Anda di halaman 1dari 10

BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains

e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

Studi Populasi Siamang (Symphalangus Syndactylus Raffles, 1821) di Hutan


Adat Guguk Kabupaten Merangin Provinsi Jambi

Population Study Of Siamang (Symphalangus Syndactylus Raffles, 1821) in


Adat Guguk Forest Regency Merangin Jambi Province

Ratna Sari Gultom1), Apriza Hongko Putra2), Rozana Zuhri1)


1) Program Studi Pendidikan Biologi STKIP YPM Bangko
2) Program Studi Biologi Universitas Bengkulu
Email: ratnasarigultom2018@gmail.com

Abstract

This research was motivated by the lack of research on the siamang in hutan Adat
Guguk of Merangin Regency, Jambi Province. The purpose of study was to
determine and describe the siamang population based on the size of the group, the
composition of age and sexual rasio in the forest of Adat Guguk Merangin Regency,
Jambi Province. The method used is a concentreated area method with three
observation stations and used the Rappid Assesment to record food and rest
vegetation of siamang. Data was analyzed descriptively. The result showed that the
siamang group found in the study area were 2 groups (5 individuals ) and 1 solitary
male. The distribution of age classes in the individual adult phase is 5 individuals
the sapling phase was 1 individual and the baby phase werw not found in the
siamang group in the hutan Adat Guguk. The seksual ratio value of the siamang
group in the adult phase is 1:1, for the solitary male the sexual ratio is 1:0 and ato
the juvenile phase could not identyfied the sex of simang because the sexual
chaarteristic of had not developed perfectly.

