Oleh:
Aip Muhammad Irpan1 dan Dimas Prasaja2
1
Program Studi Pendidikan IPA FKIP Universitas Pakuan
2
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan
aif.irpan@unpak.ac.id
ABSTRAK
Di Indonesia, penelitian mengenai Jamur masih belum banyak dilakukan. Hal ini membuat minimnya informasi
tentang keanekaragaman Jamur, sehingga perlu adanya kegiatan eksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk menginventarisasi Jamur makroskopis khususnya di jalur pendakian Kawah Ratu Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS). Penelitian ini menggunakan metode jelajah. Data yang diamati meliputi data primer dan data
sekunder. Penentuan lebar dari area penelitian disesuaikan pada kondisi jalur, maksimum 3meter kearah kanan dan kearah
kiri. Jamur yang ditemukan di area penelitian selanjutnya diambil gambarnya disertai skala pengukuran. Data primer
digunakan untuk mengidentifikasi Jamur, mulai dari bentuk, ukuran dan warna dari tudung dan batang, serta ada atau
tidak adanya cincin. Data sekunder terdiri dari data berupa faktor biotik dan abiotik, mulai dari identifikasi substrat sampai
keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan yang diamati adalah suhu pada jalur penelitian. Identifikasi Jamur
menggunakan alat bantu berupa buku identifikasi, jurnal yang relevan, aplikasi, dan website identifikasi Jamur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa di kawasan jalur pendakian Kawah Ratu TNGHS terdapat 59 spesies Jamur dari 2 divisi
yang berbeda, yaitu Divisi Ascomycota yang meliputi satu famili dan 2 spesies, serta Divisi Basidiomycota yang meliputi
18 famili dan 57 spesies.
ABSTRACT
In Indonesia, research on fungi is still limited. This results in lack of information about the diversity of fungi,
thus exploration activities are required. This research was conducted to identify macroscopic fungi, especially on the
climbing track of Ratu Crater, Mount Halimun Salak National Park (MHSNP). This study used exploration method. Data
collected includes primary data and secondary data. The width of observation area wass based on trackconditions, with
maximum of 3 meters to the right side and 3 meters to the left side. Fungi found in the study area were photographed with
a measurement scale. The fungi were identified based onthe shape, size and color of the hood and stem, as well as the
presence or absence of rings. Secondary data consists of biotic and abiotic factors, ranging from substrate identification
to environmental condition. The observed environmental condition was the temperature on the research area. Fungi were
identified by using various tools, such as identification books, relevant journals, applications, and websites for fungi
identification . The results showed that in the climbing track of Ratu Crater MHSNP there were 59 species of fungi from
2 different divisions, namely Ascomycota which includes one family and 2 species, and the Basidiomycota which includes
18 families and 57 species.
http://doi.org/10.20886/jped.2021.7.1.35-48
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-48
36
Keanekaragaman Jamur Makroskopis Di Jalur Pendakian Kawah…
Aip Muhammad Irpan Dan Dimas Prasaja
Metode penelitian menggunakan metode tulis, kamera, GPS, soil tester, alumunium foil,
jelajah (Rugayah et al., 2004). Penentuan lebar box spesimen, toples, cutter, papan jalan,
dari area penelitian disesuaikan pada kondisi gunting, dan bahan yang digunakan yaitu
jalur, maksimum 3meter kearah kanan dan alkohol 70%, label, selotip, dan tali rafia.
kearah kiri. Jamur yang ditemukan di area Beberapa Jamur yang telah dicatat,
penelitian pertama-tama diambil gambarnya diambil untuk dikoleksi dan diawetkan. Jamur
disertai skala pengukuran. Data yang diamati dibungkus menggunakan alumunium foil dan
meliputi data primer dan data sekunder dimasukkan kedalam box spesimen. Agar
(Sugiyono, 2009). Data primer digunakan menjaga kondisi Jamur, dilakukan pengawetan
untuk mengidentifikasi Jamur, mulai dari basah dengan memasukkan Jamur kedalam
bentuk, ukuran dan warna dari tudung dan toples yang berisi alkohol 70%. Setiap botol
batang, serta ada atau tidak adanya cincin. Data sampel kemudian diberi label yang berisi nama
sekunder terdiri dari data berupa faktor biotik kolektor, nomor koleksi, dan lokasi
dan abiotik, mulai dari identifikasi substrat pengambilan sampel.
sampai keadaan lingkungan. Keadaan
lingkungan yang diamati adalah suhu pada jalur III. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian.
