Oleh
IIN NI’MATUN
FAKULTAS PETERNAKAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari peranannya dalam menyediakan
ratusan tahun dipelihara oleh peternak terutama sebagai penghasil telur yang
dipelihara dengan cara sangat sederhana dan masih dalam usaha skala kecil.
Penyebaran populasi itik meliputi daerah Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Aceh, dan Jawa Timur. Itik-itik tersebut sebagian besar masih digembala di
sawah pada waktu lepas panen atau parit-parit kecil. Di beberapa daerah, peternak
mencoba dengan sistem terkurung dengan memanfaatkan bahan pakan lokal yang
pertumbuhan populasi ternak itik. Populasi ternak itik di Kota Mataram tahun
2016 mencapai 1.042.257 ekor (BPS, 2016). Jumlah ternak itik yang terus
berkembang tentu saja akan berdampak pada peningkatan hasil produksi telur itik.
Pada tahun 2016, produksi telur itik di Kota Mataram mencapai 10.520 butir dan
telur asin menjadi semakin terbuka terutama untuk memenuhi kebutuhan oleh-
2
Kota Mataram yang letaknya di pusat pemerintahan sebagai ibu kota
provinsi dapat memberikan keuntungan strategis yang cukup baik dalam usaha
pembuatan telur asin. Hal inilah yang kemudian menyebabkan banyaknya usaha
Cermen. Usaha pembuatan telur asin telah berjalan cukup baik di Kota Mataram.
Namun, usaha tersebut rata-rata masih belum terlalu banyak bersentuhan dengan
digunakan berbagai macam teknologi mesin dalam proses poduksi telur asin
sehingga kapasitas produksinya menjadi sangat tinggi serta jenis produk telur asin
yang beraneka ragam. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat potensi
Populasi ternak itik yang ada diseluruh Kota Mataram dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, pada tahun 2010 sejumlah 10,087 ekor, 2011 sejumlah
12,765 ekor dan 2012 sejumlah 19,164 ekor. Serta pada tahun berikutnya ternak
itik mengalami penurunan dari tahun 2013 sebanyak 13,147 ekor, 2014 sebanyak
7,157 ekor, 2015 sejumlah 9,705 ekor, dan 2016 sejumlah 10,520 ekor (BPS,
2016).
Oleh karena produksi telur itik masih menjadi masalah maka dalam rangka
membangun rangkaian industri telur asin perlu dilakukan kajian mengenai sosial
Mataram.
Berkaitan dengan uraian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas
3
1. Bagaimana sistem pengelolaan usaha ternak itik di Kelurahan Dasan
Cermen.
Cermen.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes,
Family anatidae, genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica. Proses
warna bulu. Perubahan ini diperkirakan akibat campur tangan manusia untuk
mengembangkan ternak itik dengan tujuan khusus dan juga karena jauhnya jarak
Taksonomi Itik
Kingdom Animalia
Phylum Vertebrata
Class Aves
Ordo Anseriformes
Familia Anatidae
Genus Anas
Spesies Anas platyhyncos
Sumber:(Srigandono, 1997).
1) Itik Bali
Itik Bali sering dijuluki sebagai itik penguin. Sosoknya hampir sama
dengan itik jawa, tetapi lehernya lebih pendek dan bagian belakang tubuhnya
tidak begitu lebar. Warna bulunya lebih terang dibandingkan dengan itik Jawa.
2) Itik Magelang
mempunyai nama lain, yakni itik kalung. Disebut itik kalung karena terdapat
5
sekumpulan bulu yang berwarna putih melingkar di lehernya menyerupai
kalung.
3) Itik Tegal
daerah Tegal, Jawa Tengah. Itik ini termasuk dalam kelompok itik jawa
(Anasjavanica).