Keywords : Population, Symphalangus syndactylus, hutan Adat Guguk

PENDAHULUAN habitat aslinya, yang semula seluas seluas


Siamang merupakan salah satu 340.000 km2 menjadi 120.000 km2. Saat
primata endemik dari pulau Sumatera, ini jumlah siamang di alam diperkirakan
hewan ini merupakan hewan yang unik sekitar 31.000 ekor yang mendiami daerah
karena permukaan tubuhnya ditutupi oleh seluas 20.000 km2 dari habitat yang tersisa
rambut yang berwarna hitam, tidak berekor (Supriatna dan Wahyono 2000 : 184). Oleh
dan merupakan spesies hewan arboreal karena itu siamang tergolong kedalam
(sebagian besar hidupnya pada tajuk pohon) kategori endangered (terancam punah)
serta peran penting hewan ini di dalam menurut IUCN Red Data List of
ekosistem hutan yaitu membantu Thtreatened species sejak tahun 2008.
penyebaran biji. Sedangkan berdasarkan tingkat kerentanan
Dewasa ini populasi siamang terus terhadap perdagangan satwa liar, siamang
mengalami penurunan akibat adanya tergolong Appendix I CITES (Convention
penurunan kuantitas dan kualitas habitat on International Trade in Endangered
serta masih terjadinya perburuan satwaliar Spesies of Wild Fauna and Flora) dan
untuk diperdagangkan. (Nijman & dilindungi oleh pemerintah dengan Undang
Geissman, 2008 dalam Kwatrina dkk, 2013 : – undang No. 5 tahun 1990, PP No. 7 Tahun
82). Dampak dari hal tersebut, populasi 1999. dan dipertegas dengan SK Menteri
siamang telah kehilangan sekitar 66%
BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 29
BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Kehutanan 10 Juni 1991 No. 301/Kpts- Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
II/1991. dan mendeskripsikan populasi siamang
Provinsi Jambi termasuk wilayah berdasarkan ukuran kelompok, susunan
yang memiliki hutan primer sebagai habitat komposisi umur dan rasio seksual (Sex ratio)
dari siamang, salah satunya adalah hutan di hutan adat Guguk Kabupaten Merangin
adat Guguk, hutan adat guguk secara Provinsi Jambi.
adminstrasi terletak di Kecamatan Renah
Pembarap Kabupaten Merangin Provinsi MATERI DAN TEMPAT
Jambi, sekitar 275 km sebelah barat Kota Waktu dan Tempat
Jambi dengan luas wilayah sekitar 690 Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
hektar. Dari survei yang dilakukan oleh – Juni 2018 di hutan Adat Guguk
KKI Warsi diketahui terdapat 84 jenis kayu Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
di hutan adat Guguk, beberapa diantaranya Alat dan Bahan
seperti Meranti, Balam dan Marsawa. Jenis- Alat yang digunakan dalam penelitian ini
jenis pohon kayu tersebut digunakan oleh adalah kamera digital, teropong binokuler
siamang sebagai tempat untuk beraktivitas dan monokuler, altimeter offline.
seperti aktivitas mencari makan dan Termohigrometer, alat tulis dan laptop
beristirahat. Selain pohon jenis kayu sedangkan bahan yang diperlukan dalam
dihutan adat guguk juga ditemukan jenis- penelitian ini adalah lembar kerja
jenis primata lainya seperti monyet ekor pengamatan kelompok siamang dan lembar
panjang, ungko dan simpai kuning. (Diana, kerja jenis pohon yang digunakan oleh
2013: 4). siamang untuk beraktifitas.
Provinsi Jambi termasuk wilayah Metode Pengumpulan Data
yang memiliki hutan primer sebagai habitat 1. Penentuan stasiun pengamatan
dari siamang, salah satunya adalah hutan Peneliti menentukan stasiun pengamatan
adat Guguk, hutan adat guguk secara penelitian menggunakan tiga teknik yaitu
adminstrasi terletak di Kecamatan Renah dengan menggunakan teknik Purposive
Pembarap Kabupaten Merangin Provinsi sampling, jelajah dan Group call. Purposive
Jambi, sekitar 275 km sebelah barat Kota sampling adalah teknik pengambilan
Jambi dengan luas wilayah sekitar 690 sampel dengan mempertimbangkan kondisi
hektar. Dari survei yang dilakukan oleh lapangan yang memungkinkan ditemukan
KKI Warsi diketahui terdapat 84 jenis kayu siamang dengan intensitas peluang
di hutan adat Guguk, beberapa diantaranya perjumpaan yang tinggi, dalam hal ini
seperti Meranti, Balam dan Marsawa. Jenis- kondisi lapangan yang penulis perhatikan
jenis pohon kayu tersebut digunakan oleh adalah ketinggian tempat. Teknik jelajah
siamang sebagai tempat untuk beraktivitas adalah teknik penentuan stasiun
seperti aktivitas mencari makan dan pengamatan penelitian dengan cara
beristirahat. Selain pohon jenis kayu menyusuri dan menjelajahi tempat atau
dihutan adat guguk juga ditemukan jenis- lokasi penelitian dengan berjalan kaki serta
jenis primata lainya seperti monyet ekor Group call adalah teknik meenentukan
panjang, ungko dan simpai kuning. (Diana, stasiun pengamatan dengan cara mencari
2013: 4). sumber suara siamang karena siamang
Penelitian mengenai studi populasi merupakan salah satu primata yang aktif
siamang di hutan adat Guguk menjadi mengeluarkan suara. Namun teknik ini
penting mengingat bahwa belum pernah tidak bisa digunakan apabila cuaca sedang
dilakukan penelitian mengenai studi hujan atau mendung karena siamang tidak
populasi siamang di hutan adat Guguk melakukan aktivitas pada saat cuaca
sehingga belum ada data mengenai jumlah mendung ataupun hujah. Berdasarkan hasil
populasi siamang di hutan Adat Guguk penelitian yang telah peneliti lakukan
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. terdapat tiga stasiun pengamatan yang

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 30


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
peneliti dapatkan yaitu Stasiun I yang II berada pada ketinggian 347 m dpl dan
berada pada ketinggian 249 m dpl, stasiun stasiun III berada pada ketinggian 387 m
dpl seperti tergambar pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi stasiun pengamatan (Google Earth, 2018)

