Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING

BERDASARKAN SKALA KEPEMILIKAN DI KECAMATAN AMPANA TETE


KABUPATEN TOJO UNA-UNA PROVINSI SULAWESI TENGAH

JURNAL

Oleh

ARJAN DJAMALUDIN
621 411 002

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PETERNAKAN
2017
Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala
Kepemilikan di Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi
Sulawesi Tengah
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Arjan Djamaludin1, Nibras Karnain Laya2, Fahrul Ilhan2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan, perbandingan pendapatan


dan membandingkan efisiensi usaha ternak kambing berdasarkan skala kepemilikan
yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret sampai
dengan bulan April 2017 di Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una,
Provinsi Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan adalah metode survei, dengan
menghimpun data sekunder dan data primer meliputi karakteristik peternak, biaya
produksi, penerimaan dan pendapatan. Penentuan lokasi penelitian secara Proposive
sampling. Sampel diambil sebanyak 76 responden secara sampel jenuh. Data yang
diperoleh dianalisis mengunakan analisis pendapatan, analisis efisiensi, dan analisis
statistic perbandingan uji t. Hasil penelitian menunjuhkan bahwa rata-rata pendapatan
yang diproleh usaha ternak skala kepemilikan 12 ekor sebesar Rp 2.378.437 dan
pendapatan usaha ternak skala kepemilikan 4 ekor sebesar Rp 923.829. hasil uji t
menunjukan bahwa t hitung nilainya 4.285 sedangkan ttabel =0.05 menunjukan nilainya
1.666, hal ini berarti Ho ditolak dan H1 teruji kebenaranya bahwa terdapat perbedaan
yang sangat nyata antara pendapatan usaha ternak kambing pada skala kepemilikan 4
ekor dengan usaha ternak kambing pada skala kepemilikan 12 ekor. Uji efisiensi telah
mencapai lebih dari satu, menunjukan bahwa kedua skala kepemilikan telah efisien
untuk diusahakan, namun yang lebih diusahakan adalah skala kepemilikan 12 ekor,
terbukti dengan nilai R/C Ratio menunjukan bahwa 1.38 untuk skala kepemilikan 4 ekor
dengan 1.76 untuk skala kepemilikan 12 ekor.

Kata kunci : Usaha Ternak Kambing, Pendapatan Peternak, Skala


Kepemilikan.

(I) mahasiswa
(II) Dosen Pembimbing
(I) mahasiswa
(II) Dosen Pembimbing
PENDAHULUN Keberhasilan usaha ternak
Pembangunan sub-sektor kambing bergantung pada tiga unsur
peternakan merupakan bagian dari yaitu bibit, pakan, dan manajemen.
pembangunan pertanian yang Merupakan pengelolaan
bertujuan untuk mencapai suatu perkawinan, pemberian pakan,
kondisi peternakan yang tangguh perkandangan, dan kesehatan ternak,
dengan dicirikan kemampuan para petani di perhadapkan
mensejaterahkan para petani ternak bagaimana mengkombinasikan factor
dan kemanpuan dalam mendorong produksi berupa lahan, ternak, modal
pertumbuhan ekonomi, dan sektor untuk menghasilkan produk
terkait secara keseluruhannya. peternakan. Pada usaha peternakan
Pembangunan peternakan diarahkan rakyat, peternak berfungsi sabagai
untuk meningkatkan mutu hasil pembuat keputusan yang berusaha
produksi, meningkatkan pendapatan, mengambil keputusan yang efektif
memperluas lapangan kerja, serta dan efisien dalam menjalankan dan
memberikan peluang berusaha bagi mengelolah usaha ternaknya.
masyarakat pada umumnya. Pada usaha peternakan
Salah satu usaha ternak yang kambing terdapat beberapa
banyak menarik perhatian adalah kelemahan yang muncul pada usaha
usaha ternak kambing. Ternak skala kecil adalah ketidak mampuan
kambing merupakan usaha yang memanfaatkan sumberdaya ternak
berpotensi untuk dikembangkan secara efisien dan peternak belum
dengan tujuan sebagai penghasil secara optimal dalam memanfaatkan
daging, menghasilkan bibit, alokasi waktu dan tenaga kerja
menambah penghasilan, serta keluarga yang terlibat, sehingga
sebagai bahan tabungan masa depan. penerimaan yang diperoleh relatif
Peternakan kambing dapat kecil. Oleh karena itu tingkat
ditumbuhkan dan dikembangkan kepemilikan ternak yang mampu
dalam lingkungan usaha mikro, mengefisiensikan pemanfatan waktu,
karena usaha ini masih banyak tenaga kerja, dan keutungan
dikelola oleh masyarakat kecil, oleh merupakan fenomena yang harus
karena itu pembangunan usaha diketahui oleh peternak. Sehingga
peternakan khususnya usaha ternak kondisi tersebut menunjukan bahwa
kambing memerlukan insentif- dalam mencapai tujuan produksi dan
insentif yang tepat agar dapat pendapatan skala usaha menjadi
meningkatkan produksi usaha masalah yang perlu
peternakan hingga mencapai dipertimbangkan, tingkat pemilikan
produksi yang maksimum untuk ternak yang optimum dalam
meningkatkan pendapatan. menghasilkan keuntungan yang
memadai harus menjadi

