Disusun oleh :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020/2021
Jurnal nasional sapi
Judul Karakteristik dan Komposisi Karkas Pada Sapi Krui di Kabupaten Pesisir
Barat Provinsi Lampung
Jurnal Sains Peternakan
Volume
dan Vol. 15 No. 1: 35-40
Halaman
Tahun 2017
Penulis B. F. Dewantara, M. D. I. Hamdani, Sulastri, dan K. Adhianto.
Riviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly
Permasalahan Indonesia merupakan daerah yang memiliki jenis sapi lokal yang telah
menjadi pencitraan sebagai sapi asli Indonesia. Menurut (Pane, 1986) sapi
yang tergolong sapi lokal Indonesia antara lain sapi Bali, sapi Madura, dan
sapi Sumatera. Sapi Lokal memiliki banyak keuntungan apabila kita nilai
dari segi ketahanan fisik dan minimnya biaya pemeliharaan. Namun jika
dinilai dari cepat dalam berkembang biaknya sapi lokal Indonesia belum
mampu menyamai jenis sapi impor. Sapi yang ada di Kabupaten Pesisir
Barat merupakan jenis sapi lokal yang telah mengalami perkembang biakan
secara alami di daerah tersebut. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat
menyebut sapi yang ada dengan sebutan sapi Krui atau “Jawi Peghia” yang
artinya sapi kecil. Sapi yang ada di Kabupaten Pesisir Barat tergolong dalam
jenis sapi yang memiliki postur tubuh yang kecil.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan komposisi
Penelitian karkas Sapi Krui di Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Penelitian untuk
mengetahui tingkat performa Sapi Krui yang dapat memenuhi kebutuhan
daging di Kabupaten Pesisir Barat Lampung. Tingkat performa tersebut
dapat di ukur dengan mengetahui karakteristik karkas dan komposisi karkas,
pada Sapi Krui di kabupaten Pesisir Barat Lampung tersebut.
Sumber Data Observasi
Metode Pengambilan data karkas dimulai dengan melakukan pemotongan terhadap
Penelitian ternak sapi yang telah dipuasakan terlebih dahulu. Proses pemotongan
menghasilkan karkas bersih setelah darah, kulit, kepala, kaki, dan organ
dalam dilepaskan (Edey, 1983). Penimbangan karkas dilakukan dengan
menggunakan timbangan gantung kapasitas 150 kg, menghasilkan bobot
karkas dalam satuan kilogram (Soeparno, 1994). Perbandingan bobot karkas
dengan bobot potong menghasilkan data persentase karkas (Obst et al., 1980).
Hasil Rata-rata bobot potong Sapi Krui jantan 220,28+16,93 kg dan sapi betina
penelitian 180,26+9,66 kg, persentase karkas Sapi Krui jantan 48,09+2,23% dan Sapi
Krui betina 44,47+4,39%, persentase kulit Sapi Krui jantan 6,47+0,66% dan
sapi betina 7,02+0,41%, persentase lemak kidney pelpic heart Sapi Krui
jantan 0,86+0,11% dan sapi betina 0,92+0,15%, persentse lemak Sapi Krui
jantan 5,58+0,72% dan sapi betina 5,28+0,57%, persentase tulang Sapi Krui
jantan 13,66+1,01% dan sapi betina 13,44+0,86%, pesentase daging Sapi
Krui jantan 37,30+1,71% dan sapi betina 33,68+4,13%.
Kelebihan Jurnal ini memiliki kelebihan pada hasil penelitian banyak diberikan table
Jurnal dan grafik agar pembaca lebih mudah memahami hasil dari penelitian jurnal
tersebut.
Jurnal internasional sapi
Judul Carcass Composition and Cuts of Bulls and Steers Fed with Three
Concentrate Levels in the Diets
Jurnal The Asian – Australasian
Volume dan Vol. 28 No. 9 : 1309-1316
Halaman
Tahun 2015
Penulis do Prado. I. N. et al.
