Anda di halaman 1dari 16

Jurnal AgroPet Vol.

10 Nomor 1 Juni 2013 ISSN: 1693-9158

PENERAPAN METODE SELEKSI MASSA


DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
VARIETAS JAGUNG MANADO KUNING

Oleh :

Andri A. Managanta1)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan menerapkan seleksi massa dalam upaya meningkatkan


produktivitas Jagung Manado Kuning di Desa Talikuran Kecamatan Tompaso. Penelitian
ini dilaksanakan di Desa Talikuran Kecamatan Tompaso selama 4 bulan dari bulan
Januari 2007 sampai dengan April 2007. Populasi yang diteliti berjumlah 2000 tanaman
yang dianalisis berjumlah 100 tongkol untuk populasi C1 dan 20 untuk populasi C0. Data
yang diperoleh dianalisis statistik untuk menghitung respon seleksi dan nilai duga daya
waris.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan penerapan metode seleksi massa
pada tanaman jagung Varietas Manado Kuning di desa Talikuran Kecamatan Tompaso
dapat meningkatkan berat biji pertongkol rata-rata sebesar 0,01 g (2,7 %) selama satu
daur seleksi serta karakter jumlah biji dalam satu baris (JBB), jumlah biji (JB), panjang
tongkol (PT), berat biji (JBi), dan berat tongkol (BT) memiliki respon seleksi yang
berbeda-beda. Nilai duga daya waris dari karakter jumlah biji dalam satu baris (tinggi),
jumlah biji (sedang), panjang tongkol (tinggi), berat biji (sedang) dan berat tongkol
(rendah). Berdasarkan respon seleksi dan nilai duga daya waris pada pertanaman
Jagung Manado Kuning di Desa Talikuran Kecamatan Tompaso dapat menjadi dasar
dalam melakukan seleksi pada populasi berikutnya.

Kata Kunci: Jagung Manado Kuning, Seleksi Massa, Respon Seleksi, Daya Waris

PENDAHULUAN benih kepada petani. Benih jagung


yang dibagikan kepada petani
Latar Belakang umumnya adalah benih jagung
Crash Program (CP) jagung hibrida seperti jagung hibrida
yang menjadi salah satu program varietas Jaya-1. Benih jagung
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara hibrida ini memiliki keunggulan
yang saat ini sudah dikenal dengan dalam segi produktivitas
istilah revitalisasi pertanian telah tanamannya, yaitu potensi hasil 15,5
berjalan dan mendapat respon yang ton perhektar dengan rata-rata hasil
luas dari masyarakat. Untuk 9 ton perhektar (Badan Benih
menunjang keberhasilan crash Nasional Dirjen Bina Produksi
program tersebut, Pemeritah Tanaman Pangan Deptan 2003
memberikan bantuan pupuk dan dalam Zuriat, 2003). Hasil rata-rata

1) Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi,


Fakultas Pertanian, Universitas Sintuwu Maroso
jagung hibrida tersebut lebih tinggi Jagung Manado Kuning sudah lama
sembilan kali lipat dibandingkan ditanam oleh petani di Talikuran
dengan rata-rata hasil jagung Kecamatan Tompaso. Benih diambil
varietas Manado Kuning 1,1 ton/ha dari hasil panen sebelumnya tanpa
(Suprapto, 1998). Jagung Manado melalui suatu proses seleksi yang
Kuning telah lama dibudidayakan baik, oleh karena itu penelitian ini
oleh petani di minahasa. dilakukan dengan menerapkan
Tanaman jagung varietas Manado metode seleksi massa dalam upaya
Kuning merupakan varietas unggul untuk meningkatkan produktivitas
lokal, yang dilepas sebelum tahun tanaman jagung varietas Manado
1945. Varietas ini tergolong varietas Kuning. Penelitian ini di lakukan
bersari bebas, yang dihasilkan menggunakan benih yang berasal
melalui metode seleksi massa. dari hasil panenan musim tanam
Walaupun jagung hibrida Desember 2005-Maret 2006, petani
produktivitasnya lebih tinggi dari telah memilih 508 tongkol dengan
jagung Manado Kuning, ternyata biji yang akan ditanam pada musim
petani di desa Talikuran Kecamatan tanam Januari 2007- April 2007.
Tompaso lebih menyukai menanam Secara fenotipe benih tersebut (508
varietas Manado Kuning tongkol) ternyata beragam (berat
dibandingkan dengan menanam tongkol dengan biji).
jagung hibrida. Alasan utama petani Sesuai dengan metode seleksi
tetap menanam varietas Manado massa (Dahlan, 1992) benih yang
Kuning karena hasil jagung ini baik telah diseleksi oleh petani tersebut
biji maupun daun serta batangnya dijadikan sebagai populasi awal P0
lebih disukai oleh kuda pacu. selanjutnya diamati komponen
Berdasarkan kenyataan tersebut, di produksinya untuk memilih tongkol-
sisi yang satu petani yang sekaligus tongkol yang mempunyai berat biji
sebagai peternak harus yang tinggi untuk dijadikan sebagai
meningkatkan hasil komoditi jagung benih dan selanjutnya dihitung
untuk memenuhi kebutuhan pasar respon seleksinya.
tapi di sisi yang lain petani harus
juga memenuhi kebutuhan makanan Tujuan Penelitian
ternaknya dan ternyata petani lebih
Menerapkan Seleksi Massa
memilih untuk menanam varietas
dalam upaya meningkatkan
Manado Kuning demi memenuhi
produktivitas jagung Manado Kuning
kebutuhan makanan ternaknya, oleh
di Desa Talikuran Kecamatan
karena itu harus ada upaya untuk
Tompaso.
meningkatkan produktivitas jagung
agar baik kebutuhan untuk makanan
Manfaat Penelitian
ternak terpenuhi maupun dengan
hasil yang lebih tinggi dapat Memperoleh data sebagai
meningkatkan pendapatan petani bahan informasi dalam menyeleksi
sebagai tujuan akhir dari suatu tanaman jagung Manado Kuning
usaha budidaya tanaman. pada periode musim tanam