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 5
pertimbangan dalam menjalankan Tujuan dari penelitian ini
kegiatan usaha ternak. yaitu untuk Mengetahui pendapatan
Kecamatan Ampana Tete usaha ternak kambing dari dua skala
merupakan salah satu dari 12 kepemilikan ternak di Kecamatan
kecamatan yang ada di Kabupaten Ampana Tete, Membandingkan
Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi pendapatan usaha ternak dari dua
Tengah, yang mamiliki populasi skala kepemilikan ternak di
ternak kambing pada tahun 2015 Kecamatan Ampana Tete,
dengan jumlah 1212 ekor (BPP Membandingkan efisiensi usaha
Ampana Tete) yang tersebar di 20 ternak kambing dari dua skala
desa, sebagian masyarakat di kepemilikan ternak di Kecamatan
Kecamatan tersebut memelihara Ampana Tete.
ternak kambing sebagai usaha Manfaat yang diperoleh dari
sampingan, dengan tingkat penelitian ini yaitu, Pada pemerintah
kepemilikan relatif kecil antara 2-5 daerah dan pihak terkait menjadi
ekor namun ada beberapa petani bahan pertimbangan dalam
memelihara lebih dari enam ekor menyusun kebijakan pengembangan
yang diusahakan dengan tujuan usaha peternakan yang lebih baik,
komersial. utamanya ternak kambing,
Keberhasilan suatu usaha Merupakan bahan informasi bagi
ternak baik pada skala kecil maupun petani dalam mengelolah usaha
skala besar tidak terlepas dari ternak kambing, Sebagai bahan
kemampuan dalam pembelajaran bagi mahasiswa itu
mengkombinasikan faktor produksi sendiri dan diharapkan dapat
sehingga akan mampu meningkatkan memperoleh infomasi untuk
produksinya dan diharapkan mampu penelitian lanjutan tentang analisis
meningkatkan pendapatan petani. perbandingan pendapatan usaha
Apabila petani tidak mampu ternak kambing.
mengelola usaha ternaknya, maka
belum bisa diharapkan petani akan METODE PENELITIAN
memperoleh keuntungan walaupun Penelitian ini di laksanakan
ternaknya berskala besar. pada bulan Maret sampai dengan
Berdasarkan uraian tersebut bulan April 2017 di Kecamatan
maka perlu dilakukan penelitian Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-
tentang Analisis Perbandingan Una Provinsi Sulawesi Tengah.
Pendapatan Usaha Ternak Kambing Metode penelitian yang
Berdasarkan Skala Kepemilikan di digunakan adalah metode survei
Kecamatan Ampana Tete Kabupaten merupakan metode yang digunakan
Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi untuk memperoleh data, fakta dari
Tengah. segala yang ada, mencari keterangan

