AHSAN MAULANA
AHSAN MAULANA
E24104071
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi : Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati (Tectona grandis Linn.F)
pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Tersertifikasi di
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Nama : Ahsan Maulana
NRP : E24104071
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Kualitas Kayu Bundar
Jati (Tectona grandis Linn.F) pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Tersertifikasi di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara adalah benar-
benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
1.Bapak Dr.Ir.Ahmad Budiaman, MSc yang telah memberikan bantuan, arahan,
nasihat dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
2.Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc selaku dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) dan Ir. Muhdin, MSc
selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan.
3.Keluarga tercinta (bapak (alm), ibu, kakak-kakak) yang telah memberikan
dorongan semangat, doa, pengorbanan serta kasih sayangnya baik moral
maupun material kepada penulis.
4.Ketua dan staf Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL), Tropical Forest Trust
(TFT) Sulawesi Tenggara, LSM Jaringan Untuk Hutan (JAUH) Sultra, serta
keluarga bapak Husein atas bantuannya.
5.Rekan-rekan seperjuangan di laboratorium Analisis dan Keteknikan
Pemanenan, Biokomposit, Rekayasa dan Desain Kayu, Ekonomi Industri,
Kimia Hasil Hutan, Kayu Solid serta rekan-rekan KSH, MNH, dan Silvikultur
yang telah memberikan bantuannya.
6.Keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang setimpal. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin
AHSAN MAULANA
AHSAN MAULANA
E24104071
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi : Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati (Tectona grandis Linn.F)
pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Tersertifikasi di
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Nama : Ahsan Maulana
NRP : E24104071
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Kualitas Kayu Bundar
Jati (Tectona grandis Linn.F) pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Tersertifikasi di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara adalah benar-
benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum
pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
1.Bapak Dr.Ir.Ahmad Budiaman, MSc yang telah memberikan bantuan, arahan,
nasihat dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
2.Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc selaku dosen penguji dari Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) dan Ir. Muhdin, MSc
selaku dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan.
3.Keluarga tercinta (bapak (alm), ibu, kakak-kakak) yang telah memberikan
dorongan semangat, doa, pengorbanan serta kasih sayangnya baik moral
maupun material kepada penulis.
4.Ketua dan staf Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL), Tropical Forest Trust
(TFT) Sulawesi Tenggara, LSM Jaringan Untuk Hutan (JAUH) Sultra, serta
keluarga bapak Husein atas bantuannya.
5.Rekan-rekan seperjuangan di laboratorium Analisis dan Keteknikan
Pemanenan, Biokomposit, Rekayasa dan Desain Kayu, Ekonomi Industri,
Kimia Hasil Hutan, Kayu Solid serta rekan-rekan KSH, MNH, dan Silvikultur
yang telah memberikan bantuannya.
6.Keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang setimpal. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin
Bearly (2001) membagi cacat kayu kedalam dua bagian, yakni pertama
cacat yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan sepanjang pohon itu hidup
antara lain penyimpangan bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi (kayu tekan
dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar tahun yang abnormal, warna yang
abnormal dan lain-lain. Kelompok cacat kedua adalah cacat yang disebabkan
oleh pertumbuhan alami seperti mata kayu dan empelur.
Karlinasari (2006), menyatakan bahwa penyimpangan atau abnormalitas
dari struktur normal dalam kayu tidak diperhatikan apabila kayu dianggap
sebagai bagian dari organisme hidup dan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor sepanjang hidupnya. Namun ketika kayu dilihat dari sudut
pandang sebagai bahan baku maka abnormalitas dalam struktur kayu sangat
diperhatikan karena dapat menurunkan nilai fungsinya. Abnormalitas tersebut
biasa dikenal dengan sebutan cacat kayu.
Karlinasari (2006), menyatakan bahwa cacat kayu (defect) adalah
penyimpangan atau kelainan pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu kayu.