2. Perhitungan Populasi Siamang lebih besar dari betina kemudian terdapat


Pengamatan dapat dilakukan pada tempat rambut skortal yang menjuntai di antara
tersembunyi sehingga tidak mengganggu kedua paha tubuh jantan sedangkan
aktivitas siamang. Pengamatan populasi
untuk siamang betina ukuran tubuhnya
siamang dimulai pukul 06.00 WIB pada
saat siamang tersebut masih berada di lebih kecil dari jantan dan memiliki
tempat tidur hingga pukul 18.00 WIB saat kelenjar susu (Glandula mammae).
siamang tersebut mencari pohon untuk 4) Mencatat setiap perjumpaan pada saat
tidur, adapun penghitungan populasi hari pengamatan. Fungsi perjumpaan ini
siamang difokuskan pada pukul 11.30- adalah untuk memastikan bahwa
13.45 WIB, disaat siamang beristirahat siamang yang ditemukan pada masing-
dengan alasan pada saat tersebut siamang
masing stasiun adalah kelompok
berkumpul berdekatan sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan siamang dari stasiun pengamatan tidak
perhitungan. Karakteristik populasi yang dari kelompok siamang dari stasiun
peneliti amati adalah sebagai berikut : pengamatan lain.
1) Perhitungan ukuran kelompok siamang
dilakukan dengan cara menghitung 3. Menentukan pohon sumber
pakan dan pohon istirahat
jumlah siamang dalam satu kelompok.
Setelah mencatat data populasi
(Gittin dan Reamakers, 1980 dalam siamang kemudian dilakukan pencatatan
Zahra 2016). pohon yang dijadikan siamang sebagai
2) Menentukan komposisi umur siamang. pohon sumber pakan dan istirahat dengan
Siamang yang telah diamati pada lokasi menggunakan metode rapid assesment.
penelitian berdasrkan ciri morfologi Siamang diamati aktivitasnya kemudian
kemudian dicocokan pada tabel kriteria tulis pada lembar kerja jenis pohon yang
digunkaan oleh siamang untuk beraktifitas.
komposisi umur siamang.
3) Menentukan rasio jenis kelamin siamang 4. Mengukur faktor lingkungan
yang diamati, penulis melihat Setelah mencatat data jenis pohon siamang
berdasrkan ciri morfologis siamang, untuk beraktivitas, kemudian peneliti
untuk siamang jantan ukuran tubuhnya mengukur faktor lingkungan pada lokasi