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 6
secara fakta baik tentang institusi, desa Urundaka 37 orang, desa Tanpa
sosial, dan ekonomi (Wirartha, Batu 26 orang, desa Mantangisi 13
2006). Metode survei dilakukan orang, jumlah total sampel adalah 76
dengan menghimpun data primer dan orang. Selanjutnya responden
data sekunder. dikelompokan dalam dua skala
Populasi adalah wilayah berdasarkan jumlah kepemilikan
generalisasi yang terdiri atas obyek ternak (Setiadi, 2004), kepemilikan
atau subyek yang mempunyai satu rata-rata 4 ekor dengan jumlah
kualitas dan karakteristik tertentu sampel 44 orang, kepemilikan dua
yang ditetapkan oleh peneliti untuk rata-rata 12 ekor dengan jumlah
dipelajari dan ditarik kesimpulannya sampel 32 orang, dan jumlah secara
(Sugiyono, 2010). Populasi yang keseluruhan 76 orang (sampel).
digunakan dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data
adalah peternak yang berada di dilakukan secara langsung (Field
Kecamatan Ampana Tete sebanyak Research) meliputi observasi,
253 petani ternak dan populasi ternak wawancara, kuesioner, dan
sebanyak 1212 ekor (BPP 2015) dukumentasi. Data yang diperoleh
yang tersebar di 20 desa. Sampel dari hasil penelitian diolah dengan
adalah bagian dari populasi yang di menggunakan analisis pendapatan,
ambil untuk dijadikan sebagai bahan analisis perbandingan, dan analisis
penelaah dengan harapan, contoh efisiensi.
yang diambil dari populasi tersebut 1. Untuk mengetahui penerimaan
dapat mewakili (representative) dan pendapatan usaha ternak
terhadap populasinya (Sugiyono kambing digunakan rumus
2010). pendapatan (Soekartawi 2003)
Penentuan lokasi sampel Pd = TR- TC
penelitian dilakukan secara Keterangan :
Proposive Sampling yaitu Pd = Total price/Pendapatan
berdasarkan pertimbangan yakni TR = Total revenue/ penerimaan
desa tersebut memiliki populasi TC = total Cost /biaya
ternak tertinggi, sedang, rendah dan 2. Untuk menguji perbandingan
memiliki skala kepemilkan ternak maka digunakan uji komparatif,
yang berbeda. menurut Sugiyono (2002) untuk
Penarikan responden jumlah mengetahui dan menghitung
besar sampel dilakukan secara menggunakan uji (t-test), dengan
sampling jenuh atau sensus dimana taraf signifikansi =0.05 sebagai
teknik penentuan, semua anggota berikut:
populasi digunakan sampel 1 2
=
(Sugiyono, 2010). Sampel pada
(1 1)12 + (2 1)22 1 1
[ + ]
1 + 2 2 1 2
lokasi penelitian yang terdiri dari tiga

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 7
Keterangan : HASIL DAN PEMBAHASAN
X1 = rata-rata pendapatan sampel Letak Geografis
skala I Kecamatan Ampana Tete
X2 = rata-rata pendapatan sampel adalah salah satu dari 12 Kecamatan
skala II yang ada di Kabupaten Tojo Una-
n1 = jumlah sampel skala I Una. Wilayah Kecamatan Ampana
n2= jumlah sampel skala II Tete terletak pada jalur jalan Propinsi
S12 = varian sampel (pendapatan) Sulawesi Tengah, jurusan Poso-
skala I Luwuk antara kilometer 160-197
S22 = varian sampel (pendapatan) sepanjang 37 km serta dalam batas
skala II koordinat yang terletak pada 1.15
Hipotesis : lintang selatan dan 121.75 bujur
Ho : Tidak terdapat perbedaan timur, dengan batas- batas wilayah
pendapatan skala kepemilikan 4 ekor Administratif Kecamatan Ampana
dan skala kepemilikan 12 ekor. Tete, sebelah utara berbatasan
H1 : Terdapat perbedaan pendapatan dengan Kecamatan Una-Una
skala kepemilikan 4 ekor dan skala (perairan teluk tomini), sebelah
kepemilikan 12 ekor. selatan berbatasan dengan Kabupaten
Kriteria : (1) jika thitung > ttabel maka Morowali dan Kecamatan
hipotesi alternatif (Ho) diterima. (2). Ulubongka, sebelah timur berbatasan
jika thitung ttabel, maka hipotesis dengan Kabupaten Banggai, dan
alternatif (Ho) ditolak. sebelah barat berbatasan dengan
3. Untuk menilai efisiensi usaha Kecamatan Ampana Kota.
ternak menggunakan Revenue Luas Wilayah
Cost Ratio Darson (2008) dalam Luas wilayah yang dimilki
Sari 2011) dirumuskan sebagai suatu daerah merupakan salah satu
berikut : faktor penentu dalam meningkatkan
R/C Ratio = TR/TC produksi dan produktifitas dari
Keterangan : wilayah tersebut. Wilayah
R/C = perbandingan antara Kecamatan Ampana Tete adalah
penerimaan 796.02 km dengan permukaan
TR = besarnya penerimaan usaha dataran rendah sebesar 71%,
TC = besarnya biaya mengusahan perbukitan 17%, dan pegunungan
Kriteria : Jika R/CRatio > 1, Berati 12% dengan rata-rata ketinggian dari
usaha ternak efisien. Jika R/CRatio = permukaan laut 0-8 meter untuk 12
1, Berarti usaha ternak impas. Dan desa yang berada dijalan trans
Jika sulawesi Palu-Luwuk, sedangkan
R/CRatio 1, Berarti usaha ternak untuk delapan desa memiliki
tidak efisien. ketinggian antara 400-800 meter dari
permukaan laut berada di dearah