Berdasarkan penyebabnya cacat kayu dapat dibagi menjadi :
1. Cacat alami (natural defects), karena lingkungan dan serangan makhluk
biologis. Contohnya mata kayu (knots), kantung damar (pitch poket),
saluran damar (resin streaks), cacat mineral, kayu reaksi, dan fungi.
2. Selain penyebab alami / akibat pengolahan. Contohnya adalah twist,
cupping, bowing, wane, compression failure, cross breaks, dan cross
grain.
Berdasarkan kategorinya cacat terbagi atas :
1. Cacat bentuk yaitu penyimpangan atau kelainan dalam pada kayu terhadap
bentuknya yang normal. Contohnya membusur (bowing), melengkung
(crooking / spring), melintang (twisting) dan lain-lain.
2. Cacat badan yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada keempat
sisi kayu dan bukan merupakan cacat bentuk. Contonya adalah mata kayu
(knots), retak (checks), pecah (shakes), dan lubang serangga
3. Cacat bontos yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada bagian
bontos kayu dan bukan merupakan cacat bentuk dan cacat badan.
Contohnya adalah hati kayu.
Persyaratan cacat adalah cara persyaratan mutu berdasarkan kepada jenis ,
jumlah , dan atau besarnya cacat maksimal yang diperkenankan, dengan
memperhatikan lokasi dan hubungannya dengan cacat-cacat lain.
Beberapa deinisi cacat yang sesuai acuan normatif Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-5007.1-2003), antara lain :
1.Alur adalah suatu lekukan pada permukaan batang kayu
4. Gerowong (Gr) : lubang besar pada bontos kearah panjang kayu, baik
tembus maupun tidak tembus tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan.
5.Gubal (Gu) adalah bagian dari kayu yang terdapat diantara kulit dan kayu
teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu terasnya serta
kurang awet.
8.Kunus adalah cacat pada bontos kayu berupa cabang akibat dari kesalahan
teknis menebang.
9.Lengar (Lr) adalah merupakan lekukan pada batang kayu yang umumnya
disebabkan oleh kebakaran atau sebab lainnya
10. Mata kayu (Mk) adalah bekas cabang atau ranting pada permukaan kayu
dengan penampang lintang berbentuk bulat atau lonjong.
11. Pakah : bontos kayu dipotong pada pertemuan antara 2 (dua) cabang
ditandai dengan adanya 2 (dua) hati dan terpisahnya lingkaran tumbuh.
12. Pecah belah (Pe/be) adalah terpisahnya serat kayu melebar sehingga
merupakan celah dengan lebar 2 mm atau lebih dan menembus teras.
13. Pecah banting (Pebt) adalah pecah yang tidak beraturan terjadi pada
waktu penebangan.
14. Pecah busur (Pb) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu
atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur
lingkaran ≤ setengah lingkaran.
15. Pecah gelang (Pg) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu
atau searah dengan lingkaran tumbuh sehingga merupakan busur
lingkaran > setengah lingkaran.
16. Pecah hati adalah terpisahnya serat dimulai dari hati memotong terhadap
lingkaran tumbuh.
17. Pecah lepas adalah akibat bagian dari badan kayu yang hilang / lepas ke
arah ke arah memanjang.
18. Pecah slemper adalah pecah sejajar pada bontos yang tidak menembus
badan kearah memanjang, tetapi sebagian kayunya masih menyatu.
2.Diameter tangensial bagian kayu awalnya 340-370 μm, kayu akhir 50-290
μm
5. Jari-jari lebar yang terdiri dari 4 sel atau lebih, dengan jumlah sekitar 4-7
per mm arah tangensial, komposisi seragam dan tinggi dapat mencapai
0,9 mm
Sumarna (2001), menyatakan bahwa tanaman jati merupakan tanaman
tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang
memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Di Indonesia, jati digolongkan
sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet (mampu bertahan
hingga 500 tahun)
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. F.
Hadikusumo (2001), menyatakan bahwa pohon jati rakyat umumnya
tidak sampai berumur tua sudah ditebang karena kebutuhan akan kayu
pertukangan ataupun kebutuhan akan uang bagi pemiliknya. Pohon jati yang
belum cukup tua ini memiliki kandungan kayu juvenil yang cukup besar.
