi waktu siklis, linear dan eskatologis
Visi waktu Siklis
 Siklis: berputar, berulang. Lahirlah pengertian “menghadirkan kembali”. Didasarkan pada irama
alam yang tampak pada perayaan orang Yahudi pada bulan penuh, tahun matahari, siang dan
malam. Waktu dipandang sebagai susunan irama musim, suatu pengulangan tanpa henti dari
kejadian-kejadian (Pkh 1:9). Waktu diciptakan oleh Allah dan berulang karena hukum alam yang
sudah ditempatkan Allah pada ciptaan. Pengulangan itu berarti menghadirkan kembali peristiwa
masa lalu dalam perayaan pesta, sehingga peristiwa masa lalu itu dihadirkan kembali pada masa
kini. Karya Allah pada masa lalu berkauitan dengan masa kini dan juga masa yang akan datang.

7
Visi waktu Linear
 Linear: garis lurus. Lahirlah pengertian “menyejarah”. Waktu dan peristiwa terjadi berkaitan.
Peristiwa-peristiwa dikaitkan dengan waktu. Waktu kosmis beralih ke waktu historis. Peristiwa
dalam waktu itu tak hanya berulang begitu saja dan akan terulang lagi tanpa arti tertentu, tetapi
mempunyai arti khusus yang semakin lama semakin penuh. Orang Yahudi melihat waktu itu
sebagai sejarah keselamatan dalam pertemuan manusia dengan Allah. Pengulangan kronologis
mempunyai arti kesinambungan. Dari visi waktu linea ini, Israel merangkum peristiwa-peristiwa
kaya Allah dan mengerti bahwa Allah sedang melaksanakan suatu rencana.
Visi waktu Eskatologis
 Bertolak pada masa yang akan datang secara difinitif. Lahirlah seruan “tanah perjanjian yang baru,
kenisah baru, Yerusalem baru, dll”. Berhdapan dengan tantangan dunia ini, manusia hanya
mempunyai satu harapan, yakni campur tangan yang menentukan dari Allah untuk suatu masa
yang baru.
b. Konsep waktu dalam PB
 Konsepnya sangat dipengaruhi oleh pengertian Gereja awali tentang Kristus. Hanya ada satu
waktu. Waktu itu bersifat linear dan mempunyai tujuan tunggal. Dalam waktu ini manusia
berziarah ke kepenuhan, tercermin dari silsilah Yesus dan mencapai kepenuhan dalam hidup,
kematian dan kebangkitanNya. Waktu beakhir pada saat akhir dunia. Kepenuhan waktu terjadi
pada kedatangan Yesus, dan semuanya akan dirangkum pada akhir dunia dalam Yesus pula,
dimana Allah akan menjadi segalanya dalam semuanya (I Kor 15:28).

c. Ketegangan antara eskatologisme dan inkarnasionisme


 Ketegangan ini dipicu oleh pemikiran yang berbeda: sejarah keselamatan dan sejarah profan.
Pandangan eskatologisme radikal: orang beriman tidak perlu mengambil bagian dalam
pembangunan kota duniawi. Pandngan ini sangat merendahkan arti sejaran profan.
Inkarnatorisme radikal: tugas membangun dunia ialah prasyarat mutlak dari kedatangan
eskatologis transenden.
Mereka yang moderat memandang bahwa kenyataan dunia ini sebenarnya mempersiapkan
kedatangan masa depan yang mutlak.

d. Dasar Biblis kebebasan Manusia


 Dalam PL,

8
Kebebasan manusia dikaitkan dengan janji dan tindakan Allah yang menyelamatkan bangsa Israel
dan tanggapan Israel terhadap janji itu. Dalam menanggapi janji itu, manusia diberi kebebasan
oleh Allah: menurut kehendak Allah atau kehendaknya sendiri. Seluruh PL menunjukkan bahwa
manusia mampu mengambil keputusan bebas, bertanggung jawab atas dirinya. Manusia bebas,
karena ia adalah citra/gambar Allah (Kej.1:26). Adanya kebebasan menjadikan manusia tampil
sebagai penguasa alam dan hewan. Manusia juga bertanggungjawab atas diri dan hidupnya sendiri.
dalam menggunakan kebebasan ini, manusia dituntut suatu kebebasan. Hanya dengan ketaatan
manusia diarahkan kepada kasih dan mampu mengatasi kelemahan manusiawinya.