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 8
Transmigrasi Dataran Bulan. Ampana Tete disamping sektor
Kecamatan Ampana Tete terbagi atas lainya seperti perdagangan, jasa, dan
20 desa. Berdasarkan penelitian industry. Dimana pertanian
dapat disimpulkan bahwa desa Sabo menunjukan dominasinya, hal ini
memiliki luas wilayah terbesar dapat dilihat dari besarnya peranan
13.57%, sedangkan luas wilayah pertanian dalam perekonomian
terkecil yaitu desa Longge 1.38%. mayarakat setempat.
Keadaan Penduduk Selain sub-sektor tanaman
Kondisi penduduk pangan dan perkebunan, sub-sektor
merupakan hal yang harus menjadi peternakan juga menberikan peran
perhatian pihak pemerintah dan penting dalam kegiatan
warga masyarakat dalam upaya perekonomian masyarakat
meningkatkan kesejateraan Kecamatan Ampana Tete, dalam
masyarakat. Penduduk dengan melakukan usaha pemeliharaan
jumlah yang tinggi tanpa didukung ternak. Dari hasil pendataan untuk
dengan sumber daya yang usaha ternak kambing yang
berkualitas akan menjadi faktor dilakukan pada 2016 populasi ternak
penghambat dalam pembangunan kambing di Kecamatan Ampana Tete
dan pengembangan suatu wilayah. mencapai 1212 ekor (BPP Ampana
Penduduk Kecamatan Tete 2016) yang tersebar di 20 desa.
Ampana Tete tahun 2016 berjumlah Populasi menurut desa dengan
23.285 jiwa dengan rincian 12.348 jumlah populasi terbanyak adalah
jiwa penduduk laki-laki, 11.535 jiwa desa Urundaka dengan populasi 140
penduduk perempuan. Dilihat dari ekor dan populasi ternak sedikit
perbandingan antara luas wilayah adalah desa Suka Maju dan Lipu
dengan jumlah penduduk, maka pada Mpoa 15 ekor. Kecamatan Ampana
tahun 2016 memilki kepadatan 29 Tete merupakan salah satu sentral
jiwa/km dimana desa yang paling pengembangan ternak kambing di
padat adalah desa Pusungi dengan Kabupaten Tojo Una-Una.
kepadatan 201 jiwa/km dan desa karakteristik Peternak
yang jarang penduduknya adalah Umur merupakan salah satu
desa Sabo dengan 8 jiwa/km. indikator yang menunjukan
Keadaan Perekonomian kemampuan fisik seseorang. Orang
Struktur perekonomian yang memiliki umur lebih tua
Kecamatan Ampana Tete perlahan- fisiknya lemah dibandingkan orang
lahan telah mengalami perubahan yang berumur lebih muda. Umur
meskipun belum secara signifikan seorang peternak dapat berpengaruh
dari tahun-ketahun. Sektor pertanian pada produktifitas kerja mereka
merupakan peran penting dalam dalam kegiatan usaha peternakan.
kegiatan pembangunan di Kecamatan Umur juga erat kaitanya dengan pola

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 9
fikir peternak dalam menentukan teknologi untuk berinovasi dalam
sistem manajemen yang akan melakukan cara baru melakuakan
diterapkan dalam kegiatan usaha kegiatan pengelolaan usaha taninya.
peternakan. Umur penduduk Tingkat pendidikan dalam suatu
dikelompokan menjadi tiga yaitu (1) masyarakat sangat penting, karena
0-14 dinamakan usia muda atau usia dengan pendidikan yang tinggi
belum produktif, (2) umur 15-64 seseorang akan berfikir kreatif,
tahun dinamakan usia dewasa usia mengetahui setiap peluang dan dapat
usai kerja atau usai produktf, (3) menciptakan lapangan pekerjaan
umur 65 tahun keatas dinamkan usia (Sari, 2014).
tua atau usia tidak produktif Tingkat pendidikan
(Soekartawi, 2003). Karateristik responden di dearah penelitian masih
umur peternak di Kecamatan tergong rendah bila dibandingkan
Ampana berdasarkan hasil penelitian dengan program pendidikan dasar
sebagian besar umur peternak berada sembilan tahun yang dicanangkan
pada 15-64 tahun yakni sejumlah oleh pemerintah hingga saat ini.
96% kategori usia produktif, umur Berdasarkan penelitian bahwa
64 yakni 3.9% yang merupakan sabagian besar respoden memiliki
kategori usia tidak produktif. Umur kualifikasi pendidikan tamatan SD
seserang dalam mengelola usahanya, mencapai 58%, SMP mencapai 21%
sangat mempengaruhi kondisi fisik dan tingkat pendidikan sedikit yaitu
dan kemanpuan berfikir. Jika SMA yakni hanya sekitar 17% serta
dibandingka dengan peternak yang yang paling sedikit adalah
umurnya tua semakin sulit untuk pendidikan sarjana hanya 4%.
mengemangakan usahnya, Sebagian besar tingkat pendidikan
sebaliknya jika peternak yang responden adalah tamatan SD,
memiliki umur muda cenderung sehingga dalam pengelolaan usaha
memiliki fisik yang kuat. ternak, para petani masih terlihat
Salah satu faktor yang tradisional terutam dalam
dianggap berpengaruh pada pemeliharaan.
keberhasilan suatu usaha peternakan Faktor pendukung suatu
adalah pendidikan. Pendidikan usaha ternak untuk mencapai
merupakan salah satu faktor keberhasilan tidak terlepas yang
penunjang dalam hal kualitas sumber namanya pengalaman, sehingga
daya manusia guna untuk munculah semboyan yg mengatakan
memperlancar pembangunan bahwa pengalaman adalah guru yang
dibidang pertanian dan peternakan paling berharga. Dengan
karena dengan perantara pendidikan, pengalaman, usaha yang dimiliki
peternak akan mengenal diharapkan para petani mampu
pengetahuan, ketrampilan dan mengatasi persoalan-persoalan yang