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 31


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
penelitian setiap satu kali sehari. Faktor HASIL DAN PEMBAHASAN
lingkungan yang diukur adalah suhu dan Berdasarkan hasil penelitian yang
kelembapan dengan menggunakan alat telah dilakukan terdapat karateristik
yaitu Termohigrometer kemudian dicatat populasi siamang yang peneliti dapatkan
pada lembar kerja (work sheet). adalah sebagai berikut.
1. Populasi Siamang
Teknik Analisis Data Ukuran kelompok
Data yang telah didapatkan setelah Ukuran kelompok merupakan jumlah
penelitian, kemudian dianalisis dengan cara individu dalam kelompok. Data ukuran
mentabulasikan dan membuat diagram data kelompok dikumpulkan dengan mencatat
untuk mempermudah pendeskripsian hasil jumlah individu, komposisi kelompok dan
penelitian. lokasi spasial sesuai keberadaan kelompok
siamang atau ditemukan yang akan dicatatat
Data Pengamatan Populasi Siamang kedalam tabel lembar kerja.
Ukuran kelompok
Nilai ukuran kelompok yang Tabel 1. Ukuran kelompok siamang pada
didaptkan dibandingkan dengan tabel masing-masing stasiun
ukuran kelompok. (Sultan et al, 2009dalam
Kwatrina, dkk, 2011) : Stasiun Jumlah Ukuran
Individu Kelompok
Jumlah total individu yang teridentifikasi
1 2 Kecil
jumlah kelompok teridentifikasi 2 3 Sedang
3 1 -
Total 6
Komposisi umur
Berdasarkan hasil pengamatan yang Besar kecilnya ukuran kelompok
didapatkan di lapangan, siamang yang siamang yang ditemui pada saat
didapatkan digolongkan kedalam kelas pengamatan dipengaruhi oleh kondisi
umur bayi, anak, remaja dan dewasa. (Gittin lingkungan seperti kerapatan vegetasi,
dan Reamakers, dalam Sembiring, 2016 : topografi , iklim atau cuaca, ketersediaan
20). jumlah pakan dan keberadaan predator atau
kompetitor yang berada pada lokasi
pengamatan. Hal ini juga didukung oleh
Rasio seksual pernyataan Bismark (2009), bahwa faktor
Nilai dugaan terhadap seks rasio yang mempengaruhi jumlah individu dalam
populasi siamang ditentukan dengan kelompok adalah sumberdaya pakan dan
persamaan yang menunjukan perbandingan lingkungan yang memungkinkan untuk
antara jumlah jantan dan jumlah betina memlihara anak dengan baik.
(Alikodra, 1990 dalam Sari dan Hariano, Ukuran kelompok yang kecil ini juga
2015 : 89 ). dipengaruhi oleh adanya kelompok yang
diasumsikan baru membentuk kelompok
baru seperti pada kelompok pertama yang
SR= terdiri dari satu individu siamang jantan dan
satu individu siamang betina, hal ini sejalan
dengan pernyataan Mubarok (2012) dalam
Keterangan : Zahra (2017) yang menyatakan bahwa,
SR = Seks rasio ukuran kelompok yang termasuk kecil
J = Jumlah Jantan dalam satu kelompok disebabkan oleh adanya kelompok-
B = Jumlah Betina dalam satu kelompok kelompok yang baru terbentuk sehingga
belum melahirkan banyak anak.

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 32


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

Susunan Komposisi Umur Pengetahuan tentang umur penting


Umur merupakan salah satu diketahui untuk mengetahui struktur umur
parameter yang penting untuk diketahui dan dapat digunakan untuk menilai
dalam pengelolaan suatu populasi, karena keberhasilan perkembangbiakan satwa liar
berkaitan dengan kelestarian suatu spesies. (Alikodra. 2010).
Pengetahuan tentang umur penting Perbandingan berbagai golongan
diketahui untuk mengetahui struktur umur umur dalam populasi karena dapat
dan dapat digunakan untuk menilai menentukan keadaan reproduktif yang
keberhasilan perkembangbiakan satwa liar berlangsung dalam populasi dan dapat
(Alikodra,2010). dipakai untuk memperkirakan keadaan
Umur merupakan salah satu populasi dimasa depan (Odum, 1971 dalam
parameter yang penting untuk diketahui Bugiono, 2001 : 7 ).
dalam pengelolaan suatu populasi, karena
berkaitan dengan kelestarian suatu spesies.

Tabel 2. Komposisi umur kelompok siamang pada masing-masing stasiun

Stasiun Kategori Umur

Anakan Persentase Remaja Dewasa Persentase

Stasiun I - 16,67 % - 2 83,33 %


Stasiun II 1 - 2
Stasiun III - - 1
Total 1 - 5

Berdasarkan fase pertumbuhan siamang, berganti-ganti pasangan. Pada satu


pada pengamatan di hutan Adat Guguk kelompok terdiri dari sepasang induk jantan
terdapat dua kategori umur yaitu anak dan dan betina serta beberapa individu anak.
dewasa. Proposi perjumpaan tiap kategori Masa kehamilan siamang ini antara 210-
dari hasil penelitian ini adalah 16,67 % 240 hari, siamang berkembang biak dengan
anakan dan 83,33 % dewasa. Distribusi jumlah 2-3 ekor anak, jarak kelahiran antara
umur menunjukkan bahwa kelompok anak yang satu dengan anak yang lain
dewasa merupakan kategori umur dengan berkisar anatar 2-2,5 tahun individu
jumlah perjumpaan terbanyak siamang akan siap untuk melakukan
dibandingkan kategori lainya. Bayi perkawinan pada umur 8-9 tahun.
merupakan kategori yang tidak dapat (Supriatna dan Wahyono : 187).
dijumpai dalam penelitian ini. Siamang Rasio Seksual (Sex ratio).
merupakan keluarga monogami tidak

