Anda di halaman 1dari 11

MATERI

I. MANUSIA

A. Pengertian

Kata manusia berasal dari Bahasa Sansekerta, yang diartikan sebagai “Human being
in contradiction to other beings.” (J. Gonda). Kira-kira artinya “Manusia lain dari ciptaan
lain, unik dan istimewa.”
Mungkin kata manusia dihubungkan dewa Hindu “Manu”, atau juga dengan dewa
Bumi “tanah”. Kalau demikian, manusia hampir sama artinya dengan kata Latin “homo”
(humus) artinya “Yang dari tanah”, dan juga dari kata Ibrani “adam” (adâmâ) artinya
“tanah”. Maka kata Adam artinya “yang diambil dari tanah”.
Adam adalah manusia pertama yang menjadi model/tipe semua manusia. Ia menjadi
makhluk yang berjiwa dan hidup karena Allah menghembuskan nafas/napas (Ibrani : nefes)
ke dalam tubuhnya (Kej 2:7). Memang manusia sudah sejak pertama mempunyai hubungan
khusus dengan Allah sang Penciptanya (Kej 1:26). Manusia diciptakan menurut Citra Allah
(mungkin menurut J. Gonda). Demikian juga dalam Surah II/30 dikatakan bahwa manusia
diadakan sebagai Kalifah Allah di bumi ini.
Maka pengertia manusia yang tepat harus mengindahkan kodratnya, yaitu bahwa
manusia berasal dari tanah (bumi) dan akan kembali ke tanah, mati, menghilang seperti
debu; dan bahwa manusia berasal dari Allah, akan kembali kepada Allah, Bersatu kembali
dengan Allah untuk selama-lamanya. Adam, manusia ciptaan Allah itu telah berdosa (Kej 3:1-
24). Walaupun ia berdosan namun pribadi Adam disoroti dalam hubungannya dengan Yesus
Kristus. Keduanya serupa satu sama lain sebab misi keduanya sama, namun keduanya
berbeda dalam asalnya. Adam dari dunia-duniawi, Yesus Kristus dari Surga-Surgawi. Alhasil,
karya keduanya pun berlainan. Adam menghasilkan kematian dan dosa, Yesus Kristus
menghasilkan kehidupan, keselamatan. Adam yang berdosa disebut Adam 1 (Adam Lama);
Yesus Kristus yang kudus, suci disebut Adam 2 (Adam Baru). Adam didampingi (istri) Hawa
yang diciptakan dari tulang rusuk Adam (Kej 1:21-25). Hawa (Ibraninya “hawwah” dengan
kata dasar “hidup” = hayah) yang artinya “ibu dari semua yang hidup” atau “yang memberi
kehidupan” (Kej 3:20). Oleh Adam, ia dinamai “perempuan” karena berasal dari laki-laki (Kej
2:23) Hawa senada dengan Adam adalah manusia berdosa (ia yang digoda iblis, Kej 3:6).
Namun Maria penyebab keselamatan/kesucian. Maka Hawa istri Adam disebut Hawa 1
(Hawa Lama) sedang Maria, Ibu Yesus disebut Hawa 2 (Hawa Baru).

