ABSTRAK
Keywords: Lontar (Borassus flabellifer Linn) merupakan salah
Lontar;manfaat; tumbuhan yang dikenal sebagai salah satu ciri habitat dan
konservasi budaya masyarakat NTT karena keberadaannya pada berbagai
habitat lahan kering serta berbagai manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat. Pemanfaatan pohon ini sebagai salah alat
musik sasando membuat tumbuhan ini semakin dikenal sebagai
ciri khas tumbuhan NTT. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengkaji manfaat lontar secara ekologi dan budaya pada
masyarakat NTT. Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah kajian literatur. Lontar merupakan pohon yang penting
bagi masyarakat di Nusa Tenggara Timur secara ekologi dan
budaya. Secara ekologi, lontar memiliki fungsi sebagai
pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut
lontar berfungsi sebagai penahan erosi tanah karena teksturnya
yang kokoh, dalam dan tersebar, serta memiliki kemampuan
dalam mengikat air. Pertumbuhannya berkelompok dan
berdekat-dekatan karena tanaman muda yang tumbuh adalah
berasal dari biji yang jatuh dari pohon induknya.
Kemampuannya dalam daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan yang kering menyebabkan pohon ini dapat
ditemukan pada berbagai habitat lahan kering d NTT.
Tumbuhan ini penting sebagai bersarang lebah dan burung.
Secara budaya, tumbuhan ini penting karena merupakan pohon
dengan 800 kegunaan sehingga memiliki sebutan sebagai
sebagai tumbuhan dengan 1001 kegunaan. Pohon ini memiliki
berbagai manfaat mulai dari daun, batang, akar, buah, pelepah
daun, bunga, bahkan sampai seratnya. Pohon lontar merupakan
jenis pohon yang kokoh, kuat dan bertahan sampai umur 25
tahun.
237
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
1. PENDAHULUAN
Jenis lontar yang tumbuh di Indonesia adalah Borassus sundaicus (permukaan daun
halus) dan Borassus flabellifer (permukaan daun bersisik/scally) Borassus fabellifer
merupakan jenis lontar introduksi dari India pada masa kejayaan raja-raja Hindu. , sedangkan
Borassus sundaicus merupakan asli indonesia. Secara ekologi tumbuhan lontar ini penting
karena keberadaannya pada berbagai habitat lahan kering di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pohon lontar merupakan pengawet tanah sumberdaya alam terutama tanah, penahan erosi
dan kemampuannya dalam mengikat air. Manfaat lotar bagi keberadaan satwa liar adalah
sumber makanan bagi satwa dan juga tempat bersarang.
Pohon lontar merupakan jenis palma yang memiliki manfaat atas semua bagian
tumbuhan mulai dari akar, batang sampai buah. Bagi masyarakat NTT, lontar memiliki
kepentingan secara budaya yang menyeluruh. Air nira lontar diminum secara langsung dan
biasanya dijual untuk minuman dingin di wilayah kota Kupang. Selain dikonsumsi secara
langsung juga diproses menjadi gula dan difermentasikan untuk arak dan juga cuka.
Pemanfaaran arak untuk minuman tradisional sudah merupakan budaya penduduk NTT yang
diminum untuk acara tertentu atau minuman saat santai serta minuman untuk acara upacara
adat. Bagian tumbuhan lainnya digunakan untuk kayu bangunan, furniture, sapu, atap rumah
dan bahkan alat musik tradisional Sasando. Kegunaan yang lengkap ini yang menjadikan
lontar merupakan bagian tumbuhan yang tidak terpisahkan. Masyarakat tradisional
berinteraksi dengan lingkungannya sejak ratusan tahun sehingga memiliki pengetahuan
mengenai bagaimana menggunakan tumbuhan secara berkelanjutan (Pei et al. 2009; Pei
2013). Masyarakat tradisional dan pengetahuan mereka tentang merupakan hal yang penting
dalam praktek konservasi (Anderson dan Putz 2002; Junior dan Sato 2005; Rist et al. 2010).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa masyarakat melalui pengetahuan etnobotaninya
berperan dalam memelihara tumbuhan tetap lestari karena akan selalu mendapatkan manfaat
dari tumbuhan tersebut Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tentang
manfaat tumbuhan secara ekologi dan budaya.
238
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
(Sumber gambar : Eliya Suita. Mwngenal lontar (Borassus sp) dan pembibitannya. Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Ciheuleut Bogor)
Gambar 1. Bunga dan Buah lontar
Gambar 1. Gambar lontar jantan (kiri, tidak memiliki buah) dan lontar betina (kanan,
memiliki buah)
unggulan nasional. Karena merupakan salah satu jenis tumbuhan palma yang memiliki
manfaat mulai dari akar sampai buah sebagai bahan pangan, bangunan, perabot rumah tangga
, barang kesenian dan budaya. Lontar merupakan pohon dengan sebutan 800 kegunaan
(Tambunan 2010) ada juga yang menyebutnya merupakan tanaman dengan manfaat 1001
kegunaan karena mulai dari daun, batang, akar, buah, pelepah daun, bunga, seratnya memiliki
manfaat. Merupakan jenis tanaman yang berbuah setelah berumur di atas 12 tahun (Tulalo
2020)
Penyebaran lontar di kabupaten Kupang tersebar luas di Pulau Timor bagian barat,
Rote, Sabu, kabupaten Sumba (Kecamatan Rindi Umalulu dan Kecamatan Pahungalodu,
Kabupaten TTS, Belu (Selatan dan Utara) dan Flores Timur. Untuk persebaran Pohon lontar,
relatif lebih mudah ditemukan di sepanjang jalan Timor Raya Kota Kupang, dengan
pertumbuhannya relatif mengelompok. Pada beberapa rumah penduduk juga terdapat pohon
lontar, tetapi tidak mengelompok hanya satu atau dua pohon saja.
2. METODE
Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dilengkapi dengan melakukan survei ke
lokasi tempat tumbuhnya pohon lontar di beberapa tempat sekitar kota Kupang dan studi
literatur.
240
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
dan kelembaban udara 60-80%. terbuka dan pada lahan marginal. Jenis tanah yang cocok
adalah tanah alluvial hidromorf, alluvial kelabu tua, kelabu kuning, latosol merah, dan latosol
coklat kemerahan. Tanaman lontar sangat baik tumbuh di kawasan semi arid karena
tumbuhan ini tumbuh pada semua kondisi tanah dan iklim kering, tanah yang bertekstur
kasar, bersolum tipis, tahan terhadap kondisi kering, berumur panjang, tidak disukai ternak
sehingga lahan cenderung aman dari gangguan ternak. Berbuah hampir sepanjang tahun
terutama pada musim kering antar bulan Juni sampai dengan September. Makin panjang
musim kemarau makin banyak buah yang dihasilkan (Suita, ).
Manfaat
Nira didapat dari sadapan bunga. Dapat langsung di konsumsi sebagai minuman
segar. Atau dibiarkan terfermentasi oleh mikroba (bakteri saccharomyces) sehingga menjadi
minuman beralkohol “sopi” atau “tuak”. Kadar alkoholnya masih sekitar 5% - 7% karena
proses pengolahannya yang masih sederhana dan tradisional. Yaitu dengan cara
241
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
memasukkan kayu laru (karena pada kulit kayu tersebut diperkirakan terdapat bakteri
saccharomyces yang dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi. Hasil fermentasi nira
juga menghasilkan senyawa organik berupa etanol dan asam asetat (sebagai bahan kosmetik,
industri makanan, pewarna, karet, plastik, dan industri farmasi).
Air nira bila diolah menjadi gula (mempunyai kandungan gula sakarosa, fruktosa, dan
glukosa) (Naiola 2008). Bila diberi ragi menjadi tuak. Nira merupakan hasil sadapan lontar
jantan maupun betina tetpai buah lontar hanya dihasilkan oleh lontar betina saja. Untuk
mendapatkan kualitas nira yang baik maka sebaiknya daun lontar tidak
dipanen/dimanfaatkan sebaliknya jika kualitas nira kurang baik, maka daun lontar dapat
dimanfaatkan. Kualitas baik tidaknya air nira ditentukan dari sejak awal tujuan pemanfaatan
pohon lontar. Apabila daun yang menjadi tujuan pemanfaatan lontar maka akan sedikit sekali
buah atau nira yang diperoleh.
Pemanfaatan lontar secara maksimal dapat meningkatkan kesejahteraan masayarkat
NTT. Pemanfaatan nira lontar untuk kepentingan medis. Yaitu sebagai alkohol medis yang
kadarnya 70%. Pemanfaatan yang kedua adalah sebagai bahan bakar bagi alat penerangan
atau untuk memasak. Untuk memperoleh 1L alkohol medis 70% diperlukan bahan baku 10L
gula nira lontar. Pemanfaatan lain nira lontar adalah sebagai cuka. Pada saat fermentasi.
Menghasilkan alkohol, keasamannya meningkat oleh bakteri Acetobacter acetic yang
mengubah alkohol menjadi asam asetat. Cuka ini bermanfaat sebagai penyedap rasa dan
pengawet (Mustinda 2016). Berikut ini adalah beberapa manfaat dari bagian tanaman lontar,
yaitu sebagai berikut :
1. Daun. Pada zaman kerajaan, daun lontar berfungsi sebagai kertas untuk menulis naskah,
surat, dan dokumen-dokumen kerajaan. Selain itu sebagai bahan kerajinanmisalnya
keranjang, sikat, ember, topi, keset, alat musik sasando. Pelepah daun yang telah tua
sebagai bahan bangunan dan kayu bakar. Pelepah daun yang muda sebagai kuas, sikat,
perabot rumah tangga. Dulunya rumah masyarakat NTT atapnya menggunakan daun
lontar sehingga disebut rumah daun.
2. Getah lontar sebagai perekat alami (Nasri et al 2017)
3. Malai bunga (tandan buah lontar yang sudah cukup tua) sebagai penghasil nira. Nira
sebagai bahan dasar pembuatan gula, sirup, cuka dan kecap, ransum makanan ternak,
bahkan dapat dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi yaitu etanol dan nata de nira
4. Buah. Setiap pohon lontar betina menghasilkan 200-345 buah/tahun. (setiap
mayang/malai dapat menghasilkan buah 20-24 butir dengan ukuran 15-20 cm). Setiap
buah berisi tiga buah biji yang pipih dan tidak terlalu besar. Pemanfaatannnya adalah
sebagai buah kaleng, manisan, bahan dasar kue dan selai, obat untuk kulit dermatitis.
(Nasri et al 2017)
5. Batang lontar sebagai jembatan dan bahan bangunan. Batang yang muda dan lunak
menghasilkan sagu sebagai bahan pangan dan umbut batangnya sebagai sayur (Nasri et
al)
6. Akar lontar sebagai obat, pupuk dan serta lontar, sebagai bahan dasar pembuatan tali
242
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
KESIMPULAN
1. Lontar memiliki peranan yang penting secara budaya sehingga perlu mendapatkan
perhatian yang lebih besar pada pengembangannya secara modern untuk meningkatkan
manfaatnya untuk kesejahteraan masyarakat
2. Lontar memiliki peranan yang penting secara ekologi sehingga tumbuhan ini perlu
dimanfaatkan dalam kegiatan rehabilitasi lahan kering yang mendapatkan dukungan dari
masyarakat.
REFERENSI
Anderson PJ, Putz FE. 2002. Harvesting and Conservation: are Both Possible for the Palm,
Iriartea deltoidea ?. Forest Ecology and Management 170(1):271-283.
Basuki T, Lidjang I.K., Nulik J. Analisis Potensi Lahan Untuk Pengembangan Jarak Pagar
(Jatropha curcas Linn) di Pulau Timor, Mendukung Rencana Pengembangan Biofuel
di Nusa Tenggara Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa
Tenggara Timur
Hidayanti. 2012. Pemanfaatan Pohon Aren. Artikel Lontar (Borassau flaberlifer Linn).
Jakarta.
Hidayanti. 2013. Artikel Pemanfaatan Pohon Aren. Bandung. 2013
Marlistiyati, Mahayasa, Pelokilla. Agustus 2016. Pemanfaatan dan Ekonomi Lontar Bagi
Masyarakat di Kota Kupang. Jurnal bumi lestari. Volume 16 Nomor 2. Halaman 139-
154. Universitas Nusa Cendana.
Mahmud Z, Amrizal. 1991. Palma Sebagai Bahan Pangan, Pakan dan Konservasi. Buletin
Balitka Nomor 14:106-113. Balai Penelitian Kelapa. Manado
Mahmud Z, Allorerung D, Amrizal. 1991. Prospek Tanaman Kelapa, Aren, Lontar dan
Gewang Untuk Menghasilkan Gula. Buletin Balitka Nomor 14 Tahun 1991 halaman
90-105. Balai Penelitian Kelapa. Manado
Meffa 2010. The Bassic Fronsiplens Of Biology Konsevation Sunder land. Massachuset.
Mustinda L. 2016. Cuka Aren dan Brem Bali, Minuman Beralkohol Hasil Fermentasi Asli
Indonesia. Tren makanan Fermentasi. Detik Food.
243
ISBN : 978-602-64789-6-2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTANIAN VII
Pola Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan
Kupang, 26-27 November 2020
Nababan. Juni 2010. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Volume 5 Nomor
2. Halaman 83 – 94. NTT
Naiola E. Juli 2008. Mikrobia Amilolitik pada Nira dan Laru dari Pulau Timor Nusa
Tenggara Timur. Biodiversitar. Volume 9 Nomor 13. Halaman 165-168.
DOI:10.13057/biodiv/d090302
Nasri, Suryaningsih R, Kurniawan E. Juli 2017. Ekologi, Pemanfaatan dan Sosial Budaya
Lontar (Borassus flabellifer Linn) Sebagai Flora Identitas Sulawesi Selatan. Info
Teknis Eboni. Volume 14 Nomor 1. Halaman 35-46. Universitas Hasanuddin
Rist L, Shaanker RU, Gulland EJM, Ghazoul J. 2010. The Use of Traditional Ecological
Knowledge in Forest Management: an Example from India. Ecology and Society
15(1):3-10
Tulalo M.A., Mawardi S, Mahayasa N., Wagiman FX., Novarianto H. 2020. Seleksi dan
hibridisasi lontar . Balai penelitian tanaman palma. Manado.
Tambunan P. April 2010. Potensi dan kebijakan pengembangan lontar untuk menambah
pendapatan penduduk (The potential and policy for Lontar Development to increase
the people income). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Volume 7 Nomor 1.
Halaman 27-45.
Tulalo M.A., Mawardi S, Mahayasa N., Wagiman FX., Novarianto H. 2020. Seleksi dan
hibridisasi lontar . Balai penelitian tanaman palma. Manado
244