1. Kisah Penciptaan
a. Dua sumber yang berbeda
Tradisi Yahwist (abad X SM): Kej 2:4-25
Kisah penciptaan dari Tradisi ini lebih tua dibandingkan dengan kisah penciptaan dari Tradisi Imam.
Kisah ini berasal dari jaman Raja Salomo. Teks ini muncul karena masalah hubungan bangsa Israel
dengan bangsa lain (kafir) yaitu keterbukaan bangsa Israel terhadap bangsa lain sejak jaman Raja
Daud. Tradisi Yahwista mengungkapkan kisah penciptaan ini sebagai pemecahan atas kecenderungan
partikularisme saat itu, dengan mengarahkan Israel pada kesadaran akan universalisme.
Gaya dan susunan kisah penciptaan Yahwista menggambarkan penciptaaan secara simbolis dan
antropomorfis.
Ay. 8 dan 15: penempatan manusia di taman menunjukkan: * persekutuan yang intim antara Allah dan
manusia” karena ”taman” adalah simbol keintiman yang tenang dan bersifat membangun antara
ciptaan dan sang pencipta.
1
Arti manusia sebagai citra Allah
Sumber Kej 1:26-27
Dalam perikop ini manusia adalah puncak atau mahkota dari piramida segala ciptaan. Semua ciptaan
lain diarahkan untuk manusia. Manusia sebagai mahkota ciptaan diciptakan menurut gambar dari dan
kemiripan dengan Allah.
Dalam kata citra atau gambar tersirat suatu fungsi perwakilan ilahi. Penguasa dunia sesungguhnya
adalah Allah. Allah menentukan manusia di dunia sebagai wakil dari Sang Pencipta dan Majelis Ilahi
(inilah arti penggunaan kata ganti plural: “mari kita buat...”). wakil duniawi dari Alllah berarti:
manusia adalah “allah kecil” di dunia ini (ay 26: supaya mereka berkuasa; ay 28: taklukkanlah itu,
berkuasalah ...). kemiripan dengan Allah merupakan panggilan. Artinya manusia harus mengikuti jejak
Allah dalam tindakannya yakni menyempurnakan segala ciptaan (Kej 2:2-3).
Ay 27: baik laki-laki maupun perempuan diciptakan menurut gambar Allah maka keduanya
bermartabat sama. Hal ini menyiratkan bahwa peredaan seksual bukanlah tanda salah satu lebih rendah
atau lebih tinggi. Karena perbedaan itu berasal dari Allah sendiri. Maka seksualitas itu adalah baik jika
digunakan menurut rencana Allah.
Transendensi Manusia
Kekhasan manusia dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan lain: manuisa adalah kesatuan jiwa dan
badan; manusia juga adalah pribadi.
2
Antropologi keberadaan Kristis dan konsekuensinya untuk pastoral
Antropologi ini mendefinisikan hal yang mengatasi ciri ciptaanni (adikodrati) bukan bertolak
dari apa yang alamiah secara social kebudayaan, tetapi secara positif dari Yesus Kristus. Untuk
keperluan praktis kita memakai kata “eksistensi kristis”. Antropologi disoroti sebagai teologi
keberadaan kristis, dari pada adikodrati. Yang menentukan perbedaan dengan dimensi ciptaani
adlah hubnungan dengan Yesus dan tidak sebaliknya.
Manusia yang konkrit tersusun atas dua unsur: eksistensi kristiani dan keberadaan ciptaanni.
Keberadaan kristis ini tidak bisa dihapuskan tanpa menghapuskan manusia seluruhnya.
Keberadaan kristis dan keberadaan ciptaanni adlah berbeda. Keduanya tidak saling
bertumpukan sebab keberadaan ciptaanni hanyalah salah satu unsur dari keberadaan kristis.
Walaupun begitu, keberadaan kristis mempunyai dampak positif pada keberadaan ciptaanni.
3
menyejarah, bebas, kebaruan, dan masa yang akan datang). Melalui evolusi ini dihasilkan
budaya “dunia yang menjadi.”
Evolusi ideologis => menolak ajran tentang penciptaan dan adanya Allah, karena dunia
(termasuk manusia) berasal dari material kekak dalam evolusi, yang seluruhnya imanen.
Evolusi ini menolak sebab apapun yang mengatsi material dan kerena itu melihat di dalam
materia itu sendiri sebab yang mencukupi, yang menyebabkan menculnya species-species,
termasuk manusia. Keseluruhan diri manusia berasal dari material sehingga sifat transenden
manusi dikerjdilkan menjadi forma yang paling tinggi dari potensialitasnya. Maka evolusi
ideologis menolak teori kreasionisme.
c. Inti ajaran aliran dualism tentang asal-usul dunia dan pandangan Gereja
d. Predestinasi menurut katolik (bdk. Rm 8:30)
e. Gratia supponit perfeccitque naturam => rahmat mendukung dan menyempurnakan
kodrat.