4) Itik Mojosari
Jawa Timur. Itik ini merupakan jenis itik petelur yang cukup bagus. Telurnya
sangat digemari konsumen karena rasanya cukup enak dan ukurannya relative
besar.
a) Produksi
kantong udara pada telur, putih telur dan kuning telur. Telur itik biasanya
minggu mampu bertelur sebanyak 220 butir. Produksi telur itik Alabio yang
6
setiap tahunnya, hanya memerlukan waktu istirahat berproduksi pada masa
rakyat di Karawang, tenaga kerja yang terlibat dalam pemeliharaan ternak Itik
lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga (96,97 %), dan non keluarga
(3,03 %), namun demikian efisiensi produksi usaha ternak Itik masih relatif
rendah dikarenakan kepemilikan yang relatif kecil dan kualitas bibit yang
belum baik.
rakyat di Karawang, tenaga kerja yang terlibat dalam pemeliharaan ternak Itik
lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga (96,97 %), dan non keluarga
(3,03 %), namun demikian efisiensi produksi usaha ternak Itik masih relatif
rendah dikarenakan kepemilikan yang relatif kecil dan kualitas bibit yang
belum baik.
itik-itik hasil budidaya (jinak) atau Anas domesticus. Itik ini merupakan
keturunan dari Itik-itik liar species Anas plathyryncos yang dikenal dengan
telur-telurnya. Pada itik jantan liar (Mallard drake) memiliki bulu warna yang
indah dibanding dengan itik betina liar (Mallard female). Interaksi keduanya
7
2. Pakan.
produksi telur itik. Itik petelur membutuhkan pakan sebanyak 160 gr/ekor/hr
itik, di pasaran sudah tersedia pakan konsentrat untuk itik dengan kandungan
nutrisi yang cukup. Namun untuk efisiensi biaya, pakan konsentrat ini dapat
dicampur dengan dedak halus dengan komposisi yang sesuai terutama untuk
3. Manajemen Pemeliharaan
mengurung itik pada saat-saat tertentu, biasanya pada malam hari sampai
8
tradisional seperti lokasi dan tempat, bahan pakan serta cara pemeliharaan
c) Pemeliharaan Intensif
dikandangkan ialah beternak tanpa air dan tidak diberi air untuk berenang.
Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:
dan protozoa.
2. penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana
2) Penyakit Salmonellosis
9
melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin
warna putih lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh
dan minum, isolasi itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa
dan antibiotik.
dan baru atau kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat
10
dijaga kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan
3 bulan sekali.
b) Reproduksi
mendapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan.
kelompok yang tidak terlalu besar (40-50 ekor per petak kandang)
(Anonim, 2011).
Untuk mendapatkan DOD (anak itik umur sehari) untuk ternak itik,
dapat dilakukan dengan membeli dari sumber bibit yang ada. Apabila
dipahami sistem perkawinan itik secara baik. Bagi peternak yang unit
lokal maka sistem perkawinan alam lebih baik. Bagi peternak yang hanya
Itik serati, yang dihasilkan dari perkawinan entog jantan dengan itik betina
layer adalah itik berumur 6 bulan hingga masa afkir (3 tahun). Pada umur
11
5.5 bulan itik mulai belajar bertelur untuk itu kandang itik harus jauh dari
keramaian hal ini untuk menghidari agar itik tidak mudah terkejut yang
reproduksi hasil silang balik (Backcross) Itik Pekin Alabio (Pa) dan Itik
maternal pada peubahini terlihat jelas pada rataan bobot telur tetas itik
betina itik PA memberikan bobot telur tetas yang lebih besar dibandingkan
ditemukan pada bobot telur, indeks telur dan bobot tetas itik hasil silang
pengaruh terhadap ukuran bobot telur, indeks telur dan bobot tetas yang
kematian embrio serta imbangan jantan dan betina. Secara umum, tidak
1) Pakan
12
kebutuhan hidupnya yaitu untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi
vitamin, dan mineral. Kebutuhan unsur tersebut tergantung pada umur dan
lunteh, bungkil- bungkilan, ubi kayu, daun lamtoro, daun petai cina, kulit
pakan ternak itik. Namun di lain pihak ikan sapu-sapu mengandung logam
berat Cu dan Pb, dimana kadar Cu 2,48 – 16,70 ppm, sedangkan kadar Pb
2) Bibit
13
ternaknya sendiri. Perbandingan pejantan dan kelompok betina yang
Pemilihan bibit ada 3 (tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang
b. Memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk
c. Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal
peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak
3) Kandang
4) Pemeliharaan sehari-hari
14
penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya
penyakit. Pemberian Pakan, pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase,
yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan
c. Pemberian Pakan, Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu
fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan
fase layar (umur 18–27 minggu). Cara memberi pakan tersebut terbagi
dilantai.
menerus).
