Anda di halaman 1dari 8

ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII

Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan


Kupang, 26-27 November 2020

MANFAAT LONTAR SECARA EKOLOGI DAN BUDAYA PADA


MASYARAKAT DI NUSA TENGGARA TIMUR
Hariany Siappa1*, Elisa Iswandono2
1
Peneliti, BPPLHK Kupang
2
PEH, BBKSDA NTT Kupang
*Email: harianysiappa@gmail.com

ABSTRAK
Keywords: Lontar (Borassus flabellifer Linn) merupakan salah
Lontar;manfaat; tumbuhan yang dikenal sebagai salah satu ciri habitat dan
konservasi budaya masyarakat NTT karena keberadaannya pada berbagai
habitat lahan kering serta berbagai manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat. Pemanfaatan pohon ini sebagai salah alat
musik sasando membuat tumbuhan ini semakin dikenal sebagai
ciri khas tumbuhan NTT. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengkaji manfaat lontar secara ekologi dan budaya pada
masyarakat NTT. Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah kajian literatur. Lontar merupakan pohon yang penting
bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur secara ekologi dan
budaya. Secara ekologi, lontar memiliki fungsi sebagai
pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut
lontar berfungsi sebagai penahan erosi tanah karena teksturnya
yang kokoh, dalam dan tersebar, serta memiliki kemampuan
dalam mengikat air. Pertumbuhannya berkelompok dan
berdekat-dekatan karena tanaman muda yang tumbuh adalah
berasal dari biji yang jatuh dari pohon induknya.
Kemampuannya dalam daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan yang kering menyebabkan pohon ini dapat
ditemukan pada berbagai habitat lahan kering d NTT.
Tumbuhan ini penting sebagai bersarang lebah dan burung.
Secara budaya, tumbuhan ini penting karena merupakan pohon
dengan 800 kegunaan sehingga memiliki sebutan sebagai
sebagai tumbuhan dengan 1001 kegunaan. Pohon ini memiliki
berbagai manfaat mulai dari daun, batang, akar, buah, pelepah
daun, bunga, bahkan sampai seratnya. Pohon lontar merupakan
jenis pohon yang kokoh, kuat dan bertahan sampai umur 25
tahun.

237
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

1. PENDAHULUAN
Jenis lontar yang tumbuh di Indonesia adalah Borassus sundaicus (permukaan daun
halus) dan Borassus flabellifer (permukaan daun bersisik/scally) Borassus fabellifer
merupakan jenis lontar introduksi dari India pada masa kejayaan raja-raja Hindu. , sedangkan
Borassus sundaicus merupakan asli indonesia. Secara ekologi tumbuhan lontar ini penting
karena keberadaannya pada berbagai habitat lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pohon lontar merupakan pengawet tanah sumberdaya alam terutama tanah, penahan erosi
dan kemampuannya dalam mengikat air. Manfaat lotar bagi keberadaan satwa liar adalah
sumber makanan bagi satwa dan juga tempat bersarang.
Pohon lontar merupakan jenis palma yang memiliki manfaat atas semua bagian
tumbuhan mulai dari akar, batang sampai buah. Bagi masyarakat NTT, lontar memiliki
kepentingan secara budaya yang menyeluruh. Air nira lontar diminum secara langsung dan
biasanya dijual untuk minuman dingin di wilayah kota Kupang. Selain dikonsumsi secara
langsung juga diproses menjadi gula dan difermentasikan untuk arak dan juga cuka.
Pemanfaaran arak untuk minuman tradisional sudah merupakan budaya penduduk NTT yang
diminum untuk acara tertentu atau minuman saat santai serta minuman untuk acara upacara
adat. Bagian tumbuhan lainnya digunakan untuk kayu bangunan, furniture, sapu, atap rumah
dan bahkan alat musik tradisional Sasando. Kegunaan yang lengkap ini yang menjadikan
lontar merupakan bagian tumbuhan yang tidak terpisahkan. Masyarakat tradisional
berinteraksi dengan lingkungannya sejak ratusan tahun sehingga memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana menggunakan tumbuhan secara berkelanjutan (Pei et al. 2009; Pei
2013). Masyarakat tradisional dan pengetahuan mereka tentang merupakan hal yang penting
dalam praktek konservasi (Anderson dan Putz 2002; Junior dan Sato 2005; Rist et al. 2010).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa masyarakat melalui pengetahuan etnobotaninya
berperan dalam memelihara tumbuhan tetap lestari karena akan selalu mendapatkan manfaat
dari tumbuhan tersebut Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tentang
manfaat tumbuhan secara ekologi dan budaya.

238
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

Taksonomi tanaman lontar

(Sumber gambar : Eliya Suita. Mwngenal lontar (Borassus sp) dan pembibitannya. Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Ciheuleut Bogor)
Gambar 1. Bunga dan Buah lontar

Gambar 1. Gambar lontar jantan (kiri, tidak memiliki buah) dan lontar betina (kanan,
memiliki buah)

Klasifikasi tanaman lontar


Borassus flabellifer Linn merupakan spesies hasil introduksi dari India. Bukan
spesies asli Indonesia. Bukan flora nusantara. Sehingga tidak dapat dijadikan sebagai flora
identitas. Lontar merupakan produk unggulan daerah yang berpotensi menjadi poduk
239
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

unggulan nasional. Karena merupakan salah satu jenis tumbuhan palma yang memiliki
manfaat mulai dari akar sampai buah sebagai bahan pangan, bangunan, perabot rumah tangga
, barang kesenian dan budaya. Lontar merupakan pohon dengan sebutan 800 kegunaan
(Tambunan 2010) ada juga yang menyebutnya merupakan tanaman dengan manfaat 1001
kegunaan karena mulai dari daun, batang, akar, buah, pelepah daun, bunga, seratnya memiliki
manfaat. Merupakan jenis tanaman yang berbuah setelah berumur di atas 12 tahun (Tulalo
2020)
Penyebaran lontar di kabupaten Kupang tersebar luas di Pulau Timor bagian barat,
Rote, Sabu, kabupaten Sumba (Kecamatan Rindi Umalulu dan Kecamatan Pahungalodu,
Kabupaten TTS, Belu (Selatan dan Utara) dan Flores Timur. Untuk persebaran Pohon lontar,
relatif lebih mudah ditemukan di sepanjang jalan Timor Raya Kota Kupang, dengan
pertumbuhannya relatif mengelompok. Pada beberapa rumah penduduk juga terdapat pohon
lontar, tetapi tidak mengelompok hanya satu atau dua pohon saja.

Gambar 3. Kumpulan tegakan lontar di sepanjang Pantai Pelangi Oesapa

2. METODE
Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dilengkapi dengan melakukan survei ke
lokasi tempat tumbuhnya pohon lontar di beberapa tempat sekitar kota Kupang dan studi
literatur.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanaman Lontar


Mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan yang kering (Tambunan
2010). Tanaman lontar bersifat soliter, tumbuh berkelompok, pada daerah beriklim kering
dengan curah hujan 500-900 mm/tahun,ketinggian 100-500 m dpl, bulan kering 4-8 bulan

240
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

dan kelembaban udara 60-80%. terbuka dan pada lahan marginal. Jenis tanah yang cocok
adalah tanah alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, kelabu kuning, latosol merah, dan latosol
coklat kemerahan. Tanaman lontar sangat baik tumbuh di kawasan semi arid karena
tumbuhan ini tumbuh pada semua kondisi tanah dan iklim kering, tanah yang bertekstur
kasar, bersolum tipis, tahan terhadap kondisi kering, berumur panjang, tidak disukai ternak
sehingga lahan cenderung aman dari gangguan ternak. Berbuah hampir sepanjang tahun
terutama pada musim kering antar bulan Juni sampai dengan September. Makin panjang
musim kemarau makin banyak buah yang dihasilkan (Suita, ).

Karakteristik tanah di Pulau Timor dan sekitarnya


Topografi wilayah ini adalah perbukitan dapur, padang tandus, beberapa wilayah
kecil merupakan padang rumput, beberapa pulau tidak memiliki gunung sehingga tidak ada
sarana untuk menangkap air hujan, angin monsun Australia mengakibatkan angin timur
bersifat kering di NTT. Hal inilah yang mengakibatkan sebagian besar wilayah NTT berupa
lahan kering (96,74%), dan sisanya adalah lahan basah. Musim hujan hanya terjadi pada
bulan Desember, Januari dan Februari. Musim hujan yang pendek ini mengakibatkan tidak
banyak tumbuhan yang bisa bertahan hidup. Dari kondisi alam seperti inilah, pohon lontar
menyelamatakan hidup masyarakat. Sepanjang musim bertahan dengan minum air nira
sebagai pengganti makanan (air gula lontar atau gula lempeng yang biasanya dicampur
jagung. Rasanya manis seperti madu. Kadang gula lempeng juga dicampur dengan buah-
buahan). Lontar adalah pohon kehidupan bagi masyarakat NTT.
Tanah alluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah jenis ini sangat baik
untuk pengembangan tanaman pangan. Teksturnya kasar kurang tepat untuk jenis tanaman
yang memerlukan banyak air. Lontar memiliki pertumbuhan yang sangat baik pada kondisi
biofisik NTT yang didominasi oleh lahan semi arid. Karena dominasi lahan semi arid tersebut
maka NTT memiliki curah hujan <1500 mm/tahun, dengan 3 sampai 4 bulan kering yaitu
antara bulan April sampai November (Basuki et al ). Menurut Basuki et al (..), kawasan
pulau Timor dan sekitarnya (84,39%) merupakan wilayah dataran rendah antara 0 sampai
700 m/dpl dengan regim suhu pana (isohypotermic) dengan rata-rata suhu antara 26-320C
dan sisanya adalah dataran tinggi antara >700-2000 mdpl. Kondisi topografinya di dominasi
perbukitan kapur dan 12,39% adalah lahan datar alluvial. Pada lahan-lahan fisiografi alluvial
telah dimanfaatkan sebagai pusat produksi tanaman pangan semusim misalnya jagung,
kacang-kacangan dan ubi-ubian. Beberapa kawasan fisiografi lainnya yang memiliki
jaringan irigasi, telah dimanfaatkan sebagai kawasan sawah irigasi yaitu di Noelbaki, Oesao,
Oepoli, Bena, Wini, Betun-Besikama, Airoki dan Sukabitetek (Basuki et al, ). Lontar
memiliki fungsi ekosistem yaitu sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah, akar
serabut berfungsi sebagai penahan erosi tanah (karena teksturnya yang kokoh, dalam dan
tersebar), akarnya juga memiliki kemampuan dalam mengikat air (Hidayati 2013)

Manfaat
Nira didapat dari sadapan bunga. Dapat langsung di konsumsi sebagai minuman
segar. Atau dibiarkan terfermentasi oleh mikroba (bakteri saccharomyces) sehingga menjadi
minuman beralkohol “sopi” atau “tuak”. Kadar alkoholnya masih sekitar 5% - 7% karena
proses pengolahannya yang masih sederhana dan tradisional. Yaitu dengan cara
241
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

