Anda di halaman 1dari 7

TERM OF REFERENCE

NILAI ENERGI SILASE HASIL PERTANAMAN CAMPURAN SORGHUM


PLUMOSUM DAN BOTHRIOCHLOA PERTUSA YANG DIINTRODUKSI DENGAN
BERBAGAI JENIS LEGUMINOSA HERBA LOKAL

Oleh:

Eli Alexander Maubila

1705030008

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
LATAR BELAKANG

Produktivitas ternak ruminansia sangat bergantung pada penyediaan hijauan


pakan sebagai sumber nutrisinya. Maka dari itu, hijauan pakan memegang peranan yang
sangat penting bagi kehidupan ternak ruminansia. Dimana ketersediaan pakan hijauan
setiap saat merupakan syarat mutlak untuk usaha peternakan khususnya ruminansi,
namun ketersediaan pakan hijauan di NTT sangat fluktuatif. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada musim kemarau produksi pakan hijauan sangatlah rendah sehingga terjadi
kekurangan pakan hijauan, sedangkan pada musim hujan akan berbanding terbalik. Oleh
karena itu untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan teknologi pengolahan
pakan. Salah satu teknologi pengolahan pakan yang lazim digunakan melalui proses
fermentasi yaitu silase. Kelebihan hijauan selama musim hujan dapat disimpan sebagai
silase untuk digunakan ketika musim paceklik tiba (Reiber et al.2010). Namun demikian,
kualitas silase sangat tergantung pada bahan baku yang digunakan. Kandungan
karbohidrat mudah larut mempengaruhi kecepatan pembentukan asam laktat, sementara
itu kandungan protein hijauan berpengaruh terhadap kapasitas buffernya dan keduanya
akan menentukan kualitas silase (Titterton et al., 2000).

Penanaman rumput kume (Sorghum plumosum var. Timorense) dan Bothriochloa


pertusa yang merupakan jenis pakan lokal dipercaya mempunyai potensi sangat besar
untuk menghasilkan pakan hijauan di lahan kering seperti di NTT. Peningkatkan produksi
dan terutama kualitas hijauan selanjutnya dapat ditingkatkan dengan introduksi
leguminosa herba lokal seperti Alysicarpus vaginalis, Pueraria phasoloides dan Clitoria
ternatea. Ketiga leguminosa tersebut diduga mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
penigkatan kandungan protein dan karbohidrat mudah larut sehingga dapat menyebabkan
perbedaan kualitas silase yang dihasilkan. Kualitas silase dapat dinilai dari nilai
energinya yang tergantung pada kandungan energi dan kecernaannya. Hingga saat ini
belum ada informasi tentang jenis leguminosa yang paling tepat untuk diintroduksikan
pada pertanaman campuran rumput kume dan bothriochloa sehingga menghasilkan nilai
energi silase tertinggi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Nilai energi silase hasil pertanaman campuran Sorgum
Plumosum dan Bothriochloa pertusa yang diintroduksi dengan berbagai jenis leguminosa
herba lokal”.

TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : mengetahui nilai energi
silase hasil pertanaman campuran srgum plumosum dan Bothriochloa pertusa yang
diintroduksi dengan berbagai jenis leguminosa herba lokal.

MANFAAT

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.


a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi penelitian
selanjutnya.
b. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan tambahan bagi masyarakat luas.
c. Bagi petani peternak, hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
menjadi alternatif penyediaan pakan ternak khususnya di musim kemarau.
d. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan informasi dalam
mengembangakan produksi hijauan makanan ternak.

METODE PENELITIAN

- LOKASI DAN WAKTU


Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. AA. Agri Farm Pratama Binlaka
Desa Oeltua Kecematan Taebenu Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara
Timur dan direncanakan akan berlangsung selama 60 hari.
- MATERI PENELITIAN
1) Rumput Kume (Sorghum plumosum var. timorenses ).
Rumput Kume yang digunakan diperoleh dari kebun tanaman
pakan Binlaka. Dipanen pada saat bersamaan.
2) Rumput Botrichola pertusa.
Rumput botrichola pertusa yang digunakan didapatkan dari kebun
tanaman pakan Binlaka. Dipanen pada saat bersamaan.
3) Tanaman legum herba lokal sebagai tanaman sela (Clitoria ternatea,
Alysicarpus vaginalis, Pueraria phaseoloides).
4) Pollard yang digunakan sebagai pengawet.
- RANCANGAN PERCOBAAN
Penelitan ini menggunakan model acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3
ulangan. Jenis rumput yang digunakan Sorghum plumosum (Sp) dan Botrichola
pertusa (Bp) dan jenis legume herba local Clitoria ternatea (Ct), Alysicarpus
vaginalis (Av), Pueraria phaseoloides (Pp). Perlakuan yang dicobakan adalah:
Co : Sorghum plumosum (Sp) dan Bothriochloa pertusa (Bp)
Ct : Sorghum plumosum (Sp), Bothriochloa pertusa (Bp) dan
Clitoria Ternatea (Ct)
Av : Sorghum plumosum (Sp), Bothriochloa pertusa (Bp) dan
Alysicarpus Vaginalis (Av)
Pp : Sorghum plumosum (Sp), Bothriochloa pertusa (Bp) dan
Pueraria Phaseoloides (Pp)