Tujuan Mengetahui bobot karkas bobot potongan primer, bobot komponen fisik
Penelitian primer potongan, dan bobot potongan komersial utama dari 66 sapi,
dimana 33 adalah sapi jantan dan 33 adalah sapi jantan. Dengan
memberikan formulasi konsentrat dengan 25% bungkil kedelai, 73% biji
jagung giling, 1% campuran mineral, dan 1% batu kapur.
Sumber data Observasi
Metode Hewan ditimbang dan dibagikan menjadi dua kelompok seksual (banteng
penelitian = 33; sapi jantan = 33) dan tiga kelompok diet (0,8%, 1,1%, dan 1,4%
kadar konsentrat). Hewan dipilih secara acak dan dikebiri pada suhu 210
hari usia dengan metode bedah standar, seperti yang dijelaskan oleh
Henricks (1991). Hewan-hewan itu dikebiri pada usia 7 bulan usia dengan
instrumen pisau bedah standar. Semua kebiri adalah dilakukan dengan
anestesi lokal dan analgesia hewan dialokasikan ke dalam kandang
individu dan disimpan dalam sistem feedlot selama 116 hari. Hewan diberi
makan dua kali hari (jam 08.00 dan 16.00) dengan diet mengandung
jagung silase dan konsentrat dalam bak terpisah.
Tahun 2014
Penulis Aslimah S, dkk
Permasalahan Suhu lingkungan yang meningkat pada siang hari berakibat pada
peningkatan respon fisiologis dan perubahan tingkah laku ternak. Stres
panas (heat stress) dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan
yang pada akhirnya berimbas pada status kecukupan gizi (Kandem) et
al. 2013). Panas tersebut dapat berasal dari lingkungan maupun
metabolisme tubuh, sementara itu domba merupakan hewan diurnal
yang aktivitas hidupnya lebih banyak dilakukan pada siang hari. Oleh
karena itu, untuk menghindari heat stress akibat makan siang hari, perlu
dilakukan kajian manajemen pemberian pakan sore hari,penelitian
menengenai pengaruh waktu pemberian pakan terhadap performa
pertumbuhan sap potong di daerah sub tropis telah banyak di lakukan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh limbah kecambah
penelitian kacang hijau dan perbedaan waktu pemberian pakan (pagi, sore)
terhadap produktivitas karkas pada domba jantan garut.
Hasil penelitian Limbah tauge nyata meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot
badan, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas serta komposisi
lemak karkas. Pemberian pakan sore hari nyata meningkatkan bobot dan
persentase daging. Penggunaan limbah tauge dengan taraf 40% dapat
dijadikan pakan alternatif pengganti rumput.
Jurnal internasional domba
Judul Dual energy X-ray absorptiometry preciselyand accurately
predicts lamb carcass composition at abattoir chain speed across a
range of phenotypic and genotypic variables
Tujuan Penelitian Memprediksi prsentase lemak dan kurus seperti yang ditentukan
oleh CT pada berbagai variabel fenotipik dan genotipik di454
domba lebih dari 6 kelompok pembunuh dan membandingkan
hasil ini dengan standar aturan kelas industri Australia saat ini
(GR)
Sumber data Observasi
Metode Metode penelitian dengan seleksi karkas dan pengumpulan data
sebanyak 454 dombaberasal dari 6 kelompok pembunuh yang
berbeda dari kawanan inti Meat and Livestock Australia,
daneksperimen yang dijelaskan oleh Fogartydkk.(2007) dan Van
derWerfdkk.(2010). Proses seleksi untuk domba-domba ini
adalah identik dengan eksperimen DEXA.