Dalam PB,
Yang menjadi perhatian bukannya kebebasan asali manusia, tetapi kebebasan manusia yang harus
dibebaskan. Kebebasan adalah realitas dalam peziarahan. Ada kebebasan awali yang harus
disempurnakan yaitu dengan setia menyerahkan diri pada karya penyelamatan Tuhan yang
bangkit. Pewartaan Yesus ialah inagurasi Kerajaan Allah, yaitu kerajaan kasih yang tak memaksa.
Rasul Paulus mempromosikan kebebasan anak-anak Allah. Panggilan kristiani berarti “dipanggil
kepada kebebasan” (Gal 5:13). Kebebasan itu diwujudkan dalam kasih, persekutuan yang taat
kepada Allah, dan pelayanan kepada sesama seperti pada kebebasan Yesus. Yesus bebas dari
kekayaan, kekuasaan, dan diriNya sendiri. Kebebasan hanya mungkin jika mengikuti apa yang
dilakukan Kristus dan dalam kesatuan denganNya. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang
harus dibebaskan, sebab manusia berada di bawah perbudakan dosa. Kebebasan adalah anugerah
Allah , dan diberikan secara sempurna dalam Yesus Kristus.

e. Kebebasan anak-anak Allah


 Kebebasan sebagai anak Allah adalah kebebasan yang dimiliki oleh setiap manusia karena ia
adalah ciptaan Allah, citra Allah. Sebagai anak, manusia perlu melihat teladan Yesus Anak Allah.
Ia mempergunakan kebebasanNya pada pilihan untuk melaksanakan kehendak Bapa.

f. Penderitaan sebagai batu sandungan dan nilai


 Sandungan: melihat malapetaka sebagai rintangan. Pendeitaan harus diatasi.

9
Nilai: penderitaan menawarkan kemungkinan besar untuk silih dan pendewasaan. Mereka
menemukan nilai pemurnian dari rasa sakit seperti halnya api yang memurnikan emas. Mereka
melihat seperti ayah yang menghajar anak untuk dewasa, melihat kebaikan dan rencana Allah di
balik derita.

g. Makna Kristiani dari penderitaan


 Yoh. Krisostomus, penderitaan mempunyai fungsi untuk memberi silih, menguduskan dan
memuliakan. Penderitaan membuat manusia menyerupai Kristus (AA 16). Penderitaan mempunyai
nilai menyelamatkan (surat apostolic Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris).

5. Malaikat dan Roh Jahat


a. Jati diri dan fungsi malaikat dalam PB
 Dipandang sebagai makhluk surgawi. Kata “malaikat” hanya digunakan untuk mereka yang
baik, sering dinamakan “malaikat Tuhan/Allah” (Luk 12:8-9, Mat 1:20). Mereka adalah
makhluk yang mengatasi situasi duniawi manusia, mis. Tak berjenis kelamin dan bergantung
pada waktu. Mereka adalah pesuruh Allah yang memiliki ketaatan total pada Allah. Malaikat
adalah makhluk yang memiliki kekuatan dan kemuliaan, “pakaian putih, terang dan
mengagumkan (Mrk 16:5). Ia menjadi pengantara untuk menunjukkan kebesaran karya Allah.
b. Saat-saat dan makna kemunculan malaikat dalam hidup Yesus
 Ada tiga peran: kedatangan Yesus di dunia, kebangkitanNya dan pengadilan terakhir.
Dalam Injil, para malaikat memainkan peran utama pada masa kanak-kanak Yesus. Gabriel
mewartakan kepada Maria, mewartakan kelahiran yesus, menyuruh Yosef mengungsi ke Mesir
mengungsi ke Mesir dan memanggil mereka kembali.
Saat kebangkitan, seorang malaikat menggelindingkan batu penutup dan mewartakan
kebangkitan Yesus kepada para wanita. Dua malaikat menemui para wanita setelah mereka
menemukan makam kosong.
Saat akhir dunia, malaikat menemani Tuhan pada kedatanganNya kembali yang mulia (Mat
16:27), mereka memisahkan orang jahat dari KA (Mat 13:41-42), mengumpulkan orang terpilih
dari keempat penjuru dunia (Mat 14:31), dan menjadi saksi untuk mengenal orang benar dan
untuk menghukum orang jahat melalui Putera Manusia (Luk 12:8-9).