Tabel 3. Rasio seksual (Sex ratio) pada masing-masing stasiun

Stasiun Kategori Umur


Anakan Dewasa
J B
Stasiun I - 1 1
Stasiun II 1 1 1
Stasiun III - 1 -
Total 1 3 2

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 33


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Berdasarkan tabel 3 didapatkan, Penentuan jenis kelamin individu
kelompok siamang didapatkan siamang primata dalam kelompok yang hidup di
berjenis kelamin jantan sebanyak 3 ekor hutan yang rapat dan starta tajuk atas akan
dan siamang yang berjenis kelamin betina sangat sulit menentukanya dan karateristik
sebanyak 2 ekor sedangkan pada kategori seksual yang belum sempurna. Pada
anakan peneliti tidak dapat kelompok kedua terdapat satu anakan yang
mengidentifikasi jenis kelaminnya. tidak dapat peneliti identifikasi jenis
Perbandingan jantan dan betina (sex ratio) kelaminya karena karateristik seksual
pada stasiun pengamatan pertama anakan siamang yang belum berkembang
ditemukan 1 individu jantan dan 1 individu secara sempurna, hal ini sejalan dengan
betina sehingga perbandinganya rasio pernyataan yang menyatakan bahwa
seksualnya adalah (1:1), pada stasiun penentuan jenis kelamin individu primate
pengamatan kedua ditemukan 1 individu anakan dan remaja yang karateristik
jantan dan 1 individu betina (1:1), pada seksualnya belum sempurna berkembang
stasiun pengamatan II (kedua), peneliti atau tidak menunjukkan atau sedikit tanda-
tidak dapat mengidentifikasi jenis kelamin tanda untuk dideteksi akan sulit untuk
anakan hal ini dikarenakan karateristik mengidentifikasi jenis kelamin dari
seksual yang belum berkembang secara individu anakan atau remaja tersebut
sempurna. Sedangkan pada satsiun (Bashari 1999).
pengamatan III ditemukan siamang jantan
soliter sehingga rasio kelaminya adalah 1. Vegetasi Pakan Siamang
(1:0). Pakan merupakan sumberdaya
Komposisi jenis kelamin merupakan fungsional bagi satwa liar untuk
suatu strategi reproduksi dari sistem keberlangsungan hidupnya selain air dan
perkawinan monogami, dimana rasio tempat berlindung. Keberadaan pakan harus
seksual (Seks rasio) yang ideal untuk dapat dijangkau oleh satwa sehingga dapat
siamang adalah 1:1 sehingga kondisi yang dimanfaatkan oleh satwa liar tersebut.
seperti itu sangat tepat untuk menjaga Berdasarkan hasil penenlitian yang telah
kestabilan populasi siamang (Rinaldi, 1992 dilakukan ada beberapa jenis vegetasi
dalam Sari,dkk, 2015). Jenis siamang pohon yang digunakan oleh siamang
soliter ini memang terdapat pada sistem sebagai sumber pakan di hutan Adat guguk.
sosial siamang hal ini dijelaskan oleh Berikut ini adalah tabel jenis pohon yang
Wrangham (1982) dalam Harianto (1998) digunakan oleh siamang sebagai sumber
bahwa siamang dengan sistem sosial seperti pakan beserta bagian pohon yang dimakan
ini cenderung menyendiri, terpisah dari oleh siamang.
kelompoknya dan beraktivitas sendiri.