Berdasarkan penelitian mengenai
Identifikasi Jamur makroskopis dilakukan
Keanekaragaman Jamur Makroskopis di jalur
setelah karakteristik makroskopis dicatat
pendakian Kawah Ratu Taman Nasional
lengkap dalam tally sheet. Identifikasi Jamur
Gunung Halimun Salak, diperoleh jenis Jamur
dilakukan menggunakan alat bantu berupa buku
yang teridentifikasi sebanyak 59 spesies. 57
identifikasi yang berjudul Simon & Schuster’s
spesies dari 19 famili merupakan divisi
Guide to Mushroom, jurnal yang relevan,
Basidiomycota dan 2 spesies dari 1 famili
beberapa aplikasi yaitu mushroom identify,
merupakan kelas Ascomycota.
book of mushrooms dan Fungipedia serta
Anggota yang paling banyak ditemukan
website identifikasi jamur seperti www.first-
berasal dari famili Marasmiaceae seperti
nature.com dan www.mycokey.com.
tampak pada tabel 1.
Data Jamur makroskopis diperoleh
dengan menggunakan alat yaitu penggaris, alat
37
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-48
Tabel 1. Keanekaragaman jenis Jamur dari famili Genus ini sebagian besar menempel pada
Marasmiaceae substrat berupa daun dan ranting lampuk, serta
Table 1. Diversity of Fungi Species from
Marasmiaceae family tumbuh pada tanah. Klasifikasi genus
No Genus Spesies Marasmius:
1 Marasmius Marasmius candidus Kingdom: Fungi
M. androsaceus Divisi : Basidiomycota
M. bulliardii Kelas : Agaricomycetes
M. rotula Ordo : Agaricales
M. siccus
M. ramealis Famili : Marasmiaceae
Marasmius sp. 1 Genus : Marasmius
Marasmius sp. 2 Spesies : M. candidus, M. androsaceus,
Marasmius sp. 3 M. bulliardii, M. rotula, M. siccus, M.
Marasmius sp. 4
ramealis, dan Marasmius sp.
Marasmius sp. 5
Marasmius sp. 6
Marasmius sp. 7 Genus Tetrapygos sebagian besar
Marasmius sp. 8 memiliki tudung berbentuk melengkung berisi,
2 Tetrapyrgos Tetrapyrgos alba berukuran 0,5-1 cm. Permukaan tudung halus
Tetrapyrgos sp.
dengan lamela renggang, dengan warna tudung
3 Gymnopus Gymnopus dryophilus
G. brassicolens putih sampai krem. Tangkainya berbentuk
G. neotropicus silindris berisi yang terletak pada tepi dan
Gymnopus sp. 1 ukuran tudung sekitar 0,2 cm. Jamur pada
Gymnopus sp. 2 genus ini hidup menempel pada tangkai yang
Gymnopus sp. 3
lapuk. Klasifikasi genus Tetrapygos:
Kingdom: Fungi
Menurut Muzayyinah (2005), famili
Divisi : Basidiomycota
Marasmiaceae ini tergolong Jamur perusak
Kelas : Agaricomycetes
kayu, sebagian besar menempel pada pohon
Ordo : Agaricales
yang masih hidup. Ciri-ciri dari Jamur ini
Famili : Marasmiaceae
adalah memiliki basidioma abadi atau tahunan.