B. Persoalan Dasar Manusia

1) Dari mana asalnya? Ada beberapa teori


a. Teori Evolusi Atheis (Naturalistic Evolution)
Segala sesuatu yang ada di dunia / bumi ini terjadi dengan sendirinya secara
alamiah. Manusia dan semua yang ada ini terjadi dari sel terendah / terkecil yang
kemudian lama kelamaan tumbuh dan berkembang menjadi besar dan sempurna
menurut rotasi alam. Allah tidak ada. Sebenarnya sudah sejak zaman dahulu sudah
ada orang yang skeptis dan menyangkan adanya Allah (areligius), seperti yang
diungkapkan oleh Pemazmur dalam Mazmur 14:1, “Orang bebal berkata dalam
hatinya ‘Tidak Ada Allah’.”
NB: Proses perkembangan ala Teori Evolusi Ateis disebut “Survival of the Fittest”.
Zaman sekarang, Atheis menjadi bagian dari hidup manusia, sadar ataupun tidak
sadar. Mengapa?
a) Karena banyaknya penderitaan dan kejahatan di dunia ini (Simone de Beauvoir).
Covid-19 umpamanya.
b) Karena manusia terlalu sibuk, tidak ada waktu untuk Tuhan “Time for God”,
tetapi hanya ada waktu untuk yang lain. Time is money – time is HP.
c) Karena ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan semua masalah,
maka Tuhan Allah tidak dibutuhkan lagi (C. Levy Strauss).
b. Teori Evolusi Deistik
Allah hanyalah sebagai prakarsa awal-penginisiatif dari proses evolusi. Allah
memulai proses evolusi dengan menciptakan material pertama bagi jagad raya dan
menetapkan hukum-hukum untuk mengendalikannya dan menanamkan pada
material pertama itu hukum-hukum perkembangannya, yang pada akhirnya
menghasilkan manusia dan segala sesuati itu, sehingga dapat tumbuh dan
berkembang sendiri ke arah kesempurnaannya. Setelah semuanya itu, Allah menarik
diri dan membiarkan proses alam berjalan sendiri. Allah tidak ikut campur tangan
lagi terhadap ciptaan itu. Sama seperti tukang jam, setelah jam ciptaannya jadi
berfungsi, ia tidak lagi campur tangan. Jam itu akan berjalan sendiri sesuai dengan
mekanisme yang ada di dalamnya.
c. Teori Evolusi Teistik
Pemikiran Teistik sama dengan pemikiran Deistik, Allah pemrakarsa awal dari
seluruh ciptaan. Yang membedakan ialah bahwa pada Deistik, Allah tidak campur
tangan sama sekali dalam proses evolusi, sedangkan dalam Teistik, Allah juga tetap
mengendalikan evolusi ciptaan-Nya. Manusia merupakan hasil dari proses evolusi,
tetapi disesuaikan dengan rencana dan kehendak Allah. Allah hadir dan bertanggung
jawab atas ciptaan-Nya. Teori ini menempatkan Allah dalam sejumlah keterbatasan
yaitu Allah menggunakan material yang sudah tersedia.
d. Teori Penciptaan (Creationism) Kreasionisme.
Manusia dan segala makhluk di dunia / bumi ini diciptakan langsung oleh Allah. Oleh
sebab itu manusia tidak ada hubungan dengan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih
rendah/primitif. Allah menciptakan dari tiada menjadi ada (pra-existing materials)
(Kej 1:1-28). Allah menciptakan dalam waktu 6 haru dan hari ke 7 Allah beristirahat.
Teori ini sekaligus mengkounter/menepis teori-teori terdahulu (dalam kuliah ini)
teori evolusi dan sekaligus menjawab pertanyaan “Dari mana asal Manusia”,
jawabnya, “Manusia berasal dari Allah dan Allah lah yang menciptakan manusia”.

2) Kemana Tujuannya?
Tujuan setiap manusia ialah persatuan dengan hidup Allah Tritunggal untuk selama-
lamanya. Manusia berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Sebagai anak Allah, ia
melanjutkan hidupnya di alam baka ini sebagai ciptaan yang berpartisipasi dalam
kehidupan Penciptanya, seuatu kerinduan dan kemungkinann manusia mencapai suatu
kepuasan dan kesempurnaannya, dan lebih jauh dari itu suatu kebahagiaan abadi atau
suatu kehidupan kekal abadi di Surga.
Jadi, tujuan manusia adalah “Hidup Bahagia kekal bersama Allah Tritunggal
Mahakudus di Surga selama-lamanya”.
Baca – Yoh 17:1-3 ; 1 Yoh 3:2 ; 1 Kor 2:9 ; Rom 8:18-23 ; Yoh 11:25-26.

3) Mengapa Manusia Ada di Dunia Dan Untuk Apa?


