Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap

Pertumbuhan Jagung (Zea mays)

By : Fadhila Humaira
Kelompok 3
1 BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Tujuan Praktikum
• Manfaat Praktikum

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA


• Jagung
• Pupuk Cair

3 BAB III METODE


CONTENTS •

Alat dan Bahan
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
• Prosedur Kerja

4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


• Hasil Pengamatan
• Pembahsan

5 BAB V PENUTUP
• Kesimpulan
• Saran
BAB I
01 PENDAHULUAN
CHAPTER Latar Belakang

Tujuan Praktikum

Manfaat Praktikum
Material
CLICK TO ADD ER TS ING TS

Jagung manis (Zea mays) dikenal dengan nama sweet corn banyak dikembangkan
di Indonesia. Jagung manis banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih
manis, aroma lebih harum, dan mengandung gula sukrosa serta rendah lemak
sehingga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes. Jagung manis adalah tanaman
yang sangat mudah untuk dipelihara dan mempunyai prospek yang bagus saat
dipanen. Selain biji, bagian lain dari tanaman jagung manis memiliki nilai
ekonomis diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan
daun tua setelah panen untuk pupuk hijau/ kompos, batang dan daun kering
sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, berbagai macam olahan makanan,
bahan baku industri kuliner, kimia farmasi dan dapat dikembangkan sebagai
bahan tanaman atau disiapkan sebagai bibit unggulan untuk menjaga kelestarian
berbagai varietas jagung di Indonsesia
Material
CLICK TO ADD ER TS ING TS
Permintaan akan jagung manis terus meningkat seiring dengan banyaknya pasar swalayan yang merupakan mitra
bisnis utama petani jagung manis. Produk hortikultura ini dikonsumsi dalam kemasan pertongkol dimana produk
pertongkol jagung manis itu sendiri masih tergolong rendah. Hasil jagung manis di Indonesia per hektarnya masih
rendah, rata-rata 2,89 ton tongkol basah per hektar, sedangkan hasil jagung manis di lembah Lockyer Australia dapat
mencapai 7-10 ton tongkol basah per hektar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu penyebab rendahnya hasil
tongkol basah per hektar di Indonesia adalah degradasi lahan dimana kurangnya ketersediaan unsur hara dalam
tanah terutama N, P, dan K. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus.
Semakin terdegradasi, semakin banyak kandungan bahan organik menjadi tidak tersedia. Menurut Utomo dkk.
(2016) bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan
organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Penambahan unsur hara dengan cara pemupukan perlu dilakukan untuk menggantikan unsur hara yang hilang akibat
degradasi. Roesmarkam & Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti
kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang umum dikenal ada dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik
adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan (Murbandono, 1990).
Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Salah satu jenis pupuk organik yang dapat menyuburkan tanah adalah pupuk hayati
(biofertilizer).
Material
CLICK TO ADD ER TS ING TS

Mengetahui pengaruh Tujuan Praktikum


penggunaan pupuk
anorganik dengan
volume yang berbeda
pada tanaman jagung
(Zea mays sacharata
Sturt.)

Manfaat dari praktikum ini


adalah mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh
penggunaan pupuk
anorganik dengan volume
Manfaat Praktikum
yang berbeda pada
tanaman jagung (Zea mays
sacharata Sturt.)
BAB II TINJAUAN
02 PUSTAKA
CHAPTER Jagung

Pupuk Cair
Material Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan komoditas pertanian
yang disukai oleh masyarakat karena rasanya lebih manis dari jagung biasa dan
CLICK TO ADD ER TS ING TS
pada umumnya disajikan dalam bentuk jagung rebus/ bakar. Jagung manis
termasuk tanaman hortikultura walaupun secara morfologi tidak berbeda
Please replace text, click add-about, headline modify text dibandingkan dengan jagung pakan (field corn). Menurut Tim Karya Tani
content, also can copy your content to this directly ly. Mandiri (2010) setiap 100 gram jagung manis yang dikonsumsi mengandung
energi 96 kalori, karbohidrat 22,8 gram, protein 3.5 gram, lemak 1.0 gram, P 111
mg, Fe 0.7 mg, dan air 72.7 gram. Jagung manis kultivar Talenta merupakan
salah satu benih unggul jagung manis. Berat tongkol dapat mencapai 310 – 450
g, serta panjang tongkol yang dapat mencapai 22 cm dan diameter tongkol 6
cm. Kadar gula jagung manis kultivar Talenta ini berkisar antara 12-14 0Brix
(Talenta, 2015)