15
2.2 Tinjauan Ekonomi Usaha Ternak Itik
733.236 / bulan dengan rata-rata pemilikan ternak sebanyak 286 ekor. Usaha
serempak biaya pakan, obat, jumlah produksi dan DOD (day old
variabel biaya pakan dan jumlah produksi, sedangkan biaya obat-obatan dan DOD
menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 12% didapat NVP
Rp. 435.672,7, Net B/C 4,253, IRR 61,07%, payback period 4 tahun yang berarti
prospektif untuk dikembangkan secara finansial, karena nila NPV > 0,Gross B/C
> 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian
modal dengan batas waktu kurang dari 10 tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas,
sensitif atau kepekaan terjadi pada perubahan kenaikan konsentrat sebesar 41,65%
16
2.2.2 Pemasaran Hasil Produksi
Itik pada setiap tahap umur mempunyai segmen pasar khusus dengan nilai
jual yang cukup tinggi. Telur Itik sendiri dipasarkan dalam tiga bentuk yaitu telur
segar, telur olahan, dan telur untuk penetasan. Salah satu bentuk telur
olahanadalah telur asin. Jika tujuan beternak adalah untuk menghasilkan telur
konsumsi maka sistem beternak tanpa air dan pejantan merupakan salah satu
saluran, margin, dan efisiensi pemasaran Itik lokal pedaging, didapatkan bahwa
margin pemasaran yang paling tepat untuk peternak itik lokal pedaging adalah
yang memiliki nilai margin terendah yaitu Rp.9.666,67 per ekor, penyaluran itik
lokal pedaging kepada konsumen melalui pedagang besar dan pedagang pengecer.
memiliki margin pemasaran total paling rendah (Rp. 9.666,67 per ekor) dengan
Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten
usaha ternak itik tersebut efektif untuk di lanjutkan dan menguntungkan pada
tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu sebesar 16% / tahun, dilihat dari skema
ritail KUR BRI untuk UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) didapat dalam
pemeliharaan sistem intensif NPV RP. 824.575.489, IRR 34,91%, Net B/C 2,30
Gross B/C 1,36, payback period 1,04 tahun dan pada system tradisional NPV Rp.
742.153.014, IRR 97% 40 .Net B/C 7,93, Gross B/C 1,43, pyback period 1 tahun
17
yang beraarti kedua sistem tersebut prospektif untuk di kembangkan secara
finansial, karena nila NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku
bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15
pemeliharaan itik secara insentif maupun tradisional tidak peka terhadap kenaikan
harga pakan sebesar 10%, penurunan harga telur sebesar 16,67% dan penurunan
Finansial Ternak Itik Petelur dengan Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten
usaha ternak itik tersebut efektif untuk di lanjutkan dan menguntungkan pada
tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu sebesar 16% / tahun, dilihat dari skema
ritail KUR BRI untuk UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) didapat dalam
pemeliharaan sistem intensif NPV RP. 824.575.489, IRR 34,91%, Net B/C 2,30
Gross B/C 1,36, payback period 1,04 tahun dan pada system tradisional NPV Rp.