13
selanjutnya dan juga dapat Desember 2005 - Maret 2006
menunjang program pemuliaan diambil 508 tongkol (tanpa klobot)
tanaman. yang telah di seleksi oleh petani
untuk dijadikan benih pada musim
METODOLOGI PENELITIAN tanam Januari 2007 hingga April
2007. Pemilihan tongkol-tongkol
Tempat dan Waktu Penelitian tersebut sesuai dengan kriteria
petani yaitu biji berwarna kuning,
Penelitian ini dilakukakan di
tongkol kelihatan berukuran besar
desa Talikuran Kecamatan
dan berat menurut perasaan petani.
Tompaso, dengan lama penelitian 4
Selanjutnya tongkol-tongkol tersebut
bulan (Januari 2007 hingga April
(tongkol bersama biji) satu persatu di
2007).
timbang menggunakan timbangan
analitik, dipilih 80 tongkol yang
Metode Penelitian
mempunyai berat di atas 110,1 g.
Penelitian ini dilaksanakan Kemudian diamati komponen
dalam bentuk evaluasi populasi awal produksi, meliputi : 1). Berat biji per
P0 dan populasi P1 tanaman Jagung tongkol, 2). Berat tongkol tanpa biji,
Manado Kuning di Desa Talikuran 3). Jumlah biji per tongkol, 4) Jumlah
Kecamatan Tompaso. biji dalam satu baris per tongkol, dan
5). Panjang tongkol. Setelah itu
Alat dan Bahan Penelitian berdasarkan data komponen
Alat yang digunakan dalam produksi dipilih 20 tongkol yang
penelitian ini yaitu bajak, kamera, mempunyai berat biji per tongkol
meteran/mistar, timbangan analitik, diatas 149,9 g. Keduapuluh tongkol
label, pisau, alat tulis menulis, tersebu di pipil dan diambil 100 biji
jangka sorong, traktor tangan, tali, untuk dijadikan benih pada periode
cangkul, ember, tugal dan hand musim tanam Januari 2007 – April
sprayer. 2007. Seratus biji tersebut diambil
Bahan yang digunakan adalah dari biji yang berada pada bagian
benih Varietas Jagung Manado tengah tongkol dan sebelum
Kuning hasil penanaman petani ditanam, biji-biji tersebut (20x100
musim tanam Desember 2005 biji) di campur secara merata
sampai dengan Maret 2006 di (Dahlan, 1998 ; Suaib dkk, 2000).
Talikuran Kecamatan Tompaso,
Pupuk (Urea , TSP, KCl), dan PPC Kegiatan Penanaman
(pupuk pelengkap cair) Plant A. Pengolahan Lahan dan
Catalyst. Penanaman
Pertama diadakan pembersihan
PROSEDUR PENELITIAN lahan dari semak-semak dan
Kegiatan Sebelum Penanaman material kasar lainnya. Tanah
Dalam penelitian ini, dari hasil diolah menggunakan traktor
panenan petani pada musim tanam tangan (hand tractor), dibajak dua

