Analisis Vegetasi Di Perkebunan Kopi Rakyat dan PTPN XII dengan Naungan
yang Berbeda
Analysis Of Vegetation On The People’s Coffee Plantion and PTPN XII With A
Different Shade
Erwin Parluhutan Tampubolon*), Adi Setiawan dan Sudiarso
(2,48) and Leucaena leucocephala shade Naungan pohon dikenal mampu menekan
(2,48). The value of SDR in the use shade pertumbuhan alang-alang, teki dan gulma
Pinus merkusii highest SDR is Bidens pilosa semusim berdaun lebar. Naungan sangat
(18,22%), shade of Leucaena leucocephala berat sebesar 80% dapat mengurangi
and Albizia chinensis highest SDR is gulma sebesar 50%, naungan 98% akan
Imperata cylindrica (17,51%) and the mampu mematikan gulma. Pohon penaung
highest SDR Leucaena leucocephala shade berpengaruh juga terhadap hasil buah kopi.
is Cyperus killingia (8,96%). The use of Menurut Beer (1988), pengaruh pohon
Pinus merkusii shade coffee production penaung untuk menurunkan atau
reaches 460,8 kg ha-1, shade leucocephala menaikkan produksi bergantung kepada
leucocephala reaches 329,3 kg ha-1 and the kondisi tanah dan lingkungan, jenis pohon
Leucaena leucocephala with Albizia penaung, dan manajemen kebun.
chinensis reaches 1.512 ha-1. Use of shade Berdasarkan uraian diatas maka
trees can determine the productivity of penelitian mengenai analisis vegetasi di
coffee fruit. Perkebunan Kopi Rakyat dan PTPN XII
dengan naungan yang berbeda perlu
Keywords: Coffee, Plantation, Production dilakukan, untuk mengetahui pengaruh
Shade, Vegetation, Weeds berbagai penggunaan naungan pada
budidaya tanaman kopi robusta terhadap
PENDAHULUAN kondisi keberadaan gulma dan produksi
kopi. Hasil penelitian ini dapat
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk merekomendasikan penaungan yang tepat
ke dalam famili Rubiaceae. Kopi merupakan pada tanaman kopi agar produksi tetap
komoditi penting dalam perkebunan, seiring tinggi.
meningkatnya permintaan konsumsi kopi
dunia. Perkebunan kopi banyak mengalami BAHAN DAN METODE
gangguan yang sangat merugikan,
gangguan tersebut disebabkan oleh gulma. Penelitian dilaksanakan di dua
Gulma merupakan tumbuhan yang tempat, Perkebunan Kopi Rakyat, Desa
mengganggu atau merugikan kepentingan Tawang Argo, Kecamatan Karangploso,
manusia, sehingga manusia berusaha untuk Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan
mengendalikannya. ketinggian ±850 mdpl, dan PTPN XII, Desa
Gulma juga dapat mengeluarkan Bangelan, Kecamatan Wonosari,
senyawa allelopat yang dapat mengganggu Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan
pertumbuhan. Menurut Moenandir (1993) ketinggian ±650 mdpl. Penelitian
adanya gulma disekitar tanaman kopi dapat dilaksanakan pada bulan September-
menurunkan produksi biji 35% (dari 12,5 kw November 2017. Alat yang digunakan yaitu
ha-1 menjadi 7 kw ha-1). Adapun kelainan Meteran, Penggaris, Pasak, Kamera, Lux
yang dapat dialami oleh tanaman kopi Meter, Kuadran 1m x 1m, Soil pH dan
menurut Najiyati dan Danarti (2011) yaitu Moisture tester. Metode yang digunakan
daun menguning, tanaman kerdil atau yaitu metode garis berpetak dengan
kurus, cabang-cabang plagiotrop mati, buah pengambilan sampel secara purpose
berukuran kecil, produksi rendah, sampling, jarak interval plot 10 m.
kekeringan pada musim kemarau dan Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
gejala kekurangan unsur hara. Oleh karena dengan membentuk jalur pada masing-
itu, agar diperoleh tanaman kopi produksi masing lokasi kemudian membuat petak
tinggi sangat diperlukan tindakan ukuran 10m x 10m.
