Anda di halaman 1dari 9

81

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 7 No. 1, Januari 2019: 81 – 89
ISSN: 2527-8452

Analisis Vegetasi Di Perkebunan Kopi Rakyat dan PTPN XII dengan Naungan
yang Berbeda
Analysis Of Vegetation On The People’s Coffee Plantion and PTPN XII With A
Different Shade
Erwin Parluhutan Tampubolon*), Adi Setiawan dan Sudiarso

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur
*)
E-mail:erwin.dku@gmail.com

ABSTRAK 460,8 kg ha-1, naungan lamtoro mencapai


329,3 kg ha-1 dan naungan lamtoro dengan
Kopi merupakan komoditas penting dalam sengon mencapai 1.512 kg ha-1.
perkebunan seiring meningkatnya per- Penggunaan naungan pohon dapat
mintaan konsumsi dunia. Perkebunan kopi menentukan produktivitas buah kopi.
banyak mengalami gangguan yang sangat
merugikan. Salah satu gangguan tersebut Kata kunci: Gulma, Kopi, Naungan
disebabkan oleh gulma dan pengelolaan Perkebunan, Produksi, Vegetasi
naungan yang tidak tepat. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ABSTRACT
berbagai penggunaan naungan pada
budidaya tanaman kopi robusta terhadap Coffee is an important commodity in the
kondisi keberadaan gulma dan produksi plantation as the world's consumption
kopi. Penelitian berlokasi di dua tempat demand increases. Coffee plantations
yaitu Perkebunan Kopi Rakyat di Desa suffered many disruptive disadvantages.
Tawang Argo, Kecamatan Karangploso, One such disturbance is caused by weeds
Kabupaten Malang dan PTPN XII di Desa and improper management of shade. This
Bangelan, Kecamatan Wonosari, research was conducted to determine the
Kabupaten Malang. Penelitian dilaksanakan effect of various shade usage on Robusta
pada bulan September-November 2017. coffee cultivation on the condition of weeds
Penelitian ini menggunakan metode analisis and coffee production. Studies located in
vegetasi yaitu garis berpetak kemudiaan two places namely Coffee People’s
pengambilan sampel vegetasi dilakukan Plantation in the village of Tawang Argo,
secara purpose sampling. Penelitian Subdistrict Karangploso, District and PTPN
menggunkan 3 penggunaan naungan yaitu XII in the village Bangelan, Subdistrict
naungan lamtoro, naungan pinus dan Wonosari, District Malang. The research
naungan lamtoro dan sengon. Hasil was carried out in September-November
penelitian menunjukkan indeks ke- 2017. This research use vegetation analysis
anekaragaman (H’) jenis gulma pada method that is line terraced then sampling
semua perlakuan tergolong sedang yaitu of vegetation by purposive sampling.
naungan pinus (2,33), naungan lamtoro dan Research with 3 uses of shade namely
sengon (2,48) dan naungan lamtoro (2,48). Leucaena leucocephala shade, Pinus
Nilai SDR pada penggunaan naungan pinus merkusii shade, and Leucaena
SDR tertinggi ialah Bidens pilosa (18,22%), leucocephala shade with Albizia chinensis
naungan lamtoro dan sengon SDR tertinggi shade. The results showed the index of
ialah Imperata cylindrica (17,51%) dan diversity (H ') type of weed at all treatment
naungan lamtoro SDR tertinggi ialah belongs to the medium that is the shade of
Cyperus killingia (8,96%). penggunaan Pinus merkusii (2,33), Leucaena
naungan pinus produksi kopi mencapai leucocephala and Albizia chinensis shade
82