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 10
dihadapinya dan menjaga sinergis responden. Jumlah anggota keluarga
usaha terhadap perubahan yang responden berkisar antara 2-9 orang.
terjadi. hal ini seperti yang Berdasrkan penelitian
dikemukakan oleh Soekartawi (2003) diperoleh sebagaian besar responden
bahwa pengalaman berusaha memiliki jumlah anggota keluarga 4-
merupakan salah satu faktor yang 6 sebesar 70%, yang terdiri dari istri
dapat diketergorikan penunjangan dan anak. Kemudian 24% responden
keberhasilan suatu usaha. memiliki jumlah anggota keluarga
Pengalaman atau lama antara dua orang, dan sisanya 6%
berternak para peternak kambing di responden yang memiliki jumlah
Kecamatan Ampana Tete berkisar anggota keluarga 7-9 orang.
antara 5 tahun, 5-10 tahun, dan 10 Jumlah anggota keluarga
tahun. Berdasarkan penelitian bahwa akan mempengaruhi peternak dalam
pengalaman berternak para mengembangkan usaha, karena
rerponden lebih banyak yang semakin banyak jumlah tanggungan
memiliki pengalaman beternak 5 keluarga maka semakin banyak pula
tahun yaitu sekitar 56%, yang beban hidup yang harus dipenuhi
memiliki pengalaman berternak 5-10 oleh seorang peternak, sehingga
tahun yaitu sekitar 38%, dan mendorongnya untuk terus berusaha
memiliki pengalaman berternak >10 melakukan pengembangan usaha
tahun yaitu sekitar 6%. Secara umum baik beternak maupun bertani
pengalaman yang dimiliki peternak diselingi dengan berburuh tani dan
masih tergolong rendah, karena lain-lain demi memenuhi kebutuhan
masih banyak responden yang ekonomi keluarga. Jumlah
memiliki pengalamn beternak 5 tanggungan keluarga adalah salah
tahun atau sekitar 56%, namun hal satu faktor ekonomi yang perlu
itu mereka dapat mengatasi dan diperhatikan dalam menentukan
mengetahui persoalan-persoalan pendapatan dalam memenuhi
yang di alaminya. Pengalaman kebutuhanya (Sumbayak, 2006).
beternak sangat berpengaruh Biaya Produksi
terhadap keberhasilan usaha. Biaya produksi dalam usaha
Semakin lama seseorang memiliki ternak kambing rakyat meliputi
pengalaman beternak akan semakin seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
mudah peternak mengatasi kesulitan- petani ternak kambing yang meliputi
kesulitan yang dialaminya (Febrina biaya tunai maupun yang
dan Liana, 2008). diperhitungan. Biaya tunai meliputi
Jumlah anggota keluarga biaya tidak tetap (Variabel Cost)
responden meliputi istri, anak, dan seperti pakan, obat-obatan/vaksin,
anggota keluarga lainnya yang tenaga kerja, dan yang
tinggal bersama-sama dengan diperhitungkan meliputi biaya tetap

