Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MEMBUAT HERBARIUM

TUGAS BIOLOGI

Dosen Mata kuliah: Ir. Billy Theodorus Wagey, M.Sc, Ph.D

Nama - Nama Kelompok :


1. Natasya Tiara Togas - 210511030014
2. Alicia Chantel Palit - 210511030016
3. Yessa Injily Mogontha - 210511030018
4. Irene Tumbelaka - 210511030062
5. Syalomita J.A. Poluakan – 210511030072

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PRODI ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2021
A. PENDAHULUAN
Herbarium adalah sampel tumbuhan yang dikeringkan Herbarium berguna di
dalam pengenalan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Herbarium yang baik
adalah yang memuat bagian-bagian tumbuhan yang representatif, yaitu organ-
organ yang penting untuk identifikasi. Pada tumbuhan tingkat rendah organ-organ
tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan spora dan bagian-bagian tertentu
yang spesifik. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tinggi, bagian-bagian tersebut
berupa bunga, buah, dan biji karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut adalah
struktur bunga. Karenanya sampel yang berupa bunga adalah syarat utama untuk
berhasilnya identifikasi sampai ke tingkat suku atau spesies. Sedangkan organ-
organ lain seperti akar, batang, dan daun sifatnya adalah tambahan.

B. LANDASAN TEORI
Lamun merupakan tumbuhan yang sangat penting di daerah pesisir,
membentuk vegetasi lamun yang lebat dan menjadi habitat bagi berbagai biota
laut. Vegetasi lamun berperan sebagai area makan, berbiak dan pemeliharaan
untuk biota laut ekonomis penting termasuk juga jenis yang langka (Sakayaroj et
al., 2010). Vegetasi lamun dan biota lainnya beserta dinamika faktor-faktor
abiotik membentuk struktur suatu ekosistem yang disebut padang lamun. Salah
satu tumbuhan lamun yang sering dijumpai di Indonesia adalah Enhalus
acoroides.

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1. Alat tulis
2. Gunting
3. Alkohol
4. Kertas HVS
5. Lem

 Bahan
1. Sampel tumbuhan laut ( Batang/Daun)

Langkah Kerja
1. Ambillah sampel, berupa bagian-bagian tumbuhan yang representatif (daun,
akar, dan batang).

2. Bersihkan dengan air hingga tidak terdapat pasir dan kotoran lainnya.
3. Letakkan sampel tersebut di atas kertas,kemudian tutupi dengan kertas. Setiap
sampel diberi pembatas berupa kertas koran, potongan kardus digunakan
untuk membatasi setiap lima sampel. Untuk menghindari tumbuhnya jamur
pada sampel-sampel tersebut dapat dilakukan dengan menyemprotkan
formalin atau alkohol. Jangan lupa untuk memberikan etiket gantung pada
setiap sampel, yaitu berisi keterangan mengenai nomor koleksi, tanggal
pengambilan sampel, lokasi, dan nama jenisnya. Penulisan keterangan tersebut
dilakukan dengan pensil.

4. Keringkan sampel-sampel tersebut dengan dijemur tau dikeringanginkan.


(sampel masih dalam keadaan dipres dengan sasak).
5. Setelah tiga hari, umumnya sampel-sampel tersebut sudah cukup kering.
Keluarkan sampel-sampel tersebut untuk ditempelkan pada kertas herbarium
(A3).
6. Sampel yang telah dikeluarkan dari sasak harus segera ditempelkan pada
kertas herbarium dengan hati-hati. Bagian sampel yang akan direkatkan
dengan selotip terlebih dahulu diberi sepotong kertas agar bagian lem dari
selotip tidak bersentuhan langsung dengan sampel. Apabila sampel terlalu
besar untuk ditempelkan pada kertas A3, sampel dapat dilipat atau dipotong
pada bagian-bagian tertentu dengan hati-hati sehingga tidak menghilangkan
ciri-cirinya.
7. Lengkapi herbarium tersebut dengan etiket tempel yang berisi keterangan
mengenai tanggal, habitatnya, klasifikasi tumbuhan tersebut dan catatan
khusus (nama daerah). Penulisan keterangan tersebut dilakukan dengan
pulpen. Etiket ini ditempelkan pada pojok kanan bawah dengan sedikit lem
pada sisi kanannya.