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 81 –89

(2,48) and Leucaena leucocephala shade Naungan pohon dikenal mampu menekan
(2,48). The value of SDR in the use shade pertumbuhan alang-alang, teki dan gulma
Pinus merkusii highest SDR is Bidens pilosa semusim berdaun lebar. Naungan sangat
(18,22%), shade of Leucaena leucocephala berat sebesar 80% dapat mengurangi
and Albizia chinensis highest SDR is gulma sebesar 50%, naungan 98% akan
Imperata cylindrica (17,51%) and the mampu mematikan gulma. Pohon penaung
highest SDR Leucaena leucocephala shade berpengaruh juga terhadap hasil buah kopi.
is Cyperus killingia (8,96%). The use of Menurut Beer (1988), pengaruh pohon
Pinus merkusii shade coffee production penaung untuk menurunkan atau
reaches 460,8 kg ha-1, shade leucocephala menaikkan produksi bergantung kepada
leucocephala reaches 329,3 kg ha-1 and the kondisi tanah dan lingkungan, jenis pohon
Leucaena leucocephala with Albizia penaung, dan manajemen kebun.
chinensis reaches 1.512 ha-1. Use of shade Berdasarkan uraian diatas maka
trees can determine the productivity of penelitian mengenai analisis vegetasi di
coffee fruit. Perkebunan Kopi Rakyat dan PTPN XII
dengan naungan yang berbeda perlu
Keywords: Coffee, Plantation, Production dilakukan, untuk mengetahui pengaruh
Shade, Vegetation, Weeds berbagai penggunaan naungan pada
budidaya tanaman kopi robusta terhadap
PENDAHULUAN kondisi keberadaan gulma dan produksi
kopi. Hasil penelitian ini dapat
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk merekomendasikan penaungan yang tepat
ke dalam famili Rubiaceae. Kopi merupakan pada tanaman kopi agar produksi tetap
komoditi penting dalam perkebunan, seiring tinggi.
meningkatnya permintaan konsumsi kopi
dunia. Perkebunan kopi banyak mengalami BAHAN DAN METODE
gangguan yang sangat merugikan,
gangguan tersebut disebabkan oleh gulma. Penelitian dilaksanakan di dua
Gulma merupakan tumbuhan yang tempat, Perkebunan Kopi Rakyat, Desa
mengganggu atau merugikan kepentingan Tawang Argo, Kecamatan Karangploso,
manusia, sehingga manusia berusaha untuk Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan
mengendalikannya. ketinggian ±850 mdpl, dan PTPN XII, Desa
Gulma juga dapat mengeluarkan Bangelan, Kecamatan Wonosari,
senyawa allelopat yang dapat mengganggu Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan
pertumbuhan. Menurut Moenandir (1993) ketinggian ±650 mdpl. Penelitian
adanya gulma disekitar tanaman kopi dapat dilaksanakan pada bulan September-
menurunkan produksi biji 35% (dari 12,5 kw November 2017. Alat yang digunakan yaitu
ha-1 menjadi 7 kw ha-1). Adapun kelainan Meteran, Penggaris, Pasak, Kamera, Lux
yang dapat dialami oleh tanaman kopi Meter, Kuadran 1m x 1m, Soil pH dan
menurut Najiyati dan Danarti (2011) yaitu Moisture tester. Metode yang digunakan
daun menguning, tanaman kerdil atau yaitu metode garis berpetak dengan
kurus, cabang-cabang plagiotrop mati, buah pengambilan sampel secara purpose
berukuran kecil, produksi rendah, sampling, jarak interval plot 10 m.
kekeringan pada musim kemarau dan Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
gejala kekurangan unsur hara. Oleh karena dengan membentuk jalur pada masing-
itu, agar diperoleh tanaman kopi produksi masing lokasi kemudian membuat petak
tinggi sangat diperlukan tindakan ukuran 10m x 10m.
pemeliharaan seperti pemangkasan dan Pada setiap plot pengamatan
pengendalian gulma. dilakukan pencatatan jenis gulma, jumlah
Pohon pelindung juga dapat individu masing-masing jenis, dan
menekan pertumbuhan gulma. Pohon pencabutan gulma, pengambilan gambar
pelindung yang ditanam cukup rapat dapat setiap jenis gulma dengan kamera digital
menekan gulma yang tidak tahan naungan. dan diidentifikasi. Kemudian dilakukan
83