Genus : Tetrapygos
Permukaan pileus keras, berkerak, bergerigi,
Spesies : T. alba dan Tetrapyrgos sp.
atau berlekuk seperti kulit. Santa (2013)
menyatakan famili ini memiliki kemampuan
Genus Gymnopus, memiliki tudung
adaptasi yang lebih terhadap lingkungan
beberapa macam yaitu datar, melengkung
pegunungan serta didukung oleh kelembapan
seperti payung dan mangkuk. Ukuran tudung
yang tinggi di daerah pegunungan yang sesuai
berkisar antara 1,1-4 cm. Permukaan tudungnya
sebagai habitat bagi famili ini. Gambar dari
dominan halus dan berwarna krem hingga
famili Marasmiaceae dapat dilihat pada
coklat. Lamela yang dimiliki dominan berjarak
lampiran 1. Adapun deskripsi secara morfologi
renggang. Batang berbentuk silindris dengan
untuk setiap genus dari famili Marasmiaceae
panjang berkisar 0,4-5,5 cm. Genus ini hidup
yaitu;
pada tanah dan tangkai lapuk. Klasifikasi genus
Genus Marasmius memiliki tudung
Gymnopus:
seperti payung dengan ukuran berkisar antara
Kingdom: Fungi
0,3-2,7 cm. Permukaan tudung halus, dengan
Divisi : Basidiomycota
lamela yang renggang. Warna dominan
Kelas : Agaricomycetes
kecoklatan, tangkai berbentuk silindris dan
Ordo : Agaricales
ramping dengan panjang antara 0,6-2,8 cm.
Famili : Marasmiaceae
38
Keanekaragaman
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-47 Jamur Makroskopis Di Jalur Pendakian Kawah…
Aip Muhammad Irpan Dan Dimas Prasaja
Genus : Gymnopus No Genus Spesies
Spesies : G. dryophilus, G.brassicolens, 1 Mycena Mycena speirea
G.neotropicus, dan Gymnopus sp. Mycena maculata
Mycena sp. 1
Mycena sp. 2
Keanekaragaman jenis Jamur dari famili
Insertaesedis, ditemukan satu genus yaitu
Genus Mycena memiliki tudung
Guepinia, dengan ciri-ciri memiliki tudung
berbentuk seperti payung, cekung, atau
berukuran 1-3 cm. Permukaan halus dan tidak
memiliki tonjolan ditengah tudung, dengan
berlamela. Berwarna jingga sampai merah dan
ukuran rata-rata 1,4-2,5 cm. Permukaan tudung
memiliki tekstur seperti agar-agar. Tangkai
halus dan memiliki lamela yang berjarak rapat,
berbentuk silindris berukuran 0,5 cm. Biasanya
medium atau renggang. Berwarna putih sampai
menempel pada kayu lapuk dan tanah. Gambar
krem. Tangkai berbentuk silindris dengan
dari famili Insertaesedis dapat dilihat pada
panjang 0,5-3,8 cm. Menempel pada tanah,
lampiran 2. Klasifikasi genus Guepinia:
daun, dan kayu lapuk. Klasifikasi genus
Kingdom : Fungi
Mycena:
Divisi : Basidiomycota
Kingdom: Fungi
Kelas : Agaricomycetes
Divisi : Basidiomycota
Ordo : Agaricales
Kelas : Agaricomycetes
Famili : Insertaesedis
Ordo : Agaricales
Genus : Guepinia
Famili : Mycenaceae
Spesies : G. helvelloides
Genus : Mycena
Spesies : M. speirea, M. maculata, & Mycena
Famili Mycenaceae identik dengan ciri-
sp.
ciri memiliki tudung yang terlihat jelas dan
berwarna mencolok, pada permukaan atas
Famili Amanitaceae merupakan Jamur
tudung terdapat titik pusat berwarna coklat.
yang dapat dikonsumsi walaupun ada beberapa
Jamur hidup berkoloni pada kayu-kayu lapuk,
spesies yang beracun mematikan seperti jenis
hidup pada tempat yang lembab dan ternaungi.
