hakikat atau model standar moral yang harus diikuti oleh manusia demi hidup kekal itu
sendiri.
Pokok Masalah
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan “Sola Gratia: Keselamatan Hanya Oleh Anugerah” adalah untuk
menjelaskan konsep keselamatan dalam perspektif Kristen yang berbeda dari semua agama di
dunia dan konsep atheis, dan bagaimana manusia memperoleh keselamatan itu.
Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa semua orang telah berdosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Itu berarti bahwa semua manusia tanpa terkecuali
telah
rusak karena dosa. Dosa sendiri dapat didefinisikan “tidak mencapai sasaran, kebejatan,
kebodohan, dan
Istilah yang digunakan John Calvin untuk menggambarkan kerusakan manusia karena
dosa adalah total depravity, berarti kerusakan total. Namun ternyata penggunaan istilah
kerusakan total oleh Calvin tidaklah disamakan artinya dengan kerusakan mutlak.5 Jika
hidupnya, dan sangat jahat sejahat yang bisa dilakukannya.6 Sementara kerusakan total berarti
bahwa kejahatan manusia telah mencapai cakupan luas yang maksimal, dan bukan berarti
bahwa manusia tidak dapat lebih jahat lagi tetapi bahwa tidak ada satu pun perbuatannya yang
baik.7 Kejahatan telah meresap ke setiap jiwa dan setiap bidang kehidupan manusia sehingga
Memang benar bahwa manusia natural dapat melakukan kebaikan yang relatif.
Contohnya menolong sesama, dan sebagainya. Namun yang perlu diketahui bahwa
kebaikan relatif secara fundamental bukanlah kebaikan yang sejati dalam pandangan Allah.9
“Dalam kenyataannya, kebaikan relatif ini pada dasarnya, dan dalam pengertian yang
Kitab Kejadian 8:21 dan Mazmur 51:7 menjelaskan bahwa sejatinya sejak manusia
masih kecil – bahkan sejak dalam kandungan – manusia telah hidup dalam dosa. Rasul Paulus
menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang benar, tidak ada seorang pun yang berakal
budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah, semua menyeleweng, artinya bahwa semua
manusia berdosa (Rm. 3:10-18). Keberadaan manusia adalah selalu dan semata-mata berbuat
dosa.11
Mengacu pada kenyataan ini, maka seyogianyalah manusia insaf bahwa memenuhi
standar kekudusan yang dituntut oleh Allah dengan kemampuan diri sendiri untuk
memperoleh keselamatan adalah mustahil. Manusia memerlukan cara lain. Dan cara itu datang
dari Allah.
Semua manusia telah berdosa. Oleh karena itu semua manusia layak untuk dihukum
6 Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, 1-2.
(Rm. 6:23). Akan
7 Ibid., 2. tetapi Allah memilih untuk menyelamatkan manusia. Mengapa? Yohanes
8 Ibid.
9 Ibid., 8.
10 Ibid.
11
Lih. penjelasan Edwin H. Palmer tentang kerusakan total, dalam Lima Pokok Calvinisme, 8-9.
3:16 menjelaskan bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Keselamatan adalah inisiatif Allah sendiri karena
Dia datang ke dunia mengambil rupa manusia – yaitu manusia Yesus Kristus – untuk
menjadi domba sembelihan bagi keampunan dosa manusia. Oleh penumpahan darah Kristus
manusia diampuni sebab tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr. 9:22).
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah (2 Kor. 5:21). Kristus adalah korban sembelihan yang sempurna bagi
keampunan dosa manusia. Diluar Kristus tidak ada jalan keselamatan yang lain (Kis. 4:12) dan
keselamatan itu semata-mata hanya anugerah Allah, tidak ada satu pun usaha yang dapat
Dalam menerima keselamatan itu, ada hal-hal yang terjadi dalam diri manusia, yang
walaupun merupakan satu kesatuan yang hakiki, tapi dapat dibedakan antara satu dengan
yang lainnya. Hal-hal tersebut adalah kelahiran kembali, pertobatan, iman, pengampunan,
Kelahiran Kembali
manusia.12 Kelahiran kembali adalah suatu metafora untuk langkah awal keselamatan yang
bukan terjadi oleh perbuatan manusia tetapi semata-mata karya Allah.13 Ihwal kelahiran
kembali ini pertama kali muncul dalam percakapan antara Yesus dan Nikodemus seperti yang
tertulis dalam 1 Yohanes 3:1-21. Perkataan Yesus perihal manusia harus dilahirkan
kembali untuk melihat Kerajaan Allah tidaklah dipahami secara harafiah dengan
melihat/memikirkan
12 Christopher Luthy, Catatan Teologi Sistematika III (Makassar: STT Jaffray, 2018), 17.
13 James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen (Surabaya: Momentum, 2015), 459.
kelahiran jasmaniah. Ferguson mengatakan bahwa farasa kelahiran kembali berarti awal yang
lain.14
Setiap orang yang hendak masuk ke Kerajaan Allah haruslah dilahirkan kembali.
Dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus, Yesus setidaknya memberikan 3 alasan tentang
pentingnya kelahiran kembali.15 Alasan yang pertama adalah karena manusia daging adanya,
dan itu berarti bahwa natur manusia tidak dapat menghasilkan realitas rohani.16 Daging dan
darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan yang binasa tidak mendapat bagian
dalam apa yang tidak binasa (1 Korintus 15:50). Alasan yang kedua adalah bahwa manusia
tidak dapat melihat Kerajaan Allah, dalam artian bahwa manusia tidak dapat mengenal,
menghargai dan memahami pentingnya kerajaan itu.17 Lebih dari itu, manusia tidak hanya buta
tetapi juga dikelilingi oleh kegelapan.18 Alasan yang ketiga adalah bahwa manusia lemah dan
Dilahirkan kembali berarti lahir dari air dan Roh (Yoh. 3:5). Seperti yang sudah sedikit
disinggung sebelumnya bahwa hal kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh
Kudus-Nya. Roh bekerja dalam diri manusia, membersihkan jiwa dan memurnikannya seperti
air, membuang kotorannya yang tidak layak bagi Kerajaan Allah, serta mendinginkan dan
menyegarkan jiwa, seperti air bagi bagi rusa yang kehausan.20 Hal kelahiran kembali juga
dibandingkan dengan angin (Yoh. 3:8). Metthew Henry memberi penjelasan bahwa dalam
membaharui manusia, Roh bekerja sesuai dengan kehendak-Nya, sebagai pekerja yang bebas
kepada siapa, kapan, dan dimana saja.21 Seperti halnya angin yang tidak terlihat arah atau
sumbernya namun dampaknya dirasakan, demikianlah Roh Kudus bekerja dalam hati manusia.
14 Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen: Sebuah Pengantar Doktrinal (Surabaya: Momentum, 2007),
64.
15 Ibid., 67.
16 Ibid.
17 Ibid., 68.
18 Ibid., 69.
19 Ibid., 72.
20
Metthew Henry, Tafsiran Metthew Henry: Injil Yohanes 1-11 (Surabaya: Momentum, 2010), 142.
21 Ibid., 143.
Dia bekerja dengan penuh kuasa dan dengan dampak-dampak yang nyata.22 Roh Kudus bekerja
secara rahasia dan dengan cara-cara yang tersembunyi, tetapi berdampak besar.23
Dalam kelahiran kembali akal budi manusia dicerahkan sehingga dapat mengerti akan
Kerajaan Allah.24 Dalam kelahiran kembali hati manusia dimurnikan; Allah menaruh hukum-
hukum-Nya dalam hati manusia sehingga manusia termotivasi untuk memuliakan dan
melayani-Nya di jalan kebanaran bukan karena paksaan dari luar melainkan oleh kuasa dari
Pertobatan
Adalah menarik apa yang dikatakan Hoekma tentang Perjanjian Baru, bahwa itu
dimulai (Mat. 3:2) dan diakhiri dengan panggilan untuk bertobat (Why. 3:19).27 Ini
menunjukkan urgensi pertobatan dalam kehidupan manusia yang tercemar oleh dosa.
Dalam Perjanjian Lama, kata Ibrani yang dipakai untuk pertobatan adalah kata nicham,
yang berarti menyesal, tergerak oleh belas kasihan atau bertobat dari perbuatan yang salah.28
Dalam Perjanjian Baru, kata ini sama dengan kata Yunani metanoia.29 Kata lain yang lebih
sering digunakan untuk pertobatan adalah kata shūbh, berarti berbalik, pergi kearah
yang berlawanan.30 Dalam Perjanjian Baru kata ini sama dengan kata epistrephō.31 “Pertobatan
dapat
didefinisikan sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah
diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan
22
Metthew Henry, Tafsiran Metthew Henry: Injil Yohanes 1-11, 143.
23 Ibid., 143-144.
24 Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, 76.
25 Ibid., 76-77.
28 Ibid., 162.
29 Ibid., 163.
30
Ibid.