Tampubolon, dkk, Analisis Vegetasi…

pengukuran faktor lingkungan abiotik dan sengon, famili yang mendominansi


dilapangan yaitu kelembaban udara, curah ialah famili Poaceae. Spesies mendominasi
hujan, kelembaban tanah dan pH tanah. pada famili Poaceae ini yaitu Imperata
Penelitian ini menggunakan tiga cylindrical (Ilalang). Gulma alang-alang
penggunaan naungan yaitu Naungan (Imperata cylindrical L) merupakan gulma
Lamtoro (NL), Naungan Pinus (NP), dan rumput yang banyak ditemukan di areal
Naungan Lamtoro dengan Sengon (NLS). budidaya tanaman kopi. Populasi alang-
Analisis data penelitian dilakukan setelah alang yang tinggi tersebut dikarenakan per-
melakukan perhitungan analisa vegetasi kembangbiakan gulma tersebut dapat
menggunakan SDR. Data yang terdapat dilakukan melalui biji dan akar rimpangnya.
pada perhitungan SDR di analisis Biji alang-alang yang tertiup angin akan
menggunakan rumus Indeks terbang dan tumbuh pada tempat yang
Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), tersangkut, sementara akar rimpangnya
Indeks Dominansi Simpson (C) dan Indeks akan mengeluarkan tunas baru di dalam
Dispersi Morisita (Id). tanah yang akan menjadi alang-alang
(Pudjiharta, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan komposisi vegetasi pada
penelitian dihitung dengan menggunakan
Komposisi Gulma koefisien komunitas, rumus ini berfungsi
Analisis vegetasi merupakan kegiatan untuk membandingkan perbedaan dan
yang sangat penting dilakukan agar persamaan komposisi vegetasi pada dua
mengetahui komposisi vegetasi supaya lokasi yang berbeda. Berdasarkan hasil
dapat menentukan tindakan penelitian dengan membandingkan kondisi
pengendaliannya. Berdasarkan hasil tempat berdasarkan berbagai naungan
analisis vegetasi gulma pada Perkebunan dengan nilai koefisien komunitas (C) antar
Kopi Rakyat di Desa Tawang Argo, ketiga naungan. Didapatkan nilai antara
Kecamatan Karangploso, Kabupaten penggunaan Naungan Pinus (NP) dan
Malang ditemukan 12 spesies, 12 genus, penggunaan Naungan Lamtoro dengan
dan 7 famili. Pada penggunaan Naungan Sengon (NLS) sebesar 4,44% yang artinya
Pinus (NP) famili yang mendominansi kedua penggunaan naungan yaitu naungan
adalah famili Asteraceae dengan jenis pinus persamaan komposisi vegetasi
gulma yang dominan ialah Bidens pilosa. dengan naungan lamtoro dengan sengon
Famili Asteraceae termasuk golongan sebesar 4,44% atau perbedaan sebesar
gulma berdaun lebar dan semusim yang 95,56%. Pada Naungan Pinus (NP) dengan
menyukai tanah sedikit lembab serta penggunaan Naungan Lamtoro (NL)
mampu menghasilkan biji sebanyak 40.000 memiliki nilai koefisien komunitas (C)
pertanaman setiap tahunnya. sebesar 2,98% yang artinya kedua
Pada perkebunan PTPN XII di Desa penggunaan naungan yaitu penggunaan
Bangelan, Kecamatan Wonosari, naungan pohon pinus persamaan komposisi
Kabupaten Malang di penggunaan naungan dengan penggunaan naungan lamtoro
lamtoro di temukan 21 spesies, 21 genus, sebesar 2,98% atau perbedaan sebesar
dan 11 famili. Pada penggunaan naungan 97,02%. Hasil perhitungan koefisien
lamtoro (NL), famili yang mendominansi keragaman (C) pada penggunaan Naungan
ialah famili Asteraceae. Famili Asteraceae Lamtoro dan Sengon (NLS) dan
termasuk kedalam gulma tahunan yang penggunaan Naungan Lamtoro (NL) didapat
banyak tersebar. Gulma famili ini tergolong hasil 2,59%. Nilai 2,59% artinya pada kedua
kedalam gulma yang ganas karena itu penggunaan naungan yaitu penggunaan
seringkali populasinya lebih dominan naungan lamtoro dan sengon persamaan
dibanding tanaman liar lainnya dalam suatu komposisi vegetasi dengan penggunaan
lahan (Sukamto, 2007). Pada penggunaan naungan lamtoro sebesar 2,59% atau
Naungan Lamtoro dengan sengon (NLS) perbedaan sebesar 97,41%.
ditemukan 16 spesies, 16 genus dan 11 Hasil penelitian menunjukan seluruh
famili. Pada penggunaan naungan lamtoro nilai C diatas >75%, yang artinya ketiga
84

