Anda di halaman 1dari 7

DAYA SIMPAN WAFER DARI BAHAN BAKU LOKAL SEBAGAI BAHAN

PAKAN TERNAK RUMINANSIA

POWER SAVE WAFER MATERIAL FROM LOCAL MATERIALS AS ANIMAL


FEED RUMINANT

Rahmat sabri1
2
Ariani Kasmiran, S.Pt., MP, 2Cahirul Fadli, S.Pt., MP
1
Mahasiswa Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
2
Dosen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
Email: 13.r4hm4t@gmail.com

ABSTRAK

Wafer adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan
sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat. Tujuan penelitian untuk mengetahui sudut
tumpukan dan populasi bakteri.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu: A: KU 35% +
AT 35% + dedak 30%, B: KU 50% + AT 20% + dedak 30%, C: KU 20% + AT 50% +
dedak 30%, D: KU 40% + AT 30% + dedak 30%. Adapun parameter yang diamati
dalam penelitian ini adalah sudut tumpukan dan populasi bakteri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan ampas tebu dan kulit ubi tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap sudut tumpukan, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap populasi
bakteri. Dapat disimpulkan bahwa wafer dari bahan baku lokal yang memiliki kualitas
baik terdapat pada perlakuan D (KU 40% + AT 30% + dedak 30%) dengan nilai sudut
tumpukan (0,60%) dan populasi bakteri (126%).

Kata Kunci: Broiler, Kulit Pisang, Kulit Ubi

ABSTRACT

Wafer is an animal feed processing products comprising fiber feed sources that forage
and concentrates. The aim of research to determine the angle of the pile and
bakteri.Rancangan population used in this study is completely randomized design
(CRD) with 4 treatments and 4 replicates ie: A: AT KU 35% + 35% + 30% bran, B: KU
50% AT + 20% + 30% bran, C: KU AT 20% + 50% + 30% bran, D: KU AT 40% + 30%
+ 30% bran. The parameters were observed in this study is the angle of the pile and the
bacterial population. The results showed that the use of bagasse and potato skins are not
significant (P> 0.05) on the corner of the stack, but significant (P <0.05) against the
bacterial population. It can be concluded that the wafer from local raw materials which
have good quality there is in treatment D (KU AT 40% + 30% + 30% bran) with a pile
angle value (0.60%), and bacterial population (126%).

Key words: Broiler, Banana Peel, Cassava Peel.