Tabel 4. Pohon yang digunakan oleh siamang sebagai sumber pakan


No Nama Lokal Nama Ilmiah Family Bagian yang
dimakan
1 Belimbing Hutan Averrhoa sp Oxalidaceae Daun
2 Bedaro Dimocarpus malesianus Rhamnaceae Buah & Daun
3 Giam Cotylelobium melanoxylon Dipterocarpacea Daun
4 Manggis Gajah Laporta sinuata Guttiferae Buah
5 Manggis Burung Passiflora edulis Sims. Guttiferae Buah
6 Meranti Shorea leprosula Miq. Dipterocarpaceae Daun
7 Pohon Jelutung Dyera costulata Apocynaceae Daun
8 Rambutan Hutan Adinandra dumosa Miq Sapindaceae Daun
9 Kayu Manis Cinnamomum yerum Lauraceae Daun

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 34


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Pakan merupakan komponen habitat dimakan juga beragam seperti memakan
yang paling nyata dan setiap jenis satwa buah dan pucuk daun-daun muda, hal ini
mempunyai kesukaan yang berbeda dalam sesuai dengan pernyataan Supriatna dan
memilih pakannya. Ketersediaan pakan erat Wahyono (2000:184) yang menyatakan
hubungannya dengan perubahan musim. bahwa komposisi makan siamang adalah
Menurut hasil penelitian sumber pakan 59 % daun, 31% buah, 8 % bunga dan 3%
siamang (buah-buahan dan pucuk daun- berbagai jenis serangga, ketersedian pakan
daun muda) masih tersedia di setiap areal siamang di hutan juga dipengaruhi oleh
stasiun pengamatan. Berdasarkan Tabel 4 perubahan musim. Berikut ini adalah
terlihat bahwa sumber pohon pakan contoh gambar buah yang dijadikan oleh
siamang di hutan Adat Guguk masih siamang sebagai sumber pakan.
tersedia, jenis bagian-bagian pohon yang

2. Vegetasi istirahat siamang memilih pohon yang digunakan untuk


Istirahat diartikan sebagai suatu melakukan aktivitas istirahat adalah jenis
keadaan dimana individu relatif tidak pohon yang tinggi. Berikut ini adalah
aktif meliputi berbaring, duduk atau beberapa pohon yang dijadikan oleh
berpegang pada dahan tanpa melakukan siamang sebagai tempat untuk
perpindahan (Zhou dkk, 2007 dalam beristirahat di Hutan Adat Guguk adalah
khatimah 2010 : 32). Umumnya siamang sebagai berikut :

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 35


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X
Tabel 5. Vegetasi yang digunakan oleh siamang untuk beristirahat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Family


1 Balam Palaquium rostratum Sapotaceae
2 Giam Cotylelobium melanoxylon Dipterocarpacea
3 Jelutung Dyera costulata Apocynaceae
4 Kudung Tunjuk Galearia filiformis Bl. Euphorbiaceae
5 Mampening Myristica guatteriifolia Myristicaceae
6 Meranti Shorea leprosula Miq. Dipterocarpaceae
7 Marpoyang Scaphium macropodum (Miq.) Steruculiaceae
Beumee.
8 Tampuih Baccaurea bracteata M. A. Euphorbiaceae
9 Terap Artocarpus elasticus Moraceae
10 Terentang Campnosperma auriculatum Anacardiaceae
Pellacalyx axillaris