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 81 –89

lokasi yang dibandingkan berdasarkan penting terendah yaitu gulma Marsilea


penggunaan naungan yang berbeda crenata (4,61%) dengan nilai SDR (1,54%)
memiliki perbedaan. Pada lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Penggunaan
pengamatan perbandingan ini menunjukan naungan lamtoro di PTPN XII memiliki nilai
adanya penyusunan komunitas yang penting tertinggi ialah gulma Cyperus
memiliki sedikit persamaan. Menurut killingia (26,89%) dengan nilai SDR (8,96%)
Widaryanto (2010), apabila nilai koefisien sedangkan gulma yang memiliki nilai
komunitas ada kesamaan diatas 75% lazim penting terendah yaitu gulma Mimosa
diterima dan apabila nilai koefisien pudica (3,37%) dengan nilai SDR (1,12%)
komunitas gulma ada kesamaan dibawah dapat dilihat pada Gambar 3. Perbedaan
75% tidak diterima atau komunitas spesies nilai SDR ini diakibatkan adanya perbedaan
gulma berbeda. kondisi lingkungan. Pada lahan Perkebunan
Rakyat lebih banyak dikelilingi tanaman
Struktur Gulma pohon pinus dan ruang sedikit lebih tertutup
Berdasarkan hasil analisis data yang dan lembab sedangkan pada lahan PTPN
telah dilakukan didapatkan struktur gulma XII dengan perlakuan naungan lamtoro dan
pada Perkebunan Kopi Rakyat yaitu pada sengon, naungannya tidak menimbulkan
penggunaan Naungan Pinus (NP) nilai ruang yang tertutup melainkan sedikit lebih
penting tertinggi ditemukan pada Bidens terbuka dan pada lahan PTPN XII dengan
pilosa (54,67%) dengan nilai SDR (18,22%) perlakuan naungan lamtoro ruangnya lebih
sedangkan gulma yang memiliki nilaii terbuka. Menurut Sukman dan Yakup
penting terendah yaitu gulma Eclipta alba (1995) menyatakan bahwa gulma sama
(6,58%) dengan SDR (2,19%) dapat dilihat halnya dengan tumbuhan lainnya yang
pada Gambar 1. Hal ini menunjukan bahwa membutuhkan syarat hidup dan lingkungan
gulma Bidens pilosa paling dominan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Bila
diantara jenis gulma lainnya pada lingkungan tersebut tidak lagi sesuai untuk
Perkebunan kopi robusta rakyat ini. Pada pertumbuhannya maka gulma yang tumbuh
penggunaan naungan lamtoro dengan akan berkurang jumlahnya atau tidak dapat
sengon (NLS) di PTPN XII nilai penting tumbuh sama sekali pada lingkungan
tertinggi ditemukan pada Imperata cylindrica tersebut.
(52,52%) dengan nilai SDR (17,51%)
sedangkan gulma yang memiliki nilai

20 18,22
18 16,22
16
14 12,6
Nilai SDR

12 10,03
10
8 6,42 6,37 6,89 5,94 6,32 6,26
6
4 2,19 2,54
2
0

Spesies Gulma

Gambar 1. Grafik nilai SDR pada naungan pinus di Perkebunan Kopi Rakyat
85

Tampubolon, dkk, Analisis Vegetasi…

20 17,51
18 16,73
16
14
Nilai SDR

12 10,53
10 8,9 9,3
7,01 6,84
8
6 4,42
3,04 2,4 3,01 3,17
4 1,78 1,54 2,08 1,76
2
0