742.153.014, IRR 97% 40 Net B/C 7,93, Gross B/C 1,43, pyback period 1 tahun
finansial, karena nila NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku
bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15
pemeliharaan itik secara insentif maupun tradisional tidak peka terhadap kenaikan
harga pakan sebesar 10%, penurunan harga telur sebesar 16,67% dan penurunan
18
2.2.3 Pendapatan Usaha Ternak Itik
usaha ternak itik yang dilakukan di lahan rawa lebak di Kecamatan Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Kalimantan Selatan dengan skala 100 ekor dalam 6 bulan
menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 4.914.000 dengan nilai R/C 2,56% dan
kontribusi 58%.
dalam menunjang sumber pendapatan petani-peternak, baik pada skala usaha kecil
maupun skala usaha besar. Hal ini juga dinyatakan oleh Purwanti (1999),
sebesar35,43 persen. Selain itu, usaha ternak Itik merupakan kegiatan basis yang
(Purwanti, 1999).
usahaternak Itik petelur pada kelompok tani ternak Itik branjangan putih
analisis investasi berupa NPV, BCR, IRR. Hasil yang didapat dari penelitian
tersebut adalah: pada tingkat suku bunga 12 persen pertahun, untuk pemeliharaan
ternak Itik semi intensif pada skala lebih dari 500 ekor nilai NPV nya adalah
4.452.386, nilai BCR yang diperoleh adalah sebesar 1,38, nilai IRR yang didapat
19
adalah 30 persen. Dari hasil perhitungan tersebut bisa disimpulkan bahwa usaha
konsentrat dan bekatul dengan perbandingan 1:10, dari hasil perhitungan tentang
1.380.367,IRR sebesar 39 persen, Net B/C sebesar 1,59. dari hasil perhitungan
tersebut bisa disimpulkan bahwa usaha pembibitan Itik tersebut dikatakan layak
untuk dijalankan.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Kelurahan Dasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Dalam
populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Metode
Responden sampel dalam penelitian ini adalah peternak itik yang tergabung
a. Biaya Tetap
21
terdiri dari biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan sewa
lahan.
2. Penerimaan usaha, yaitu nilai hasil telur yang didapatkan dari usaha
ternak itik.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak itik melalui wawancara dan
observasi di lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari kantor badan pusat
Keteranggan : π : Pendapatan
22
TR : Total Revenue = Total Penerimaan
Jumlah Pendapatam
B-C ratio = Total Biaya Produksi
B = Jumlah Pendapatan
23
BAB IV
A. sejarah
Kelurahan Dasan Cermen merupakan salah satu kelurahan yang relatif tua di
antara kelurahan yang ada di Kota Mataram. Kelurahan Dasan Cermen sudah ada
sejak tahun 1907 yang pada waktu itu bernama Perbekel yang dipimpin oleh
Amaq Lumar kemudian pada tahun 1924 berubah menjadi Desa dengan kepala
merupakan bagian dari Kecamatan Cakranegara, Setelah Kota Madya Mataram pada
tahun 1993 berubah status dari Desa menjadi Kelurahan. Selanjutnya dengan
berubahnya Kota Madya Mataram menjadi Kota Mataram sesuai dengan Undang-
Perda Nomor 17 Tahun 2000 dan juga Keputusan Walikota Mataram No.
20/KPTS/2001 Tanggal 3 Juni 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
yang menguatkan posisi dan jati diri Kelurahan Dasan Cermen sebagai salah satu
kelurahan yang ada di Kota Mataram. Seiring dengan perkembangan zaman dan
24
Thun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun
2005 tentang Pemerintahan Kelurahan dan Peraturan Daerah nomor 3 Tahun 2007
Barat, dan Dasan Cermen Selatan. Tahun 2011 dimekarkan lagi 2 lingkungan yaitu
Lingkungan Dasan Cermen Timur dan Dasan Cermen Asri, sehingga Kelurahan
2582 jiwa/km2 sehingga pada tahun 2007 Kelurahan Dasan Cermen dimekarkan
menjadi 2(dua) kelurahan yaitu Kelurahan Dasan Cermen dan Kelurahan Abian
Tubuh Baru. Berdasarkan hasil pendataan pada akhir tahun 2015 maka jumlah
B. Letak Geografis
25
Luas wilayah seperti di atas telah diatur dalam suatu tata ruang yang terdiri dari :
2. Pekarangan : 53,57 Ha
3. Pemukiman : 35,40Ha
4. Kuburan : 0,35 Ha
5. Perkantoran : 0,78 Ha
yaitu Lingkungan Dasan Cermen Utara, Dasan Cermen Barat, Dasan Cermen
Selatan, Dasan Cermen Timur dan Dasan Cermen Asri terdiri dari 27 Rukun
Tetangga (RT).