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 11
(Fixed Cost) seperti perkandangan kandang hal ini disebabkan karena
dan bibit. Mulyadi (2005) model kandang yang digunakan oleh
menyatakan bahwa biaya produksi petani adalah kandang tradisional
adalah biaya yang terjadi dalam dengan dinding terbuka, atap
hubungannya dengan proses menggunakan rumbia serta tiang
produksi atau pengolaan bahan baku yang terbuat dari kayu bulat dan
menjadi produk yang siap untuk papan serpian. Sehingga rata-rata
dijual. Hasil penelitian menunjukan biaya yang dikeluarkan oleh petani
bahwa rata-rata biaya produksi untuk pembuatan kandang pada skala
ternak kambing pertahun yang kepemilikan 4 ekor sebesar Rp
dikelurkan oleh peternak kambing 322.840 atau 13.15% dari total biaya
skala kepemilikan rata-rata 4 ekor tetap 931,932 pertahun. Pada skala
sebesar Rp. 2.455.715 atau Rp kepemilikan 12 ekor sebesar Rp
945.214 perekor pertahun, dan skala 596.093 atau 19% dari total biaya
kepemilikan rata-rata 12 ekor sebesar tetap Rp 1.333.593 pertahun.
Rp. 3.126.250 atau Rp 804.171 b. Bibit
perekor pertahun untuk lebih jelas Jenis ternak kambing yang
dapat dilihat pada Tabel 8. dijadikan bibit dilokasi penelitian
Biaya Tetap (Fixed Cost) dari dua skala kepemilikan adalah
Biaya tetap adalah yang jenis kambing Peranakan Etawa,
jumlah tetap konstanta tanpa kambing Kacang. Bibit ini dibeli
dipengaruhi oleh volume usaha atau bukan lasung dipotong atau dijual
aktifitas usaha itu sendiri sampai ketika mencapai bobot badan tertentu
tingkat kegaiatan tertentu melainkan dipelihara untuk dijadikan
(Soekartawi, 2006). Dalam usaha indukan yang nantinya akan
ternak kambing di Kecamatan menghasilkan keturunan untuk
Ampana Tete Kabupaten Tojo Una- dikembangkan lagi menjadi indukan.
Una yang termasuk biaya tetap Rata-rata biaya produksi yang
adalah bibit dan penyusutan dikeluarkan oleh peternak untuk
kandang. membeli bibit untuk skala
a. Perkandangan kepemilikan 4 ekor sebesar Rp
Kandang merupakan hal yang 609,091 perekor atau 24.8% dari
sangat penting bagi kelanjutan total biaya tetap sebesar Rp 931.932
kehidupan ternak kambing berfungsi pertahun, dan skala kepemilikan 12
sebagai tempat perlindungan dari ekor sebesar Rp 737.500 /ekor atau
terik matahari dan hujan. Penelitian 23.6% dari total biaya tetap sebesar
menunjukan bahwa petani ternak Rp 1.333.594 pertahun.
kambing yang ada di Kecamatan Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Ampana Tete tidak terlalu banyak Biaya tidak tetap adalah
mengelurkan biaya untuk pembuatan biaya operasional yang dikeluarkan

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 12
petani yang bergantung pada yang seharusnya yakni 10% dari
besarnya biaya produksi. Biaya tidak bobot badan. Hasil analisis
tetap yang digunakan peternak untuk menunjuhkan rata-rata biaya
proses produksi pada usaha ternak produksi yang dikeluarkan oleh
kambing yang dimiliki terdiri dari peternak untuk pakan ternak
pakan, vaksin/obat-obatan dan kambing dilokasi penelitian pada
tenaga kerja. skala kepemilikan 4 ekor sebesar Rp
a. Pakan 540.034 atau sekitar 21.10% dari
Pakan adalah salah satu total biaya variabel sebesar Rp
indikator utama dalam keberhasilan 1.523.784 pertahun. Pada skala
usaha peternakan kambing. Hasil kepemilikan 12 ekor sebesar Rp
penelitian menunjukan bahwa yang 861,172 atau sekitar 27.55% dari
sering diberikan oleh peternak pada total biaya variabel Rp 1.523.784
ternak kambing adalah pakan hijauan pertahun. Hal ini menunjukan bahwa
yang ada disekitar lahan perkebunan biaya pemberian pakan skala
berupa legum seperti daun gamal dan kepemilikan 4 ekor lebih renda
rumput liar. Sistem pemberian pakan dibandingkan skala kepemilikan 12
masih secara tradiosional, pakan ekor, untuk lebih jelas dapat dilihat
yang diberikan kebanyakan berupa pada Tabel 8.
hijauan dan pemberiannya hanya
diberikan begitu saja tanpa
memperhatikan kebutuhan pakan
Tabel 8. Biaya Produksi Rata-Rata Pertahun Skala Kepemelikan Yang Berbeda.
Skala Pemilikan (5 Ekor) Skala Pemilikan (>5 Ekor)
Komponen Biaya
Biaya Presentasi Biaya Presentasi
A. Fixed Cost
Perkandangan 322,840 3.15 96,093 19
Bibit 609,090 4.8 37,500 3.6
Sub Total 931,932 100 1,333,594 100
B. Variabel Cots
Pakan 540,034 21.10 861,171 7.55
Vaksin/Obat-obatan 13,182 0.53 13,281 0.42
Tenaga kerja 970,568 39.52 918,203 29.37
Sub Total 1,523,784 100 1,792,656 100
Total 2,455,715 3,126,250
Smber : Data Primer diolah (2017).
peternak dalam rangka mengatasi
b. Vaksin/Obat-Obatan kesehatan ternaknya. Obat-obatan
Faktor biaya vaksin/obat- atau vaksin yang digunakan oleh
obatan pada ternak adalah faktor peternak adalah obat-obatan atau
produksi yang dikeluarkan oleh vaksin yang dibeli ditoko-toko