Spesies Gulma

Gambar 2. Grafik nilai SDR pada naungan lamtoro dengan sengon di PTPN XII

10 8,96
9 8,12 8,268,19 7,76 7,75
7,5
8
7 6,2 6,16
Nilai SDR

5,7 5,18
6
5
4 3,3
2,65 2,59
3
1,25
2,1 1,61 1,581,12 1,762,23
2
1
0

Spesies Gulma

Gambar 3. Grafik nilai SDR pada naungan lamtoro di PTPN XII

Keanekaragaman jenis adalah penggunaan naungan tersebut tingkat


parameter yang sangat berguna untuk keanekaragamannya tergolong sedang
membandingkan dua komunitas, terutama karena jenis tumbuhan yang ada pada
untuk mempelajari pengaruh gangguan lokasi penelitian ini tidak terlalu banyak.
biotik. Keanekaragaman jenis ditentukan Nilai indeks keanekaragaman jenis gulma
dengan menggunakan rumus Indeks bisa dilihat pada Tabel 1. Selain itu
Keanekaragaman Shannon-Wiener. Indeks keanekaragaman dan keseragaman biota
keanekaragaman jenis tumbuhan pada dalam suatu lokasi sangat tergantung pada
kebun kopi robusta dengan tiga banyaknya spesies dalam komunitasnya.
penggunaan naungan menunjukan disetiap Semakin banyak jenis yang ditemukan
86

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 81 –89

maka keanekaragaman akan semakin penggunaan naungan lamtoro dengan


besar, meskipun nilai ini sangat tergantung sengon spesies yang memiliki nilai indeks
dari jumlah individu masing-masing jenis dispersi morisita tertinggi terdapat pada
(Insanfitri, 2010). spesies Centella asiatica dengan nilai Id
Indeks dominansi simpson (C), pada yaitu 11,90 sedangkan yang memiliki nilai
penelitian berkisar antara 0,06 sampai indeks dispersi morisita terendah terdapat
dengan 0,11 (Tabel 1). Berdasarkan hasil pada spesies Imperata cylindrica dengan
tersebut kondisi lokasi pengamatan dalam nilai Id yaitu 1.83. Berdasarkan hasil
keadaan stabil dan tidak ada spesies yang perhitungan Id untuk pada lahan PTPN XII
dominan. Menurut Insafitri (2010), Indeks dengan penggunaan naungan lamtoro
Dominansi berkisar antara 0 sampai 1, menunjukan keseluruhan individu memiliki
dimana semakin kecil nilai indeks dominansi nilai Id > 1, yang artinya seluruh individu
maka menunjukan bahwa tidak ada spesies pada lahan kopi yang memiliki penggunaan
yang mendominansi sebaliknya semakin naungan lamtoro tersebut memiliki pola
besar dominansi maka menunjukan ada sebaran berkelompok. Pada penggunaan
spesies tertentu. Perhitungan ini didapat naungan lamtoro spesies yang memiliki nilai
dari nilai angka penting pada analisis indeks dispersi morisita tertinggi terdapat
vegetasi masing-masing pengamatan. pada spesies Clidemia hirta dengan nilai Id
Pentingnya mempelajari pola sebaran yaitu 9,13 sedangkan yang memiliki nilai
dari suatu spesies pada ekosistem dapat indeks dispersi morisita terendah terdapat
dihitung menggunakan rumus Indeks pada spesies Ageratum conyzoides dengan
Sebaran Morisita (Id). Berdasarkan hasil nilai Id yaitu 1,85. Pola distribusi spesies
perhitungan Id untuk pada lahan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh
Perkebunan Kopi Rakyat dengan perbedaan kondisi tanah, sumberdaya, dan
penggunaan naungan pohon pinus kompetisi. Keadaan yang relatif tidak terlalu
menunjukan keseluruhan individu memiliki berpengaruh terhadap pola distribusi dan
nilai Id>1 yang artinya seluruh individu pada kehadiran spesies. Bila factor yang
lahan kopi yang memiliki naungan pohon mempengaruhi kehadiran spesies pada
pinus tersebut memiliki pola sebaran suatu tempat relative kecil, maka ini
berkelompok. Pada penggunaan naungan merupakan kesempatan semata dan
pinus spesies yang memiliki nilai indeks biasanya menghasilkan pola distribusi
dispersi morisita tetinggi terdapat pada spesies secara acak (Djufri, 2012).
spesies Eclipta alba dengan nilai Id yaitu
15,00 sedangkan yang memiliki nilai indeks Faktor Lingkungan Abiotik
dispersi morisita terendah terdapat pada Pada lokasi perkebunan kopi rakyat
spesies Gymnocarpium dryopteris dengan memiliki nilai pH tanah berkisar 5 – 6,5
nilai Id yaitu 2,32. Berdasarkan hasil per- sedangkan kondisi pH tanah pada lahan
hitungan Id untuk pada lahan PTPN XII PTPN XII Kebun Bangelan memiliki nilai pH
dengan naungan lamtoro dengan sengon antara 4,5 – 5,8. Sedangkan kelembaban
menunjukan keseluruhan individu memiliki tanah di perkebunan kopi rakyat kondisi
nilai Id>1, yang artinya seluruh individu tanahnya yaitu 35%-55% dan kondisi
pada lahan kopi pada naungan tersebut kelembaban tanah yang ada di PTPN XII
memiliki pola sebaran berkelompok. Pada yaitu 40% - 60%.