1
PENDAHULUAN kemarau tanaman tebu dan ubi masih
Hijauan yang merupakan sumber tetap berproduksi sehingga sangat
makanan ternak terutama ternak efektif sebagai bahan pakan pengganti
ruminansia selain merupakan kebutuhan hijauan pada saat musim kemarau.
pokok untuk pertumbuhan dan sumber Dalam proses pembuatan wafer
tenaga, juga merupakan komponen yang limbah pertanian yang berupa ampas
sangat menunjang bagi produksi dan tebu dan kulit ubi mengalami beberapa
reproduksi ternak. Jenis hijauan seperti proses pemadatan dengan tekanan oleh
rumput maupun kacang-kacangan mesin pengepresan wafer. Permasalahan
(leguminosa) dalam bentuk segar atau yang dihadapi dalam menggunakan
kering haruslah tersedia dalam jumlah pakan limbah pertanian dan perkebunan
yang cukup sepanjang tahun sebagai sumber pakan ternak adalah
karena jenis hijauan ini umum kurangnya patalabilitas dan kecernaan
dikonsumsi oleh ternak. Pada pakan. Hal ini disebabkan oleh bahan
prinsipnya hijauan yang disajikan pada pakan asal limbah yang bersifat
ternak perlu memiliki sifat-sifat yaitu mengembang (bulky) dapat
disukai (palatable), mudah dicerna, mengakibatkan ternak cepat kenyang
nilai gizinya tinggi dan dalam waktu tetapi kebutuhan gizi belum tercukupi
yang pendek maupun tumbuh kembali. komidi diatas perlu trobosan agar
Hijauan pakan ternak dibagi kedalam limbah pertanian dan perkebunan dapat
dua bagian yaitu bangsa rumput- di manfaatkan maka perlu teknologi
rumputan dan leguminosa (semak dan yang tepat. Untuk pembuatan pakan
pohon). artenatif seperti pembuatan wafer.
Kebutuhan hijauan akan Keuntungan wafer ransum
semakin banyak sesuai dengan sebagai pakan ternak ruminansia adalah
bertambahnya jumlah populasi ternak meningkatkan kerapatan, mengurangi
yang dimiliki. Kendala utama di dalam tempat penyimpanan, menekan biaya
penyediaan hijauan pakan untuk ternak tranportasi, memudahkan penanganan
terutama produksinya tidak dapat tetap dan penyajian pakan, densitas yang
sepanjang tahun. Pada saat musim tinggi akan meniggkatkan konsumsi
penghujan, produksi hijauan makanan pakan dan mengurangi pakan yang
ternak akan melimpah, sebaliknya pada tercecer, mencegah de-mixing yaitu
saat musim kemarau tingkat peruraian kembali komponen penyusun
produksinya akan rendah, dalam bidang pakan sehingga konsumsi pakan sesuai
usaha peternakan sering kita mangalami dengan kebutuhan standar,
kendala dalam penyediaan Hijauan memudahkan untuk mengontrol,
Pakan Ternak (HPT) apalagi ketika memonitor, dan mengatur feed intake
musim kemarau. Maka dari itu kita ternak, kandungan nutrien yang
harus sejak awal untuk mempersiapkan konsisten dan terjamin, mengurangi
segala hal sebagai antisipasi debu dan masalah pernafasan pada
kemungkinan-kemungkinan yang akan ternak. Penelitian ini bermanfaat: Agar
terjadi yaitu dengan mengganti pakan ketersediaan pakan ternak dapat
hijauan dengan limbah pertanian seperti disimpan dalam bentuk wafer pakan
ampas tebu dan kulit ubi, yang mana pada saat musim kemarau.
kulit ubi dan ampas tebu berpontensi Meningkatkan jangka penyimpanan
sebagai pakan ternak ruminansia yang wafer pakan ternak. Mendapatkan pakan
mana dapat dijadikan wafer pakan berupa wafer yang berkualitas
ternak ruminansia. Pada saat musim penyimpananya baik.

2
METODE PENELITIAN limbah pertanian dan perkebunan
Penelitian ini dilakukan di berupa kulit ubi ,ampas tebu, dedak dan
Laboratorium MIPA Universitas molases dibuat menjadi wafer. Alat
Almuslim Matangglumpangdua yang digunakan dalam penilitian ini
Kecamatan Peusangan Kabupaten adalah mesin kempa wafer, cawan
Bireuen. Penelitian ini dilaksanakan porselen, oven, pres, nampan,
dari tanggal 22 September 2016 sampai timbangan analitik, pisau, plastik, spidol
dengan 19 Oktober 2016. Bahan yang dan gunting.
digunakan dalam penilitian ini yaitu
Tabel 1. Analisis Sidik Ragam
Sumber F tab
db JK KT F hit
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 3 JKP JKP/4 KTP/
3,49 5,95
Error 12 JKE JKE/12 KTE
Total 15 JKT
Data yang diperoleh dari analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
ragam pada taraf nyata 5% dan Hasil analisis sidik ragam
dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa kombinasi kulit
(DMRT). ubi dan ampas tebu juga berpengaruh
sangat nyata (P>0,05) terhadap
populasi bakteri . Hasil perhitungan
populasi bakteri selama penelitian dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 2. Rataan populasi bakteri wafer selama penelitian
Perlakuan Rataan
A W1 KU dan AT = Tanpa disimpan 450a
B W2 KU dan AT = Penyimpanan selama 2 minggu 145b
C W3 KU dan AT = Penyimpanan selama 3 minggu 144b
D W4 KU dan AT = Penyimpanan selama 4 minggu 126b
Keterangan : Huruf kecil superskrip yang berbeda pada setiap baris menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) berdasarkan uji Duncans new
Multiple Range Test (DMRT)