4355 jiwa dengan 1.408 KK dan kepadatan rata-rata jiwa per km2 , dengan rincian
26
Sebagian besar masyarakat Kelurahan Dasan Cermen memiliki mata pencaharian
2. Hindu : 48 orang
3. Kristen : 28 orang
4. Katolik : 3 orang
5. Budha : 87 orang
Salah satunya memberi nama produk agar terdengar unik dan menarik. Telur asin
Sandubaya Mataram salah satunya. Telur asin ini mulai diproduksi sejak 2012.
Kini produksinya mencapai 1500 butir telur asin setiap tiga hari. Maleha
pengusaha telur asin Bebak Bingung ini mengawali bisnisnya sebagai pedagang
telur bebek. Dia berkeliling keluar masuk kampung untuk memasarkan telur
27
bebeknya. Lambat laun, dia berinisiatif untuk menjual telur asin. Tidak mudah
untuk memperoleh produk telur asin yang lezat. Dibutuhkan waktu selama 10 hari
Untuk keranjang berisi 20 butir telur asin dibandrol seharga Rp 80.000, isi
25 butir Rp. 90.000, keranjang berisi 30 butir telur seharga Rp 110.000, dan berisi
melonjak tajam pada 2017. Terlebih saat ini banyak pembangunan yang akan
Umur Responden
28
Tabel 2. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Dasan Cermen
Kecamatan Sandubaya Kota Mataram
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 39-48 20 66,6
2 49-58 8 26,6
3 59-68 2 6,6
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, Diolah tahun 2017
menurun kembali menjelang usia tua. Dalam penelitian ini hanya ditemukan 6,6%
peternak yang sudah tergolong tua atau tidak produktif (>64 tahun).
Tingkat Pendidikan
29
Tabel 3 menunjukkan,bahwa 100% responden berpendidikan sekolah
Tanggungan Keluarga
inti dan keluarga batih.Anggota keluarga yang telah mampu bekerja akan
Pengalaman Usaha
suatu usaha. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh peternak, maka akan
30
akan diperoleh seorang berdasarkan lama mereka bergelut dalam suatu usaha
peternakan. Semakin lama mengelola suatu usaha, maka semakin luas pengalaman
merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang peternak dalam
pengalaman beternak kurang dari 5 tahun. Hal ini berarti, bahwa kesempatan
responden untuk belajar dari pengalamannya sendiri masih relatif sedikit.Hal ini
sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004), bahwa semakin banyak
dibidang tersebut.
a. Kandang Itik
31
Kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung panas, hujan, dingin
dan tiupan angin yang sangat kencang. Selain itu juga memudahkan pemeliharaan.
agar para peternak dapat lebih mudah mengawasi usaha ternaknya tersebut.
kandang ren. Kandang ren merupakan kandang itik yang dilengkapi dengan
tempat umbaran. Pada kandang re nada bagian yang tertutup dan beratap serta
sebagian tempat untuk umbaran. Lantai kandangnya tidak diberikan alas apapun
yaitu langsung berupa tanah sedangkan atapnya berupa seng dan dindingnya
dibuat dari bamboo. Disetiap kandang terdapat kolam yang digunakan sebagai
tempat penyimpanan ikan sapu-sapu yang digunakan sebagai pakan alternatif itik
b. Penyediaan Bibit
Para peternak di daerah penelitian memilih jenis bibit ternak itik itik
Alabio serta itik mojosari. Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh
32
1. Membeli telur tetas dari induk itik yg dijamin keunggulannya.
2. Memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul utk mendapatkan
telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas.
setempat.
Pakan yang yang terdiri dari campuran dedak , ikan sapu-sapu, sisa nasi, nasi
yang dikeringkan dan hijauan. Cara pemberian pakan dan jumlah/konsumsi pakan
sebagai berikut:
b. Umur 16 -21 hari pakan diberikan di tempat pakan dan sebaran dilantai.