Jagung manis tergolong tanaman monokotil yang berumah satu (monoecious) artinya benang sari (tassel)
dan putik (tongkol) terletak pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Bunga jantan
tumbuh sebagai perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh
sebagai perbungaan samping yang berkembang pada ketiak daun. Rambut tongkol biasanya muncul 1-3 hari
setelah serbuk sari mulai tersebar dan siap diserbuki (reseptif) ketika keluar dari kelobot. Akar primer awal
pada jagung manis setelah perkecambahan menandakan pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder
berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Batang tanaman kaku dan tingginya
berkisar 1,5 m-2,5 m serta terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap
buku. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat
ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut
(Budiman, 2013). Lahan yang baik untuk jagung manis adalah lahan kering yang berpengairan cukup, tadah
hujan, terasering, gambut yang telah diperbaiki, dan sawah yang telah ditanami padi. Agar dapat tumbuh
dengan baik, tanaman jagung manis harus ditanam di lahan terbuka (bebas naungan) yang terkena sinar
matahari penuh minimal 8 jam/hari, tanah gembur atau remah dan subur, drainase bagus, pH netral (5,5-7),
serta cukup air (Syukur dan Rifianto, 2014). Tanaman jagung manis dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000–1.800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian antara 0–600 m dpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman
jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Material
2.2 Pupuk Cair
Tanaman yang kekurangan atau
defisiensi nitrogen akan mengalami
(klorosis) karena kekurangan klorofil, Pemupukan K akan berpengaruh
pada tanaman dewasa adalah daun terhadap dinamika K dalam
menguning dari ujung daun kearah tanah. Lebih lanjut dikatakannya,
tulang daun sehingga pertumbuhan hara K bertambah dari
tanaman lambat, lemah dan tanaman pemupukan K dan pelepasan dari
menjadi kerdil (Syukur dan Rifianto, K terfiksasi. Pada pengelolaan
2014). Selain itu, defisiensi N dapat pertanian komersial, rekomendasi
meningkatkan kadar air biji dan kebutuhan pupuk K didasarkan
menurunkan produksi dan kualitas. pada uji tanah K yang disebut
Pada jaringan tumbuhan nitrogen Kation K yang dapat
merupakan komponen penyusun dari dipertukarkan
banyak senyawa esensial bagi (Utomo dkk., 2016).
tumbuhan, misalnya asam-asam amino.
Setiap molekul protein tersusun dari
asam-asam amino dan setiap enzim
adalah protein, maka nitrogen juga
merupakan unsur penyusun protein dan
anzim. Selain itu nitrogen juga
terkandung dalam klorofil, hormon
sitokinin, dan auksin (Lakitan, 2012).
BAB III METODE
Alat dan Bahan

03 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

CHAPTER Prosedur Kerja


Material
CLICK TO ADD ER TS ING TS

Alat
Cangkul
Wadah untuk menyiram tanaman
Kamera
Penggaris

Bahan
Benih jagung (Zea mays L.)
Pupuk cair buata.
Air
Polybag
Tanah
Material
CLICK TO ADD ER TS ING TS

Waktu danTempat

Hari/Tanggal : Rabu, 13 November 2019 s/d


Waktu : 9.40 s/d Selesai
Tempat : Rumah Kawat, FMIPA, UNP
CaraKerja

• Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


• mengisi 15 polibag dengan tanah secukupnya.
• Setiap polibag diisi empat bibit jagung. Disini kita menggunakan lima
belas buah poliback dengan perlakuan :
• Tiga polyback pertama merupakan kontrol
• Tiga polyback kedua disiram dengan 10mL pupuk cair
• Tiga polyback ketiga disiram dengan 20mL pupuk cair
• Tiga polyback keempat disiram dengan 30mL pupuk cair
• Tiga polyback kelima disiram dengan 40mL pupuk cair
• Meletakkan polibag pada tempat yang teduh namun tetap terkena sinar
matahari dan terhindar dari gangguang.
• Pada hari ketiga, menyiram bibit menggunakan pupuk cair yang sudah
difermentasikan selama tiga belas hari.
• Menyiram secara rutin selama satu bulan.
• Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi pada bibit jagung dan
membandingkan dengan bibit jagung yang diberi perlakuan yang lain.
• Mencacatat jumlah daun dan tinggi batang.
• Setelah hari penanaman terakir,hitung biomassa tanaman.
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN
04 Hasil Pengamatan
CHAPTER
Pembahsan
Gambar Polybag Tanaman Jagung
Pembahasan

POC dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.


Hasil analisis menunjukkan pertumbuhan tanaman yang baik
berada pada perlakuan pemberian POC pada konsentrasi 20
mL.