memasukkan kayu laru (karena pada kulit kayu tersebut diperkirakan terdapat bakteri
saccharomyces yang dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi. Hasil fermentasi nira
juga menghasilkan senyawa organik berupa etanol dan asam asetat (sebagai bahan kosmetik,
industri makanan, pewarna, karet, plastik, dan industri farmasi).
Air nira bila diolah menjadi gula (mempunyai kandungan gula sakarosa, fruktosa, dan
glukosa) (Naiola 2008). Bila diberi ragi menjadi tuak. Nira merupakan hasil sadapan lontar
jantan maupun betina tetpai buah lontar hanya dihasilkan oleh lontar betina saja. Untuk
mendapatkan kualitas nira yang baik maka sebaiknya daun lontar tidak
dipanen/dimanfaatkan sebaliknya jika kualitas nira kurang baik, maka daun lontar dapat
dimanfaatkan. Kualitas baik tidaknya air nira ditentukan dari sejak awal tujuan pemanfaatan
pohon lontar. Apabila daun yang menjadi tujuan pemanfaatan lontar maka akan sedikit sekali
buah atau nira yang diperoleh.
Pemanfaatan lontar secara maksimal dapat meningkatkan kesejahteraan masayarkat
NTT. Pemanfaatan nira lontar untuk kepentingan medis. Yaitu sebagai alkohol medis yang
kadarnya 70%. Pemanfaatan yang kedua adalah sebagai bahan bakar bagi alat penerangan
atau untuk memasak. Untuk memperoleh 1L alkohol medis 70% diperlukan bahan baku 10L
gula nira lontar. Pemanfaatan lain nira lontar adalah sebagai cuka. Pada saat fermentasi.
Menghasilkan alkohol, keasamannya meningkat oleh bakteri Acetobacter acetic yang
mengubah alkohol menjadi asam asetat. Cuka ini bermanfaat sebagai penyedap rasa dan
pengawet (Mustinda 2016). Berikut ini adalah beberapa manfaat dari bagian tanaman lontar,
yaitu sebagai berikut :
1. Daun. Pada zaman kerajaan, daun lontar berfungsi sebagai kertas untuk menulis naskah,
surat, dan dokumen-dokumen kerajaan. Selain itu sebagai bahan kerajinanmisalnya
keranjang, sikat, ember, topi, keset, alat musik sasando. Pelepah daun yang telah tua
sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Pelepah daun yang muda sebagai kuas, sikat,
perabot rumah tangga. Dulunya rumah masyarakat NTT atapnya menggunakan daun
lontar sehingga disebut rumah daun.
2. Getah lontar sebagai perekat alami (Nasri et al 2017)
3. Malai bunga (tandan buah lontar yang sudah cukup tua) sebagai penghasil nira. Nira
sebagai bahan dasar pembuatan gula, sirup, cuka dan kecap, ransum makanan ternak,
bahkan dapat dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi yaitu etanol dan nata de nira
4. Buah. Setiap pohon lontar betina menghasilkan 200-345 buah/tahun. (setiap
mayang/malai dapat menghasilkan buah 20-24 butir dengan ukuran 15-20 cm). Setiap
buah berisi tiga buah biji yang pipih dan tidak terlalu besar. Pemanfaatannnya adalah
sebagai buah kaleng, manisan, bahan dasar kue dan selai, obat untuk kulit dermatitis.
(Nasri et al 2017)
5. Batang lontar sebagai jembatan dan bahan bangunan. Batang yang muda dan lunak
menghasilkan sagu sebagai bahan pangan dan umbut batangnya sebagai sayur (Nasri et
al)
6. Akar lontar sebagai obat, pupuk dan serta lontar, sebagai bahan dasar pembuatan tali

242
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

KESIMPULAN

1. Lontar memiliki peranan yang penting secara budaya sehingga perlu mendapatkan
perhatian yang lebih besar pada pengembangannya secara modern untuk meningkatkan
manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat
2. Lontar memiliki peranan yang penting secara ekologi sehingga tumbuhan ini perlu
dimanfaatkan dalam kegiatan rehabilitasi lahan kering yang mendapatkan dukungan dari
masyarakat.

REFERENSI

Anderson PJ, Putz FE. 2002. Harvesting and Conservation: are Both Possible for the Palm,
Iriartea deltoidea ?. Forest Ecology and Management 170(1):271-283.