Pemberian pakan itik dilakukan 2 x sehari yaitu pagi dan sore serta
memberikan pakannya dengan bertahap, agar itik tidak merasa kelaparan dan
kesehatan itik tetap terjaga. Ikan sapu-sapu dan dedak merupakan pakan utama
sedangkan jenis pakan yang lainnya merupakan pakan tambahan jika ada maka
33
Cara pemberian pakan dan jumlah/konsumsi pakan.
d. Pencegahan penyakit
dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian,
b. Makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang masih segar.
34
c. Menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum.
e. Pengelolaan sehari-hari
pemeliharaan yang baik akan lebih kuat dan sehat. Berikut hal yang dilakukan
Pemeliharaan Kandang
hari, yaitu pada pagi hari. Peternak membersihkan sisa-sisa makanan dan sisa
kotoran itiik. Hal itu dilakukan untuk mencegah timbulnya beberapa penyakit dan
a. Pemberian pakan
Pemberian pakan itikdilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore.
Pakan yang diberikan berupa dedak, ikan sapu-sapu, sisa nasi, nasi kering serta
hijauan.
b. Induk di Afkir
Ternak itik yang diafkir akan dijual dipasar dengan harga Rp. 50.000/ekor. Dalam
sebulan peternak dapat mengafkirkan ternak itik Minimal 2 ekor ternak itik.
Penerimaan adalah penjumlah dari penjualan telur itik, dan hasil penjualan
ternak itik dalam satu proses produksi ternak itik tersebut selama satu periode
35
pemeliharaan. Adapun komponen-komponen hasil penjualan yang diterima oleh
peternak itik adalah hasil penjualan itik dan hasil penjualan telur itik. Di daerah
penelitian terdapat peternak yang menjual telur itik. Itik yang dipelihara
dipertahankan hingga habis usia produktif untuk menghasilkan telur. Setelah itu
itik dijual kepada toke atau agen penampung, masyarakat yang dan ada juga yang
dikonsumsi oleh keluarga. Peternak menjual telur itik ke pasar atau menjualnya
Rataan penerimaan peternak itik dari usaha ternak itik petelur adalah
produktif, itik dijual dengan harga sebesar Rp.50.000 per ekor. Rataan penerimaan
peternak dari penjualan itik afkir adalah Rp. 1.580.000 untuk satu periode
pemeliharaan per peternak. Jadi, total penerimaan usaha ternak itik untuk satu
Pendapatan usaha ternak itik diperoleh dari selisih antara total penerimaan
usaha ternak itik dengan total biaya yang dikeluarkan peternak selama proses
pemeliharaan itik.
Jumlah
No Uraian (Rp/perperiode)
1 Penerimaan usaha ternak itik 20.140.000
2 Biaya produksi usaha ternak itik 15.971.000
Pendapatan bersih usaha ternak itik 4.169.000
Sumber : Data primer, diolah tahun 2017.
36
biaya produksi sebesar Rp 15.971.000. Maka rataan pendapatan bersih usaha
ternak yang diterima oleh peternak itik adalah sebesar Rp 4.169.000 (per
peternak/periode).
peternak itik untuk memperoleh input produksi guna mendapatkan telur dan
yang dikeluarkan oleh peternak itik adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya Tetap
jumlahnya tidak dipengaruhi besar kecilnya produksi. Biaya tetap meliputi biaya
Biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun produksi terhenti. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rasyaf (2002), bahwa biaya tetap dalam usaha peternakan
adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi dan tidak berubah
meskipun ada perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Jadi, meskipun itik
tidak berproduksi, tetapi peternak tetap mengeluarkan biaya tersebut dalam bentuk
penyusutan.