Kej 1:26 mencatat, “Baiklah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
kita, supaya mereka…”. Karena Cinta-Nya, maka Allah menciptakan manusia, kehadiran
manusia di dunia ini karena Allah menghendakinya dan karena Allah telah
merencanakannya, suatu rencana yang indah dan mengagumkan tentunya.
Lalu untuk apa? “Supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi…” (Kej 1:26)
Sekaligus ini adalah tugas manusia di dunia ini, yang meliputi beberapa hal :
1. Meneruskan karya ciptaan Allah (merawat, memelihara ciptaan)
2. Menciptakan yang baru, membantu Allah mengusahakan yang baru yang lebih
baik. Manusia itu Pembantu Pencipta - co-creator.
3. Mengusahakan menciptakan hubungan baik dengan Allah, dengan sesama,
hidup damai dan saling mengasihi dan saling berbagi. Merawat diri sendiri dan
merawat lingkungan alam sekitarnya.
4. Mencintai dan mengasihi Penciptanya lebih dari segala sesuatu
5. Memuji, meluhurkan, dan memuliakan nama Allah Penciptanya
6. Penuh syukur dan tahu berterima kasih atas segala kebaikan Allah dan penuh
penyerahan diri Kepada Allah.

C. Martabat Manusia
1) Manusia Citra Allah
Manusia diciptakan secara unik, spesial, dan istimewa karena diciptakan menurut Citra
Allah, sama dan serupa dengan Allah. Maka manusia menjadi makhluk yang luhur dan
mulia. Sebagai citra Allah, manusia menampakkan wajah Allah, bertingkah laku sebagai
tingkat laku Allah sendiri. Itu adalah konsekuensi manusia sebagai citra Allah. Dengan
demikian hanya manusialah yang mampu mengenal Allah, mencintai dan mengasihi
Allah serta mau memuliakan-Nya. Sebagai citra Allah, manusia ditetapkan sebagai
“tuan” atas semua ciptaan, serta kuasa untuk mengolah dan memanfaatkan ciptaan lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Kej 1:26 ; Keb 2:23 ; Sir 17:3-10). Pemazmur
menggambarkan kedudukan manusia sebagai Citra Allah dengan sangat indah dan
mengagumkan (Mzm 8:5-7), suatu kedudukan yang sangat terhormat melebihi para
malaikat Allah. Oleh sebab itu manusia harus mampu menampakkan wajah Allah yang
benar.

2) Manusia Makhluk Pribadi


Manusia diciptakan secara utuh dan lengkap, karena dilengkapi dengan badan, jiwa, dan
roh dengan maksud agar dapat mengerti dan mencintai Tuhannya. Manusia dapat
menjadi Bahagia kalau dapat mengenal dan mengasihi Allah, terutama kalau dapat
membalas cinta kasih Tuhan. Sebagai pribadi :
a. Manusia diciptakan baik adanya
Manusia diciptakan secara “indah” dan “istimewa”. Manusia menjadi “mahkota”
ciptaan sekaligus menjadi “raja” atas ciptaan itu (Kej 1:26). Allah memperlakukan
manusia secara khusus, sudah dippikirkan dan direncanakan Allah sejak keabadian.
Kehadiran manusia di dunia dipersiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan.
Manusia sungguh-sungguh diperlakukan sebagai “orang pribadi”, sama seperti Allah
memperlakukan diri-Nya sendiri.
b. Manusia dipanggil Pada Hidup Abadi
Berbeda dengan ciptaan lainnya, manusia diciptakan untuk keabadian. Manusia
bukan hanya untuk masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang abadi, “Sebab aku
yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab degan sangat rindu seluruh
makhluk menantikan saat-saat Allah dinyatakan” (Rom 8:18-23). Hidup abadi
merupakan jaminan yang dijanjikan oleh Yesus sendiri, “Akulah kebangkitan dan
hidup. Barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan
setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamanya.”
(Yoh 11:25-26).