Hasil sidik ragam menunjukkan semua sebagian besar kapang memerlukan


perlakuan berpengaruh nyata (P>0,05) suhu optimum untuk pertumbuhan.
terhadap populasi bakteri. Hal ini Berdasarkan uji lanjut DMRT
disebabkan karena kadar air wafer perlakuan A berbeda nyata (P > 0,05)
terlalu tinggi sehingga wafer yang dengan perlakuan B,C dan D. Rataan A
dihasilkan terlalu lembab akan (450) dikarnakan wafer pada saat
memudahkan pertumbuhan bakteri. pengempaannya tidak padat sehingga
Suhu rata-rata penyimpanan wafer berongga, wafer yang berongga dengan
selama penelitian adalah 26C yang mudah menyerap kelembaban dari
memungkinkan untuk mendukung lingkungan dan akan berpotensi wafer
pertumbuhan bakteri selama proses terserang jamur lebih cepat. Kondisi
penyimpanan. Pernyataan tersebut penyimpanan kemungkinan akan
sesuai dengan pendapat Handayani dkk. meningkatkan kadar air hal ini terjadi
(2000) yang menyatakan bahwa akibat adanya pengaruh dari

3
kelembaban dan suhu lingkungan. penyimpanan sangat mempengaruhi
Sesuai pernyataan Trisyulianti dkk. kualitas wafer, salah satu indicator
(2003) menyatakan bahwa wafer yang penurunan kualitas wafer adalah
terserang jamur lebih cepat adalah wafer kontaminasi mikroba di dalam wafer itu
yang memiliki kadar air lebih tinggi. sendiri.
Rataan terendah pada perlakuan Hasil analisis sidik ragam
D (126) dikarnakan proses menunjukkan bahwa kombinasi kulit
penyimpanan yang baik dan proses ubi dan ampas tebu tidak berpengaruh
pembuatan yang tidak terkontaminasi nyata (P<0,05) terhadap sudut
akan mengurangi percepatan tempukan wafer. Hasil perhitungan
pertumbuhan bakteri. Pernyataan sudut tumpukan selama penelitian dapat
Solihin, 2015, menyatakan proses dilihat pada tabel.
Tabel 3. Rataan sudut tempukan wafer selama penelitian
Perlakuan Rataan(gr)
A W1 = Tanpa disimpan 0,93
B W2= Penyimpanan selama 2 minggu 0,60
C W3= Penyimpanan selama 3 minggu 0,76
D W4= Penyimpanan selama 4 minggu 0,60
Keterangan : Semua perlakuan menunjukan pengaruh yang Tidak berbeda nyata
(P<0,05)
Hasil sidik ragam menunjukkan (2011), besarnya sudut tumpukan sangat
semua perlakuan tidak berpengaruh dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan
nyata (P>0,05) terhadap sudut karakteristik partikel, kandungan air,
tumpukan. Hal ini diduga karena bahan berat jenis dan kerapatan tumpukan.
yang dicurahkan tekanannya besar, dan Ukuran partikel mempengaruhi sudut
ukuran partikel kulit ubi dan ampas tebu tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran
terlalu besar sehingga,berat jenis dan partikel maka semakin tinggi
diameternya sama. Retnani (2011), sudut tumpukannya.
besarnya sudut tumpukan sangat Sedangkan rataan B dan
dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan D sama (0,60) Jumlah bahan
karakteristik partikel, kandungan air, yang digunakan tidak jauh beda,
berat jenis dan kerapatan tumpukan. curahan partikelnya semakin
Ukuran partikel mempengaruhi sudut kecil maka ukuran partikel
tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran semakin cepat curahan nya.
partikel maka semakin tinggi Semakin lama ransum disimpan
sudut tumpukannya. maka akan meningkat nilai sudut
Rata-rata nilai sudut tempukan tunpukan, semakin tinggi kadar
wafer tertinggi terdapat pada perlakuan air maka semakin meningkat
A (0,93). Pada saat melakukan sudut nilai sudut tumpukan. ukuran
tumpukan curahan partikelnya lebih partikel tidak ideal atau terlalu
cepat karna ukukuran partikel kecil dan besar. Semakin besar suatu
perlakuan yang A tinggi dikarnakan partikel bergerak, maka sudut
kadar air masih tinggi dan curahan tumpukan yang terbentuk juga
partikelnya tinggi. Dikarenakan bentuk semakin kecil. Pergerakan
dan karakteristik partikelnya kecil, partikel yang ideal ditunjukkan
sehingga tumpukan dari partikelnya oleh ransum bentuk cair dengan
tinggi. Sesuai pernyataan Retnani