Jurnal nasional babi
Judul Pendugaan Bobot Karkas, Persentase Karkas dan Tebal Lemak
Punggung Babi Duroc Jantan Berdasarkan Umur Ternak
Jurnal Jurnal peternakan Indonesia
Volume dan Vol.13 No 2, hal 5
halaman
Tahun 2011
Penulis S.N. Aritonang, dkk
Reviewer Keyla Octavira Rusyda Igfirly
Permasalahan Variabel yang diamati adalah bobot karkas, persentase karkas, dan
lemak punggung ketebalan babi Duroc jantan. Prediksi variabel yang
berkorelasi dengan usia mereka diukur dengan menggunakan analisis
regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat
antara umur hewan dengan bobot karkas, persentase karkas, dan
ketebalan lemak punggung babi Duroc jantan (P<0,01).
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi bobot karkas, persentase
penelitian karkas dan ketebalan lemak punggung babi Duroc jantan berdasarkan
umurnya dilakukan pada seratus dua puluh ekor babi Duroc jantan.
Babi-babi itu adalah dibagi menjadi empat kelompok umur yang
berbeda: A (240-270 hari), B (271-300 hari), C (301-330 hari) dan D
(331-360 hari). Metode survei dilakukan dengan menggunakan
purposive quota sampling di Mabar Slaugther Rumah, Medan.
Sumber data Observasi
Metode Penelitian ini menggunakan 120 ekor babi Duroc jantan dari berbagai
penelitian umur yang dikelompokkan atas 4 kelompok umur, yaitu
A (240-270 hari), B (271-300 hari), C (301-330) dan D (331-360 hari).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan
mengukur secara langsung peubah yang diamati, dan pengambilan
sampel dilakukan secara langsung terhadap peubah yang diamati dan
pengambilan sampel dilakukan secara purposive kuota sampling di RPH
Mabar, Medan. Peubah yang diukur adalah bobot karkas, persentase
karkas dan tebal lemak punggung babi Duroc jantan, sedangkan
pendugaan peubah berdasarkan umur ternak digunakan analisis regresi
dengan persamaan regresi Y = a + bX dimana X= Umur babi Duroc dan
Y = bobot hidup, persentase karkas dan tebal lemak punggung.
Hasil penelitian Hasil menunjukkan bahwa semakin bertambah umur ternak maka
semakin meningkat bobot dari masing-masing organ dalam pada ternak
babi yang berarti makin tinggi juga bobot karkas. Sesuai dengan
pendapat Pedone, et al. (1995) bahwa bertambahnya umur ternak pada
kurun waktu tertentu akan diperoleh ukuran-ukuran tubuh yang
membesar. Demikian juga menurut Aberle, et al. (2001) bahwa
pertumbuhan bobot karkas akan bertambah dengan bertambahnya umur.
Seperti yang ditunjukkan dalam hasil penelitian ini, bahwa bobot karkas
babi Duroc jantan 98,90% dipengaruhi oleh umur.
Jurnal internasional babi
Judul Procedures for Estimating Pork Carcass Composition
Halaman 4
Tahun 2017
Hasil penelitian Hasil evaluasi karkas juga digunakan dalam kompetisi untuk
mengeksplorasi perbedaan nilai karkas dan untuk memberikan
rangsangan bagi perubahan industri.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, SN, Pinem, J. and Tarigan, S., 2011. Pendugaan bobot karkas, persentase
karkas dan tebal lemak punggung babi Duroc jantan berdasarkan umur ternak.
Jurnal Peternakan Indonesia (Jurnal Ilmu Peternakan Indonesia) , 13 (2),
hlm.120-124.
Burson, D. and Berg, E., 2001. Procedures for estimating pork carcass composition. Pork
quality facts. National Pork Producers Council, Des Moines IA, USA.
Mazhangara I.R., Chivandi E. and Mupangwa J.F. 2019. The Potential of Goat Meat in the
Red Meat Industry. Journal Sustaiability. (11) 3671
Wahyudi E., G. Ciptadi dan A. Budiarto. 2017. Studi Kasus Tingkat Pemotongan Kambing
Berdasarkan Jenis Kelamin, Kelompok Umur Dan Bobot Karkas Di Tempat
Pemotongan Hewan Kota Malang. J. Ternak Tropikal. 18(1) : 69-76.