3) Manusia Makhluk Sosial


Sejak semula Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan menurut gambar dan
rupa Allah sendiri dan memberkati mereka. Laki-laki dan perempuan itu sepadan dan
mereka saling melengkapi (Kej 2:18). Maka mereka bukan individu-individu yang dapat
dipandang secara terpisah. Melalui tubuh mereka saja, mereka sudah berstatus sosial.
Dengan menerima perempuan (Hawa) yang diberikan kepadanya, manusia itu belajar
keluar dari dirinya sendiri dengan mengasihi orang lain (perempuan), “Inilah dia tulang
dari tulangku dan daging dari dagingku.” (Kej 2:23).
Setiap perjumpaan dengan sesame, menyatakan dengan cara yang berbeda-beda relasi
yang menjadi awal setiap masyarakat. Dalam perjalanannya menuju akhirat manusia
berada dalam masyarakat, bersama-sama dengan orang lain. Untuk mencapai
kepenuhan hidup manusia harus bekerja sama dengan orang lain karena hal itu sangat
mempengaruhi nasib manusia.
Akhirnya manusia adalah gambaran Kasih Kuasa Ilahi yang harus menaklukkan bumi
(secara bersama-sama) ke dalam kuasanya (manusia). (Kej 1:28-29)

4) Kemampuan Dasar Dan Hubungan Dasar Manusia


a. Kemampuan Dasar
Manusia mempunyai kemampuan dasar, yang dianugerahkan oleh Allah sendiri
sejak lahir. Ada 3 kemampuan dasar itu, yaitu, kemampuan untuk berpikir,
berkehendak, dan bertindak.
- Berpikir
Manusia memiliki pikiran yang memampukan dia untuk mengenal, mengerti,
bertanya, mencari dan menemukan jawaban, membedakan baik buruk, dapat
menjelaskan, menguraikan alasan-alasan dan terutama mencari dan menemuka
kebenaran. Kemampuan berpikir disebut juga akal budi, ratio, nalar, otak.
- Berkehendak
Mempunyai kemauan, keinginan, cita-cita, mampu memilih, menolak, mencinta,
membenci, tersentuh, terharu, mengambil keputusan sendiri. Berkehendak atau
kehendak bebas atau kebebasan ini diharapkan manusia dapat memilih yang
baik dan menolak yang jahat.
- Bertindak
Akhirnya manusia melakukan apa yang telah dipilihnya berdasarkan kehendak
bebasnya. Manusia pun bertindak/beraksi mewujudkan cita-citanya. Diharapkan
manusia melakukan yang baik dan benar sesuai pilihan yang baik dan benar itu.
b. Hubungan Dasar
Ini hal yang sangat hakiki dalam hidup manusia sehari-hari. Ia juga merupakan
anugerah Allah yang harus dipelihara dengan baik. Ada 4 hubungan dasar, yaitu:
Hubungan dengan diri sendiri, dengan sesame, dengan Yang Ilahi dan dengan dunia
- Dengan Diri Sendiri
Dapat mengenal diri sendiri, berpikir tentang diri sendiri, menentukan masa
depan sendiri, membuat keputusan untuk diri sendiri. Dalam hal ini manusia
dapat menunjukkan diri sebagai yang tinggi hati atau rendah hati ataupun
rendah diri. Jadi menyangkut sifat dan watak pribadi yang dapat dinilai oleh
orang lain. Intinya; siapa saya di antara sesame saya.
- Dengan sesama
Kita hidup bersama orang lain. Bagaimana sikap saya kepada sesama, suka-
senang-memperhatikan, menghormatik, saying, cinta ataukah benci, iri antipasti,
menghina, dendam. Pada umumnya ada dua sikap/hal yang terjadi:
a) Bersahabat dengan segala sikap dan sifat yang baik, yang disebut “homo
sacra res homini” – manusia adalah kudus bagi sesama ; atau juga “homo
homini socius” = manusia adalah sahabat bagi sesama.
b) Bermusuhan dengan segala sikap dan sifat yang tidak baik yang disebut
“homo homini lupus” = manusia adalah serigala bagi sesama.
- Dengan Yang Ilahi
Di dalam lubuk hatinya yang dalam ada kerinduan akan Yang Ilahi, akan Sang
Pencipta. Maka manusia berdoa, menyembah, menyerahkan diri kepada yang
Ilahi. Manusia sangat tergantung kepada-Nya karena Yang Ilahi dapat mengatasi
segalanya. Walaupun tidak dapat dipahami secara tunta, tetapi manusia
mengalami sebagai yang berperan di dalam kehidupannya. Ia segalanya bagi
manusia.
- Dengan Dunia
Dunia tempat manusia hidup dan mencari nafkah untuk hidup. Manusia
ditugaskan untuk menguasai dunia dan menjadikan dunia sebagai tempat tinggal
yang layak. Maka Dunia ini harus dirawat, dipelihara, dilindungi, dilestarikan,
bukan merusaknya. Manusia harus meciptakan perdamaian dunia dengan
memelihara hubungan baik antarbangsa-bangsa di dunia ini.
II. AGAMA