14
kali lalu diratakan menggunakan air pemberian PPC
sisir. Sesudah itu lahan dibiarkan dimaksudkan agar tanaman
selama dua minggu agar gulma menghasilkan pertumbuhan
terlebih dahulu mengalami optimal karena salah satu
pembusukan. Petak dibuat syarat dalam seleksi massa
berukuran 20 m x 15 m dan adalah tanaman yang diseleksi
kemudian dibagi lagi menjadi 20 harus optimal
anak-anak petak yang berukuran pertumbuhannya.
5 m x 3 m selanjutnya benih 2) Penyiangan dan Pembubunan
ditanam dengan jarak 80 x 30 cm. Penyiangan dilakukan
Lobang tanam dibuat dalam bersamaan dengan
bentuk larikan sedalam kira-kira 7 pembumbunan, yaitu pada
cm setiap lubang ditanam dengan umur 28 hari sesudah tanam.
1 butir benih.
C. Pengamatan
B. Pemeliharaan
Dari setiap anak petak
1) Pemupukan
diamati komponen produksi 5
Tanaman dipupuk dengan 90
tanaman (tongkol) sesuai dengan
kg N/ha, 45 kg P2O5/ha, dan
variabel pengamatan yang telah
90 kg K2O5 /ha. Pemberian
ditetapkan sehingga terdapat
pupuk N, dalam hal ini urea
sebanyak 100 tanaman (tongkol)
adalah 1/3 bagian pada saat
yang diamati.
tanam dan 2/3 bagian sisanya
diberikan pada 28 hari
Variabel Pengamatan
sesudah tanam bersamaan
a. Jumlah biji dalam satu baris per
dengan penyiangan dan
tongkol : dihitung biji yang
pembumbunan menggunakan
terdapat dalam satu baris
cangkul. Pemberian pupuk
pertongkol.
secara tugal di samping kiri-
b. Jumlah biji per tongkol : dihitung
kanan lobang tanam dengan
semua biji yang terdapat dalam
jarak 7 cm dan dalam 10 cm.
satu tongkol.
Pupuk urea dan TSP diberikan
c. Panjang tongkol (cm) : diukur
pada lobang yang satu, dan
mulai dari pangkal sampai di
KCl diberikan pada lobang
ujung tongkol menggunakan
tanam lainnya (Anonimus,
meteran.
1986 dalam Runtunuwu,
d. Berat biji per tongkol (g) :
1990). Diikuti penyemprotan
ditimbang semua biji yang
PPC (pupuk pelengkap cair)
terdapat dalam satu tongkol
Plant Catalyst pada bagian
menggunakan timbangan analitik.
daun dalam plot percobaan
e. Berat tongkol (g) : buah jagung
dari minggu kedua sampai
yang sudah dikupas dari klobot
minggu kedelapan
kemudian dijemur dibawah terik
menggunakan hand sprayer
matahari setelah itu ditimbang
dengan dosis 10 g per 14 liter

15
menggunakan timbangan analitik 2p : Ragam fenotip
secara satu per satu. n : Banyaknya pengamatan
dalam pencaran frekwensi
ANALISIS DATA xi : Nilai tengah kelas ke-i
x : Rata-rata hitungan dari
Untuk mengetahui nilai pencaran frekuensi
ragam aditif dari karakter kuantitatif fi : Frekuensi ke-i
tanaman, digunakan rumus sebagai k : Banyaknya kelas dalam
berikut (persamaan 1) : pancaran frekwensi
( k = 1 + 3.322 log n )
2A= 2 pq2 ……………………(1)

Untuk menentukan koefisien


Dimana :
2A : Ragam aditif keragaman genetik dan keragaman
p : Frekuensi gen dominan fenotipe digunakan persamaan
q : Frekuensi gen resesif Hanson (1956), dalam Hermiati,
 : Nilai pemuliaan Baihaki, Suryatman dan Warsa
Untuk mengetahui ragam (1990) sebagai berikut (persamaan 5
dominan dari karakter tanaman, dan 6) :
digunakan rumus dari Falconer
KKG = (g/x).100 %)....................(5)
(1972), sebagai berikut (persamaan
2): KKP = (p/x).100 %)................... (6)

2D=(2pqd)2...............................(2) Dimana :
KKG : Koefisien keragaman genetik
Dimana :
KKP : Koefiesien keragaman
2D : Ragam dominan fenotipe
d : Tingkat dominasi g : Akar kuadrat ragam genetik
Secara matematik ragam genetik p : Akar kuadrat ragam fenotipe
dapat ditentukan sebagai berikut x : Nilai tengah suatu karakter
(persamaan 3) : tanaman