4
sudut tumpukan berkisar 200- Lalitya, D. 2004. Pemanfaatan serabut
500 (Qomariyah, 2004). kelapa sawit dalam wafer
ransum komplit domba. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat Mujnisa, A. 2007. Uji sifat fisik jagung
disimpulkan bahwa wafer dari bahan giling pada berbagai ukuran
baku lokal yang memiliki kualitas baik partikel (test the nature of
terdapat pada perlakuan D (KU 40% + physical milled maize at various
AT 30%) dengan nilai sudut tumpukan particlesize). Buletin Nutrisi dan
(0,60%) dan populasi bakteri (126%). Makanan Ternak 6 (1) : 1-9.
Dari hasil penelitian disarankan dalam
membuat wafer yang berasal dari bahan Prabawati, Sulusi. 2011. Manfaat
baku lokal asal limbah pertanian dan Singkong. Balai Besar Penelitian
perkebunan sebaiknya dengan dan Pengembangan Pascapanen
persentase (50% kulit ubi + 20% ampas Pertanian Bogor.
tebu + 30% dedak).
Prihatman, K. 2000. Tentang Budidaya
DAFTAR PUSTAKA Pertanian: Kedelai. Deputi
Anggreny, Y.N., U. Umiyasih, and D. Menegristek Bidang
Pamungkas. 2005. Pengaruh Pendayagunaan dan.
suplementasi multi nutrien Pemasyarakatan Ilmu
terhadap performans sapi potong Pengetahuan dan Teknologi.
yang memperoleh pakan basal
jerami jagung. Pros. Sem. Nas. Retnani, Y, Dkk. 2008. Pemanfaatan
Teknologi Peternakan dan Klobot Jagung Sebagai Wafer
Veteriner. p. 147-152. Komplit Untuk Domba. Skripsi
Fakultas Peternakan. Bogor:
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Institut Pertanian Bogor.
Produktivitas Tananaman Ubi
Kayu di Seluruh Provinsi Retnani dkk., 2009. Pengaruh Jenis
Tahun2012. Badan Pusat Hijauan Pakan dan Lama
Statistik. Penyimpanan Terhadap Sifat
Fisik Wafer Jurnal Ilmiah Ilmu-
Budiman, H. dan S. Djamal. 2010. Ilmu Peternakan November,
Hijauan Pakan Ternak. Pusat 2009, Vol. XII, No. 4
Perputakaan Pertanian dan
Komunikasi Penelitian. Badan Syarief, R. dan H. Halid. 1993.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penyimpanan Pangan.
Pertanian, Bogor. Arcan, Jakarta

Jayusmar. 2000. Pengaruh Wafer Solihin., Muhtarudin, dan S. R. 2015.


Ransum Komplit Limbah Tebu Pengaruh Penyimpanan
dan Penyimpanan terhadap Terhadap Kadar Air Kualitas
Kualitas Sifat Fisik. Bogor: IPB. Fisik Dan Sebaran Jamur Wafer
Limbah Sayuran Dan Umbi-
Umbian. Jurnal Ilmiah

5
Peternakan Terpadu Vol. 3(2): November, 2009, Vol. XII,
48-54. No. 4\

Herawati, H. 2008. Penentuan umur


Zuhra, Hasfita F. 2006. Pemanfaatan simpan pada produk pangan.
Ampas Tebu Sebagai Biobriket. Prosiding Jurnal Litbang
Jurnal Rekayasa Kimia & Pertanian. Hlm. 124-130.
Lingkungan 6 : 21-27, 2007
jurnal Hardianto.R. 2004. Pemanfaatan
.unsyiah.ac.id/TIPI/article/downl sumber daya pakan lokal
oad/265/251 . untuk pengembangan usaha
sapi potong. Grati. Pesuruan.
Retnani, Y. S., Basymeleh, dan
Herawati L. 2009. Pengaruh Wikanasri, H., Cahya, S,U. 2012.
jenis hijauan pakan dan lama Kajian kemanfaatan limbah
penyimpanan terhadap sifat sawi seabagai stater
fisik wafer. Jurnal Ilmiah fermentasi Bersifat Probiotik.
Ilmu-Ilmu Peternakan Prosiding Seminar Nasional
Kimia III. HKI Jawa tengah.

Anda mungkin juga menyukai