A. Pengertian

1. Menurut Asal Kata


Dari Bahasa Sansekerta yang berarti antara lain, peraturan tradisional, ajaran,
kumpulan peraturan dan atau ajaran, apa yang diturun-temurunkan dan yang
ditentukan oleh kebiasaan.
Akar kata agama adalah ; “gam” = pergi, dan awalan “a” = tidak – dalam hal ini
agama berarti “yang tetap” atau “yang tidak berubah”. Disini, agama dapat diartikan
sebagai warisan turun-temurun. Yang lain, akar kata agama adalah “gama” = kacau, dan
awalan “a” = tidak – dalam hal ini agama berarti “meniadakan kekacauan”. Disini agama
dapat diartikan sebagai sarana perdamaian antar manusia dan dengan Tuhannya.

2. Definisi Agama
a. Umum
Agama adalah ungkapan hubungan antara manusia dengan Yang Ilahi, yaitu
kekuasaan yang kudus yang dianggap lebih tinggi daripada manusia. Kepada Yang
Ilahi manusia mengalami daya tarik/simpatik karena sifat-sifat yang mempesona
(fascinosum) tetapi sekaligus manusia merasa kurang pantas, sama sekali
tergantung, serta takut dan takwa karena sifat-sifat yang dahsyat (tremendum). Jadi
kepada Yang Ilahi itu manusia merasa takut dan sekaligus senang, simpatik, tertatik,
yang dalam Bahasa diungkapkan dengan kata Wediasih. Setiap agama menyebut
Yang Ilahi dengan istilah masing-masing.
b. Khusus – Agama Katolik
Agama Katolik adalah ungkapan manusia yang beriman kepada Allah, melalui Yesus
Kristus. Ungkapan ini mau mengatakan bahwa orang Katolik percaya bahwa Allah
telah terlebih dahulu mengasihi manusia seperti tertulis, “Kita mengasihi karena
Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yoh 4:19). Maka agama Katolik adalah
ungkapan kasih manusia kepada Allah yang telah terlebih dahulu mengasihi
manusia. Bukti yang menunjukkan untuk itu antara lain :
1) Menciptakan manusia
2) Memberi kehidupan (nafas – nafkah)
3) Mengampuni disa-dosa manusia
4) Memperbolehkan manusia mengenal Dia dan bersahabat dengan Allah

Kasih Allah kepada manusia itu hendaknya menjadi dasar hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya. Maka agama Katolik merupakan ungkapan kasih antara
manusia, termasuk musuh. Jadi, agama Katolik adalah ungkapan kasih kepada Allah
dan kepada sesama seperti diri sendiri (Mat 22:37-28 ; Mar 5:44) karena Mengasihi
Allah hanya bisa dibuktikan dengan mengasihi sesama secara nyata dan pasti (1 Yoh
4:20-21).