Pre-eksistensisme => setiap manusia berasal sebagian dari Allah (jiwa) dan sebagian dari oran
tua (badan). Mengapa? Karena setiap jiwa sudah diciptakan oleh Allah sejak awal dunia dan
kemudia disatukan dengan badan yang disiapkan oleh orang tua. Gereja menolak ajaran ini.
Tradusianisme => atau generasionisme. Tradux artinya benih badani, yakni material yang
menjadi dasark baik bagi tubuh manusia maupun bagi jiwanya. Beni itu berasal dari jiwa orang
tua yang diberikan melalui proses emanasi. Ajaran ini dihukum oleh Gereja.
Kreasionisme => manusia itu utuh (jiwa dan badan) maka adanya manusia adalah kerjasama
Allah dan orang tua. Caranya: orang tua menghasilkan badan dan Allah mencurahkan jiwa ke
dalamnya. Masing-masing tidak bisa ada tanpa yang lain dan taka ada manusia sebelum
keduanya bersatu. Maka manusia beru adalah karya Allah mapupun orang tua.
4
3. Diri Manusia dan Sesama
a. unsur yang membentuk manusia
PL PB
Basar (Ibrani) Sarx (Yunani)
Artinya daging => menunjuk makhluk hidup Artinya daging => menunjuk manusia sejauh
dan manusia yang hidup. “Segala daging”: berdimensi lahiriah dan badaniah (Luk 24:39;
hewan Kej 6:19, manusia (Kej 6:12, dan Rm 2:28) dan menunjuk setiap makluk (Why
jemaat yg beribadat 18:17-18)
Nefes (Ibrani) Psyche (Yunani)
Artinya keronkongan dari situ keluar nafas, Artinya kehidupan pribadi, nyawa.
lambang kehidupan (Ul 19:21; Raj 19:2) Dalam PB psyche meliputi manusia
Nefes tak berhubungan dengan jiwa / roh seutuhnya.
tetpai dengan nyawa sehingga ada pernyataan Pada Mrk 8:35-37, nyawa harus diartikan
“nyawa dihadang musuh” (Kel 4:19; 1 Sam sebagai keseluruhan manusia, bukan
20:1) sebagian manusia.
Leb (Ibrani) Kardia (Yunani)
Dikenakan pada manusia yakni organ sentral Dikaitkan dengan leb dalam arti hati.
manusia yang menyebabkan dia bergerak dan Pertama-tama berarti kehidupan terdalam
hidup. Kadang diterjemahkan otak atau manusia (Bdk. 2 Kor 3:3), tempat akal budi
jantung. (Bdk. 2 Kor 4:6)
Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan Dalam PL dan PB kardia adalah tempat
dengan hati. perjumpaan dengan Allah.
Ruah (Ibrani) Pneuma (Yunani)
Artinya angin. Angin memiliki kekuatan Artinya angin, hembusan nafas manusia,
dahsyat untuk menerjang rumah, pohon, … tempat emosi, tempat pengetahuan.
Juga berarti nafas hidup, roh kehidupan. Juga berarti nyawa atau prinsip hidup (Luk
Dalam Kej 2:7 manusia dari debu menjadi 1:46-47). Tetapi kekuatan itu berasal dari
manusia setelah menerima ruah dari Allah. Allah dan kembali kepada Allah bila manusia
mati.
5
Manusia terdiri dari jiwa dan badan sebagai struktur internalnya. Kesatuan antara keduanya tidak
boleh dipandang sebagai kesatuan antara dua hal yang digabungkan. Jiwa dan badan meskipun
dibedakan satu dengan yang lainnya bukanlah dua hal tetapi dua prinsip metafisik. Prinsip berarti
unsusr, berarti struktur intrinsik dari manusia yang masing-masing memiliki sifatnya sendiri
karena merupakan akar. Metafisik berarti bahwa prinsip yang mengatasi pengalaman insane. Apa
yang dialami manusia bukanlah jiwa atau badannya, tetapi jiwa yang sudah berbadan da badan
yang sudah dijiwai. Kata jiwa pada penggunaan sehari-hari menunjuk pada keseluruhan pribadi
manusia sejauh sebagai subyek intelektual dan bebas. Sedangkan kata badan menunjuk kepada
seluruh pribadi manusia sejauh sebagai subyek material.
c. Manusia itu relasional dan pribadi kooperatif
1. Manusia itu relasional
Keberadaan diri manusia mengandung nilai hubungan dengan manusia yang lain. Sifat
relasional ini didasari oleh tiga hal: i) karena dia adalah citra Allah maka ia akan
mampu menghargai dan menyadari bahwa semua orang memiliki suatu kesamaan yang
mendasar.ii) adanya perbedaan menjadikan ia mampu mengagumi dan menghargai
keanekaragaman. iii) berdasarkan sifat saling mengarah, setiap orang bisa saling
melengkapi.