c. Misi Kristus dan demonologi

10
 Selama hidupNya, Yesus berjuang melawan setan. Hal ini merupakan salah satu tanda
kedatangan KA dan karya mesianis Yesus.
 Pengusiran setan oleh Yesus berbeda dari apa yang dilakukan manusia. Cara Yesus: hanya
memberi perintah, menunjukkan kuasa diriNya. Yang terpenting dalam pewartaan Yesus
bukanlah pengusiran setan, tetapi pesekutuan dengan Allah (Luk 10:20).
 Alasan utamanya ialah pada nilai penyelamatan tindakan Yesus, yakni untuk menjelaskan
aspek-aspek penting dari misteri Yesus dan manusia.

d. Pengakuan implisit Yesus tentang eksistensi setan


 Keilahian, kekuasaan dan kemenangan Yesus tidak ditentukan oleh malaikat atau setan tetapi
oleh kesaksian hidup Yesus itu sendiri. Yang hendak dibuktikan di sini adalah keyakinan
manusiawi Yeusu tentang adanya setan.
 Yesus membedakan antara pendosa dan setan. Kepada pendosa, Yesus mennjukkan
kerahimanNya dengan memberikan pengampunan; sedangkan kepada setan, diusirNya dengan
tegas. Kesadaran Yesus akan otoritas diriNya, car mengusir setan dan sikap yang berbeda
dalam menghadapi setan dan pendosa menunjukkan keyakinan manusiawi/historis Yesus akan
realitas makhluk ini.
 Ketika Yesus berkomplot dengan Beelzebul untuk mengusir setan, Yesus tidak menolak akan
realitas setan dan iblis.

e. Cara mewartakan tentang malaikat


 Harus mengikuti cara KS, yakni bukan sebagai pusat pewartaan tetapi sebagai sebagai unsur
sampingan. Pewartaan yang pokok adalah kabar tentang KA. Ciri fungsional realitas malaikat
dan setan harus ditekankan dan bukannya ciri ontologis.
 Harus dibedakan bahwa percaya kepada Allah berarti mempercayakan diri kepadaNya, juga
kepada malaikat-malaikatNya. Terhadap setan, kita mengakui adanya realitas itu dan penting
mewaspadai tindakannya tetapi tanpa rasa takut sebab Yesus sudah mengalahkannya.
 Ciri fungsional harus ditonjolkan daripada ciri ontologisnya. Daripada sibuk menentukan
hakikat dan ciri-ciri roh baik dan jahat, lebih baik menekankan arti mereka dalam tindakan dan
hidup sehari-hari.

11
 Kerasukan setan mungkin terjadi. Tetapi kerasukan tidak membuktikan adanya realitas itu.
Juga dalam pengusiran setan yang dilakukan Yesus, bukti realitas itu tidak berasal dari
pengusiran itu sendiri melainkan dari penafsiran yang diberikan Yesus.
 Harus dibedakan antara pengakuan akan realitas setan pada umumnya dan pengakuan akan
kerasukan sebagai kasus khusus.

6. Dosa asal dan dosa pribadi


a. Arti dosa asal
 adalah “dosa” dalam arti analog, artinya manusia menerima keadaan dosa tetapi tidak
melakukan. Dosa asal adalah “situasi dosa”, suatu keadaan, bukan perbuatan.
b. Perbedaan dosa asal dan dosa pribadi
 Tidak adanya keputusan kehendak bebas dalam dosa asal. Akibat yang ditimbulkan pun
berbeda.
 Dalam dosa asal  manusia sudah diputuskan dalm keadaan putusnya hubungan dengan
Tuhan, bahkan sebelum menggunakan kehendak bebasnya. Demikian juga akibat-akibat yang
lain.
 Dalam dosa pribadi  perbuatan dosa individu, yang memberikan keputusan bebasnya kepada
kecenderungan yang jahat.
c. Inti dosa
 Dosa manusia pertama adalah menyalahgunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah
Allah. Ini berarti bahwa manusia mendahulukan dirinya sendiri daripada Allah. Manusia ingin
menjadi otonom mutlak, tidak bergantung pada Allah. Jadi inti dosa adalah manusia itu
memper-tuhan-kan dirinya sendiri (menjadi seperti Allah).