Tabel 1. Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks Dominansi Simpson dan


Indeks Sebaran Morisita
Perlakuan H’ C Id
NP 2.33 0.11 Berkelompok
NL 2.48 0.10 Berkelompok
NLS 2.86 0.06 Berkelompok
Keterangan: NP = Naungan Pinus, NL = Naungan Lamtoro, NLS = Naungan Lamtoro dan Sengon,
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, C = Indeks Dominansi Simpson, Id = Indeks
Sebaran Morisita.
87

Tampubolon, dkk, Analisis Vegetasi…

Kondisi pH, cahaya dan kelembaban sederhana sampai pada banyak jenis pohon
tanah di tiap lokasi yang berbeda pelindung dengan berbagai ketinggian tajuk
cenderung mempengaruhi tumbuhnya sehingga membentuk agroekosistem
gulma. Menurut Moenandir (1993), yang multistrata. Sistem naungan ini berpengaruh
mempengaruhi jumlah spesies yang hidup terhadap produktivitas, pendapatan, dan
pada suatu komunitas yaitu cahaya, keberlanjutan agroekosistem kopi
dimana cahaya sangat berpengaruh (Prasmatiwi, 2010). Pada fase produksi,
terhadap jenis dan jumlah individu yang pertumbuhan tanaman kopi 30%
bisa tumbuh di tempat tersebut. dipengaruhi oleh sifat genetiknya
Pada lokasi penelitian di daerah sedangkan 70% dipengaruhi oleh faktor
perkebunan kopi rakyat dengan Naungan lingkungan, utamanya intensitas cahaya (de
Pinus (NP) memiliki nilai intensitas cahaya Almeida and Valle, 2007). Selain itu
matahari yaitu 56,57% dengan kerapatan produksi kopi juga dipengaruhi oleh
tajuk 43,43%. Pada lokasi penelitian di peningkatan suhu maksimum dan suhu
daerah PTPN XII pada Naungan Lamtoro minimum yang dapat menyebabkan
(NL) memiliki besaran intensitas cahaya gagalnya proses pembungaan.
matahari yang masuk ke canopy kopi yaitu Pada Perkebunan Kopi Rakyat pada
82,61% dengan kerapatan tajuk 17,39%. penggunaan Naungan Pinus (NP) memiliki
Pada lokasi penelitian di daerah PTPN XII nilai kerapatan tajuk sebesar 43,43% dapat
pada Naungan Lamtoro dengan Sengon menghasilkan produksi kopi mencapai
(NLS) memiliki besaran intensitas cahaya 460,8 kg ha-1 dengan gulma yang dominan
yang diterima oleh canopy kopi yaitu ialah Bidens pilosa. Pada lahan Perkebunan
64,97% dengan kerapatan tajuk 35,03%. PTPN XII pada penggunaan Naungan
Menurut Evizal (2012), Tingkat naungan ini Lamtoro (NL) memiliki nilai kerapatan tajuk
termasuk penaungan ringan sampai sedang sebesar 17,39% dapat menghasilkan
jika berdasarkan klasifikasi naungan produksi tanaman dapat mencapai 329,3 kg
sebagai berikut: Tanpa naungan (0-5%), ha-1 dengan gulma yang dominan ialah
ringan (5-30%), sedang (31-55%), berat Cyperus killingia sedangkan penggunaan
(56-80%), dan sangat berat (>80%). Naungan Lamtoro dan Sengon (NLS)
Berdasarkan klasifikasi diatas maka memiliki kerapatan tajuk sebesar 35,03%
penggunaan naungan pinus dan dapat menghasilkan produksi mencapai
penggunaan naungan lamtoro dan sengon 1.512 kg ha-1 dengan gulma yang dominan
tergolong kerapatan tajuk yang sedang ialah Imperata cylindrica.
sedangkan penggunaan naungan lamtoro Menurut Da Matta (2004),
tergolong kerapatan tajuk ringan. mengemukakan bahwa apabila kopi
Tanaman kopi tidak menghendaki ditanam pada tanah yang tidak bermasalah
penyinaran langsung (100%), akan tetapi dengan pasokan unsur hara dan air yang
intensitas cahaya yang dikehendaki sekitar optimal maka kopi tanpa naungan akan
40% sampai 70% (Muschler, 1995). Dalam memberi produksi lebih tinggi. Apabila
kategori ini intensitas cahaya pada kondisi kesuburan dan lingkungan yang
penggunaan Naungan Pinus (NP) dan kurang mendukung, kopi dengan pohon
penggunaan Naungan Lamtoro dengan pelindung cenderung tetap berbuah dengan
Sengon (NLS) dengan kerapatan tajuk yang baik setiap tahun, sedangkan kopi tanpa
sedang masih dalam kategori sesuai untuk pelindung akan berbuah lebat berseling
tanaman kopi sedangkan untuk dengan berbuah tidak lebat pada tahun
penggunaan naungan lamtoro dengan berikutnya. Defisiensi hara, defisit air
kerapatan tajuk yang rendah tidak sesuai karena kemarau, dan terjadinya pembuahan
karena memiliki nilai intensitas diatas 70%. yang lebat pada kopi tanpa pelindung akan
membawa kepada kelelahan pohon kopi
Pengaruh Naungan Terhadap Produksi yang dapat menyebabkan turunnya
Komposisi pohon pelindung kopi produksi tahun berikutnya. Pohon pelindung
dapat hanya satu jenis pohon pelindung kopi akan dapat mengurangi faktor
yang disebut dengan sistem naungan penyebab matinya ranting pucuk.
88