2. Manusia itu pribadi kooperatif
Keberadaan manusia tak bisa terlepas dari komunitas. Ia adalah bagian integral dari
komunitas. Antara dirinya dan komunitas terdapat hubungan timbal balik. Namun, ia
tetap mempunyai nilai dalam dirinya yang tak bergantung pada komunitas.
d. Aplikasi dalam teologi
1. Manusia relasional
Sebagai orang Katolik kita tetap dan akan selalu membutuhkan dan menjalin hubungan
dengan sesame orang Katolik demi peneguhan iman.
2. Manusia kooperatif
Keberadaan kita sebagai orang Katolik tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Gereja
sebagai sebuah persekutuan umat beriman. Namun demikian secar pribadi kita tetap
memiliki kebebasan penuh.
e. Arti rekapitulasi
6
Rekapiulasi ialah sifat yang saling terarah dari pribadi dan komunitas yang menghasilkan apa
yang disebut sebagai pribadi korporatif. Adanya rekapitulasi ini menyebabkan terjadinya
pemusatan dari semua dalam diri satu orang atau sebaliknya satu orang dalam diri semua tanpa
merugikan masing-masing pihak. Bahkan dikatakan Yesus sebagai rekapitulasi yang final.
Yesus adalah akar segala manusia dan dalam diri-Nya semuanya juga akan berakhir.
f. Relasi antara pria dan wanita, khususnya arti seksualitas (Kej 2:18-25)
Keluarga adalah perwujudan dari manusia yang berelasi dan perwujudan dari rekapitulasi. Ke
2:18 juga mengungkapkan kesamaan martabat antara pria dan wanita, sekaligus peranan wanita
yang tak tergantikan (bdk. Ke2:21-22 dimana kesamaan martabat Adam hanya ditemukan
dalam diri wanita Hawa). Pria dan wanita saling melengkapi dan bersama-sama membentuk
satu kesatuan sempurna (ay.24). Kesatuan itu dibandingkan dengan kesatuan antar umat
manusia dan Yahwe sendiri, yakni kesatuan pria dan wanita dalam kasih.
g. Relasi pribadi dan komunitas
Pribadi dan komunitas bukanlah dua kutub yang bertentangan dan tak saling meniadakan.
Keduanya ada bersama dan saling mendukung. Komunitas sendiri adalah persekutuan pribadi-
pribadi. Jadi setiap pribadi diciptakan untuk suatu pertemuan timbal balik dalam komunitas.
Tanpa pertemuan ini, setiap pribadi tidak akan mampu bertahan hidup. Dalam relasi ini setiap
pribadi akan terbantu dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai citra Allah. Sedangkan bagi
komunitas, adanya pribadi-pribadi ini akan semakin menyempurnakannya. Komunitas sendiri
pada dasarnya adalah “manusia besar”.
7
Visi waktu Linear
Linear: garis lurus. Lahirlah pengertian “menyejarah”. Waktu dan peristiwa terjadi berkaitan.
Peristiwa-peristiwa dikaitkan dengan waktu. Waktu kosmis beralih ke waktu historis. Peristiwa
dalam waktu itu tak hanya berulang begitu saja dan akan terulang lagi tanpa arti tertentu, tetapi
mempunyai arti khusus yang semakin lama semakin penuh. Orang Yahudi melihat waktu itu
sebagai sejarah keselamatan dalam pertemuan manusia dengan Allah. Pengulangan kronologis
mempunyai arti kesinambungan. Dari visi waktu linea ini, Israel merangkum peristiwa-peristiwa
kaya Allah dan mengerti bahwa Allah sedang melaksanakan suatu rencana.
Visi waktu Eskatologis
Bertolak pada masa yang akan datang secara difinitif. Lahirlah seruan “tanah perjanjian yang baru,
kenisah baru, Yerusalem baru, dll”. Berhdapan dengan tantangan dunia ini, manusia hanya
mempunyai satu harapan, yakni campur tangan yang menentukan dari Allah untuk suatu masa
yang baru.
b. Konsep waktu dalam PB
Konsepnya sangat dipengaruhi oleh pengertian Gereja awali tentang Kristus. Hanya ada satu
waktu. Waktu itu bersifat linear dan mempunyai tujuan tunggal. Dalam waktu ini manusia
berziarah ke kepenuhan, tercermin dari silsilah Yesus dan mencapai kepenuhan dalam hidup,
kematian dan kebangkitanNya. Waktu beakhir pada saat akhir dunia. Kepenuhan waktu terjadi
pada kedatangan Yesus, dan semuanya akan dirangkum pada akhir dunia dalam Yesus pula,
dimana Allah akan menjadi segalanya dalam semuanya (I Kor 15:28).