- Asal kata Katolik

Istilah “Katolik” disusun dari dua kata Yunani, yakni “kata” dan “holon”, menjadi
“Katholon”. “Kata” dengan genitive berarti : dari, kontoasi sebab musabab,
sedangkan dengan akusatif berarti : menuju, kontoasii tujuan. “Holon” berarti :
keseluruhan, dibedakan dengan bagian.
Dalam pemakaian protan.

Aristoteles : Katholon berarti “sesuai dengan keseluruhan”

Zeno : Katholika – dipakai untuk asas-asas umum

Philo : Katholikos – umum

Kata Katholik diterapkan pada Gereja dalam arti “seluruh” atau “universal” oleh
Ignatius dari Antiokhia sekitat tahun 115 dalam surat gembalanya kepada jemaat di
Smirna (Italia Utara). Kemudian Gereja menambahkan kata Katholik ini pada
Syahadat dalam rumusan sebagai Gereja yang atu, kudus, Katolik, dan Apostolik
pada Konsili Konstantinopel I tahun 381.

B. Apa Kekhasan Agama Katolik


Kekhasan agama Katolik (Kristen) tidak terletak pada “bahwa orang Katolik mengakui Allah
Yang Mahaesa, tetapi terutama pada Pribadi Yesus Kristus. Inilah ciri khas dan keistimewaan
yang membedakan agama Katolik (Kristen) dengan agama-agama lain. Ini beberapa hal yang
membedakan/kekhasannya :
1. Agama Katolik (Kristen) mempunyai hubungan khusus/istimewa dengan diri Yesus dari
Nasaret yang diberi gelar Kristus (Kis 17:7).
2. Agama Katolik (Kristen) menjadikan pribadikan pribadi Yesus sebagai tolok ukur
tindakannya dan pola hidup bersama. Pola hidup Yesus jadi pola hidup Katolik.
3. Agama Katolik (Kristen) menjadikan Yesus sebagai Kyrios (Tuhan) yang mempunyai
hubungan khusus dengan Allah dan yang sangat menentukan bagi keselamatan manusia
(Kis 11:20).
4. Yesus Kristus lah yang menyatukan dan mengjimpun umat manusia untuk mengantar
manusia kepada Bapa.
5. Yesus Kristus tetap hidup (walaupun sudah mati, tetapi bangkit mulia) dan berkarya di
dunia ini melalui Roh-Nya yaitu Roh Kudus yang dicurahkan dan hidup dalam hati setiap
manusia.
6. Maka, Orang Katolik (Kristen)percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Beriman
kepada Yesus Kristus berarti :
a. Menaruh harapan hanya kepada Yesus
b. Hanya mengandalkan Yesus saja
c. Menjadikan Yesus Sang Idola
d. Penuh hormat dan kasih kepada Yesus
e. Terlibat dengan begitu dalam dengan pribadi Yesus dan dengan semua yang
berhubungan dengan Yesus. Bersatu dengan pribadi Yesus.

C. Sikap Agama Katolik Terhadap Agama-agama Lain


Agama Katolik mengembangkan sikap toleransi yang luas terhadap agama lain dengan
menghormati, menghargai, dan mengaku benar dan baik sesuai dengan ajaran iman tiap-
tiap agama. Agama Katolik membuka diri/piintu selebar-lebarnya bagi agama-agama lain,
siapa saja yang ingin bergabung, karena kata Katolik dari kata sifat Yunani, “Kath’holon”
yang berarti “menyangkut keseluruhan”. Dalam Gereja Katolik diartikan sebagai “seluruh”
atau “universal”  untuk semua orang.
Dasarnya ada dalam Nostra Aetate artikel yang berbunyi :
“Sebab semua bangsa merupakan saatu masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah
menghendaki segenap umat manusia mendiami seluruh muka bumi (Kis 17:26). Semua juga
mempunyai satu tujuan akhir, yakni Allah, yang penyelenggaraan-Nya, bukti-bukti kebaikan-
Nya dan rencana penyelamatan-Nya meliputi semua orang, sampai parah terpilih
dipersatukan dalam kota suci yang diterangi oleh Kemuliaan Allah ; disana bangsa-bangsa
akan berjalan dalam cahaya-Nya (Why 21:23-24).
III. YESUS KRISTUS

A. Kitab Suci Sumber Utama Mengenal Yesus

1) Pengertian Kitab Suci


Kitab Suci adalah tulisan-tulisan suci yang diilhami oleh Allah, yang mengungkapkan
iman Yahudi dan iman Kristiani, yang normative untuk segala zaman. Kitab Suci Katolik
disebut Alkitab.