31 Ibid.
sepenuhnya, yang dinyatakan didalam bentuk suatu cara berpikir, merasa, dan berkehendak
yang baru.32
Pertobatan adalah anugerah Allah kepada manusia (Kis. 11:8, Rm. 2:4). Pertobatan
mencakup aspek-aspek yang dapat dibedakan, namun tidak boleh dipisahkan.33 Aspek yang
pertama adalah aspek intelektual, yaitu melibatkan pengenalan akan kekudusan dan keagungan
Allah, pengakuan atas dosa dan pemahaman akan kasih setia Allah.34 Aspek yang kedua
adalah aspek emosional, mencakup perasaan duka cita yang mendalam atas dosa dan akibat
dosa, serta rasa sukacita atas pengampunan Allah dan sukacita di dalam melakukan kehendak
Allah.35 Aspek yang ketiga adalah aspek volisional, yaitu perubahan dalam tujuan dan motivasi
Iman
Apa itu iman? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1). Dalam bahasa Ibrani, kata yang
diterjemahkan sebagai iman sebenarnya memiliki arti menyokong atau meneguhkan, sementara
kata Yunani yang diterjemahkan sebagai iman atau percaya sebenarnya memiliki arti
berharap kepadanya atau bersandar kepadanya.37 “Secara teologis, yang dimaksud dengan
iman adalah keteguhan hati seseorang untuk terus percaya kepada Tuhan, apa pun yang
apa pun, dan sampai kapan pun.”38 Iman adalah saluran keselamatan yang mutlak harus
ada, sebab tanpa iman tidak mungkin seseorang berkenan kepada Allah (Ibr. 11:6).39 Kata
dasar
yang digunakan untuk mendefinisikan iman dalam Ibrani 11:1 sesungguhnya berarti
surat bukti
32 Anthony A. Hoekma, Diselamatkan oleh Anugerah, 167.
33 Ibid., 167-168.
34 Ibid., 168.
35 Ibid.
36 Ibid.
37 J. Wesley Brill, Dasar yang Teguh (Bandung: Kalam Hidup, s.a), 214.
38 Markus Suyadi, Tanya Jawab tentang Kristologi, Soteriologi, Malaikat, dan Setan (Yogyakarta: Andi,
2016), 73.
39
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 463.
hak milik untuk sebidang properti.40 “Iman itu adalah bukti akan segala sesuatu yang belum
sepenuhnya terlihat.”41
Iman sendiri pada dasarnya adalah anugerah Allah kepada manusia (Fil. 2:13, I Kor.
12:3, Ef. 2:8, Mat. 16:16-17). Dasar iman adalah Firman Allah (Roma 4:20-21) dan tujuan
Apa yang sering dianggap sebagai iman tetapi pada dasarnya itu bukan iman? Boice
memaparkan ada 3 hal, yaitu iman bersifat subjektif, kredulitas, dan optimisme.43 Iman yang
bersifat subjektif adalah iman dari perasaan religius yang terpisah dari kebenaran
objektif pernyataan Allah.44 “Kredulitas adalah sikap orang-orang yang mau menerima sesuatu
sebagai benar tanpa adanya bukti hanya karena mereka sungguh-sungguh berharap bahwa itu
benar.”45 Sementara optimisme adalah sikap mental yang positif untuk menyebabkan apa yang
Boice merujuk kepada poin Calvin, bahwa iman sejati memiliki isi intelektual.47
Pengetahuan ini mencakup siapa Yesus, siapa manusia, dan hal-hal lain, dengan berdasar pada
Alkitab.48 Namun iman tidak sebatas pada pengetahuan. “Iman alkitabiah yang sejati, juga
menuntut gerakan hati.”49 Iman juga adalah soal kepercayaan atau komitmen, dimana manusia
berbalik memercayai Allah sepenuhnya, bukan lagi diri sendiri.50 G.I. Williamson menuliskan
bahwa iman berkaitan erat dengan pertobatan, dimana keduanya merupakan aspek dari
transformasi total jiwa.51 Pertobatan menunjukkan aspek perubahan jiwa yang berpaling dari
40
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 465.
41
Ibid.
42 J. Wesley Brill, Dasar yang Teguh, 214.
43
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 464.
44
Ibid.
45 Ibid.
46 Ibid.
47 Ibid., 466.
48
Ibid., 467.
49 Ibid., 469.
50 Ibid.
perubahan jiwa yang berpaling kepada Kristus dan mengalami keterikatan yang kuat dengan-
Nya.52
Pengampunan
Kata Yunani yang dipakai untuk kata pengampunan adalah aphesis yang juga dapat
berarti memisahkan sesuatu.53 Ketika manusia diampuni oleh Allah, itu berarti bahwa dosa
dijauhkan dari manusia.54 Pengampunan itu diterima ketika manusia beriman kepada Yesus dan
bertobat.55
Kitab Ibrani menjelaskan bahwa syarat pengampunan dosa adalah adanya penumpahan
darah (Ibr. 11:9). Allah mengampuni manusia bukan karena korban-korban sembelihan
manusia, atau perbuatan-perbuatan manusia, tetapi karena darah Kristus yang tercurah. Matius
26:28, sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa.