8
Kebebasan manusia dikaitkan dengan janji dan tindakan Allah yang menyelamatkan bangsa Israel
dan tanggapan Israel terhadap janji itu. Dalam menanggapi janji itu, manusia diberi kebebasan
oleh Allah: menurut kehendak Allah atau kehendaknya sendiri. Seluruh PL menunjukkan bahwa
manusia mampu mengambil keputusan bebas, bertanggung jawab atas dirinya. Manusia bebas,
karena ia adalah citra/gambar Allah (Kej.1:26). Adanya kebebasan menjadikan manusia tampil
sebagai penguasa alam dan hewan. Manusia juga bertanggungjawab atas diri dan hidupnya sendiri.
dalam menggunakan kebebasan ini, manusia dituntut suatu kebebasan. Hanya dengan ketaatan
manusia diarahkan kepada kasih dan mampu mengatasi kelemahan manusiawinya.
Dalam PB,
Yang menjadi perhatian bukannya kebebasan asali manusia, tetapi kebebasan manusia yang harus
dibebaskan. Kebebasan adalah realitas dalam peziarahan. Ada kebebasan awali yang harus
disempurnakan yaitu dengan setia menyerahkan diri pada karya penyelamatan Tuhan yang
bangkit. Pewartaan Yesus ialah inagurasi Kerajaan Allah, yaitu kerajaan kasih yang tak memaksa.
Rasul Paulus mempromosikan kebebasan anak-anak Allah. Panggilan kristiani berarti “dipanggil
kepada kebebasan” (Gal 5:13). Kebebasan itu diwujudkan dalam kasih, persekutuan yang taat
kepada Allah, dan pelayanan kepada sesama seperti pada kebebasan Yesus. Yesus bebas dari
kekayaan, kekuasaan, dan diriNya sendiri. Kebebasan hanya mungkin jika mengikuti apa yang
dilakukan Kristus dan dalam kesatuan denganNya. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang
harus dibebaskan, sebab manusia berada di bawah perbudakan dosa. Kebebasan adalah anugerah
Allah , dan diberikan secara sempurna dalam Yesus Kristus.
9
Nilai: penderitaan menawarkan kemungkinan besar untuk silih dan pendewasaan. Mereka
menemukan nilai pemurnian dari rasa sakit seperti halnya api yang memurnikan emas. Mereka
melihat seperti ayah yang menghajar anak untuk dewasa, melihat kebaikan dan rencana Allah di
balik derita.
10
Selama hidupNya, Yesus berjuang melawan setan. Hal ini merupakan salah satu tanda
kedatangan KA dan karya mesianis Yesus.
Pengusiran setan oleh Yesus berbeda dari apa yang dilakukan manusia. Cara Yesus: hanya
memberi perintah, menunjukkan kuasa diriNya. Yang terpenting dalam pewartaan Yesus
bukanlah pengusiran setan, tetapi pesekutuan dengan Allah (Luk 10:20).
Alasan utamanya ialah pada nilai penyelamatan tindakan Yesus, yakni untuk menjelaskan
aspek-aspek penting dari misteri Yesus dan manusia.
11
Kerasukan setan mungkin terjadi. Tetapi kerasukan tidak membuktikan adanya realitas itu.
Juga dalam pengusiran setan yang dilakukan Yesus, bukti realitas itu tidak berasal dari
pengusiran itu sendiri melainkan dari penafsiran yang diberikan Yesus.
Harus dibedakan antara pengakuan akan realitas setan pada umumnya dan pengakuan akan
kerasukan sebagai kasus khusus.
12
Hubungan dengan sesama: kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan yang
ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa, cenderung melempar kesalahan kepada
orang lain dan memanipulasi sesamanya.
Hubungan dengan alam: seluruh ciptaan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia.
Hubungan dengan diri sendiri: kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas bahan
sudah dipatahkan. Dalam diri manusia terjadi ketidakaturan naluri dan dorongan-dorongan.
Akibat dosa: pikiran manusia dikaburkan, kehendaknya dilemahkan, perasaannya dikacaukan
dan dorongan nalurinya menjadi tidak terkendali.
13
g. Antitesis Adam dan Kristus
Oleh karena ketidaktaatan Adam kepada Allah, Adam berdosa sehingga semua manusia
berdosa dan manusia kehilangan integritasnya dan masuklah kematian.
Oleh karena ketaatan Kristus kepada Allah, Kristus memulihkan hubungan manusia dengan
Allah yang dulu dirusak oleh Adam. ”sama seperti oleh satu pelanggaran, semua orang
mendapat penghukuman; demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang mendapat
pembenaran untuk hidup” (Rm 5:18).
Pembenaran ini diaktualkan dalam pembaptisan, dimana diberikan pengampunan dosa sebagai
hasil penebusan Kristus.
14