Anda di halaman 1dari 10

36 Jurnal Peternakan Indonesia.

, 11(1):36-45, 2006 ISSN: 1907-1760

Penanganan Pascapanen dan Kualitas Jagung sebagai Bahan


Pakan di Kabupaten Pasaman Barat

Khalil dan S. Anwar


Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat

Abstract

A rapid survey was carried out to study the quality of corn produced by farmers in
relation to post harvest practices in West Pasaman district. Twenty-six corn
farmers, which were located in two sub districts of Kinali and Luhak Nan Duo,
were selected and interviewed. Data and information collected including: farm
size, farming and post harvest practices, quality of product and marketing. During
the survey, samples of corn were collected and then analyzed for moisture, protein
and crude fiber content, the rate of corn contaminated by fungi and contaminants.
The corn contained crude protein and fiber in normal level of 11.8 % and 2,5 %,
respectively. The moisture content was however found relatively high of 21.3 %
in average and about 34 % of corn contaminated by fungi. Mainly insufficient
handling and drying after harvesting caused the poor quality.

Key words: corn, animal feed, post harvest, West Pasaman

Pendahuluan ransum. Pada ayam petelur selama


masa produksi pemberian jagung
Jagung merupakan tanaman penting sekali. Pemberian jagung dapat
penghasil pakan yang paling penting menjamin terpenuhi kebutuhan akan
dan ditanam terutama untuk meng- asam lemak linoleat (untuk
hasilkan biji. Biji jagung sering di- meningkatkan bobot dan ukuran telur)
sebut the king of cereal dan dan pigmen karotin (untuk pewarnaan
merupakan bahan pakan yang baik kuning telur). Dari kandungan zat
untuk semua jenis ternak. Diantara makanan, kelemahan jagung sebagai
semua jenis butiran, biji jagung pakan hanya dari kandungan protein
mengandung energi tertinggi. Menu- yang relatif rendah, yaitu 8-10 % serta
rut Kling dan Woehlbier (1983) nilai terbatasnya kandungan asam amino
nutrisi jagung terutama ditentukan esensial lisin dan triptofan yang
oleh kandungan BETN-nya yang masing-masing hanya 0,23 dan 0,05 %
tinggi, yaitu sekitar 80 % dalam BK (Subandi et al., 2004). Penggunaan biji
dan kandungan serat kasar yang jagung sebagai bahan pakan tidak ada
rendah (sekitar 3 %). Jagung mengan- pembatasannya yang disebabkan oleh
dung pati sekitar 70 % dan gula 2 %, kandungan zat antinutrisinya. Sebagai
sedangkan pada jagung muda sekitar 3 komponen utama dalam ransum,
%. Koefisien cerna BO pada semua kualitas jagung yang digunakan sangat
jenis ternak di atas 85 %. berpengaruh terhadap kualitas ransum
Jagung banyak digunakan untuk secara keseluruhan dan pada akhirnya
pakan ternak unggas sebagai sumber akan berpengaruh terhadap performan
utama energi. Dalam praktek, jagung ternak yang mengkonsumsinya
biasa diberikan sampai 60 % dalam

Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di kabupaten Pasaman Barat
Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat 37

Penggunaan jagung dapat Penelitian dilakukan melalui


menimbulkan masalah, jika proses survei lapangan dalam bentuk Rapid
pengeringan dan penanganan pasca Rural Appraisal (RRA) untuk me-
panen tidak dilakukan dengan baik. ngumpulkan data dan informasi dari
Pada saat dipanen jagung masing petani serta pengambilan contoh
mengandung air yang cukup tinggi, jagung untuk dilakukan analisa kua-
sekitar 30-40 % dan jamur akan litas. Survei telah dilakukan pada
mudah berkembang biak, sehingga awal bulan Okober 2004 di dua keca-
jagung sering terkontaminasi oleh matan, yaitu kecamatan Kinali dan
mikotoksin dan/atau terjadi proses kecamatan Luhak Nan Duo.
perombakan lemak (Jeroch et al.,
1993). Hal ini akan diperparah oleh Penetapan Lokasi dan Responden
kondisi cuaca yang kurang baik pada
saat panen dan serangan hama yang Penelitian ini dilakukan di dua
terjadi selama proses pemeliharaan. kecamatan yang merupakan sentra
Disamping palatabilitasnya menurun, produksi jagung di Kabupaten
jagung yang terkontaminasi dengan Pasaman Barat, yaitu Kinali dan
jamur mengandung mikotoksin, se- Luhak Nan Duo. Sebagai responden
hingga berpengaruh negatif terhadap dipilih sebanyak 26 petani, dimana 14
produktivitas ternak dan keamanan orang berlokasi di kecamatan Kinali
produk ternak sebagai bahan pangan dan sisanya (12 orang) dari kecamatan
untuk manusia. Luhak Nan Duo. Lokasi petani
Kabupaten Pasaman Barat di- tersebar di sembilan desa, yaitu:
kenal sebagai daerah sentra produksi Langgam, Basung Indah, Sidodadi,
jagung di Sumatera Barat. Akan Wonosari, Katiangin, Bangun Rejo,
tetapi, jagung yang berasal dari daerah Sidomulyo, Koto Baru, Padang La-
ini kualitasnya rendah, karena sering weh, Sungai Talang dan Kapar. Krite-
tercemar berat dengan jamur. Mes- ria pemilihan responden berdasarkan
kipun harganya lebih murah daripada antara lain: skala usaha, lokasi dan
harga jagung impor atau jagung yang kemudahan akses dan komunikasi.
berasal dari propinsi tetangga (Beng- Sebagian besar responden berumur
kulu dan Sumatera Utara), pengusaha antara 25-50 tahun dengan pendidikan
peternakan ayam di Sumatera Barat kebanyakan sampai SLTP. Sebagai-
sering terpaksa membatasi peng- mana terlihat pada Tabel 1, pekerjaan
gunaan jagung asal daerah Pasaman utama responden adalah petani
ini, karena tingginya risiko kerugian dengan luas penguasaan lahan sekitar
yang mungkin terjadi. 1-4 ha. Sebagian besar responden (85
Penelitian bertujuan untuk me- %) sudah berpengalaman menanam
ngetahui proses penanganan jagung jagung minimal selama 4 tahun.
pasca panen yang dikaitkan dengan
kualitas jagung yang dihasilkan di Pengumpulan Data dan Informasi
kabupaten Pasaman Barat. Parameter
kualitas yang diamati antara lain: Responden terpilih dikunjungi dan
kandungan zat makanan racun, diwawancarai untuk mengumpulkan
cemaran dan karakteristik fisik biji. data dan informasi yang dibutuhkan.
Wawancara dilakukan dengan ban-
Materi dan Metode tuan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan. Data dan informasi

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


38 Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat

yang kumpulkan mencakup antara secara fisik dari aspek warna, bau dan
lain: skala usaha, teknologi budi- tekstur.
daya, cara pemanenan dan proses
penanganan jagung pasca panen, Hasil dan Pembahasan
sarana/fasilitas yang digunakan, ken-
dala yang dihadapi, aspek mutu, jalur Budidaya
tataniaga dan pemasaran.
Disamping itu juga dilakukan Jagung ditanam di lahan tegalan
pengamatan langsung di lokasi usaha tanpa irigasi. Penanaman dilakukan
responden. Selanjutnya, data dan baik secara tunggal atau tumpang sari.
informasi (data sekunder) juga Penanam secara tumpang sari
dikumpulkan melalui laporan serta dilakukan bersama kelapa sawit,
wawancara dan diskusi dengan dimana jagung ditanam pada lahan
pejabat atau petugas dari dinas atau diantara tanaman kelapa atau kelapa
instansi terkait di tingkat kecamatan sawit yang masih muda, sehingga
dan kabupaten. tanaman jagung masih mendapat
cahaya matahari yang memadai.
Pengambilan dan Analisa Contoh Penanaman dilakukan secara berke-
sinambungan dengan frekuensi rata-
Selama survey, contoh jagung rata mencapai 2-3 kali dalam setahun.
diambil dari responden dan juga dari Bibit yang digunakan umumnya
beberapa pedagang pengumpul untuk dari tiga jenis jagung hibrida, yaitu
dianalisa di laboratorium.. Contoh Bisi, C7 dan Pionir (Charoen Pok-
diambil sebanyak kurang lebih 1 kg phand) dengan jumlah penggunaan
dan kemudian dimasukkan ke dalam sebanyak kurang lebih 15 kg/ha.
kantong plastik yang telah disedia- Penggunaan bibit unggul sudah umum
kan. Kantong yang berisi contoh di Indonesia. Hasil survei yang di-
diikat atau ditutup rapat dan diberi lakukan Nugraha et al (2002) di 19
label. propinsi di Indonesia ditemukan bah-
Contoh jagung yang diambil wa sekitar 75 % dari areal pertanaman
kemudian dianalisa di laboratorium jagung di Indonesia ditanami varietas
Fakultas Peternakan Universitas unggul komposit dan hibrida masing-
Andalas. Analisa yang dilakukan masing 47 % dan 28 %, sisanya 25 %
mencakup: kandungan air, kan- varietas lokal.
dungan protein, kadar biji pecah, Pemupukan dilakukan umumnya
kadar kotoran dan cemaran, kadar dua kali, dengan menggunakan pupuk
biji rusak dan berkutu. Disamping jenis urea, KCl dan TSP. Menurut
itu, sebelum contoh dianalisa Subandi et al (2004) disamping pupuk
dilakukan uji secara makroskopis kimia, jagung sebaiknya juga diberi
untuk mengetahui kualitas jagung pupuk organik, seperti pupuk
kandang, dengan takaran 7,5 ton/ha.

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat 39

Tabel 1. Latarbelakang Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan


Utama

Parameter Jumlah (orang) %

Umur:
- < 25 tahun 0 0,0
- 25-55 tahun 26 100,
- > 55 tahun 0 0,0

Pendidikan:
- SD 2 7,7
- SLTP 17 65,4
- SMU 7 26,9
- PT 0 0,0

Pekerjaan utama:
- Tani 26 100,0
- Pegawai 0 0,0
- Rumah tangga 0 0,0

Luas lahan usaha:


- < 1 ha 2 7,7
- 1-2 15 57,7
- 3-4 8 30,8
- >4 1 3,8

Pengalaman Bertanam Jagung:


- < 1 tahun 0 0,0
- 1-3 tahun 4 15,4
- 4-6 tahun 12 46,2
- > 6 tahun 10 38,5

Pemanenan dan Penanganan dan klobot sudah mulai mengering


Pascapanen (daun sudah dapat dibakar). Pema-
nenan dilakukan dengan alat parang
Jagung dipanen pada umur dengan cara memotong batang,
sekitar 4 sampai 4,5 bulan, dengan kemudian dikumpulkan dan diambil
tanda-tanda: biji sudah matang, daun buahnya. Segera setelah buah di
Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760
40 Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat

panen, petani memisahkan bagian isi jagung nasional yang hanya 3,2
dengan klobot secara manual. Jagung ton/ha (Deptan, 2003).
yang masih bersama bonggolnya
biasanya langsung dijual kepada Kualitas Jagung dan Faktor yang
tengkulak, yang berperan sebagai Mempengaruhinya
pedagang pengumpul dan melakukan
pengolahan pasca panen. Parameter kualitas jagung yang
Proses penanganan selanjutnya, telah dikering didasarkan pada:
yaitu pemipilan dan pengeringan warna, kekerasan bagian lembaga
yang umumnya dilakukan oleh dan kontaminasi jamur. Jagung yang
pedagang pengumpul, karena petani dipanen pada umur yang tepat dan
tidak memiliki alat dan fasilitas. mengalami proses pengeringann
Proses pemipilan biasanya baru yang memadai akan terlihat berwar-
dilakukan pada saat akan di- na cerah, tidak terkontaminasi jamur
keringkan. Menurut petani, jika serta bagian lembaganya (ujung
jagung dipipil dan tidak segera butiran) terasa keras jika ditekan.
dijemur, maka akan mudah terserang Sedangkan kandungan air butiran
jamur dan hama kumbang bubuk. yang sebenarnya tidak pernah diukur,
Sebaliknya menurut Subandi et al karena petani atau pedagang tidak
(2004) penundaan proses pemipilan memiliki alat pengukur kadar air.
dan pengeringan tidak banyak Hasil analisa contoh yang diambil
membantu mencegah penurunan pada 26 responden menunjukkan
kualitas, karena kandungan air biji bahwa kandungan air jagung cukup
masih tinggi, yaitu sekitar 35-40 %. tinggi yaitu di atas 20 %, sedangkan
Oleh karena itu, salah satu cara untuk kandungan protein termasuk normal.
mengurangi kerusakan biji adalah Seperti terlihat pada Tabel 2,
dengan mempercepat proses pemi- kandungan air rata-rata sekitar 21,3
pilan. %, sedangkan kandungan protein dan
Pemipilan dilakukan dengan serat kasar masing-masing sekitar
bantuan alat (mesin) pemipil, yang 11,8 dan 2,5 % dalam bahan kering
biasa disebut petani dengan tleser. (BK). Agar aman disimpan dan tidak
Sedangkan pengeringan dilakukan mudah terserang jamur, kandungan
melalui penjemuran dengan sinar air jagung sebaiknya maksimal 14 %
matahari dengan cara dihampar di (Jeroch et al., 1993). Kandungan air
atas lantai beton atau terpal. Jagung yang tinggi ini sering terjadi pada
yang sudah dipipil harus segera musim hujan, bertepatan dengan saat
dijemur, agar tidak berjamur. Waktu survei dilakukan, pada bulan
penjemuran biasanya dibutuhkan Oktober.
satu hari penuh atau rata-rata selama Kandungan air yang tinggi
enam jam, sebelum jagung bisa menyebabkan jagung tidak tahan
disimpan atau dijual. Menurut penga- disimpan dan jamur mudah
kuan pedagang pengumpul, jagung berkembang biak. Sebagaimana terli-
yang telah dikeringkan dapat di- hat pada Tabel 3, bagian jagung yang
simpan selama dua bulan. Produksi tercemar jamur cukup tinggi, men-
jagung rata-rata berkisar antara 5-7 capai 34 %. Sedangkan cemaran oleh
ton per ha. Produksi ini jauh lebih kotoran, seperti bagian bonggol atau
tinggi daripada rata-rata produksi biji yang tidak utuh atau rusak
mencapai 3 %. Meskipun kandungan

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat 41

kotoran ini melebihi kadar kotoran rendah, yang dilihat dari warna, kon-
menurut standar nasional (SNI, taminasi jamur dan ukuran bonggol.
1995) yaitu maksimal 2 % (dikutip Rendemen butiran hasil pemipilan
dari Subandi et al., 2004), rataan juga rendah dan banyak tercampur
kandungan protein dan serat kasar dengan bagian bonggol. Disamping
masih pada batas normal, masing- itu, penyusutan selama proses penge-
masing sekitar 11,8 % dan 2,5 % ringan cenderung lebih tinggi.
BK (Tabel 2) (Kling dan Woehlbier,
1983). Cemaran dengan kotoran ini Biaya dan Pemasaran
sering terjadi jika jagung dipanen
terlalu cepat daripada umur panen Biaya tenaga kerja untuk proses
yang optimal (4-4,5 bulan). Sedang- pemipilan sekitar Rp. 45.000,- per
kan kontaminasi jamur ini sangat ton, sedangkan biaya untuk pen-
dipengaruhi oleh kondisi saat panen jemuran Rp. 15.000,- per ton. Disam-
dan pengeringan. Pada saat musim ping biaya pemipilan dan penje-
panas, petani tidak mengalami muran, biaya lain yang diperlu dike-
masalah dengan kualitas, tetapi pada luarkan adalah untuk proses penge-
saat musim hujan, terutama bulan masan, bongkar muat dan penim-
Oktober sampai Januari, maka petani bangan, yaitu sebanyak Rp. 25.000,-
kesulitan dalam pengeringan. per ton. Jadi, total biaya pasca panen
Menurut Subadi et al (2004) sekitar yang dibutuhkan untuk setiap ton
69 % pertanaman jagung di Indo- jagung adalah sekitar Rp. 85.000,-
nesia dipanen pada musim hujan, atau Rp. 85,- per kg.
sehingga pengeringan menjadi masa- Penjualan umumnya dilakukan di
lah, sebab umumnya pengeringan lokasi petani (on farm), dimana
masih mengandalkan pada penje- pedagang yang biasa disebut toke
muran sinar matahari dengan fasilitas datang langsung ke rumah petani.
lantai jemur yang masih terbatas. Harga jual jagung pada saat survei
Meskipun demikian, menurut penga- dilakukan berkisar antara Rp. 850,-
kuan petani, harga penjualan jagung sampai Rp. 1000,- per kg di lokasi
tidak banyak tergantung pada pedagang pengumpul dan sekitar Rp.
kualitas jagung. Untuk mencegah 1.175,- per kg di lokasi konsumen
jatuhnya harga, petani biasanya (Payakumbuh, Padang). Daerah
mengoplos (mencampur) jagung pemasaran jagung masih terkon-
yang berkualitas rendah dengan yang sentrasi di Sumatera Barat, terutama
berkualitas lebih baik. daerah sekitar Payakumbuh dan Kota
Kualitas jagung yang dipanen Padang, sebagai sentra produksi
juga dipengaruhi oleh umur pema- ayam di Sumatera Barat. Meskipun
nenan. Menurut petani, jika jagung berfluktuasi, harga jual jagung tidak
dipanen pada umur di bawah empat ditentukan oleh kandungan air
bulan dan dipanen pada saat musim butiran.
hujan, kualitas jagung biasanya

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


42 Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat

Tabel 2. Kandungan Air, Bahan Kering (BK), Protein dan Serat Kasar Contoh
Jagung dari 26 Petani Responden di Kabupaten Pasaman Barat

Responden Kandungan :
No.
Air Bahan kering Protein kasar Serat kasar
(%) (%) (% BK) (% BK)
1 21,4 78,6 10,6 0,9
2 21,6 78,4 11,8 0,5
3 19,5 80,5 9,9 1,2
4 28,5 71,5 15,4 0,9
5 20,5 79,5 13,3 1,9
6 20,0 80,0 14,9 1,2
7 19,8 80,2 15,4 1,9
8 31,6 68,4 10,3 1,3
9 19,4 80,6 13,7 1,1
10 19,8 80,2 9,9 0,3
11 20,3 79,7 15,0 1,1
12 19,7 80,3 11,0 0,3
13 20,3 79,7 12,2 3,5
14 20,1 79,9 10,4 1,7
15 19,6 79,4 13,9 1,8
16 25,8 74,3 15,5 0,7
17 20,7 79,4 10,5 6,3
18 20,7 79,3 6,7 2,0
19 20,0 80,0 12,7 6,8
20 21,6 80,5 11,0 5,8
21 18,6 78,4 15,8 5,4
22 19,1 81,4 6,0 2,5
23 18,0 81,0 5,4 3,7
24 19,1 80,9 13,6 2,4
25 10,2 89,8 11,4 3,8
26 35,9 74,1 10,7 5,6
Rataan 21,3 79,1 11,8 2,5

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat 43

Tabel 3. Persentase Bagian Jagung yang Normal, Berjamur dan Kontaminasi


Kotoran pada Contoh Jagung dari 26 Petani Responden di Kabupaten
Pasaman Barat

Responden Persentasi bagian jagung yang (dalam %):


No.
Butiran normal Butiran berjamur Kotoran
1 64,9 33,3 1,8
2 59,7 38,2 2,1
3 58,9 39,4 1,8
4 60,5 38,0 1,5
5 58,6 37,8 3,6
6 62,1 37,2 0,8
7 72.5 26,7 0,8
8 66,9 25,9 7,2
9 46,6 49,9 3,5
10 61,8 35,5 2,7
11 62,5 34,4 3,1
12 64,0 22,2 13,8
13 67,7 30,1 2,3
14 57,1 41,5 1,3
15 67,2 31,9 1,0
16 83,6 15,5 0,9
17 56,9 41,9 1,2
18 56,0 42,8 1,2
19 64,3 25,2 10,6
20 61,0 37,9 1,2
21 54,0 44,0 2,0
22 55,9 42,4 1,7
23 71,5 20,9 7,7
24 64,6 32,9 2,5
25 73,1 20,9 6,0
26 64,7 29,4 6,0
Rataan 62,9 33,7 3,4

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760


44 Jurnal Peternakan Indonesia., 11(1):36-45, 2006 ISSN: 1907-1760

Pengeringan dengan Alat Pengering pengeringan, sehingga kualitas ja-


Buatan (Oven) gung yang dihasilkan masih rendah.
Jagung yang dihasilkan masih
Penggunaan alat pengering mengandung air yang terlalu tinggi
buatan, yang biasa disebut oven, (di atas 20 %) dan kontaminasi jamur
ternyata kurang efisien. Ada dan kotoran cukup tinggi, masing-
beberapa pengusaha yang telah masing mencapai 34 % dan 3 %.
mempunyai dan mencoba alat ini, Meskipun demikian, proses pengeri-
tetapi saat survei dilakukan sudah ngan jagung secara alami dengan
tidak beroperasi lagi. Menurut menggunakan sinar matahari masih
pengakuan petani dan pengusaha lebih layak jika dibandingkan dengan
lokal yang telah berpengalaman menggunakan alat pengering buatan,
selama lebih 10 tahun dalam karena lebih praktis dan biaya lebih
menangani jagung pasca panen, murah. Harga jual jagung menurut
penggunaan oven diakui dapat petani tidak ditentukan oleh kan-
menghasilkan butiran jagung dengan dungan air, karena produk ini masih
kandungan air yang lebih rendah. diterima pasar. Hal ini mungkin
Akan tetapi, biaya proses penge- produksi jagung yang masih rendah
ringannya ternyata jauh lebih tinggi dibanding permintaan pasar untuk
darai pada biaya dengan proses pakan ternak.
penjemuran dengan menggunakan
cahaya matahari. Biaya pengeringan
dengan oven mencapai Rp. 80.000 Ucapan Terima Kasih
sampai Rp. 90.000,- per ton,
sedangkan dengan penjemuran ha- Penelitian ini dibiayai oleh dana
nya Rp. 15.000,- per ton. Biaya ter- proyek DP3M Ditjen Dikti,
besar adalah untuk bahan bakar. Departemen Pendidikan Nasional
Disamping itu, angka penyusutan dengan perjanjian kerjasama no.
pengeringan dengan oven lebih 392/PAT/DPPM/RAPID/V/2004
tinggi. Penyusutan jagung dengan tanggal 4 Mei 2004.
penjemuran rata-rata hanya 20 %.
Selanjutnya, dalam pengope-
rasian alat ini juga tidak praktis. Daftar Pustaka
Pekerja terpaksa kurang tidur, karena
selama proses pengeringan perlu Deptan, 2003. WWW.deptan.co.id.
dilakukan proses pengadukan dan Perkembangan luas panen,
penggantian. Lama waktu pengeri- produktivitas dan produksi
ngan dengan oven hampir sama jagung nasional selama 30 tahun
dengan dengan penjemuran. terakhir (1974-2003).

Jeroch. H., G. Flachowsky und F.


Kesimpulan Weissbach, 1993. Futtermittel-
kunde. Gustav Fischer Verlag,
Berdasarkan hasil survei ini Jena-Stuttgart.
dapat disimpulkan bahwa proses
penanganan pasca panen jagung di Kling, M. und W. Woehlbier, 1983.
kabupaten Pasaman masih belum Handelsfuttermittel, 2B. Eugen
optimal, terutama dalam proses Ulmer Verlag.

Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di kabupaten Pasaman Barat
Khalil dan Anwar: Pascapanen dan kualitas jagung di Kabupaten Pasaman Barat 45

Nugraha, U.S., Subandi dan A. Subandi, S. Saenong, Bahtiar, I.U.


Hasanuddin, 2002. Perkem- Firmansysah dan Zubachtirodin,
bangan teknologi budidaya dan 2004. Peranan penelitian jagung
industri benih jagung. Dalam: dalam upaya mencapai swasem-
Kasriyono et al. (Eds) Ekonomi bada jagung nasional. Makalah
Jagung Indonesia. Badan Seminar Nasional Pema-
Penelitian dan Pengembangan syarakatan Agro Inovasi Men-
Pertanian, Deptan, hal: 37-72. dukung Pembangunan Pertanian
Daerah, 10-11 Agustus 2004,
BPTP Sukarami, Solok.

Alamat koresponden: Dr.Ir.Khalil, M.Sc.


Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fak. Peternakan
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang
Telp/Fax: 0752-498162, HP: 08126611691.

Artikel diterima: 29 Desember 2005, disetujui: 24 Januari 2006

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1): 36-45, 2006 ISSN:1907-1760

Anda mungkin juga menyukai