Basuki T, Lidjang I.K., Nulik J. Analisis Potensi Lahan Untuk Pengembangan Jarak Pagar
(Jatropha curcas Linn) di Pulau Timor, Mendukung Rencana Pengembangan Biofuel
di Nusa Tenggara Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa
Tenggara Timur

Hidayanti. 2012. Pemanfaatan Pohon Aren. Artikel Lontar (Borassau flaberlifer Linn).
Jakarta.
Hidayanti. 2013. Artikel Pemanfaatan Pohon Aren. Bandung. 2013

Junior P, Sato M. 2005. Ethnoecology and Conservation in Protected Natural Areas:


Incorporating Local Knowledge in Superagui National Park Management. Brazil
Journal of Biology. 65(1): 117-127.

Marlistiyati, Mahayasa, Pelokilla. Agustus 2016. Pemanfaatan dan Ekonomi Lontar Bagi
Masyarakat di Kota Kupang. Jurnal bumi lestari. Volume 16 Nomor 2. Halaman 139-
154. Universitas Nusa Cendana.

Mahmud Z, Amrizal. 1991. Palma Sebagai Bahan Pangan, Pakan dan Konservasi. Buletin
Balitka Nomor 14:106-113. Balai Penelitian Kelapa. Manado
Mahmud Z, Allorerung D, Amrizal. 1991. Prospek Tanaman Kelapa, Aren, Lontar dan
Gewang Untuk Menghasilkan Gula. Buletin Balitka Nomor 14 Tahun 1991 halaman
90-105. Balai Penelitian Kelapa. Manado

Meffa 2010. The Bassic Fronsiplens Of Biology Konsevation Sunder land. Massachuset.

Mustinda L. 2016. Cuka Aren dan Brem Bali, Minuman Beralkohol Hasil Fermentasi Asli
Indonesia. Tren makanan Fermentasi. Detik Food.

243
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020

Nababan. Juni 2010. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Volume 5 Nomor
2. Halaman 83 – 94. NTT

Naiola E. Juli 2008. Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari Pulau Timor Nusa
Tenggara Timur. Biodiversitar. Volume 9 Nomor 13. Halaman 165-168.
DOI:10.13057/biodiv/d090302

Nasri, Suryaningsih R, Kurniawan E. Juli 2017. Ekologi, Pemanfaatan dan Sosial Budaya
Lontar (Borassus flabellifer Linn) Sebagai Flora Identitas Sulawesi Selatan. Info
Teknis Eboni. Volume 14 Nomor 1. Halaman 35-46. Universitas Hasanuddin

Pei SJ, Zhang G, Huai H. 2009. Application of Traditional Knowledge in Forest


Management: Ethnobotanical Indicator of Sustainable Forest Use. Forest Ecology and
Management. 257:2017-2027.
Pei SJ. 2013. Ethnobotany and Sustainable Use of Biodiversity. Plant and Diversity
Resources. 35(04):401-406. doi: 10. 7677/ ynzwyj201313002.

Rist L, Shaanker RU, Gulland EJM, Ghazoul J. 2010. The Use of Traditional Ecological
Knowledge in Forest Management: an Example from India. Ecology and Society
15(1):3-10

Tulalo M.A., Mawardi S, Mahayasa N., Wagiman FX., Novarianto H. 2020. Seleksi dan
hibridisasi lontar . Balai penelitian tanaman palma. Manado.

Tambunan P. April 2010. Potensi dan kebijakan pengembangan lontar untuk menambah
pendapatan penduduk (The potential and policy for Lontar Development to increase
the people income). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Volume 7 Nomor 1.
Halaman 27-45.

Tulalo M.A., Mawardi S, Mahayasa N., Wagiman FX., Novarianto H. 2020. Seleksi dan
hibridisasi lontar . Balai penelitian tanaman palma. Manado

244

Anda mungkin juga menyukai