Tabel 1. Hasil Uji DMRT


Perlakuan
Parameter Kontrol POC 10 POC 20 POC 30 POC 40
mL mL mL mL

Tinggi batang (cm) 17,70a 16,69a 18,66a 12,88a 8,33a

Panjang Daun 25,52a 35,01a 29,83a 28,36a 17,38a

Biomassa tanaman (g) 10,40 g 11,12 g 10,78 g 2,55 g 0,72 g


Lampiran 1. Analisis ragam satu arah tinggi tanaman Zea mays L.
ANOVA
hasil
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 217,190 4 54,297 ,406 ,801
Within Groups 1338,267 10 133,827

Total 1555,457 14

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa data tidak


mempunyai perbedaaan secara nyata berdasarkan analisis satu arah
dan dihitung secara statistika,namun jika dilihat dari diagram akan
terlihat perbedaannya.
Lampiran 2. Analisis DMRT
hasil
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
5 3 8,3333a
4 3 12,8867a
2 3 16,6900a
1 3 17,7000a
3 3 18,6667a
Sig. 0,336
Tinggi Tanaman
Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk
organik cair pada biji jagung tidak memiliki perbedaan tetapi pada data diagram
memberikan pengaruh yang sangat nyata pada pengamatan tinggi tanaman.
Rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi Batang


Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
PB 1 PB 2 PB 3
Kontrol 18 0 35,1 53,1 17,7
10 ml 16,75 14,50 18,82 50,07 16,69
20 ml 17,00 15,50 23,50 56 18,67
30 ml 0,00 21,66 17,00 38,66 12,89
40 ml 0,00 0,00 25,00 25 8,33
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa pada pemberian pupuk dengan volume 20 mL memiliki hasil yang lebih
baik daripada pemberian pupuk dengan volume yang lain. Hal ini terlihat bahwa hasilnya lebih bagus
daripada yang lain. Jika dibandingkan antara tanaman kontrol dengan volume 20ml. Dari tabel juga
terlihat bahwa pada tanaman kontrol untuk pengulangan kedua menunjukkan hasil 0 karena pada saat
penelitian tanamannya mati, begitu juga dengan pada perlakuan 30 mL pengulangan 1 dan 40 mL untuk
pengulangan 1 dan 2. Hal itu bisa disebabkan karena pada tanaman kontrol, biji jagung bisa saja
kekurangan nutrisi karena tidak dilakukan pemberian pupuk atau nutrisi tambahan. Untuk lebih jelasnya,
rerata tinggi tanaman jagung dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

40

35

30

25

Ulangan PB 1
20
Ulangan PB 2
Ulangan PB 3
15

10

0
Kontrol 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml
Disana terlihat jelas bahwa pada pengulangan pertumbuhan tinggi tanaman jagung terus meningkat
disetiap pengulangan pengamatan. Dengan makin bertambahnya perlakuan maka akan dicapai tinggi
tanaman maksimal pada perlakuan ke 3, setelah itu tinggi tanaman diperkirakan cenderung menurun,
walaupun dosis perlakuan meningkat.

Hasil penelitian dan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada pengamatan tinggi tanaman tidak
memberikan pengaruh, namun pada pengamatan memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini
disebabkan karena terlihatnya perbedaan yang signifikan antara tiap-tiap perlakuan dan
pengulangan. tanaman jagung memasuki tahapan menjadi tanaman baru berada pada fase
pertumbuhan yang lambat, di mana pada fase tersebut akar tanaman belum berkembang serta
belum aktif menyerap unsur hara. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Salisbury
dan Ross (1995), bahwa laju pertumbuhan pada awalnya akan lambat, tetapi kemudian akan
meningkat terus dan semakin besar organisme maka akan semakin cepat pertumbuhannya.
Panjang Daun
Lampiran 3. Analisis ragam satu arah panjang
daun
ANOVA
hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 504,997 4 126,249 ,283 ,882
Within Groups 4457,854 10 445,785

Total 4962,850 14

hasil
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

5 3 17,386667a
1 3 25,523333a
4 3 28,366667a
3 3 29,830000a
2 3 35,006667a
Sig. ,367
Tabel 4. Panjang Daun
Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
PB 1 PB 2 PB 3
76,565 25,52167
Kontrol 39,18 0,00 37,39
105,02 35,00667
10 ml 31,34 28,84 44,84
20 ml 15,60 35,16 38,73 89,49 29,83
30 ml 0,00 42,68 42,42 85,1 28,37
40 ml 0,00 0,00 52,16 52,16 17,39

Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair memberi pengaruh sangat
nyata terhadap panjang daun. Dapat dilihat pada Tabel 4 pada perlakuan kontrol, 10
mL, 20 mL, 30 mL, dan 40 mL. Hal ini disebabkan oleh dosis pupuk yang diberikan
berbeda sehingga pertumbuhan tanaman jagung pakan juga berbeda hal ini sesuai
dengan pendapat Setyanti (2013) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara
dan keasaman tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang daun karena dapat
berfungsi sebagai penerima cahaya untuk proses fotosintesis
Menurut Muhadjir (1988) untuk memperoleh hasil panen yang tinggi, tanaman harus
menghasilkan indeks panjang daun yang cukup untuk menyerap sebagian besar cahaya
yang dapat dimanfaatkan tanaman agar mencapai produksi berat kering dan
mempercepat proses fotosintesis yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan
tanaman.

60.00

Berdasarkan gambar disamping dapat 50.00


dilihat bahwa makin meningkat dosis
perlakuan yang diberikan maka makin
40.00
besar pula panjang daun. namun pada
dosis yang tinggi juga memperbesar
kemungkinan beberapa tanaman tidak 30.00
Ulangan PB 1
Ulangan PB 2
mampu menahan dosis yang Ulangan PB 3

berlebihan, akibatnya tanaman mati


seperti yang terlihat pada polybag 1 20.00

dan2 pada dosis 40 mL.


10.00

0.00
Kontrol 10 ml 20 ml 30 ml 40 ml
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis ragamnya pada panjang daun, menunjukkan
bahwa perlakuan aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini disebabkan karena
pupuk organik cair yang diberikan dengan kandungan unsur hara P cukup tinggi dan
kandungan unsur hara K tinggi dapat dimanfaatkan dengan baik dan optimal oleh
tanaman jagung selain itu kandungan P dan K sangat tinggi di lahan lokasi percobaan
berdasarkan analisis tanah sehingga mampu memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman jagung.
BAB V
05 PENUTUP
CHAPTER Kesimpulan

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut :

• Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman


memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan panjang Kesimpulan
daun pada biji tanaman jagung.
• Perlakuan terbaik untuk dosis pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung adalah 20 mL.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka disarankan dalam


Saran melakukan budidaya tanaman jagung menggunakan pupuk organik
cair dengan dosis 20 mL
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, U. 2013. Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan Sayuran. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Aminuddin. 2010. Kajian Pola Respirasi dan Mutu Brokoli (Brassica oleraceae L. var italic) Selama Penyimpanan Dengan Beberapa Tingkatan Suhu. Jurnal Penyuluhan Pertanian STPP Manokwari 44-59

Antralina, M., D. Kania., J. Santoso. 2015. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap


Kalimpahan Bakteri Penambat Nitrogen dan Pertumbuhan Tanaman Kina
(Cinchona ledgeriana Moens) klon Cib. 5. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 18
(2) : 177-185

Budiman, Haryanto. 2013. Budidaya Jagung Organik Varizetas Baru yang Kian Diburu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Boraste A., Vamsi K.K., Jhadav A., Khairnar Y., Gupta N., Trivedi S., Patil P., Gupta G., Gupta M., Mujapara A.K., Joshi B. 2009. Biofertilizers: A novel tool for agriculture. International Journal of Microbiology Research (1) 2 : 23-31

Devanesan, J.N., A. Karuppiah, and C. V. K. Abirami. 2011. Effect Of Storage Temperature, O2 Concentrations and Variety On Respiration Of Mangoes. Journal of Agrobiology 28 (2) : 119-128.

Erwiyono, Rudy., A. A. Sucahyo., Suyono dan S. Winarso. 2006. Keefektifan Pemupukan Kalium Lewat Daun Terhadap Pembungaan dan Pembuahan Tanaman Kakao. Pelita Perkebunan 22 (1) : 13-24

FAO. 2013. Food wastage footprint: Impacts on natural resources.

Firmansyah, I. U., S. Saenong, B. Abidin, Suarni, dan Y. Sinuseng. 2006. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 1-15.

Gardjito, M., W. Handayani, R. Salfarino. 2016. Penanganan Segar Hortikultura Untuk Penyimpanan & Pemasaran. Kencana. Jakarta.

Hanafiah, K.A., A.Napoleon., N. Ghofar. 2010. Biologi Tanah Ekologi & Mikrobiologi Tanah. Rajawali Pers, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hardjowigono, S. 1987. Ilmu Tanah. Madyatama Saran Perkasa. Jakarta.

Hartanti, Ima. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza Dan Rock Phosphate Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).