2) Bahasa Kitab Suci


a. Bahasa asli
Alkitab aslinya ditulis dalam 3 bahsa, yaitu : Aram, Ibrani dan Yunani.
Bahasa Aram serumpun dengan Bahasa Ibrani yang aslinya dari bangsa Aram yang
bermukim di Kawasan sungan Efrat dan Tigris di Siria. Pada waktu Yesus hidup, Palestina
berbahasa Aram.
Bahasa Ibrani dekat dengan Bahasa Arab.
Bahasa Yunani aslinya dari Yunani.
Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis dalam Bahasa Aram dan Ibrani, kecuali 2 Makabe dan
Kebijaksanaan Salomo, sedangkan Kitab-kitab Perjanjian Baru asli ditulis dalam Bahasa
Yunani.
b. Terjemahan
- Terjemahan pertama terjadi pada Ptolomeus Filadelfus (hidup pada tahun 283-246
SM). Beliau memerintah 72 orang ahli Bahasa untuk menerjemahkan dari Aram
dan Ibrani ke Bahasa Yunani (untuk orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani).
Terjemahan tersebut dinamai “Septuaginta” (code : LXX), selesai tahun 132 SM.
- Terjemahan kedua oleh St. Hieronimus (hidup pada tahun 340-420 M) dari Bahasa
Yunani ke Bahasa Latin yang disebut Vulgata (versio) yang berarti terjemahan yang
tersebar luas. Terjemahan ini diterima dan diakui oleh Gereja Katolik pada Konsili
Trente tahun 1546.

Catatan : Kitab Suci baru dibagi menjadi bab-bab oleh Stefanus Langton pada tahun
± 1226, sedangkan Robert Estiene membagi-bagi lagi ke dalam ayat-ayat pada ±
tahun 1551.

3) Kitab Suci = Kitab Perjanjian


Kitab Suci Katolik (Kristen) disebut perjanjian karena berisikan “perjanjian” Allah dengan
manusia. Diceritakan dan dipikirkan hal ikhwal perjanjian itu, yaitu Allah dan manusia, setia
dan atau tidak setia terhadap perjanjian itu, dan bagaimana perjanjian itu terlaksana atau
tidak terlaksana. “Dipakai” kata perjanjian untuk menyatakan bahwa antara Allah dan
manusia terjalinlah hubungan istimewa, bukan hubungan alamiah saja. Kitab Perjanjian itu
ada 2 bagian / jilid, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
- Perjanjian Lama adalah perjanjian-perjanjian yang diadakan antara Allah dengan
manusia sebelum Yesus Kristus tampil di muka bumi ini.
- Perjanjian Baru adalah perjanjian terakhir yang diadakan antara Allah dengan
manusia melalui Yesus Kristus. Perjanjian ini adalah perjanjian kekal, yang tidak
pernah akan batal dan gagal.
4) Hubungan Perjanjian Lama Dengan Perjanjian Baru
Seluruh karya Allah sebelum kedatangan Yesus merupakan karya yang
mempersiapkan penyelamatan sempurna dengan perantaraan Yesus Kristus. Pewartaan
karya penyelematan Allah sebelumnya, sampai kepada kita lewat tulisan-tulisan yang
terkumpul dalam Perjanjian Lama tidak diganti/diubah, melainkan disempurnakan oleh,
dalam, dan melalui Yesus Kristus (Mat 5:17-19).
Surat kepada umat Ibrani menjelasakan demikian, “Setelah pada zaman dahulu Allah
berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan
perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita dengan
perantaraan Anak-Nya… (Ibr 1:1).
Maka penyelematan dalam dan melalui Yesus Kristus hanya dapat dipahami atas
dasar karya penyelematan Allah dalam sejarah umat Allah Perjanjian Lama. Dalam Dei
Verbum art.16 dikatakan, “Allah, pengilham dan pengarang Kitab-kitab Perjanjian Lama
maupun baru dalam kebijkasanaan-Nya mengatur sedemikian rupa, sehingga Perjanjian Baru
tersembunyi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama terbuka dalam Perjanjian Baru.”