Amanita muscaria yang memiliki bentuk dan
Menurut Tjitrosoepomo (2009), Jamur ini
warna yang indah. Menurut Birsyam (1992)
sebagian besar memiliki tubuh buah (pileus)
Jamur pada famili ini biasanya tumbuh secara
berbentuk payung, himenofora membentuk
liar di hutan, tegalan, pekarangan dan dapat
lamela atau papan-papan dengan lapisan
ditemukan juga di antara jatuhan daun atau
himenium pada kedua sisinya. Sebagian besar
pada tanaman humus. Ciri-ciri dari genus ini
Jamur ini hidup saprofit dan sebagian kecil
memiliki tudung berbentuk bulat dengan
sebagai parasit. Beberapa diantaranya dapat
diameter berukuran 4 cm. Berwarna coklat tua
dimakan, tetapi ada juga yang beracun. Gambar
dengan bintik putih. Bagian dasar tudung
dari famili Mycenaceae dapat dilihat pada
berpori. Tangkai silindris putih berdiameter 2
lampiran 3. Genus dari famili Mycenaceae
cm dengan tinggi sekitar 4 cm. Memiliki
yang ditemukan yaitu genus Mycena, dapat
rhizomorf dan tumbuh diatas tanah. Gambar
dilihat pada tabel 2.
dari famili Amanitaceae dapat dilihat pada
lampiran 4. Jenis Jamur dari famili
Tabel 2. Keanekaragaman Jenis Jamur dari famili
Mycenaceae Amanitaceae ditemukan satu genus yaitu
Table 2. Diversity of Fungi Species from Amanita. Klasifikasi genus Amanita:
Mycenaceae family Kingdom: Fungi
Divisi : Basidiomycota
39
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-48
Memiliki bentuk seperti tanduk dengan panjang tempat yang cocok sebagai habitat tumbuhnya
2-3 cm berwarna coklat dan tumbuh di batang Jamur.
kayu lapuk. Klasifikasi genus Calocera:
Kingdom: Fungi IV. KESIMPULAN
Divisi : Basidiomycota Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Kelas : Agaricomycetes jalur pendakian Kawah Ratu TNGHS,
Ordo : Agaricales ditemukan 59 spesies jamur makroskopis dari 2
Famili : Dacrymycetaceae divisi yang berbeda, yaitu divisi Ascomycota
Genus : Calocera yang meliputi satu famili dan divisi
Spesies : C. cornea Basidiomycota meliputi 19 famili. Jenis Jamur
terbanyak yang ditemukan berasal dari famili
Famili Xylariaceae menurut O'Reilly Marasmiaceae. Kondisi lingkungan di kawasan
(2011) memiliki ciri-ciri berupa diameter yang ini mendukung tumbuhnya aneka Jamur
berkisar antara 1-3 cm, dengan tinggi 3-8 cm. makroskopis.
Pada bagian permukaan atas memiliki warna
putih atau keabu-abuan dan tertutup konidia V. SARAN
selama tahap aseksual, kemudian menjadi . Perlu adanya pendekatan molekuler
sedikit bergranulasi dan berwarna gelap, untuk penelitian selanjutnya, termasuk dalam
biasanya Jamur yang berwarna coklat menjadi kegiatan koleksi dan isolasi pada setiap spesies
hitam. Jamur pada famili ini biasanya hidup di jamur yang ditemukan, sehingga penelitian lain
batang pepohonan yang sudah mati, namun ada dapat melanjutkan hingga ke tahap peluang
juga yang hidup di batang pohon yang masih bioprospeksi untk alternatif obat maupun dunia
hidup. Jamur ini memiliki peran dalam industri.