2D = 2A + 2D........................ (3) Untuk menentukan nilai duga


daya waris (h2) dari karakter
=2pq2+(2pqd) kuantitatif tanaman digunakan rumus
Untuk menentukan ragam dari Falconer (1972) sebagai berikut
fenotip dari karakter kuantitatif :
tanaman digunakan rumus dari
h2 = 2A / 2p....................... (7)
Crowder (1981) sebagai berikut
(persamaan 4) : Dimana : h2 : Daya waris
2A: Ragam aditif
2p =  (xi – x )2 fi / n-i……… (4)
 p : Ragam fenotipe
2

Dimana :

16
Untuk menentukan respon produksi jagung Manado Kuning
seleksi digunakan Hermiati (2000) yang digunakan dalam penelitian ini.
sebagai berikut:
Frekuensi Gen dan Frekuensi
R = h S = R/ x = h S/x ; S/x = i
2. 2 Genotipe Populasi Tanaman
Jagung Manado Kuning di Desa
Jadi R = i P Talikuran Kecamatan Tompaso
h2...................................(8)
Komposisi genetik dari
Dimana : genotipe-genotipe dalam populasi
R : Respon seleksi ditentukan berdasarkan frekuensi
i : intensitas seleksi gen. Frekuensi gen adalah istilah
x : Standar deviasi fenotip untuk yang digunakan untuk menunjukkan
sifat-sifat yang diseleksi proporsi dari semua lokus untuk
2
h : heritabilitas sifat yang diseleksi pasangan gen atau rangkaian alel
ganda dalam suatu populasi.
Frekuensi gen identik dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN frekuensi alel, yang menunjukkan
Penerapan Metode seleksi proporsi alel berbeda yang
massa untuk meningkatkan menyusun lokus gen (Crowder,
produktivitas tanaman jagung 1981). Frekuensi alel dapat
memerlukan beberapa generasi ditentukan dari dari jumlah genotip
(siklus seleksi). Di dalam setiap yang berbeda dalam suatu populasi.
siklus seleksi, benih untuk generasi Konsep frekuensi gen ini dapat
selanjutnya dipilih dari tongkol- digambarkan secara sederhana,
tongkol terbaik pada generasi dengan anggapan gen atau
sebelumnya (Mangoendidjojo, rangkaian gen alel (Warwick dkk,
2003). Oleh karena itu, perlu untuk 1987). Frekuensi gen dan frekuensi
diketahui terlebih dahulu bagaimana genotip karakter kuantitatif terlihat
frekuensi gen, frekuensi genotipe pada Tabel 1.
dan daya waris dari komponen

Tabel 1. Frekuensi Gen Dominan (p), Frekuensi Gen Resesif (q) ; Genotipe
Homizygot Dominan, Heterozygot, dan Homozygot Resesif Karakter
Kuantitatif dari 100 Tongkol Populasi Jagung Manado Kuning di Desa
Talikuran Kecamatan Tompaso.

No Karakter Frekuensi Gen Frekuensi Genotip


p q Homozygot Heterozygot Homozygot
Dominan Resesif
1 Jumlah Biji dalam Satu 0,36 0,63 10 53 37
Baris
2 Jumlah Biji 0,49 0,51 20 59 21
3 Panjang Tongkol 0,55 0,45 17 76 7
4 Berat Biji 0,46 0,53 13 67 20
5 Berat Tongkol 0,33 0,67 6 54 40
Keterangan : p = Frekuensi gen dominan, q = frekuensi gen resesif
Hasil penelitian menunjukkan dikendalikan oleh gen yang
bahwa sebagian besar karakter bergenotip homozygot resesif.
kuantitatif tanaman Jagung Manado Sedangkan pada karakter jumlah biji
Kuning di Desa Talikuran (59 genotipe), panjang tongkol (76
Kecamatan Tompaso memiliki genotipe), berat biji (76 genotipe)
frekuensi gen dominan lebih kecil frekuensi genotipe heterozigot lebih
dibandingkan dengan gen besar dibandingkan dengan
resesifnya. Karakter-karakter yang genotipe homozygot resesif dan
memiliki gen resesif tinggi : jumlah homozygot dominan. Hal ini
biji dalam satu baris (0,63), jumlah menunjukkan bahwa karakter
biji (0,51), berat biji (0,53) dan berat tersebut genotipe dalam populasi itu
tongkol (0,67) (Tabel 2). Selain itu lebih banyak bergenotipe
dari karakter kuantitatif tanaman heterozigot. Jadi tabel 4 ini
jagung Manado Kuning di Desa mengambarkan bahwa kemungkinan
Talikuran Kecamatan Tompaso populasi keturunan berikutnya
memiliki frekuensi gen dominan lebih adalah mempunyai karakter
besar dibandingkan frekuensi gen homozigot resesif jumlah biji dalam
resesif terdapat pada karakter satu baris dan berat tongkol.
panjang tongkol (0,55), hal ini Karakter jumlah biji, panjang tongkol
menunjukkan bahwa proporsi dari dan berat biji adalah heterozigot.
gen yang mengendalikan karakter
panjang tongkol, sebagian besar Daya Waris
terdiri dari gen-gen dominan Daya waris adalah
dibandingkan dengan gen-gen kemampuan untuk menurunkan
resesif (Tabel 1). suatu karakter pada keturunan
Berdasarkan Tabel 1 juga berikutnya (Phoehlman, 1979 dalam
dapat dilihat bahwa pada karakter Lendeng, 2004). Menurut Wricke dkk
jumlah biji dalam satu baris (37 (1986) daya waris adalah dugaan
genotipe), dan berat tongkol (40 fraksi genetik pada ekspresi
genotipe) dibandingkan dengan keturunan berikutnya. Ragam aditif,
frekuensi genotipe heterozygot dan ragam fenotip dan nilai duga daya
homozygot dominan. Hal ini waris terlihat pada Tabel 2.
menunjukkan didalam populasi itu
karakter tersebut banyak
Tabel 2. Ragam Aditif (2A), Ragam Fenotip (2P) dan Nilai Duga Daya Waris (h2)
Karakter Kuantitatif dari 100 Tongkol Jagung Manado Kuning di Desa
Talikuran Kecamatan Tompaso.
No Karakter 2A 2P h2 (%) Keterangan

1 Jumlah Biji dalam Satu Baris 4,47 5,85 76 Tinggi


2 Jumlah Biji 375,2 1184,2 31 Sedang
3 Panjang Tongkol 1,46 1,48 98 Tinggi
4 Berat Biji 0,0011 0,0033 33 Sedang
5 Berat Tongkol 16,4 152,16 10,9 Rendah
Keterangan : Kriteria menurut Stansfiel (1991) : rendah (0%-20%), sedang (>20%-50%), tinggi
(>50%)

Berdasarkan Tabel 2, dengan kata lain keunggulan genetik


menunjukkan bahwa dari lima dari karakter tanaman tersebut akan
karakter kuantitatif tanaman jagung diwariskan secara kuat kepada
Manado Kuning di Desa Talikuran keturunannya. Sedangkan menurut
Kecamatan Tompaso mempunyai Awuy (1997), nilai duga daya waris
nilai duga daya waris yang berbeda- tinggi mengambarkan bahwa seleksi
beda dimana karakter jumlah biji terhadap karakter-karakter tersebut
dalam satu baris daya warisnya dapat dilakukan pada generasi awal
sebesar 76% dan panjang tongkol karena akan diwariskan secara kuat
daya warisnya sebesar 98% kedua pada generasi berikut.
karakter ini tergolong mempunyai
nilai duga daya waris tinggi Respon Seleksi
sedangkan karakter jumlah biji daya Bila mana seleksi telah
warisnya sebesar 31 % dan karakter dilakukan terhadap suatu populasi
berat biji daya warisnya sebesar tanaman, diharapkan tanaman yang
33% kedua karakter ini tergolong terpilih memberikan hasil yang lebih
mempunyai nilai duga daya waris baik. Besarnya kenaikan hasil yang
sedang serta karakter berat tongkol diperoleh diartikan sebagai respon
daya warisnya sebesar 10,9% seleksi. Jika pemuliaan tanaman
karakter ini tergolong mempunyai jagung bertujuan untuk
nilai duga daya waris rendah. meningkatkan produksi, seleksi
Menurut Allard (1960), bahwa dapat dilakukan berdasarkan berat
tingginya nilai duga daya waris dari biji pertongkol (Mangoendidjojo,
suatu karakter tanaman 2003). Respon seleksi jagung
menunjukkan bahwa penampilan Manado Kuning berdasarkan Jumlah
fenotipe dari karakter tanaman Biji dalam Satu Baris (JBB), Jumlah
tersebut, sebagian besar Biji (JB), Panjang Tongkol (PT),
dikendalikan oleh faktor genetik, Berat Biji (BB) dan Berat Tongkol
sedangkan pengaruh faktor (BT) disajikan pada Tabel 3.
lingkungan hanya sebagian kecil,

19
Tabel 3. Respon seleksi jagung Manado Kuning Populasi P0 dan Populasi P1
Berdasarkan Jumlah Biji dalam Satu Baris (JBB), Jumlah Biji (JB),
Panjang Tongkol (PT), Berat Biji (BB), dan Berat Tongkol (BT).
_ _ _ _ StDev StDev
Karakter P0 P1 P1 – P0 P0 P1
Jumlah Biji dalam Satu Baris 30,68 30,9 0,22 2,73 1.85
Jumlah Biji 392,1 406,7 14.6 40.0 24.8
Panjang Tongkol (cm) 16,2 16,6 0,4 1,37 1,34
Berat Biji (g) 0,37 0,38 0,01 0,04 0,05
Berat Tongkol (g) 26,6 27,36 0,76 6,0 5,29

Jumlah Biji dalam Satu Baris Jumlah Biji dalam Satu Baris (JBB)
P0 dan P1 didapatkan respon seleksi
Jumlah biji dalam satu baris
berdasarkan rata-rata sebesar 0,22
100 tongkol Jagung Varietas
(0,7 %). Sebaran dan kemajuan
Manado Kuning bervariasi dari 25
seleksi jagung Manado Kuning
(terendah) – 34 (tertinggi) dengan
berdasarkan karakter jumlah biji
rata-rata 29,4 Sedangkan rata-rata
dalam satu baris (JBB) disajikan
20 tongkol meningkat sebesar 0,7%
pada Gambar 1 .
dari rata-rata P0 30,68 menjadi P1
30,9 (Tabel 3). Jadi jika
dibandingkan dengan rata-rata

Gambar 1. Sebaran Data Jumlah Biji dalam Satu Baris (JBB) Jumlah Biji ( JBi )

Jumlah biji 100 tongkol Jagung (tertinggi) dengan rata-rata 374,8


Varietas Manado Kuning ternyata Sedangkan rata-rata 20 tongkol
bervariasi dari 284 (terendah) – 474 meningkat sebesar 3,7% dari rata-

20
rata P0 392,1 menjadi P1 406,7 rata sebesar 14,6 (3,7%). Sebaran
(Tabel 3). Jadi jika dibandingkan dan respon seleksi jagung Manado
dengan rata-rata Jumlah Biji (JBi) P0 Kuning berdasarkan karakter jumlah
dan P1 didapatkan respon seleksi biji (JB) disajikan pada Gambar 2 .
Jumlah Biji (JBi) berdasarkan rata –

Gambar 2. Sebaran Data Jumlah Biji (JBi)

Panjang Tongkol (PT) berdasarkan rata-rata sebesar 0,4


cm. (2,4%). Sebaran dan respon
Panjang tongkol (PT) 100
seleksi jagung Manado Kuning
tongkol Jagung Varietas Manado
berdasarkan karakter panjang
Kuning bervariasi dari 12,0 cm
tongkol (PT) disajikan pada Gambar
(terendah) – 18,8 cm (tertinggi)
3.
dengan rata-rata 19,8 cm sedangkan
rata-rata 20 tongkol meningkat
sebesar 2,4 % dari rata-rata P0 16,2
cm menjadi P1 16,6 cm (Tabel 3).
Jadi jika dibandingkan dengan rata-
rata Panjang Tongkol (PT) P0 dan P1
didapatkan respon seleksi

21
Gambar 3. Sebaran Data Panjang Tongkol (PT)

Berat Biji ( BB ) 0,38 g (Tabel 3). Jadi jika


dibandingkan dengan rata-rata Berat
Berat biji 100 tongkol jagung
Biji (BB) P0 dan P1 didapatkan
Varietas Manado Kuning (BB)
respon seleksi berdasarkan rata-rata
bervariasi dari 0,26 g (terendah) –
sebesar 0,01 g (2,7%) Sebaran dan
0,45 g (tertinggi) dengan rata-rata
respon seleksi jagung Manado
0,3 g. Sedangkan rata-rata 20
Kuning berdasarkan karakter Berat
tongkol meningkat sebesar 2,7 %
Biji (BB) disajikan pada Gambar 4.
dari rata-rata P0 0,37 g menjadi P1

Gambar 4. Sebaran Data Berat Biji (BB)

22
Menurut Poehlman (1986), jagung yang dilakukan di
pada mulanya seleksi massa Universitas Illinois USA, sejak tahun
dianggap tidak efektif digunakan 1896, percobaan disimpulkan oleh
untuk meningkatkan hasil. Akan Leng (1962) seleksi menghasilkan
tetapi dengan perbaikan tatacara tingkat penampilan yang lebih besar
percobaan dan pengendalian dibandingkan dengan kisaran
lingkungan, kedua alasan diatas tertinggi yang ada pada populasi
tidak dapat dibuktikan, malahan asal. Seleksi massa telah
beberapa jenis tanaman seperti dipraktekan untuk memperbaiki
jagung, hasilnya dapat ditingkatkan varietas Metro dan Petra, setelah 5
hingga 23 % dalam 10 generasi siklus seleksi kenaikan hasil per
seleksi 2,8 % per siklus seleksi seleksinya masing-masing 2.8 dan
(Poehlman dan Sleper, 1995 dalam 3.2%. (Subandi dkk, 1982 dalam
Suaib et. all, 2000). Dahlan, 1992).
Seleksi massa pada jagung
varietas Hasys Golden di Nebraska, Berat Tongkol (BT)
USA, setelah 15 siklus seleksi
Berat Tongkol (BT) 100
peningkatan hasil biji 3,0 % per
tongkol Jagung Varietas Manado
siklusnya (Gardner, 1977 ; Garnder
Kuning bervariasi dari 17,8 g
1978). Seleksi masa pada Jagung
(terendah) – 39,6 g (tertinggi)
juga bermanfaat dalam menaikan
dengan rata-rata 25,8 g Sedangkan
rata-rata hasil biji setelah 4 siklus
rata-rata 20 tongkol meningkat
seleksi mengalami peningkatan 5,1
sebesar 2,8 % dari rata-rata P0 26,6
%, dan juga kosentrasi protein
g menjadi P1 27,36 g (Tabel 3).
meningkat 7,0 %. (Eleftherios. et all,
Jadi jika dibandingkan dengan rata-
1999). Gardner (1968) telah berhasil
rata Berat Tongkol (BT) P0 dan P1
menaikan hasil biji jagung varietas
didapatkan respon seleksi
Hays-Golden dengan total respon
berdasarkan rata-rata sebesar 0,76
kenaikan 23 % dari populasi asal
g (2,8%) Sebaran dan respon
selama 10 generasi seleksi massa
seleksi jagung Manado Kuning
diatas 10 tahun, dan respon tiap
berdasarkan karakter berat tongkol
generasi 28%.
(BT) disajikan pada Gambar 5.
Disamping itu dari hasil
penelitian seleksi kandungan minyak

23
Gambar 5. Sebaran Data Berat Tongkol (BT)

Pendugaan Respon Seleksi jagung bertujuan untuk


meningkatkan produksi, seleksi
Besarnya kenaikan hasil
dapat dilakukan berdasarkan berat
yang akan diperoleh pada generasi
biji pertongkol (Mangoendidjojo,
selanjutnya dapat diperkirakan
2003). Pendungaan Respon seleksi
dengan menghitung respon
dapat dilihat pada Tabel 4.
seleksinya. Jika pemuliaan tanaman

Tabel 4. Pendungaan Respon Seleksi (R) dari 20 Tongkol P0 dan 100 Tongkol
P1 Jagung Manado Kuning di Desa Talikuran Kecamatan Tompaso.

No Karakter R0 R1

1 Jumlah Biji dalam Satu Baris 3,9 3,7


2 Jumlah Biji 9,6 21,9
3 Panjang Tongkol (cm) 2,3 2,4
4 Berat Biji (g) 0,05 0,03
5 Berat Tongkol (g) 11,5 2,7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat dari nilai respon seleksi,
kelima karakter kuantitatif tanaman yang hasilnya tercantum pada Tabel
jagung Manado Kuning di Desa 4.
Talikuran Kecamatan Tompaso,
memiliki respon seleksi yang Respon seleksi akan tampak
berbeda-beda antara satu karakter dengan pertambahan rata-rata
dengan karakter yang lain. Hal ini karakter yang diseleksi pada setiap

24
generasi seleksi dan dengan seleksi . 1997. Variasi Genetik dan
akan terbentuk populasi dengan Daya Waris Beberapa Karakter
susunan genotip yang baru. Kuantitatif pada Padi di Sela
Penggunaan intensitas yang tinggi Tanaman Kelapa. Eugenia 3 (2)
misalnya lebih besar dari 1 %, :67-73.
cenderung menjadi genotipe-
Apriantono. Peluncuran Perdana
genotipe responnya sangat
Benih Unggul Jarak Pagar
dipengaruhi oleh lingkungan
(Japtropha Curcas. L). InfoTek
(interaksi antara genotipe x
JP No 7-2006_doc.htm. Diakses
lingkungan adalah besar ). Intensitas
15 September 2007
yang tinggi menyebabkan
terbatasnya kemungkinan terjadinya Avivi, S .Heterosis, Persilangan
rekombinasi, dan hal ini merupakan Antar Spesies, Dan Heritabilitas.
faktor pembatas terhadap respon http://www.google.com/search.
seleksi jangka panjang (Hermiati, Diakses 29 Septermber 2007
2000). Banziger, F. Betran, and H,R. Lafitte.
1997. Efficiency of High-
Nitrogen Selection
KESIMPULAN DAN SARAN
Environments for Improving
Kesimpulan Maize for Low Nitrogen Target
Environments. Crop Sci. 37 :
Penerapan metode seleksi
1103-1109
massa pada tanaman jagung
Varietas Manado Kuning di desa Badan Benih Nasional Dirjen Bina
Talikuran Kecamatan Tompaso Produksi Tanaman Pangan
dapat meningkatkan berat biji Deptan 2003, Deskripsi Varietas
pertongkol rata-rata sebesar 0,01 g Jagung Dilepas 2000-2003
(2,7%) selama satu daur seleksi. dalam Zuriat 14 (2), 2003 ; 112.
Ceccareli, S. 1994. Spesific
Saran
Adaptation and Breeding for
Perlu diadakan penelitian Marginal Condition. Euphytica
lebih lanjut pada generasi berikutnya 77:205-219.
agar respon seleksi semakin
Crowder, L. V. 1981. Plant Genetics.
meningkat.
Terjemahan Kusdiarti, L. 1997.
Genetika Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Dahlan, M. Kasno, A dan
Breeding. John Wiley dan Jons Hasnam.1992. Prosiding
Inc. New York. Simposium Pemuliaan Tanaman
1. Perhimpunan Pemulia
Awuy, E. 1993. Dasar Pemuliaan
Tanaman Indonesia. Komisariat
Tanaman. Fakultas Pertanian
Daerah Jawa Timur dalam
Unsrat Manado.

25
Dahlan, M dan Slamet, S. 1992. Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-
Pemuliaan Tanaman dasar Pemuliaan Tanaman.
Jagung.Balai Penelitian Kanisius. Yogyakarta.
Tanaman Pangan Malang.
Mettler, E. L, Gregg, G.T and
.1998. Pembentukan dan Produksi Schaffer. 1998. Population
Benih Varietas Bersari Bebas. Genetics and Evolution.
Balai Penelitian Tanaman Prentice – Hall ; Inc. New
Pangan Bogor. Jersey.
Eleftherios A. Bletsos, Christos K. Poespodarsono. 1998. Dasar-dasar
and Goulas. 1999. Massa Ilmu Pemuliaan Tanaman.
Selection for Improvement of Direktorat Jenderal Pendidikan
Grain Yield and Protein in a Tinggi Departemen Pendidikan
Maize Population. Crop Sci. 39 : Nasional. Jakarta
1302-1305.
Poehlman, J.M. 1970. Breeding
Falconer, D. S. 1972. Introduction to Field Crop. AVI Publishing
Quatitative Genetics. The Company. Inc. Westpot
Roland Press Company. New Connecticut,. Dalam H. L. L.
York. Lendeng. 2004. Variabilitas
Genetik dan Heritabilitas
Fathoni, A. 2005. Metode Penelitian
bebeberapa Karakter Kuantitatif
dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Kacang Hijau (Phaseolus
PT Rineka Cipta. Jakarta
radiatus). Jurusan Budidaya
Gardner, C.O. 1977. Quantitative Pertanian Fakultas Pertanian
Genetics Studies and Universitas Sam Ratulangi.
Population in Maize and Manado (Skripsi).
Sorghum. Proc. Of. The Int.
Runtunuwu, D.S. 1990. Tumpang
Conf on. Quantitative Genetics.
Sari Jagung dan Kedelai
The Iowa State University.
Dibawah Naungan Kelapa Tua.
Press. Ames. P. 475-489.
Tesis Magister Sains. KPK IPB-
Gomez, K.A. and Gomez, A.A. 1995. UNSRAT.
Prosuder Statistik untuk
Rukmana. 1997. Usaha Tani
Penelitian Pertanian. Universitas
Jagung. Kanisius. Jakarta.
Indonesia. Jakarta.
Suprapto. 1998. Bertanam Jagung.
Hanafilah K, K. A. 1994. Dasar-
Penebar Swadaya. Jakarta.
Dasar Agrostatistika. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Subandi. 1998. Perbaikan Varietas.
Balai Penelitian Tanaman
Hermiati, N. 2000. Pengantar
Pangan Bogor.
Pemuliaan tanaman. Jurusan
Budidaya Pertanian. Universitas Suaib, Hadini, H. and Boer, D. 2000.
Padjajaran. Bandung. Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Departemen Pendidikan
Nasional.

26
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan
Percobaan Praktis Bidang
Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Warwick, E. J,. J. M. Astuti dan W.
Hardjosubroto. 1987. Pemuliaan
Tanaman Ternak. Gadjah Mada
University press. Jogjakarta.
Wricke, G. and Weber, E. W. 1986.
Quantitative Genetics and
Selection and Plant Breeding.
Walter de Gruyter. Berlin. New
York.

27

Anda mungkin juga menyukai