Husna, Nurul. 2014. Pengelolaan Bahan Organik Di Tanah Sulfat Masam.


Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 152 : 1-7

Indriani, M. P., Mansyur., I. Susilawati., R. Z. Islami. 2011. Peningkatan Produktivitas Tanaman Pakan Melalui Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Pastura. 1 (1) : 27-30

Javaid, Arshad. 2011. Effects of Biofertilizers Combined With Different Soil Amendments on Potted Rice Plants. Chilean Journal of Agricultural Research 71 (1) : 157-163

Kartosapoetro, A. G. 2003. Teknologi Benih. Bina Aksara. Jakarta.

Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Mahdi, S. S., G.I. Hassan, S. A. Samoon, H.A. Rather, S. A. Dar and B. Zehra.
2010. Bio-Fertilizers In Organic Agriculture. Journal of Phytology 2 (10) :
42-54.

Mihov M. dan I. Tringovska. 2010. Energy Efficiency Improvement of Greenhouse Tomato Production by Applying New Biofertilizers. Bulgarian Journal of Agricultural Science 16 (4) : 454-458

Mohammed A. A. 2012. Effect of Bio-Fertilizer on Physiology of Growth and Development of Maize ( Zea mays L.) in Sulaimani Region. Journal Mesopotamia of Agricultural 40 (1)

Mukhlis and Y. Lestari. 2013. Effects Of Biofertilizer “M-Star” On Land Productivity And Growth Of Sweet Corn In Acid Sulphate Soil Of Swampland. Agrivita. 35 (3) : 242-248

Murbandono, H. S. L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murdiati, A., Sutrisno. 2010. Memperpanjang Umur Simpan Jagung Manis (Zea mays Saccharata) dengan Penyimpanan Dalam Udara Termodifikasi dan Suhu Rendah. Prosiding Seminar Nasional APTA Jurusan Teknologi Pertanian FTP UGM. Yogyakarta.

Mutari, A. and R. Debbie. 2011. The Effects of Post Harvest Handling and Storage Temperature on The Quality and Shelf of Tomato. African Journal of Food Science 5 (7) : 446-452

Obid, S. A., A. E. Idris., B. E. A. M. Ahmed. 2016. Effect of Bio-Fertilizer on Growth and Yield of Two Maize (Zea mays L.) Cultivars at Shambat, Sudan. Scholars Journal of Agriculture and Veterinary Sciences 3 (4) : 313-317

Permatasari, A. D. dan T. Nurhidayati. 2014. Pengaruh Inokulan Bakteri Penambat Nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat dan Mikoriza Asal Desa Condro,

Lumajang, Jawa Timur terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. Jurnal Sains dan Seni Pomits 3 (2) : 44-48

Purwanti, Lutfi., W. Sutari., Kusumiyati. 2014. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Hayati Dan Dosis Pupuk N, P, K Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Kultivar Talenta. Agricultural Science Journal 1 (4) : 177-188

Ramana, V., M. Ramakrishna, K. Purushotham and K. B. Reddy. 2011. Effect of Bio-fertilizers on Growth, Yield and Quality of French Bean (Phaseolus vulgaris L.) Vegetable Science 38 (1) : 35-38

Rashid, S., R. Kurt, A.Bern, and Carl. 2013. Effects of Deterioration Parameters on Storage of Maize: A Review. Journal of Natural Sciences Research 3 (9)

Roesmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta

Salunke, D. K. dan B. B. Desai. 1984. Postharvest Biotechnology of Fruits. 2 CRC Press Inc., Boca Rotan, Florida.

Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan 3 (1) : 47-58

Subowo, G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik Untuk Kesuburan dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan 4 (1).

Suratmini, Putu. 2009. Kombinasi Pemupukan Urea dan Pupuk Organik pada Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 28 (2).

Syukur, M. dan A. Rifianto. 2014. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Talenta. http://www.benih pertiwi.co.id (diakses pada tanggal 20 September 2015).

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia.
Bandung.

Utomo, M., T. Sabrina., Sudarsono., J. Lumbanraja., B. Rusman., Wawan. 2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengelolaan. Kencana Prenada Media Group

Wachjar, A., Supijatno, dan D. Rubiana. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dua Klon Tanaman The (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) Belum Menghasilkan. Bulletin Agronomi 34 (3) : 160-164

Wei Liu, Cheng., Y. Sung, B. C. Chen., H. Y. Lai. 2014. Effects of Nitrogen Fertilizers on the Growth and Nitrate Content of Lettuce (Lactuca sativa L.). International Journal of Environmental Research and Public Health (11) : 4427-4440

Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Mbrio Press.
Bogor.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai