Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK PEDAGING

Disusun oleh :

Nama : Keyla Octavira Rusyda Igfirly


NIM : 205050100111142
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Marjuki, M. Sc

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020/2021
Jurnal nasional sapi
Judul Karakteristik dan Komposisi Karkas Pada Sapi Krui di Kabupaten Pesisir
Barat Provinsi Lampung
Jurnal Sains Peternakan
Volume
dan Vol. 15 No. 1: 35-40
Halaman
Tahun 2017
Penulis B. F. Dewantara, M. D. I. Hamdani, Sulastri, dan K. Adhianto.
Riviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly
Permasalahan Indonesia merupakan daerah yang memiliki jenis sapi lokal yang telah
menjadi pencitraan sebagai sapi asli Indonesia. Menurut (Pane, 1986) sapi
yang tergolong sapi lokal Indonesia antara lain sapi Bali, sapi Madura, dan
sapi Sumatera. Sapi Lokal memiliki banyak keuntungan apabila kita nilai
dari segi ketahanan fisik dan minimnya biaya pemeliharaan. Namun jika
dinilai dari cepat dalam berkembang biaknya sapi lokal Indonesia belum
mampu menyamai jenis sapi impor. Sapi yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat merupakan jenis sapi lokal yang telah mengalami perkembang biakan
secara alami di daerah tersebut. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat
menyebut sapi yang ada dengan sebutan sapi Krui atau “Jawi Peghia” yang
artinya sapi kecil. Sapi yang ada di Kabupaten Pesisir Barat tergolong dalam
jenis sapi yang memiliki postur tubuh yang kecil.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan komposisi
Penelitian karkas Sapi Krui di Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Penelitian untuk
mengetahui tingkat performa Sapi Krui yang dapat memenuhi kebutuhan
daging di Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Tingkat performa tersebut
dapat di ukur dengan mengetahui karakteristik karkas dan komposisi karkas,
pada Sapi Krui di kabupaten Pesisir Barat Lampung tersebut.
Sumber Data Observasi
Metode Pengambilan data karkas dimulai dengan melakukan pemotongan terhadap
Penelitian ternak sapi yang telah dipuasakan terlebih dahulu. Proses pemotongan
menghasilkan karkas bersih setelah darah, kulit, kepala, kaki, dan organ
dalam dilepaskan (Edey, 1983). Penimbangan karkas dilakukan dengan
menggunakan timbangan gantung kapasitas 150 kg, menghasilkan bobot
karkas dalam satuan kilogram (Soeparno, 1994). Perbandingan bobot karkas
dengan bobot potong menghasilkan data persentase karkas (Obst et al., 1980).
Hasil Rata-rata bobot potong Sapi Krui jantan 220,28+16,93 kg dan sapi betina
penelitian 180,26+9,66 kg, persentase karkas Sapi Krui jantan 48,09+2,23% dan Sapi
Krui betina 44,47+4,39%, persentase kulit Sapi Krui jantan 6,47+0,66% dan
sapi betina 7,02+0,41%, persentase lemak kidney pelpic heart Sapi Krui
jantan 0,86+0,11% dan sapi betina 0,92+0,15%, persentse lemak Sapi Krui
jantan 5,58+0,72% dan sapi betina 5,28+0,57%, persentase tulang Sapi Krui
jantan 13,66+1,01% dan sapi betina 13,44+0,86%, pesentase daging Sapi
Krui jantan 37,30+1,71% dan sapi betina 33,68+4,13%.
Kelebihan Jurnal ini memiliki kelebihan pada hasil penelitian banyak diberikan table
Jurnal dan grafik agar pembaca lebih mudah memahami hasil dari penelitian jurnal
tersebut.
Jurnal internasional sapi
Judul Carcass Composition and Cuts of Bulls and Steers Fed with Three
Concentrate Levels in the Diets
Jurnal The Asian – Australasian
Volume dan Vol. 28 No. 9 : 1309-1316
Halaman
Tahun 2015
Penulis do Prado. I. N. et al.

Riviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly


Permasalahan Ada tiga produsen dan eksportir daging sapi utama di seluruh dunia:
Brasil, Amerika Serikat, dan Australia (ANUALPEC, 2014). Di negara-
negara ini, bangkai sapidibedah dan diproduksi di pasar grosir,sesuai
dengan standar internasional atau lokal, dantergantung pada apakah tujuan
produk adalah untukperdagangan dalam negeri atau pasar internasional.
Dengan globalisasi industri daging merah, standarisasi pemotongan dan
layanan yang memfasilitasi perbandingan dan komersialisasi antara pasar
yang berbeda itu diperlukan (Shimada et al., 2004; Hocquette et al., 2012).

Tujuan Mengetahui bobot karkas bobot potongan primer, bobot komponen fisik
Penelitian primer potongan, dan bobot potongan komersial utama dari 66 sapi,
dimana 33 adalah sapi jantan dan 33 adalah sapi jantan. Dengan
memberikan formulasi konsentrat dengan 25% bungkil kedelai, 73% biji
jagung giling, 1% campuran mineral, dan 1% batu kapur.
Sumber data Observasi
Metode Hewan ditimbang dan dibagikan menjadi dua kelompok seksual (banteng
penelitian = 33; sapi jantan = 33) dan tiga kelompok diet (0,8%, 1,1%, dan 1,4%
kadar konsentrat). Hewan dipilih secara acak dan dikebiri pada suhu 210
hari usia dengan metode bedah standar, seperti yang dijelaskan oleh
Henricks (1991). Hewan-hewan itu dikebiri pada usia 7 bulan usia dengan
instrumen pisau bedah standar. Semua kebiri adalah dilakukan dengan
anestesi lokal dan analgesia hewan dialokasikan ke dalam kandang
individu dan disimpan dalam sistem feedlot selama 116 hari. Hewan diberi
makan dua kali hari (jam 08.00 dan 16.00) dengan diet mengandung
jagung silase dan konsentrat dalam bak terpisah.

Objek University of Maringá


Penelitian
Hasil Interaksi antara kelompok seksual dan tingkat konsentrat tidak signifikan
Penelitian untuk salah satu variabel. Demikian juga, tidak ada efek tingkat konsentrat
yang terdeteksi pada hal yang sama sifat variabel. Sapi jantan
menunjukkan bobot karkas panas yang lebih tinggi (265,1 vs 221,7 kg) dan
proporsi tubuh bagian depan yang lebih tinggi (38,4% vs. 36,1%) namun
sapi jantan disajikan dengan proporsi sisi yang lebih tinggi (19,7% vs
18,5%) dan bagian belakang (44,2% vs 43,1%). Banteng menghasilkan
hasil yang lebih tinggi dari otot di tiga pemotongan utama, sehingga
menghasilkan hasil yang lebih tinggi dari bagian yang dapat dimakan dari
karkas. Banteng juga menghasilkan bobot yang lebih tinggi dari tenderloin,
knuckle, topside, flat, eye round, rump, dan rump cover. Finishing banteng
muda di penggemukan harus direkomendasikan, karena hewan
menghasilkan bangkai dengan jumlah daging yang dapat dimakan lebih
tinggi dan hasil komersial yang lebih tinggi pemotongan, sehingga
memungkinkan harga karkas yang lebih baik.
Jurnal nasional kambing
Judul Studi Kasus Tingkat Pemotongan Kambing Berdasarkan Jenis Kelamin,
Kelompok Umur Dan Bobot Karkas Di Tempat Pemotongan Hewan
Kota Malang
Jurnal Jurnal Ternak Tropika
Volume dan Vol. 18 No.1: 69 - 76
Halaman
Tahun 2017
Penulis Eko wahyudi, Gatot Ciptadi dan Agus Budiarto
Riviewer Keyla Octavira Rusyda Igfrly
Permasalahan Pertambahan penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia
ini menyebabkan kebutuhan pangan meningkat seperti kebutuhan
konsumsi daging yang juga berperan sebagai sumber protein daging.
hewani. Pada kenyataan yang saat ini terjadi jumlah peningkatan
konsumsi daging berbanding terbalik dengan peningkatan produksi
ternak yang ada. Konsumsi daging diprediksi akan terus mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
perubahan pola konsumsi masyarakat serta selera masyarakat.
Tujuan Mencari alternatif komoditas ternak penghasil daging selain sapi, salah
satunya seperti komoditas kambing, kambing berpotensi untuk menjadi
alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan dan standar gizi.
Sumber Observasi
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode study
kasus. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive
sampling dimana pemotongan kambing terbanyak dan terjadwal yaitu
di RPH kambing Kota Malang. Teknik pengambilan data primer
berdasarkan pengamatan langsung (observasi) di lapang dengan
mengelompokan sampel berdasarkan pergantian gigi seri permanen
ternak, menimbangan bobot hidup, dan bobot karkas. Penentuan
sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu
yaitu kambing yang terpotong masing – masing umur diambil sampel
1 ekor.
Hasil Tingkat pemotongan kambing betina lebih besar dengan jumlah
pemotongan 110 ekor atau 85,94% dibandingkan dengan tingkat
pemotongan kambing jantan yang hanya 18 ekor atau 14,06%. Hal ini
dikarenakan kambing betina yang dijual oleh peternak dan masuk ke
RPH lebih banyak berjenis kelamin betina. Selama ini, perilaku
peternak dalam menjual ternak betina masih dipahami secara umum
yakni karena alasan desakan kebutuhan ekonomi, seperti untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (Setyono, 2011), atau
membutuhkan dana tunai untuk kebutuhan hidupnya (Adnan, 2011).
Pemotongan kambing jantan jumlahnya sangat sedikit hanya 18 ekor
atau 14,06% dari total sampel. Hal ini dikarenakan kambing jantan
kurang diminati pada hari-hari biasa dikarenakan harga kambing jantan
lebih mahal dibandingkan dengan harga kambing betina.
Jurnal internasional kambing
Judul The Potential of Goat Meat in the Red Meat Industry
Jurnal Journal Sustaiability
Volume dan Halaman 11, 3671
Tahun 2019
Penulis Irene Rumbidzai Mazhangara, Eliton Chivandi, John Fisher
Mupangwa and Voster Muchenje
Riview Keyla Octavira Rusyda Igfirly
Permasalahan Daging adalah bagian integral dari makanan manusia. Ini adalah
salah satu sumber utama protein makanan, lemak, vitamin dan
mineral bagi manusia. Antara tahun 1961 dan 2011, daging per
kapita global(kg/orang/tahun) konsumsi meningkat dari 23,1 kg
menjadi 42,2 kg. Peluang bagi produsen lokal petani kecil saat
mereka memasuki pasar yang terus meningkat. Selain sebagai
sumber energi yang terkonsentrasi, lemak dalam daging
memediasi penyerapanvitamin yang larut dalam lemak, sehingga
membantu mencegah potensi kekurangan vitamin yang larut
dalam lemak. Meskipunatribut gizi positifnya (sumber protein
berkualitas, padat energi, dan vitamin dan mineral) kandungan,
daging merah juga kaya akan lemak jenuh dan kolesterol.
Dibandingkan dengan sapi, domba dan babi, investasi ilmiah
yang dilakukan untuk perbaikan lebih sedikit produktivitas
kambing. Ini "lag" dalam investasi menuju peningkatan sifat-
sifat produktif kambing, bisa saja akibat dari terdegradasinya
kambing ke nilai ekonomi rendah oleh negara maju dunia, dan
preferensi konsumen untuk daging lain dibandingkan dengan
chevon. Kedua aspek ini telah sangat berkontribusi pada
ketidaksesuaian dalam investasi pembangunan ke dalam
produktivitas kambing dan potensi kambing untuk berkontribusi
pada produksi hewan untuk konsumsi manusia.
Tujuan Untuk mengetahui kandungan nutrisi dari daging kambing untuk
konsumsi manusia
Sumber Observasi
Metode Pengembangan penargetan kambing meningkat produktivitas,
chevon, karena profil nutrisi kimianya yang menyehatkan
berpotensi menjadi yang berikutnya penyumbang utama protein
hewani untuk konsumsi manusia dalam waktu yang tidak terlalu
lama
Obyek -
Hasil Secara global konsumen telah menjadi lebih sadar akan
kesehatan dan sekarang memberikan pengaruh yang kuat
mengenai penerimaan dan atau pemboikotan makanan tertentu.
Di atas dan di atas mempertimbangkan atribut sensorik, nilai
gizi dan faktor kenyamanan yang terkait dengan daging. Saat ini
konsumen menuntut daging dengan asam lemak jenuh yang
lebih sedikit, yang telah terbukti memiliki dampak negatif yang
lebih sedikit pada kesehatan dibandingkan dengan daging
berlemak yang kaya akan asam lemak jenuh. Selain menjadi
sumber yang baik protein berkualitas untuk konsumsi manusia,
memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang rendah,
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari asam lemak yang
diinginkan dan tidak jenuh, yang diketahui memiliki manfaat
efek kesehatan dalam tubuh manusia. Dengan kandungan nutrisi
pada daging kalori 122%, lemak 2.8%, lemak jenuh 0.79%,
kolesterol 63.8%, protein 23% dan zat besi 3.2%. sebagian besar
kambing ditemukan di negara-negara berkembangAfrika dan
Asia dan dengan demikian sebagian besar dipelihara oleh petani
skala kecil pedesaan. Meskipun negara-negara ini memiliki
populasi kambing yang besar.
Kesimpulan Kambing diketahui memainkan peran penting dalam ketahanan
pangan manusia di tingkat rumah tangga, merekakontribusi
dapat diperbesar dengan menyoroti dan menciptakan kesadaran
di masyarakat konsumen tentangkeunikan chevon, sebagian
besar merupakan produk alami dengan profil asam lemak yang
bermanfaat bagi kesehatan.Selanjutnya, peningkatan teknik
peternakan kambing, pencatatan dan penganggaran yang akurat
serta pengembangan struktur pemasaran yang formal dan
didukung dengan baik diperlukan dalam agar petani
mendapatkan keuntungan penuh dari peternakan kambing dan
penjualan chevon.
Jurnal nasional domba
Judul Produktivitas karkas domba garut jantan pada pemberian jenis pakan
dan waktu yang berbeda

Jurnal Jurnal ilmu produksi dan teknologi hasil peternakan

Volume dan Vol.02 no 1 hal 251-256


halaman

Tahun 2014
Penulis Aslimah S, dkk

Reviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly

Permasalahan Suhu lingkungan yang meningkat pada siang hari berakibat pada
peningkatan respon fisiologis dan perubahan tingkah laku ternak. Stres
panas (heat stress) dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan
yang pada akhirnya berimbas pada status kecukupan gizi (Kandem) et
al. 2013). Panas tersebut dapat berasal dari lingkungan maupun
metabolisme tubuh, sementara itu domba merupakan hewan diurnal
yang aktivitas hidupnya lebih banyak dilakukan pada siang hari. Oleh
karena itu, untuk menghindari heat stress akibat makan siang hari, perlu
dilakukan kajian manajemen pemberian pakan sore hari,penelitian
menengenai pengaruh waktu pemberian pakan terhadap performa
pertumbuhan sap potong di daerah sub tropis telah banyak di lakukan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh limbah kecambah
penelitian kacang hijau dan perbedaan waktu pemberian pakan (pagi, sore)
terhadap produktivitas karkas pada domba jantan garut.

Sumber data Observasi


Metode Penelitian dilakukan di kandang percobaan laboratorium lapang ternak
penelitian ruminansia kecil dan laboratium ruminansia besar departemen ilmu
produksi dan teknologi peternakan, fakultas peternakan IPB pada bulan
juni-oktober 2013.
Objek penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)

Hasil penelitian Limbah tauge nyata meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas serta komposisi
lemak karkas. Pemberian pakan sore hari nyata meningkatkan bobot dan
persentase daging. Penggunaan limbah tauge dengan taraf 40% dapat
dijadikan pakan alternatif pengganti rumput.
Jurnal internasional domba
Judul Dual energy X-ray absorptiometry preciselyand accurately
predicts lamb carcass composition at abattoir chain speed across a
range of phenotypic and genotypic variables

Jurnal Animal (2020), 14:10, pp 2194–2202

Volume dan halaman Hal 2194-2202


Tahun 2020
Penulis S. L. Connaughton et et.al

Reviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly


Permasalahan Sebagai komposisi prediktor tidak dapat diandalkan, dengan
prediksi % lemak bangkai RMSEmulai dari 2,91 hingga 3,11
(Kirtonet al., 1985) dan prediksi hasil daging yang dapat dijual
(%) juga terbukti bervariasi (Hopkins et al., 2004).

Tidak ada literatur yang merinci presisi danakurasi penggunaan


pengukuran GR diperoleh melalui rabaan.

Tujuan Penelitian Memprediksi prsentase lemak dan kurus seperti yang ditentukan
oleh CT pada berbagai variabel fenotipik dan genotipik di454
domba lebih dari 6 kelompok pembunuh dan membandingkan
hasil ini dengan standar aturan kelas industri Australia saat ini
(GR)
Sumber data Observasi
Metode Metode penelitian dengan seleksi karkas dan pengumpulan data
sebanyak 454 dombaberasal dari 6 kelompok pembunuh yang
berbeda dari kawanan inti Meat and Livestock Australia,
daneksperimen yang dijelaskan oleh Fogartydkk.(2007) dan Van
derWerfdkk.(2010). Proses seleksi untuk domba-domba ini
adalah identik dengan eksperimen DEXA.
Jurnal nasional babi
Judul Pendugaan Bobot Karkas, Persentase Karkas dan Tebal Lemak
Punggung Babi Duroc Jantan Berdasarkan Umur Ternak
Jurnal Jurnal peternakan Indonesia
Volume dan Vol.13 No 2, hal 5
halaman
Tahun 2011
Penulis S.N. Aritonang, dkk
Reviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly
Permasalahan Variabel yang diamati adalah bobot karkas, persentase karkas, dan
lemak punggung ketebalan babi Duroc jantan. Prediksi variabel yang
berkorelasi dengan usia mereka diukur dengan menggunakan analisis
regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat
antara umur hewan dengan bobot karkas, persentase karkas, dan
ketebalan lemak punggung babi Duroc jantan (P<0,01).
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi bobot karkas, persentase
penelitian karkas dan ketebalan lemak punggung babi Duroc jantan berdasarkan
umurnya dilakukan pada seratus dua puluh ekor babi Duroc jantan.
Babi-babi itu adalah dibagi menjadi empat kelompok umur yang
berbeda: A (240-270 hari), B (271-300 hari), C (301-330 hari) dan D
(331-360 hari). Metode survei dilakukan dengan menggunakan
purposive quota sampling di Mabar Slaugther Rumah, Medan.
Sumber data Observasi
Metode Penelitian ini menggunakan 120 ekor babi Duroc jantan dari berbagai
penelitian umur yang dikelompokkan atas 4 kelompok umur, yaitu
A (240-270 hari), B (271-300 hari), C (301-330) dan D (331-360 hari).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan
mengukur secara langsung peubah yang diamati, dan pengambilan
sampel dilakukan secara langsung terhadap peubah yang diamati dan
pengambilan sampel dilakukan secara purposive kuota sampling di RPH
Mabar, Medan. Peubah yang diukur adalah bobot karkas, persentase
karkas dan tebal lemak punggung babi Duroc jantan, sedangkan
pendugaan peubah berdasarkan umur ternak digunakan analisis regresi
dengan persamaan regresi Y = a + bX dimana X= Umur babi Duroc dan
Y = bobot hidup, persentase karkas dan tebal lemak punggung.
Hasil penelitian Hasil menunjukkan bahwa semakin bertambah umur ternak maka
semakin meningkat bobot dari masing-masing organ dalam pada ternak
babi yang berarti makin tinggi juga bobot karkas. Sesuai dengan
pendapat Pedone, et al. (1995) bahwa bertambahnya umur ternak pada
kurun waktu tertentu akan diperoleh ukuran-ukuran tubuh yang
membesar. Demikian juga menurut Aberle, et al. (2001) bahwa
pertumbuhan bobot karkas akan bertambah dengan bertambahnya umur.
Seperti yang ditunjukkan dalam hasil penelitian ini, bahwa bobot karkas
babi Duroc jantan 98,90% dipengaruhi oleh umur.
Jurnal internasional babi
Judul Procedures for Estimating Pork Carcass Composition

Jurnal Journal fact sheet

Halaman 4

Tahun 2017

Penulis Dennis Burson, University of Nebraska

Reviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly

Permasalahan Sebagian besar pengepakan mengenali perbedaan nilai produk karkas


dengan membayar berat karkas yang diinginkan, dan persentase atau
kadar lean.
Tujuan Beberapa metode evaluasi karkas babi digunakan oleh industri untuk
penelitian meningkatkan produktivitas dan karkas jasa dan juga untuk
mewujudkan perbedaan nilai di pasar.

Sumber data Observasi


Metode Metode persamaan dikembangkan dari penelitian potongan bangkai dan
penelitian dijabarkan dalam: rinci dalam Komposisi Pork dan Prosedur Penilaian
Kualitas oleh American Meat Science Association dan National Pork
Producers Council (NPPC). Persamaan memperkirakan Standar Bebas
Lemak Bobot tanpa lemak yang kemudian dapat dinyatakan sebagai
persen dari bobot karkas.

Hasil penelitian Hasil evaluasi karkas juga digunakan dalam kompetisi untuk
mengeksplorasi perbedaan nilai karkas dan untuk memberikan
rangsangan bagi perubahan industri.
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, SN, Pinem, J. and Tarigan, S., 2011. Pendugaan bobot karkas, persentase
karkas dan tebal lemak punggung babi Duroc jantan berdasarkan umur ternak.
Jurnal Peternakan Indonesia (Jurnal Ilmu Peternakan Indonesia) , 13 (2),
hlm.120-124.

Aslimah, S., M. Yamin, D. Apri Astututi. 2014. Produktivitas karkas domba


Garut Jantan Pada Pemberian Jenis Pakan dan Waktu yang
berbeda. Jurnal ilmu Produksi dan teknologi Hasil Peternakan 02 (01) :
251-256

Burson, D. and Berg, E., 2001. Procedures for estimating pork carcass composition. Pork
quality facts. National Pork Producers Council, Des Moines IA, USA.

Connaughton, S. L., A. Williams, F. Anderson, K. R. Kelman and G. E. Gardner. 2019.


Dual energy X-ray absorptiometry precisely and accurately predictslamb carcass
composition at abattoir chain speed across a range of phenotypic and genotypic
variables. Animal. 2194–2202

Dewantara B. F., M. D. I. Hamdani, Sulastri, dan K. Adhianto. 2017. Karakteristik dan


Komposisi Karkas Pada Sapi Krui di Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung.
Sains Peternakan. 15(1) : 35-40.
do Prado, I. N., R. A. C. Passetti, D. C. Rivaroli., M. G. Ornaghi, K. A. de Souza, C. B.
Carvalho, D. Perotto and J. L. Moletta. 2015. Carcass Composition and Cuts of
Bulls and Steers Fed with Three Concentrate Levels in the Diets. The Asian-
Australasian. 28 (9) : 1309 – 1316.

Mazhangara I.R., Chivandi E. and Mupangwa J.F. 2019. The Potential of Goat Meat in the
Red Meat Industry. Journal Sustaiability. (11) 3671

Wahyudi E., G. Ciptadi dan A. Budiarto. 2017. Studi Kasus Tingkat Pemotongan Kambing
Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur Dan Bobot Karkas Di Tempat
Pemotongan Hewan Kota Malang. J. Ternak Tropikal. 18(1) : 69-76.

Anda mungkin juga menyukai