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 13
pertanian atau para petugas tenaga kerja yang di keluakan oleh
kesehatan hewan, dan penangan petani ternak kambing pada skala
langsung dari petugas peternakan kepemilikan 4 ekor sebersar Rp
yang ditugaskan di Kecamatan 970.568 atau 39.52% dari total biaya
Amana Tete. Pemberian vaksin variabel sebesar Rp 1.523.784
biasanya dilakukan 1-2 kali dalm pertahun. sedangkan skala
setahun. Rata-rata biaya produksi kepemilikan 12 ekor sebesar Rp
yang dikelurkan oleh peternak untuk 918.203 atau 29.37% dari total biaya
obat-obatan atau vaksin pada skala variabel sebesar Rp 1.792.656
kepemilikan 4 ekor sebesar Rp pertahun. Biaya tenega kerja ini
13.182 atau 0.53% dari total biaya berupa biaya untuk pengambilan
variabel sebesar Rp 1.523.784 pakan yang biasa dihargai sebesar Rp
petahun. Pada skala kepemilikan 4 2500 perhari. Penentuan presentase
ekor sebesar Rp 13,281 perekor besar kecilnya peran tenaga kerja
pertahun atau sekitar 0.42% dari total dalam sebua usaha ternak kambing
biaya variabel sebesar Rp 1.792.656 rakyat dimana termasuk dalam usaha
pertahun. peternakan pada umunya upah
c. Tenaga kerja tenaga kerja sulit ditentukan. Oleh
Soekartawi (2006) karena itu upah tenaga kerja hanya
menyatakan bahwa tenaga kerja dinilai denagn harga bayangan
adalah manusia yang mampu (shadow Price) atau asumsi bukan
memberikan jasa atau usaha kerja, harga rilnya (Soekartawi, 2003).
dalam hal ini manusia mampu Rincian biaya variabel pada Tabel 8.
bekerja berarti mampu melakukan Penerimaan Usaha Ternak
kegiatan yang mempunyai nilai kambing
ekonomis yang dimana kegiatan Penerimaan adalah segala
tersebut menghasilkan barang atau sesuatu yang dihasilkan dari suatu
jasa untuk memenuhi kebutuhan produk usaha pertanian/peternakan,
manusia itu sendiri. semakin besar jumlah dan nilai
Hasil penelitian menunjuhkan produk yang dihasilkan maka
bahwa rata-rata tenaga kerja dalam semakin besar pula penerimaan
usaha ternak kambing yang dimiliki (Soekardono, 2009). Penerimaan
oleh para petani baik skala usaha ternak kambing dilokasi
kepemilikan 4 ekor dan kepemilikan penelitian meliputi penjualan ternak
12 ekor yang ada di Kecamatan kambing selama satu tahun. Hasil
Ampana Tete adalah tenaga kerja peneliian menunjuhkan bahwa rata-
dari dalam keluarga petani yang rata penerimaan usaha ternak
berjumlah satu orang. Tenaga kerja kambing di Kecamatan Ampana Tete
ini bertugas dalam memberkan pada skala kepemilikan 4 ekor
pakan, dan minum. Rata-rata biaya sebesar Rp 3.379.545 atau Rp