pembusukan kayu. Gambar dari famili
Xylariaceae dapat dilihat pada lampiran 19. DAFTAR PUSTAKA
Jenis Jamur dari famili Xylariaceae yang
Arjun, K. S. dan P. S. Ramesh, 1982, A Textbook of
ditemukan yaitu dari genus Xylaria, memiliki
Botany : Thallophyta (Algae, Fungi,
ciri-ciri bentuk silindris panjang dan pada Bacteria, Virus, Lichen), Vol 1, Edisi Rev
ujungnya berbentuk seperti tanduk dengan Ke-8, Ratan Prakasan Mandir Educational
warna putih dan hitam. Adapun klasifikasi And Unversity Publisher, Delhi, Hal 191
genus Xylaria: Birsyam, Inge. L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah.
Kingdom: Fungi Bandung:ITB
Divisi : Ascomycota Dwidjoseputro, D. 1976. Pengantar Mikologi.
Kelas : Sordoriomycetes Penerbit Alumni: Malang.
Ordo : Agaricales Karst, P. 1881. Morphological and genetic
Famili : Xylariaceae characteristics of different collections of
ganoderma P. Karst. Species: 247-252
Genus : Xylaria
Hidayat, I. 2010. Benarkah Indonesia Memiliki
Spesies : X. polimorpa dan Xylaria sp.
Keragaman Jenis Jamur yang Tinggi?.
Bogor: Research Center For Biology-
Rerata suhu di lokasi penelitian 22oC. Cibinong Science Center.
Menurut Suharna (1993), suhu optimum untuk Juminarti, L. 2011. Keanekaragaman Jenis Jamur
pertumbuhan Jamur kisaran 20oC-35oC dengan Kayu Makroskopis dalam kawasan Hutan
kelembapan udara 70%-100%, dan kisaran Adat Pengajit Desa Sahan Kecamatan Seluas
intensitas cahaya antara 380-720 Lux. Hal ini Kabupaten Bengkayang. Fakultas
menunjukan lokasi penelitian merupakan Kehutanan, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.
46
Keanekaragaman
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-47 Jamur Makroskopis Di Jalur Pendakian Kawah…
Aip Muhammad Irpan Dan Dimas Prasaja
Molina, R., D. Pilz, J. Smith, S. Dunham, T. of University of Sumatera Utara, Tongkoh
Dreisbach, T. O’Dell, dan M. Castellano. Village, Karo District, North Sumatra
2001. Conservation and Management of Province. Jurnal Universitas Sumatera
Forest Fungi in The Pacific Northwestern Utara: Medan.
United States: An Integrated Ecosystem Santa Dewi Bornok Mariana Tampubolon. 2013.
Approach. Cambridge University Press. Keanekaragaman Jamur Makroropis Di
Cambridge. Hutan Pendidikan Universitas Sumatera
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Utara Desa Tongkoh Kabupaten Karo
Tak Berpembuluh. Padang: Andalas Sumatera Utara. Di akses tanggal 30 juli
University Press. 2013.
O'Reilly, Pat. 2011. Fascinated by Fungi - Revised, Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
enlarged 2nd edition. California: O'Reilly Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Media. Suharna, Nandang. 1993. Keberadaan
Pacioni, Giovanni.1982. Simon & Schhusters’s Basidiomycetes di Cagar Alam Batimurung,
Guide to Mushrooms. Barcelona:Publised by Karaenta dan Sekitarnya Maros, Sulawesi
Grijalbo. Selatan.
Rugayah, E.A.Widjaja, dan Praptiwi (eds.). 2004. http://repository.usu.ac.id/bitstream/
Pedoman Pengumpulan Data 123456789/ 19923/1 , diakses 27 Agustus
Keanekaragaman Flora. Bogor: Pusat 2013).
Penelitian Biologi. Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi
Santa Dewi Bornok Mariana Tampubolon., Budi Tumbuhan. Yogjakarta:Gadjah Mada
Utomo., Yunasfi. 2015. The Diversity of University Press.
Macroscopic Fungi in The Education Forest
47
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol.7 No.1 Juli 2021 35-48
48