Berdasarkan hasil penelitian yang 3. Analisis Faktor Lingkungan


telah dilakukan, terdapat sepuluh pohon Berikut ini adalah hasil pengukuran
yang digunakan oleh siamang sebagai pohon faktor lingkungan yang telah peneliti ukur
untuk melakukan aktivitas istirahat, rata-rata pada masing-masing stasiun pengamatan,
pohon yang digunakan oleh siamang untuk perhitungan dilakukan setiap harinya pada
beristirahat adalah pohon yang tinggi-tinggi saat melakukan penelitian. Faktor
dengan tajuk pohon yang rapat sehingga lingkungan yang di ukur adalah suhu dan
dapat melindungi siamang dari panas kelembapan.
matahari dan predator. Berdasarkan Tabel 5.
Umumnya siamang memilih pohon yang Tabel 6. Pengukuran faktor lingkungan
digunakan siamang untuk beristirahat
adalah pohon-pohon tinggi dan tajuknya Stasiun Faktor Lingkungan
lebat. Pemilihan pohon tinggi dengan tajuk Ke- Suhu Kelembapan
yang lebat bertujuan untuk mengurangi I 28,74 79,2
resiko siamang terhadap predator. Dari 10 II 28,5 80,2
vegetasi yang digunakan oleh siamang III 28,24 80,7
sebagai pohon istirahat yang peneliti
dapatkan di hutan Adat Guguk umumnya Berdasarkan Tabel 6. Menunjukkan
memang pohon-pohon yang tinggi, ada bahwa suhu dan kelembapan pada masing-
beberapa vegatasi pohon yang digunakan masing stasiun berbeda-beda rentang suhu
oleh siamang sebagi pohon pakan dan pada stasiun pengamatan pertama adalah
istirahat distasiun pengamatan peneliti 25,7 – 30,2 dan rentang kelembapan pada
contohnya adalah giam (Cotylelobium stasiun pengamatan pertama adalah adalah
melanoxylon) dan jelutung (Dyera costulata) 67 – 68 % sedangkan rentang suhu pada
pohon ini dugunakan oleh siamang untuk stasiun pengamatan kedua adalah 32,0 –
mencari makan dan beristirahat. Hal ini 25,6 dan rentang kelembapan pada stasiun
sesuai dengan peryataan Bangun, Mansjoer pengamatan kedua adalah 71 – 84 % serta
dan Bismark (2009), yang menyatakan rentang suhu pada stasiun pengamatan
bahwa jenis pohon yang digunakan oleh ketiga adalah 25,7 – 29,8 dan rentang
primata untuk makan umunya dimanfaatkan kelembapan pada stasiun pengamatan ketiga
sebagai pohon istirahat. adalah 73 – 84. Perbedaan suhu dan
kelembapan udara pada masing-masing
stasiun pengamatan ini dikarenakan