Padahal, apabila suatu sortimen mengandung kayu juvenil yang bercampur
dengan kayu dewasa, maka sortimen tersebut akan mengalami pelengkungan
setelah kering.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, pita meter,
tongkat ukur, alat sogok, kapur tulis, cat, pisau pemotong, kalkulator, kamera,
dan komputer.
3.3. Batasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah pada
kegiatan penebangan, perencanaan pembagian batang, dan pelaksanaan
pembagian batang. Objek penelitian ini adalah semua pohon rebah yang
ditebang oleh koperasi sesuai jatah tebangan yang telah ditentukan. Perhitungan
diameter (dengan kulit), panjang, dan volume dilakukan ketika pohon rebah.
3.4. Penentuan Pohon Contoh
Pohon contoh yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah pohon yang
ditebang pada areal KHJL selama bulan Mei sampai dengan Juli 2008, jumlah
pohon contoh ditetapkan sebanyak 33 pohon.
3.5. Pengukuran Dimensi
Pengukuran dimensi dalam pengujian kualitas kayu bulat Jati ini dibagi
menjadi 2 ( dua ) bagian, yaitu :
3.5.1. Pengukuran Dimensi Pohon Per Seksi
1 meter 1 meter
a) Cacat kesilindrisan
Dinyatakan silindris (Si), hampir silindris (Hsi) dan tidak silindris (Tsi)
dengan parameter :
1.Silindris apabila perbandingan antara selisih dp dan du dengan panjang ≤
1% p.
2.Hampir silindris (Hsi) apabila perbandingan antara selisih dp dan du
dengan panjang > 1% sampai dengan 2 % p.
Tidak silindris (Tsi) apabila perbandingan antara selisih dp dan Cara menghitung
% kesilindrisan lihat Gambar 2 :
% Kesilindrisan = (dp – du) x 100% / p
dp du d3
d1 dp = (d1+d2) / 2
du = (d3+d4) / 2 d4
d2
d1 d3
d4
d2
Gambar 3. Cara menghitung persentase (%) cacat kebundaran
Keterangan :
1. d 1 adalah garis tengah terpanjang
2. d 2 adalah garis tengah terpendek
3. d 3 adalah garis tengah terpanjang
4. d 4 adalah garis tengah terpendek
Y
P
Gambar 4. Cara menghitung % kelurusan
Keterangan : y adalah kedalaman lengkung dan p adalah panjang kayu
d) Cacat alur
Ditetapkan dengan cara mengukur dalamnya alur pada tempat yang
terdalam terhadap permukaan kayu yang bersangkutan. Apabila pada kayu
terdapat > 1 alur, masing-masing alur diukur dalamnya kemudian dijumlahkan.
Apabila terdapat lebih dari 2 alur, yang dijumlahkna hanya 3 alur utama.
Kemudian apabila sebatang kayu terdapat alur yang panjangnya > ½ p dan ≤ p,
dianggap keduanya > ½ p. Cara menghitung kedalaman alur lihat Gambar 5.
b
panjang
1 meter
Gambar 6. Cara menghitung jumlah Lubang gerek
Keterangan :
jumlah Lgb dihitung jumlah tmp (contoh dalam gambar adalah 3 bh
dalam tiap meter panjang)
kotak A berukuran 12,5 cm x 12,5 cm diletakkan pada badan kayu yang
mempunyai Lgk terbanyak, kemudian hitung jumlahnya. Apabila > 30 bh
dianggap Gr dan ≤ 30 bh dianggap Tm.
f) Cacat pecah atau belah (pe / be)
Penilaian terhadap cacat Pe / Be dinyatakan dalam persen, misalnya 15 %
p, yaitu jumlah panjang semua Pe / Be pada kedua bontosnya adalah 15 % dari
panjang kayu (p). Pe / Be yang berhadapan dianggap 1 (satu) buah. Pengukuran
cacat Pe/Be lihat gambar 7.
% Pe / Be = ( a + c+ d ) / p x 100 %
apc
Jarak 1
p
L
tmp tmp tmp
Gambar 10. Cara menghitung jumlah dan luas Kt
Keterangan :
1. Jumlah Kt di badan dihitung 1 buah tiap meter panjang
2. Jumlah Kt di bontos dihitung 2 buah / bontos
3. Luas Kt 1 / Kt 2 adalah panjang x lebar
4. Luas Kt = Luas Kt1 + luas Kt 2
j) Cacat pecah busur / pecah gelang (Peb / Peg)
Penilaian terhadap cacat Peb/Peg dinyatakan dalam persen dengan cara :
1.Membandingkan panjang linier atau panjang lengkungan Peb/Peg yang
terpanjang dari kedua bontosnya terhadap diameter kayu.
2.Membandingkan jumlah panjang linier seluruh Peb/Peg setiap bontos
terhadap diameter kayu
3. Cara mengitung % Peb/Peg lihat Gambar 11.
x
z
Teras busuk
Gubal hilang
Pebt
Lb
Pj
¼ kelilin
Keterangan :
1. Lb = Lebar pecah
2. Pecah slemper = ¼ keliling
o) Cacat gerowong dan teras busuk (Gr / Tb)
Penilaian terhadap cacat gerowong / teras busuk (Gr/Tb) dinyatakan
dalam persen dan kubikasi. Terdapat 2 ( dua ) cara penilaian cacat Gr/Tb yaitu :
1. membandingkan diameter terbesar Gr/Tb dengan diameter kayu, khusus
Gr kedalamannya dibandingkan dengan panjang kayu
2. menghitung persen dan kubikasi cacat bontos sesuai SNI Pengukuran dan
Tabel isi kayu bundar rimba
Cara menghitung % Gr/Tb sama dengan menghitung % Tr (Gambar 16),
sedangkan cara mengukur kedalaman Gr dapat dilihat pada Gambar 17.
a
Sistem satuan ukuran yang dtetapkan adalah sesuai standar SNI, yaitu:
1.1. Satuan untuk diameter kayu adalah cm (Senti meter) dengan kelipatan 3
(tiga) cm penuh untuk sortimen AI, AII serta kelipatan 1 cm penuh untuk
sortimen AIII.
1.2. Satuan untuk panjang adalah meter (m) dengan kelipatan 10 cm penuh
untuk panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk
panjang lebih dari 10,00 meter
1.3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik (m3), dengan penulisan
3 (tiga) angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka
dibelakang koma untuk sortimen AIII.
3.7. Kualitas Kayu Bundar Jati
Mutu kayu bundar jati terbagi kedalam 6 (enam) mutu kayu yaitu U, P, D,
T, M dan L. Khusus sortimen kayu bundar jati (AI) dan kayu bundar sedang jati
(AII) dibagi dalam 4 (empat) mutu yaitu P, D, T, dan M dimana mutu kayu U
dan L tidak termasuk didalamnya. Kelas mutu kayu U merupakan kelas mutu
terbaik, berturut-turut selanjutnya adalah P, D, T, dan M.
A. Rata-rata Diameter
Diameter sortimen merupakan rata-rata diameter bontos pangkal (Ø Bp)
dan diameter bontos ujung ( Ø Bu) dalam kelipatan satu sentimeter penuh.
Diameter rataan dihitung menggunakan persamaan berikut :
1 1
(d1 d 2) (d 3 d 4)
Ø kayu = 2 2
2
Keterangan :
Ø kayu = diameter kayu sortimen rata-rata
d1 = diameter terpendek Bp (Bontos pangkal)
d2 = diameter tegak lurus dengan d1
d3 = diameter terpanjang Bu (Bontos ujung)
d4 = diameter tegak lurus dengan d3
B. Volume Sortimen
C. Data Sekunder
Data sekunder yang akan diambil pada penelitian ini antara lain :
1.Kondisi umum lokasi penelitian
2.Luas areal tebangan
3.Potensi hutan
4.sistem pemanenan yang digunakan
5.kebijakan pembagian batang
BAB IV. KONDISI UMUM
Koperasi Hutan Jaya Lestari atau KHJL didirikan pada tanggal 18 Maret
2004, pendirian koperasi ini di inisiasi oleh 46 ketua kelompok Social Forestry
dalam 6 kecamatan di wilayah kabupaten Konawe Selatan. Dalam
perkembangannya, pada tahun 2008 KHJL telah memiliki 579 anggota dalam
32 desa. KHJL memiliki pendamping dalam pengelolaan hutan berbasis
masyarakatnya yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Jaringan Untuk Hutan
(LSM JAUH) dan TFT (Tropical Forest Trust). KHJL merupakan satu-satunya
koperasi yang mendapat pengakuan dari lembaga ekolabel internasional FSC
(Forest Stewardship Council) sehingga kayu yang dijual telah mendapatkan
sertifikasi dari FSC.
Berdasarkan rencana pengelolaan hutan masyarakat 2005-2009, Koperasi
Hutan Jaya Lestari (KHJL) berorientasi pada pengelolaan hutan Jati (Tectona
grandis Linn.F) milik masyarakat. KHJL hanya menjual kayu jenis Jati
meskipun terdapat kayu-kayu lain di areal KHJL seperti Eboni.
KHJL telah berketetapan untuk memusatkan perhatian pada upaya
pelatihan untuk unit-unit (desa-desa) dalam keterampilan mengelola jati rakyat
dengan memilih unit-unit yang aktif dan memiliki kemauan untuk terlibat
dalam Program Kehutanan Sosial di Kabupaten Konawe Selatan. Unit-unit
inilah yang melalui proses untuk menjadi kelompok jati yang resmi, pembuatan
database anggota, penentuan jatah tebangan tahunan untuk masing-masing unit,
pengaturan pelayanan pemeliharaan untuk masing-masing unit, dan
mempelajari proses lacak balak jati yang mereka miliki.
KHJL kemudian akan menggunakan Sertifikasi FSC untuk jati yang
berasal dari unit-unit yang melakukan penebangan jati. KHJL akan menetapkan
aturan dalam penerimaan unit-unit baru ke dalam kelompok penghasil jati yang
diakui oleh FSC.
4.3. Sejarah Sertifikasi Ekolabel di KHJL
Koperasi Hutan Jaya Lestari(KHJL) dibentuk pada bulan Maret 2003 dan
secara legal dengan badan hukum terbentuk pada bulan maret 2004 sebagai
bagian dari Program Kehutanan Sosial Konawe Selatan yang dikelola oleh
anggota masyarakat di sekitar area hutan produksi jati milik negara di
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Program ini diprakarsai dan
difasilitasi oleh jaringan LSM lokal yang berbasis masyarakat yang dikenal
dengan nama Jaringan Untuk Hutan (JAUH), Dinas Kehutanan Propinsi,
BPDAS (Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai), Pemerintah Daerah
Kabupaten Konawe Selatan, dan Tim Kelompok Kerja Kehutanan Sosial (Pokja
SF) dari Dinas Kehutanan. Program Kehutanan Sosial dibentuk dengan tujuan
untuk memanfaatkan masyarakat dan sumberdaya lokal untuk meningkatkan
kapasitas dan kesejahteraan masyaraktnya; secara khusus berfokus pada
pemanfaatan sumberdaya hutan jati di daerah tersebut.
KHJL masih menyadari bahwa pengurus dan anggotanya membutuhkan
pelatihan dalam bidang keterampilan kehutanan dan modal awal berupa uang
agar dapat berfungsi sebagai suatu badan pengelola hutan. Dalam upaya untuk
memperoleh keterampilan ini, KHJL telah menandatangani Nota Kesepahaman
atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan sebuah lembaga non profit
taraf internasional yang bernama TFT (Tropical Forest Trust), yang berkantor
pusat di Inggris, dan di Indonesia berkantor pusat di Semarang pada Juni 2004.
TFT telah menyanggupi untuk memberikan pelatihan dan petunjuk kepada
pengurus KHJL mengenai cara-cara mengelola hutan berkesinambugan dan
memfasilitasi mereka untuk memperoleh serftifikat FSC atas kayu yang mereka
produksi.
Dengan dibantu oleh LSM JAUH dalam aspek kelembagaan dan hukum,
dan dibantu dalam aspek teknis pengelolaan hutan lestari oleh TFT, pada bulan
Mei 2005 setelah diuji oleh Tim Smartwood Asia Pasific Region, akhirnya
KHJL memperoleh sertifikat ekolabel Forest Stewardship Council (FSC) untuk
kelompok hutan yang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah (Small and
Low Intensity Managed Forest, SLIMFs) yang sekaligus merupakan satu-
satunya lembaga koperasi di Asia yang memperoleh sertifikat FSC.
Tujuan penilaian dari tim Smartwood ini adalah untuk mengevaluasi
kelestarian ekologi, ekonomi dan sosial dari pengelolaan hutan, sebagaimana
yang didefinisikan oleh FSC. Kegiatan pengelolaan hutan yang diakui oleh
sertifikasi Smartwood dapat menggunakan label Smartwood dan FSC untuk
pemasaran produk pada publik dan pengiklanan.
Gambar 19. Sertifikat ekolabel FSC
4.4. Topografi dan Kelerengan
Areal kerja Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) terletak pada ketinggian
10-200 mdpl. Kondisi topografi pada umumnya didominasi oleh bukit kecil
atau datar dengan kemiringan kurang dari 15 %. Sebagian areal memiliki
kelerengan terjal antara 25 – 40 %.
4.5. Tanah
Jenis tanah di wilayah kerja Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) secara
umum merupakan jenis podsolik kuning dengan tekstur berhumus dan sedikit
berbatu.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
≥ 20 - 29 27,27
< 20 29,87
Jumlah 100
≥ 30 0 0 0
Jumlah 3,201 78 100,0
AII 0 0 1 3 0
AIII 0 0 0 0 0
Jumlah sortimen 0 25 17 20 16
U P D T M
AI O 8 8 10 14
AII 2 13 10 13 10
AIII 21 14 21 1 8
Jumlah 23 35 39 24 32
Jumlah Sortimen
Kelas Diameter
Uji Simulasi Pembagian Sortimen KHJL
AI 104 40
AII 38 48
AIII uji simulasi pembagian
Pada 39 batang perseksi jumlah65
sortimen yang dapat
Total
dimanfaatkan 181
sebesar 181 sortimen, 153
sedangkan pada pembagian batang yang
dilakukan KHJL hanya sebesar 153 sortimen. Selisih yang besar tersebut karena
pihak KHJL hanya memanfaatkan batang utama sedangkan cabang dan ranting
tidak dimanfaatkan sama sekali. Dan pihak koperasi hanya menjual sortimen
kayu jati diatas 10 cm yang berasal dari potongan sortimen batang utama.
Tabel 10. Perbandingan uji simulasi dan pembagian batang aktual berdasarkan
kualitas kayu
Simulasi KHJL
U 25 23
P 59 35
D 38 39
Cukup tingginya jumlah angka kayu sortimen dengan kualitas
T 31 24
mutu
M rendah disebabkan karena
28 beberapa faktor, baik
32 alami Cukup
Total 181 153
Cukup tingginya jumlah angka kayu sortimen dengan kualitas mutu
rendah disebabkan karena beberapa faktor, baik alami maupun karena faktor
human error seperti kesalahan teknis di lapangan. Faktor alami antara lain
disebabkan oleh cacat kayu secara alami serta faktor pohon jati yang ditebang
berasal dari pohon-pohon trubusan dimana pohon-pohon jati tersebut
merupakan pohon anakan dari induk terdahulu yang sudah ditebang. Selain itu
kesalahan teknis dalam penebangan seperti kesalahan arah rebah pohon,
mengakibatkan pohon pecah dan belah karena menimpa pohon lainnya
merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas mutu kayu jati karena faktor
teknis di lapangan (human error).
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Jenis cacat bentuk kayu jati yang dapat diidentifikasi di KHJL adalah
kesilindrisan, kebundaran, kelengkungan, dan alur. Cacat badan yang
berhasil diidentifikasi adalah pecah belah, pecah banting, pecah
sempler/lepas, lubang gerek, buncak-buncak, lengar dan cacat mata kayu.
Untuk cacat bontos, cacat yang ditemukan antara lain adalah
gerowong/teras rapuh, pecah hati, pecah gelang, gabeng, pakah dan
kunus.
2. Kualitas mutu kayu melalui pengujian simulasi sedikit lebih baik dibanding
pada pembagian batang aktual, hasil simulasi pembagian batang terbesar
adalah kelas mutu P, yaitu sebesar 32,59%. Kelas mutu terbesar kedua
adalah mutu D dengan 20,99%. Mutu T dan M masing-masing 17% dan
15,46%, serta mutu U sebesar 13,81%. Hasil pembagian batang aktual
terbesar adalah mutu kayu D, dengan persentase sebesar 25%. Mutu kayu
T sebesar 16%, mutu kayu M (21%), mutu kayu P dengan 23%, dan mutu
kayu U dengan persentase sebesar 15%.
6.2. Saran
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2003. SNI 01-5007.1-2003 Kayu Bundar Jati.
Jakarta : BSN
Barly HN. 2001. Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Kayu. Bogor : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan RI.
Dirjen Pengusahaan Hutan. 1993. Peraturan Pengukuran dan Pengujian Kayu Bulat
Rimba Hutan. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen Kehutanan
RI: Jakarta
Elias. 1998. Sistem Pemanenan Hutan Jati. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Hadikusumo SA. 2001. Pola Pembelahan Jati Rakyat dan Sifat Fisik serta Mekanika
Kayu Gergajiannya. Jurnal Kehutanan Fakultas Kehutanan UGM 47:1-14.
Sofiyuddin M. 2007. Potensi Tegakan Hutan Rakyat jati dan Mahoni yang
Tersertifikasi untuk Perdagangan Karbon (Studi Kasus di Desa Selopuro,
Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri). [Skripsi]. Bogor: Departemen
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Keterangan :
( - ) adalah tidak dibatasi
( x ) adalah tidak diperkenankan
Sedangkan singkatan lainnya mengacu pada SNI 01-5007.17-2001 tentang pengukuran dan table isi kayu
bundar jati
- Tbhd ≤ 30 % p ≤ 50 % p ≤ 100 % p -
(≤ 45 cm ) (≤ 45 cm ) (≤ 45 cm )
Pecah banting
Pj X ≤ 20 % p ≤ 30 % p ≤ 20 % p
Lb X ≤ ¼ kell ≤ 1/3 kell -
Puntiran 1 : 11 1 :9 1 :7 1 :6 1 :5
Alur :
1. - ≤ ½ p 1bh≤35%p 1bh≤45%p 1bh≤55%p 1bh≤65%p 1bh≤75%p
>1bh≤20% >1bh≤30%p >1bh≤40%p >1bh≤50%p >1bh≤60%p
2. - > ½ p p 1bh≤30%p 1bh≤40%p 1bh≤50%p 1bh≤60%p
1bh≤20%p >1bh≤25%p >1bh≤35%p >1bh≤45%p >1bh≤55%p
>1bh≤15%
p
2 Cacat badan
Pecah / belah :
- bhd 2bh≤25%p 2bh≤60%p 2bh≤100%p - -
- tbhd ≤20%p ≤30%p
Pecah banting :
- pj x ≤ 20 % p ≤ 30 % p ≤ 40 % p ≤ 50 % p
- lb ≤ ¼ kel ≤ ½ kel ≤ ¾ kel ≤ ¾ kel
Pecah lepas x x Lb ≤ ¼ kel Lb ≤ 1/3 kel Lb ≤ ½ kel
Pj ≤ 40 % p Pj ≤ 75 % p -
Lgb 1 bh/tmp ≤ 3 bh/tmp ≤ 5 bh/tmp - -