Lokasi :
Tongkaina kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.
( Samping Grand Luley)
Hari/tanggal : Rabu, 24 November 2021

8. Kumpulkan herbarium dari berbagai jenis tumbuhan (lumut, paku, dan


tumbuhan berbiji (tumbuhan obat/herbal), dengan komposisi minimal satu
spesies untuk tiap jenis tumbuhan.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Di Perairan pesisir Desa Tongkaina Kecamatan Bunaken, kami menemukan
salah satu lamun berjenis Enhalus Acoroides. Kondisi morfologi pantai yang
landai dan bersubtrat lumpur sangat memengaruhi kerapatan dan pertumbuhan
jenis lamun ini.
Lamun jenis Enhalus acoroides mudah dikenali di perairan karena
morfologinya yang khas dan mempunyai ukuran yang besar. Di negara tetangga
seperti Filipina dan Papua Nugini, E acoroides juga merupakan jenis lamun paling
besar (Menez et al., 1983; Brouns & Heijs, 1986). Daunnya berbentuk pita lebar
dengan panjang bisa mencapai dua meter, jauh berbeda dengan jenis lamun lain
yang daunnya jarang mencapai lebih dari 30 cm. Selain itu, rimpangnya ditutupi
oleh serabut kaku berwarna hitam serta akar yang besar menancap kuat pada
substrat. Begitu khasnya jenis lamun ini sehingga menjadi spesies yang
klasifikasinya monospesifik/ monotipik (den Hartog & Kuo, 2006), yang berarti
hanya ada satu nama spesies di dalam genusnya.
Tumbuhan ini biasanya muncul di teluk yang terlindung atau area yang
terlindung oleh mangrove dan membentuk padang lamun yang lebat dan luas
dengan kanopi yang rapat sehingga menyediakan habitat penting bagi jenis biota
lainnya (Waycott et al., 2004). Ukuran daunnya yang besar dan panjang menjadi
hal yang menguntungkan bagi sebagian biota laut untuk dijadikan tempat hidup.
Berbagai epifit dan epifauna dapat djumpai di helaian daun E. acoroides. Selain
itu, lamun biasanya menbentuk vegetasi yang rimbun seperti padang rumput
(Menez et al., 1983) sehingga. dijadikan sebagai tempat yang sesuai untuk
berlindung dari predator oleh berbagai biota.
Habitat dan Klasiikasi Ilmiah
 Habitat : Enhalid, daun panjang dan kaku seperti kulit (leathery linier) atau
berbentuk ikat pinggang yang kasar (coarse strap shape): Enhalus, Posidonia
dan Phyllospadix. Enhalid dan Amphibolid juga terbatas pada bagian atas dari
sublitoral, tetapi dengan beberapa perkecualian. Posidonia Oceania dapat
mencapai kedalaman paling sedikit 60 m. Kisaran kedalaman dimana
Phyllospadix hidup agak besar; dia hidup mulai yulitoral bawah (lower
eulittoral) sampai kedalaman 30 m. Thalassodendron ciliatum dilaporkan
pernah ditemukan tumbuh pada kedalaman 30 m, sedangkan T. pachyrhizum
dapat mencapai kedalaman 40 m. Enhalid dan Amphibolid hidup pada substrat
pasir dan karang, kecuali Enhalus acoroides didapat pada habitat pasir
lumpuran. Sebagai hasil dari perbedaan kondisi ekologik tersebut, terlihat
adanya pola zonasi pertumbuhan lamun menurut kedalaman.
 Klasifikasi Lamun jenis Enhalus acoroides
HERBARIUM LAMUN
IKU 3361 – KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI LAUT
No koleksi : 01
Spesies : Enhalus acoroides
Lokasi : Tongkaina kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara,
Indonesia ( Samping Grand Luley)
Latitude/longitude : 1.574° or 1° 34' 26.5" 1.574° or 1° 34' 26.5"
Hari/Tanggal : Rabu, 24 November 2020
Kolektor : Natasya Togas, Yessa Mogontha, Syalomita Poluakan, Irene
Tumbelaka, Alicia palit.

Kingdom : Plantae
Clade : Tracheophytes
Clade : Angiosperms
Clade : Monocots
Order : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : E. acoroides
https://en.wikipedia.org/wiki/Enhalus

E. KESIMPULAN
Enhalus acoroides memiliki banyak manfaat bagi biota laut lainnya. Selain
sebagai makanan, jenis lamun ini dapat dijadikan habitat oleh biota yang tidak
memakannya. Bagian lamun yang mati dan gugur pun masih bermanfaat karena
menjadi sumber bahan pada jaring makanan pengurai. Selain itu, vegetasi E.
acoroides juga berperan dalam mengurangi erosi dan sedimentasi. Dengan
demikian, keberadaan E. acoroides sangat penting dalam ekosistem pesisir.
F. DAFTAR PUSTAKA
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/os_xl_1_2015-3.pdf
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_x(1)21-30.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Enhalus
http://repository.iainambon.ac.id/346/2/BAB%20I%2CIII%2CV_54.pdf

Anda mungkin juga menyukai