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 81 –89

Tingkat kerapatan naungan yang naungan pohon menentukan produktivitas


optimal pada tanaman kopi ialah 31-55% buah kopi. Pada penggunaan naungan
dari sinar penuh. Pada penggunaan pinus produksi kopi mencapai 460,8 kg ha-1,
Naungan Lamtoro (NL) memiliki nilai Naungan lamtoro mencapai 329,3 kg ha-1
kerapatan tajuk yang tidak optimal sehingga dan Naungan lamtoro dan sengon
mengalami penurunan produksi sedangkan mencapai 1.512 kg ha-1.
pada penggunaan Naungan Pinus (NP) dan
penggunaan Naungan Lamtoro dengan DAFTAR PUSTAKA
Sengon (NLS) memiliki nilai kerapatan yang
sesuai sehingga nilai produksinya lebih Beer, J. 1988. Litter production and nutrient
tinggi dibandingkan dengan yang Naungan cycling in coffee (Coffea arabica) or
Lomtoro (NL). Hal ini mengkonfimasi cacao (Theobroma cacao) plantations
temuan sebelumnya yang dilaporkan soto- with shade trees. Agroforestry
pinto (2010) bahwa tingkat naungan 23- Systems. 7(2): 103-114.
55% dengan pohon penaung campuran Da Matta, F. M. 2004. Ecophysiological
memberi produktivitas kopi yang tinggi. constrains on the production of
Hasil analisis vegetasi dapat menjelaskan shaded and unshaded coffee. Field
peranan penggunaan naungan mampu crops Research. 86 (2): 99-114.
menekan pertumbuhan gulma. Pada De Almeida, A-A.F. and R.R. Valle. 2007.
penggunaan Naungan Pinus (NP) yang Ecophysiology of the Cocoa and
memiliki tingkat kerapatan tajuk lebih besar Coffee Trees. Braz. Journal Plant
jumlah spesies dan individu pada lokasi Physiology. 19(4): 425-448.
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Djufri. 2012. Analisis Vegetasi Pada
penggunaan Naungan Lamtoro dan Sengon Savana Tanpa Tegakan Akasia
(NLS). Penggunaan naungan lamtoro yang (Acacia nilotica L) di Taman Nasional
tingkat kerapatan tajuk yang paling rendah Baluran Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
memiliki jumlah spesies dan individu yang Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi.
lebih banyak dibandingkan dua penggunaan 4(2):104-111.
naungan lainnya. Mengingat manfaat Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, dan J.
tanaman penaung, maka sangatlah perlu Widada. 2012. Peranan pohon
untuk menggunakan tanaman penaung pelindung dalam menentukan
dipertanaman kopi. Pertumbuhan dan produktivitas kopi. Jurnal Agrotropika.
perkembangan tanaman kopi juga 17(1):19-23.