Pembenaran
mengampuni semua dosa manusia dan menerimanya sebagai orang-orang yang benar dalam
pandangan-Nya, oleh karena kebenaran Kristus diperhitungkan atas manusia, dan diterima
hanya melalui iman.56 Pembenaran bukan suatu tindakan menjadikan seseorang kudus,
tetapi lebih merupakan pernyataan hukum.57 Ibarat di ruang pengadilan, manusia berdiri di
hadapan
Allah Bapa yang adalah Hakim. Seharusnya manusia yang berdosa dijatuhi hukuman
yang amat
berat akibat dosa-dosa manusia itu sendiri. Namun karena iman (yang di anugerahkan
Allah) 52manusia dipersatukan dengan Kristus dan kebenaran Kristus diperhitungkan atas
G.I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, 149.
Christopher Luthy, Catatan Teologi Sistematika III, 25.
53
manusia,
54 Ibid.
55 Ibid.
57
Ibid., 159.
maka manusia diperhitungkan benar di hadapan Hakim. Dosa manusia ditanggungkan kepada
Hal pengudusan adalah karya Roh Kudus dalam pribadi orang percaya.58 Oleh Roh
Kudus terjadi kelanjutan pelayanan Yesus untuk memberikan kebebasan, bimbingan rohani,
wawasan, aplikasi kedewasaan rohani, dan kedewasaan rohani kepada orang-orang percaya.59
Mengapa kekudusan itu penting? Ada setidaknya dua alasan. Yang pertama adalah bahwa itu
adalah perintah. Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Pet. 1:16). Karena itu
haruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Mat. 5:48). Alasan yang
kedua adalah bahwa tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibr. 12:14).
Pengudusan merupakan suatu pekerjaan yang dilangsungkan terus-menerus dalam hidup orang
percaya.60
Tentu dalam tubuh kemanusiaan (dalam daging) manusia tidak akan mencapai
kesempurnaan Allah. Itu akan diterima kelak ketika Yesus datang kembali menjemput saleh-saleh-
Nya. Manusia (walaupun telah menerima Kristus) tetap masih dapat jatuh dalam dosa. Namun
yang harus dipahami bahwa orang percaya tidak lagi menghambakan diri pada dosa karena itu
bukan identitas Kristen (1 Yoh. 3:9). Orang-orang percaya akan hidup dalam proses transformasi
serupa Kristus. Orang-orang percaya akan hidup dalam ketekunan akan Firman Allah, dalam
yang baik. Ada begitu banyak orang yang terjebak dalam konsep-konsep paham yang salah
58Willem VanGemeren, Progres Penebusan: Kisah Keselamatan dari Penciptaan sampai Yerusalem
Baru (Surabaya: Momentum, 2016), 455.
59 Ibid.
60
J. Wesley Brill, Dasar yang Teguh, 234.
tentang keselamatan. Konsep yang sering disalah pahami itu adalah hubungan iman dan
perbuatan.
Konsep yang pertama adalah pandangan yang melihat Allah bisa berhutang pada
manusia dan memberkati manusia karena perbuatan baik manusia itu.61 Konsep atau paham ini
dikenal dengan istilah legalisme.62 Pandangan ini melihat keselamatan sebagai upaya manusia
semata untuk mendapat hati Allah. Konsep yang kedua adalah bahwa manusia bisa
berhubungan dengan Allah tanpa perlu menaati perkataan dan perintah-Nya, karena Allah
menerima manusia apa adanya.63 Paham ini dikenal dengan istilah antinomianisme.64 Konsep
ini memandang anugerah Allah secara salah dan mengabaikan hal identitas orang percaya.
Konsep pemikiran yang ketiga adalah bahwa manusia diselamatkan hanya oleh anugerah Allah
Kesimpulan
Perbuatan manusia tidak memberi sumbangan apa pun dalam hal pemberian keselamatan itu.
Manusia dibenarkan dan diselamatkan dalam iman kepada Kristus. Iman itu pun adalah
anugerah Allah kepada mereka yang dipilih-Nya sesuai kerelaan hati-Nya (Ef. 2:8-9). Adapun
mendapat keselamatan, tetapi merupakan identitas orang percaya (dalam tuntunan Roh Kudus
– Fil. 2:13,
1 Yoh. 3:9) yaitu mereka yang telah diselamatkan oleh iman kepada Yesus Kristus.
61 Timothy Keller, Preaching (Berkhotbah): Mengomunikasikan Iman dalam Zaman yang Skeptis
63 Ibid.
64 Ibid.
65
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, 483.