5) Ciri-corak Kitab Suci Katolik


a. Kitab Suci “bukan” Kitab dari Surga
Kitab Suci adalah Kitab Ilahi (Allah) tetapi tidak diturunkan dari Surga atau didiktekan
oleh Allah dan direkam oleh manusia, melainkan diciptakan dan ditulis oleh Umat Allah
yang dipimpin dan didorong oleh Allah melalui Roh Kudus. Maka Kitab Suci adalah kitab
karangan manusia – kitab manusia dan juga Kitab Allah. Melalui pikiran, perasaan dan
perkataan manusia, Allah menyatakan rencana karya penyelamatan-Nya dan kehendak-
Nya kepada manusia, umat pilihan-Nya.
b. Kitab Suci, Kitab yang tumbuh dalam sejarah umat Israel dan berakhir menjelang zaman
Perjanjian Baru. Maka disebut Kitab Sejarah. Sejarah penyelematan Umat Allah
Perjanjian Lama sampai kedatangan Yesus Kristus.
c. Kitab Suci adalah Kitab perjalanan pengalaman iman umat.
Dalam Kitab Suci tercatat pengalaman Umat Allah selama ±2000 tahun. Mulai dari
Adam, Nuh, Abraham dengan Umat Israelnya yang mengalami jatuh-bangun, berdosa-
bertobat, tantangan, cobaan, godaan baik perorangan maupun bersama-sama sampai
pada zaman Yesus, dan bahkan sampai saat ini. Kitab Suci tidak dapat mengatasi semua
persoalan hidup manusia secara langsung. Tetapi Kitab Suci dapat menjawab pertanyaan
orang beriman, “Bagaimana orang yang sungguh-sungguh beriman menggumuli masalah
kehidupan” dan “Siapa Allah dan siapa sesungguhnya manusia di hadapan Allah”. Maka
Kitab Suci disebut sebagai Kitab Iman.
d. Kitab Suci adalah Kitab agama, bukan Kitab ilmu pengetahuan.
e. Kitab Suci adalah kitab dari umat, oleh umat, dan untuk umat.
f. Kitab Suci terdiri dari macam-macam karangan yang merupakan suatu perpustakaan
untuk umat

6) Protokanonika dan Deuterokanonika


Alkitab Katolik ditetapkan/diterima oleh Gereja Katolik menjadi Kitab Suci selama dua tahap.
a. Protokanonika
Dari kata Yunani “proto” = pertama dan “kanon” = patokan iman.
Kitab-kitab yang diterima itu ada 66 kitab. Terdiri dari 39 Kitab Perjanjian Lama dan 27
Kitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab ini diterima oleh Yahudi, Katolik dan Protestan sebagai
Kitab yang diilhami dan kanonik.
b. Deuterokanonika
Dari kata Yunani “deuteros” = kedua dan “kanon” = patokan iman. Ada 7 kitab dan 3
tambahan, semuanya dari Perjanjian Lama. Kitab-kitab tersebut tidak diterima oleh
Protestan karena dianggap palsu. Kitab-kitab dimaksud adalah : Tobit, Yudit,
Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, Tambahan pada
Kitab Ester, Tambahan pada Kitab Daniel, Tambahan pada Kitab Yeremia (Barukh 6).

Anda mungkin juga menyukai