Selain biaya tetap, dalam usaha peternakan itik dikenal pula biaya tidak
tetap atau biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan
peternak yang jumlahnya sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya skala usaha,
semakin besar skala usaha yang dikelola maka semakin besar pula biaya variabel
37
yang harus dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha dan Sukotjo
(1993), bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh
adanya perubahan jumlah produksi. Komponen biaya yang termasuk dalam biaya
variabel adalah biaya bibit, biaya pakan, biaya vitamin dan obat-obatan, biaya
tenaga kerja, dan biaya listrik. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan peternak
Mataram sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya skala usaha yang dikelola oleh
Biaya produksi dalam usaha ternak itik terdiri dari biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mubyarto (1995) bahwa biaya
penggunaannya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap.
38
sebesar Rp.15.971.000/tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp.1.216.000
(99,69%) dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan sebesar Rp.14.755.000 (99,6%).
Pendapatan usaha yang diperoleh dari ternak itik adalah selisih antara total
penerimaan usaha ternak itik dengan total biaya produksi yang dikeluarkan
peternak selama proses usaha pemeliharaan atau kegiatan budidaya ternak itik
tersebut.
pendapatan (Benefit = B) dengan Total Biaya produksi (Cost = C). Dalam batasan
besaran nilai B-C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Rumus:
Jumlah Pendapatam
B-C ratio = Total Biaya Produksi
B = Jumlah Pendapatan
Dimana :
B-C ratio = 64.267.000
15.971.000
= 4,0239.980,-
BAB V
39
5.1 Kesimpulan
1. Rataan pendapatan bersih usaha ternak itik adalah sebesar Rp. 4.169.000 per
2. Kendala yang dihadapi para peternak itik pedaging antara lain, terbatasnya
5.2 Saran
2. Kepada peneliti lain yang ingin meneliti tentang analisis sosial ekonomi
RINGKASAN
40
Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran
cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan
protein hewani yang murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya
diusahakan sebagai penghasil telur, namun ada pula yang diusahakan sebagai
penghasil daging.
Pada dasarnya usaha ternak itik untuk menghasilkan pendapatan yang
maksimal,yang pada akhirnya dapat meningkatkantaraf hidup dan kesejahteraan
peternak itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk:(1) Mengetahui sistem pengelolaan usaha
ternak itik dikelurahan Dasan Cermen (2) Mengetahui besar pendapatan usaha
ternak itik dikelurahan Dasan Cermen Dan (3) Mengetahui pemasaran produk itik
dikelurahan Dasan Cermen.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dasan Cermen Kecamatan
Sandubaya Kota Mataram Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (eksplanatori).Metode
penelitian yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan metode
simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan :(1) Total penerimaan usaha ternak itik
untuk satu periode pemeliharaan (1 tahun) adalah Rp. 20.140.000.(2) Total rata-
rata biaya produksi tiap responden sebesar Rp.15.971.000/tahun. (3) Biaya tetap
yang dikeluarkan sebesar Rp.1.216.000 (99,69%) dan biaya tidak tetap yang
dikeluarkan sebesar Rp.14.755.000 (99,6%); dan (4) Kendala yang dihadapi para
peternak itik pedaging antara lain, terbatasnya modal dan harga pakan yang relatif
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
41
Apriyanto.2011. Pedoman Budidaya Itik Pedaging Yang
Baik.http://pedomanbudidaya- itik-pedaging-yang-baik.html.Di akses
Tanggal 28 April 2017.
Badan Pusat Statistik Kota Mataram 2016. Kecamatan Dalam Angka. Mataram .
Erwan, P. 2001. Analisa Usaha Ternak Itik Petelur Anggota Koperasi Ternak Itik
Wirausaha di Kota Jakarta Utara, Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi
Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Fauzi zul, 2011. Analisis Ekonomi Usaha Ternak Itik dan Sumbangannya
Terhadap Pendapatan Keluarga. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas. Sumatera Utara Medan. http://repository.ipb.ac.id/
jspui/bitstream/123456789/60596/1/H10aha1.pdf.Di akses pada
tanggal 1 Mei 2017.
42
Rahmawati, 2013. Pengaruh Pemberian Ikan Sapu-Sapu Dalam Pakan Terhadap
Kualitas Telur Itik. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
43