dipengaruhi oleh kondisi naungan (Wachjar, Insanfitri. 2010. Keanekaragaman,
2002). Keseragaman dan Dominansi
Bivalvia di Area Buangan Lumpur
KESIMPULAN Lapindo Muara Sungai Porong.
Jurnal Kelautan. 3(1): 1-6.
Berdasarkan penelitian Analisis Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam
Vegetasi di Perkebunan Kopi Rakyat dan Sistem Pertanian. PT. Grafindo
PTPN XII dengan Naungan yang Berbeda Persada. Jakarta.
didapatkan kesimpulan yaitu nilai Indeks Muschler RG. 1995. Efectos de diferentes
keanekaragaman (H’) jenis gulma tergolong niveles de sombra de Erythrina
sedang. Nilai H’ pada naungan pinus (2,33), poeppigiana sobre Coffea arabica
naungan lamtoro dan sengon (2,48) dan vars. Caturra y Catimor. In: II.
naungan lamtoro (2,86). Gulma yang Semana Científica del Centro
memiliki nilai penting dan SDR tertinggi Agronómico Tropical de Investigación
pada naungan pinus yaitu Bidens pilosa y Enseñanza (CATIE). CATIE,
(Ajeran) sebesar 18,22%, naungan lamtoro Turrialba, Costa Rica.
dengan sengon yaitu Imperata cylindrica Najiyati, S dan Danarti. 2004. Kopi
(Ilalang) sebesar 17,51% dan naungan Budidaya dan Penanganan Lepas
lamtoro yaitu Cyperus killingia (Rumput Panen. Edisi Revisi. Penebar
kenop) sebesar 8,96%. Penggunaan Swadaya. Jakarta.
89

Tampubolon, dkk, Analisis Vegetasi…

Prasmatiwi, F.E., Irham, A. Suryantini,


dan Jamhari. 2010. Analisis
keberlanjutan usahatani kopi di
kawasan hutan Kabupaten Lampung
Barat dengan pendekatan nilai
ekonomi lingkungan. Pelita
Perkebunan. 26(1): 65-75.
Pudjiharta, enny, W., Yelin, A., dan
Syafruddin, H. K. 2008. Kajian teknik
rehabilitasi lahan alang-alang
(Imperata cylindrical L. Beauv). Info
Hutan. 5(3): 219-230.
Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum
conyzoides) Tanaman Multi Fungsi
Yang Menjadi Inang Potensial Virus
Tanaman. Warta Puslitbangbun. 13
(3): 2-5.
Soto-Pinto, L., I. Perfecto, J. Castillo-
Hernandez, and J. Cabalerro-Nieto.
2000. Shade effect on coffee
production at the northern Tzeltal
zone of the state of Chiapas, Mexico.
Agriculture, Ecosystems and
Environment. 80(1): 61-69.
Wachjar, A. Yadi S., dan Lies W. M. 2002.
Pengaruh Pupuk Organik Dan
Intensitas Naungan Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta
(Cofee canephora Pierre ex
Froehner). Buletin Agronomi. 30(1):
6-11.
Widaryanto, E. 2010. Teknologi
Pengendalian Gulma. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.

Anda mungkin juga menyukai