pemeliharaan seperti pemangkasan dan Pada setiap plot pengamatan
pengendalian gulma. dilakukan pencatatan jenis gulma, jumlah
Pohon pelindung juga dapat individu masing-masing jenis, dan
menekan pertumbuhan gulma. Pohon pencabutan gulma, pengambilan gambar
pelindung yang ditanam cukup rapat dapat setiap jenis gulma dengan kamera digital
menekan gulma yang tidak tahan naungan. dan diidentifikasi. Kemudian dilakukan
83
20 18,22
18 16,22
16
14 12,6
Nilai SDR
12 10,03
10
8 6,42 6,37 6,89 5,94 6,32 6,26
6
4 2,19 2,54
2
0
Spesies Gulma
Gambar 1. Grafik nilai SDR pada naungan pinus di Perkebunan Kopi Rakyat
85
20 17,51
18 16,73
16
14
Nilai SDR
12 10,53
10 8,9 9,3
7,01 6,84
8
6 4,42
3,04 2,4 3,01 3,17
4 1,78 1,54 2,08 1,76
2
0
Spesies Gulma
Gambar 2. Grafik nilai SDR pada naungan lamtoro dengan sengon di PTPN XII
10 8,96
9 8,12 8,268,19 7,76 7,75
7,5
8
7 6,2 6,16
Nilai SDR
5,7 5,18
6
5
4 3,3
2,65 2,59
3
1,25
2,1 1,61 1,581,12 1,762,23
2
1
0
Spesies Gulma
Kondisi pH, cahaya dan kelembaban sederhana sampai pada banyak jenis pohon
tanah di tiap lokasi yang berbeda pelindung dengan berbagai ketinggian tajuk
cenderung mempengaruhi tumbuhnya sehingga membentuk agroekosistem
gulma. Menurut Moenandir (1993), yang multistrata. Sistem naungan ini berpengaruh
mempengaruhi jumlah spesies yang hidup terhadap produktivitas, pendapatan, dan
pada suatu komunitas yaitu cahaya, keberlanjutan agroekosistem kopi
dimana cahaya sangat berpengaruh (Prasmatiwi, 2010). Pada fase produksi,
terhadap jenis dan jumlah individu yang pertumbuhan tanaman kopi 30%
bisa tumbuh di tempat tersebut. dipengaruhi oleh sifat genetiknya
Pada lokasi penelitian di daerah sedangkan 70% dipengaruhi oleh faktor
perkebunan kopi rakyat dengan Naungan lingkungan, utamanya intensitas cahaya (de
Pinus (NP) memiliki nilai intensitas cahaya Almeida and Valle, 2007). Selain itu
matahari yaitu 56,57% dengan kerapatan produksi kopi juga dipengaruhi oleh
tajuk 43,43%. Pada lokasi penelitian di peningkatan suhu maksimum dan suhu
daerah PTPN XII pada Naungan Lamtoro minimum yang dapat menyebabkan
(NL) memiliki besaran intensitas cahaya gagalnya proses pembungaan.
matahari yang masuk ke canopy kopi yaitu Pada Perkebunan Kopi Rakyat pada
82,61% dengan kerapatan tajuk 17,39%. penggunaan Naungan Pinus (NP) memiliki
Pada lokasi penelitian di daerah PTPN XII nilai kerapatan tajuk sebesar 43,43% dapat
pada Naungan Lamtoro dengan Sengon menghasilkan produksi kopi mencapai
(NLS) memiliki besaran intensitas cahaya 460,8 kg ha-1 dengan gulma yang dominan
yang diterima oleh canopy kopi yaitu ialah Bidens pilosa. Pada lahan Perkebunan
64,97% dengan kerapatan tajuk 35,03%. PTPN XII pada penggunaan Naungan
Menurut Evizal (2012), Tingkat naungan ini Lamtoro (NL) memiliki nilai kerapatan tajuk
termasuk penaungan ringan sampai sedang sebesar 17,39% dapat menghasilkan
jika berdasarkan klasifikasi naungan produksi tanaman dapat mencapai 329,3 kg
sebagai berikut: Tanpa naungan (0-5%), ha-1 dengan gulma yang dominan ialah
ringan (5-30%), sedang (31-55%), berat Cyperus killingia sedangkan penggunaan
(56-80%), dan sangat berat (>80%). Naungan Lamtoro dan Sengon (NLS)
Berdasarkan klasifikasi diatas maka memiliki kerapatan tajuk sebesar 35,03%
penggunaan naungan pinus dan dapat menghasilkan produksi mencapai
penggunaan naungan lamtoro dan sengon 1.512 kg ha-1 dengan gulma yang dominan
tergolong kerapatan tajuk yang sedang ialah Imperata cylindrica.
sedangkan penggunaan naungan lamtoro Menurut Da Matta (2004),
tergolong kerapatan tajuk ringan. mengemukakan bahwa apabila kopi
Tanaman kopi tidak menghendaki ditanam pada tanah yang tidak bermasalah
penyinaran langsung (100%), akan tetapi dengan pasokan unsur hara dan air yang
intensitas cahaya yang dikehendaki sekitar optimal maka kopi tanpa naungan akan
40% sampai 70% (Muschler, 1995). Dalam memberi produksi lebih tinggi. Apabila
kategori ini intensitas cahaya pada kondisi kesuburan dan lingkungan yang
penggunaan Naungan Pinus (NP) dan kurang mendukung, kopi dengan pohon
penggunaan Naungan Lamtoro dengan pelindung cenderung tetap berbuah dengan
Sengon (NLS) dengan kerapatan tajuk yang baik setiap tahun, sedangkan kopi tanpa
sedang masih dalam kategori sesuai untuk pelindung akan berbuah lebat berseling
tanaman kopi sedangkan untuk dengan berbuah tidak lebat pada tahun
penggunaan naungan lamtoro dengan berikutnya. Defisiensi hara, defisit air
kerapatan tajuk yang rendah tidak sesuai karena kemarau, dan terjadinya pembuahan
karena memiliki nilai intensitas diatas 70%. yang lebat pada kopi tanpa pelindung akan
membawa kepada kelelahan pohon kopi
Pengaruh Naungan Terhadap Produksi yang dapat menyebabkan turunnya
Komposisi pohon pelindung kopi produksi tahun berikutnya. Pohon pelindung
dapat hanya satu jenis pohon pelindung kopi akan dapat mengurangi faktor
yang disebut dengan sistem naungan penyebab matinya ranting pucuk.
88