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 36


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

intensitas cahaya matahari pada stasiun untuk siamang soliter adalah (1:0) dan untuk
pengamatan berbeda-beda. siamang anakan peneliti tidak dapat
Perjumpaan siamang secara langsung mengidentifikasi jenis kelamin dikarenakan
di habitatnya dipengaruhi oleh faktor belum berkembangnya karateristik secara
lingkungan, beberapa diantaranya sempurna.
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
suhu dan kelembapan. Hal ini dikarenakan DAFTAR PUSTAKA
siamang sulit ditemukan apabila cuaca
mendung atau hujan karena pada cuaca Bangun, T.M., Mansjoer, S.S., dan Bismark,
yang mendung atau hujan siamang tidak M. (2009). Populasi dan Habitat
mengeluarkan suara sehingga sangat sulit Ungko (Hylobathes agilis) di Taman
bagi peneliti untuk melakukan perhitungan Nasional Batang Gadis, Sumatera
populasi siamang. Berdasarkan penelitian Utara. Jurnal Primatologi Indonesia 6
yang telah peneliti lakukan perjumpaan (1), 19-24.
langsung dengan kelompok siamang terjadi Bashari, H. 1999. Studi Populasi dan
pada dua kondisi cuaca yang berbeda yaitu Habitat Siamang (Hylobates
cuaca cerah sebanyak 10 kali dan cuaca syndactylus Raffles, 1821 ) di
mendung disertai hujan sebanyak 2 kali Kawasan Hutan Konservasi HTI PT
sehingga peneliti harus mengganti hari Musi Hutan Persada Sumatera
pengamatan. Selatan. Skrpsi. Institut Pertanian
Aktivitas kelompok siamang di hutan Bogor : Bogor
Adat Guguk sangat dipengaruhi oleh cuaca. Diana, E. 2013. Alam Sumatera Setelah
Kelompok siamang memiliki insting yang Hutan Adat Guguk Bukan Hutan
cukup tinggi terhadap cuaca. Ketika cuaca Negara. Jambi : KKI Warsi. ISSN :
mulai mendung, kelompok siamang akan 0216-4698
mempercepat aktivitasnya dan berteduh Khatimah, H. 2010.Pola Aktivitas Harian
pada pohon yang tinggi dengan tajuk pohon Induk Betina Simakobu ( Simias
yang rapat dan ketika cuaca mendung atau concolor siberu, Chasen dan Kloss,
hujan siamang tidak mengeluarkan suara 1927). Dalam Masa Laktasi Di Hutan
sama sekali sehingga akan sulit untuk Paleonan, Siberut Utara kepulauan
melakukan penghitungan populasi siamang mentawai. Skripsi. Universitas
pada saat cuaca mendung atau hujan. Indonesia : Depok
Kwatrina, T.R, Wanda.K, & Titiek S. 2013.
KESIMPULAN Sebaran Dan Kepadatan Populasi
Berdasarkan hasil penelitian populasi Siamang (Symphalangus Syndactylus
siamang (Symphalangus synndactylus ) di Raffles, 1821) Di Cagar Alam Dolok
hutan Adat Guguk. Jumlah kelompok Sipirok Dan Sekitarnya :Pusat Litbang
siamang yang ada di hutan adat Guguk Konservasi dan Rehabilita
Kabupaten Merangin Provinsi Jambi Mubarok, A. 2012. Distribusi Dan
sebanyak dua kelompok dengan ukuran Kepadatan Simpatrik Ungko
kelompok siamang berjumlah dua sampai (Hylobates Agilis) Dan Siamang
tiga individu dan terdapat satu siamang (Symphalangus Syndactylus) Di
soliter. Jumlah seluruh individu dari tiga Kawasan Hutan Batang Toru,
stasiun pengamatan yang berbeda adalah 6 Sumatera Utara. Skripsi : Institut
individu. Kategori umur siamang pada Pertanian Bogor
semua kelompok siamang dan siamang Sari, E. M dan Harianto S.P. 2015. Studi
soliter yang teridentifikasi terdiri dari 1 Kelompok Siamang (Hylobates
siamang anakan dan 5 siamang dewasa. Syndactylus) Di Repong Damar
Rasio kelamin (sex ratio) pada setiap Pahmungan Pesisir Barat. Jurnal
kelompok siamang adalah (1:1) sedangkan Penelitian Sains. ISSN : 2339-0913.

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 30


BIOCOLONY: Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains
e-ISSN 2656-9582 p-ISSN 2656-954X

Sembiring, R.P. 2016. Penyebaran Dan Tanggang Kabupaten Tanggamus.


Kelimpahan Populasi Monyet Ekor Skripsi. Universitas Negeri Lampung.
Panjang (Macaca Fascicularis) Di Lampung
Cagar Alam Sibolangit. Skripsi.
Universitas Lampung : Lampung . 2017. Studi Populasi Siamang
Supriatna. J. dan Wahyono, E. H. 2000. (Simphalangus Syndactilus) Di
Panduan Lapang Primata Indonesia. Hutan Lindung Register 25
Yayasan Obor. Jakarta. Pematang Tanggang Kabupaten
Zahra, N.L. 2016. Studi Populasi Siamang Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari.
(Simphalangus Syndactilus) Di Hutan Vol 5. No 3, Juli 2017 (66-67)
Lindung Register 25 Pematang

BIOCOLONY VOL. 2 NO. 1, JUNI 2019. HAL: 29-31 31

Anda mungkin juga menyukai