- PROSEDUR PENELITIAN
A. Produksi Hijauan
Produksi hiijauan bahan baku silase dilakukan penanaman dengan
berbagai perlakuan di atas. Hijauan ditanam secara acak pada 16 bedeng
berukuran 2x2 m2 dengan jarak antar bedeng 60 cm. Penanaman hijauan
dilakukan dengan menggunakan anakan Sorghum plumosum dan
Bothriochloa pertusa serta leguminosa C. ternatea, A. vaginalis dan P.
phasoloides. Penyiraman akan dilakukan setiap 3-4 hari dan pada penelitian
ini rencananya tidak dilakukan pemupukan. Sementara itu penyiangan
terhadap gulma dilakukan setiap satu minggu sekali. Tanaman selanjutnya
akan dipotong pada umur 60 hari atau ketika tanaman menjelang berbunga
(akhir vegetatif). Sampel hijauan akan dipotong 5 cm dari tanah untuk rumput
dan 10 cm dari tanah untuk leguminosa.

B. Pembuatan silase
Hijauan segar hasil pemotongan kemudian dilayukan dengan cara diangin-
anginkan selama 2-4 jam untuk mencapai kadar air 65%. Hijaun yang telah
layu tersebut kemudian dicincang dengan ukuran 1-2 cm dan selanjutnya
ditimbang sebanyak 2 kg dan ditambahkan dengan pollard sebagai aditif
sebanyak 5% dari bahan kering hijauan. Hijauan yang telah dicampur tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam silo yang dibuat dari potongan pipa paralon 4
dim yang telah diketahui beratnya. Hijauan kemudian dipadatkan sebelum
ditutup dengan plastik dan diikat serta ditimbang. Silase akan disimpan
selama minimal 45 hari sebelum ditimbang dan dibuka untuk dievaluasi
kualitasnya.
C. Evaluasi kualitas silase
Setelah 45 hari disimpan, silase ditimbang dan kemudian dibuka.
Pengamatan dilakukan terhadap adanya jamur dan bau. Selanjutnya sebanyak
20 gram sampel diambil dan dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan
dengan air sampai volumenya 200 ml dan diblender selama 30 detik. Larutan
kemudian disaring dengan kain kasa berlapis dan segera diukur pHnya.
Sebanyak 20 ml cairan hasil saringan kemudian disentrifuge untuk analisis
produk fermentasi berupa asam organik seperti asam laktat, asetat, propionat,
dan butirat menggunakan HPLC. Pada saat pembukaan mini-silo sebanyak 50
gram sampel juga diambil dan dimasukkan ke dalam oven untuk penentuan
kandungan bahan kering silase. Selanjutnya sampel yang telah kering digiling
untuk mencapai ukuran partikel 0,5 mm. Sampel kemudian disimpan
menunggu analisis proximat.
- PARAMETER YANG DIUKUR
Parameter yang diukur yaitu sebagai berikut.
a. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara in vitro ;
b. Nilai Gross Energi, Digestible Energi, dan Metabolisme Energi Silase.
- ANALISIS DATA ( ANALISIS STATISTIK )
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan Sidik Ragam (Anova)
dan perbedaan antar perlakuan akan dianalisis menggunakan menggunakan SPSS
24.

DAFTAR PUSTAKA
AOAC. ( 1995 ) official methods of Analysis of Association of official Analitical
Chemist. AOAC International. Virginia USA.
Reiber at all. 2010. Promotion and Adoption if silage technologies in drought constrained
areasof Honduras. Tropical grassland. 44:231-245.
TITTERTON, M., MAASDORP, B.V., MHERE, O. AND NYONI, L. (2000). Forage
Production and Conservation for Dry Season Feeding Of Daury Cows In Semi-Arid
Region of Zimbabwe. In (Smith, T., Mhundru J., and Richards, J.L., eds):
Proceedings of the second workshop on livestock production prommame projects in
Zimbabwe (February, 1999). NRIL, Chatham, UK.

Anda mungkin juga menyukai