d. Akibat rangkap empat dai dosa asal


 Dosa menyebabkan: kehilangan rahmat kekudusan, termasuk keadilan asali. Hilangnya
keadilan asali ini berarti rusaknya keselarasan manusia dengan Allah, sesama, alam dan dirinya
sendiri. Hilangna rahmat ini disebut sebagai rusaknya kodrat manusia. Akibat terdalam adalah
kematian.
 Hubungan dengan Allah: mereka menjadi takut kepada Allah. Manusia bermusuhan dengan
Allah, melawan Allah. Manusia tidak setia pada perjanjian Allah. Kerusakan hubungan ini
merupakan ”kematian jiwa”.

12
 Hubungan dengan sesama: kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan yang
ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa, cenderung melempar kesalahan kepada
orang lain dan memanipulasi sesamanya.
 Hubungan dengan alam: seluruh ciptaan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia.
 Hubungan dengan diri sendiri: kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas bahan
sudah dipatahkan. Dalam diri manusia terjadi ketidakaturan naluri dan dorongan-dorongan.
Akibat dosa: pikiran manusia dikaburkan, kehendaknya dilemahkan, perasaannya dikacaukan
dan dorongan nalurinya menjadi tidak terkendali.

e. Keadilan asali sebagai anugerah Allah


 ketika diciptakan manusia dianugerahi rahmat ”kekudusan asali” dan berada pada keselarasan
baik dengan Allah, sesama, alam, dan diri sendiri. Keselarasan ini menunjukkan bahwa dalam
diri manusia tidak ada kecenderungan ke arah dosa. Sebagai citra Allah, manusia terarah
kepada Allah tetapi manusia tetap mempunyai kebebasan.

f. Cara penularan dosa asal


 adalah suatu rahasia yang tidak kita mengerti sepenuhnya. Namun lewat wahyu, kita tahu
bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asali untuk diri sendiri tetapi untuk
seluruh kodrat manusia. Dalam Adam, semua manusia bersatu. Karena kesatuan ini maka
semua manusia terjerat dalam dosa pertama( konsep manusia relasional, manusia sebagai
pribadi kooperatif).
 Yang diterima Gereja: dosa merusak kodrat manusia, artinya kodrat manusia kehilangan
kekudusan dan keadilan asali. Kodrat yang rusak ini diteruskan kepada seluruh umat manusia
yang disebut dosa asal atau situasi dosa. Inilah yang diterima pada saat kelahiran. Situasi dosa
ini adalah suatu keadaan dosa, bukan perbuatan berdosa. Untuk itu, penerusan dosa, oleh
Gereja digunakan kata ”pembiakan” dalam arti ”penerusan kodrat manusia”.
 Yang ditolak Gereja: penularan dosa melalui aspek biologis, artinya: karena manusia dilahirkan
secara biologis dari orang tua yang sudah dikontaminasikan oleh dosa.

13
g. Antitesis Adam dan Kristus
 Oleh karena ketidaktaatan Adam kepada Allah, Adam berdosa sehingga semua manusia
berdosa dan manusia kehilangan integritasnya dan masuklah kematian.
 Oleh karena ketaatan Kristus kepada Allah, Kristus memulihkan hubungan manusia dengan
Allah yang dulu dirusak oleh Adam. ”sama seperti oleh satu pelanggaran, semua orang
mendapat penghukuman; demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang mendapat
pembenaran untuk hidup” (Rm 5:18).
 Pembenaran ini diaktualkan dalam pembaptisan, dimana diberikan pengampunan dosa sebagai
hasil penebusan Kristus.

14

Anda mungkin juga menyukai