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 14
1.230.644 perekor pertahun, Berdasarkan data primer yang
sedangkan pada skala kepemilikan telah diolah dapat diketahui rata-rata
12 ekor sebesar Rp 5.504.687 atau pendapatan yang diperoleh peternak
Rp 1.263.296 perekor pertahun. kambing Kecamatan Ampana Tete,
Penjualan ternak biasanya dilakukan pada skala kepemilikan 4 ekor yaitu
karena peternak membutuhkan uang sebesar Rp 9.23.829 pertahun atau
untuk membiayai kebutuhan sekitar Rp 79.986 perbulan atau Rp
ekonomi keluarga, biaya pendidikan, 2.85.430 perekor pertahun, dengan
dan biaya kesahatan. Penjualan harga jual ternak kambing rata-rata
ternak biasanya dijual kepada Rp 1.287.500 untuk kambing jantan
pedagang pengumpul desa atau dan Rp 9.67.391 untuk kambing
belantik, dan masyarakat yang betina. Pada skala kepemilikan 12
membutuhkan sebagai akika. ekor sebesar Rp 2.378.437 pertahun
Pendapatan Usaha Ternak atau sekitar Rp 1.98.203 perbulan
Kambing atau Rp 4.09.123 perekor pertahun,
Pendapatan merupakan nilai dengan harga jual ternak kambing
keuntung yang diperoleh dari usaha rata-rata Rp 1.417.187 untuk
tani ternak dari total penerimaan kambing jantan, dan Rp 9.65.000
dikurangi total biaya dalam suatu untuk ternak kambing betina. Hal ini
produksi (Soekartawi, 2003). menunjuhkan bahwa pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu usaha skala kepemilikan 4 ekor lebih
tujuan dari setiap jenis usaha. sedikit dibandingkan dengan usaha
Besarnya pendapatan yang diperoleh skala kepemilikan 12 ekor, karena
peternak dapat dipengaruhi oleh total disebabkan ternak kambing yang
penerimaan dan besarnya biaya yang dipelihara oleh peternak skala
dikeluarkan. Jika jumlah penerimaan kepemilikan 4 ekor hanya
yang diperoleh dari hasil usaha lebih memelihara jenis kambing Kacang
besar dari pada jumlah pengeluarnya dan jumlah ternak hanya sedikit,
maka pendapatan yang diperoleh sedangkan pada skala kepemilikan
semakin banyak, jika situasinya 12 ekor memelihara jenis kambing
terbalik maka usaha tersebut akan Peranakan Etawa dan dikung jumlah
mengalami kerugian. ternaknya banyak. Hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Penerimaan, Pendapatan Pertahun dan Efisiensi Usaha Ternak
Kambing di Kecamatan Ampana Tete.
Skala kepemiikan (5 Skala kepemilikan
Komponen
Ekor) (>5 Ekor)
Penerimaan 3,379,545 5,504,687
Pendapatan 923,829 2,378,437
Efisiensi 1.38 1.76
Sumber : Data Primer Diolah (2017).

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 15
Efisiensi Usaha Ternak Kambing Perbandingan Pendapatan
Efisiensi pada umumnya Perbandingan merupakan suatu
menunjukan perbandingan antara nilai- metode pengkajian atau penyelidikan
nilai output terhadap nilai-nilai input. dengan mengadakan perbandingan
Suatu metode produksi dikatakan lebih diantara dua objek kajian atau lebih
efisien dari pada yang lain apabila untuk menambah dan memperdalam
metode itu menghasilkan output yang pengatahuan tentang objek yang dikaji,
lebih tinggi nilainya untuk per-kesatuan dan menganalisis untuk mencari
input yang digunakan. Untuk mengukur kesamaan-kesamaan dan perbedaan-
efiseinsi keberhasilan usaha dengan perbedaan tentang orang, prosedur
analisis R/C ratio yang merupakan kerja, ide-ide kritik kelompok, dan
hubungan pembagian antara peneriman pendapatan (Ronald Chillcote, 2003).
dan total biaya produksi yang Hipotesis yang diajukan dalam
digunakan untuk menjalankan penelitian ini adalah terdapat perbedaan
produksi, dalam artian semakin besar pendapatan antara usaha ternak
R/C ratio maka akan semakin besar pula kambing skala kepemiliakn 4 ekor dan
keuntunagan yang diperoleh peternak skala kepemilikan 12 ekor. Berdasarkan
(Soekartawi, 2003). analisis rata-rata penerimaan dan biaya
Efisiensi usaha ternak kambing produksi menunjukan selisih rata-rata
di Kecamatan Ampana Tete, pada skala pendapatan skala kepemilikan 12 ekor
kepemilikan 4 ekor dan skala sebesar Rp 2.378.438 dan rata-rata
kepemilikan 12 ekor telah mencapai pendapatan skala kepemilikan 4 ekor
efisiensi usaha, yang ditujukan dari nilai sebesar Rp 9.23.830. Analisis uji t (t-
perbandingan peneriman dan biaya test) digunakan untuk membandingkan
produksi usaha ternak dari hasil analisis pendapatan, dari salah satu tes statistik
R/C ratio, dengan nilai lebih dari satu untuk menguji kebenaran atau
yaitu 1.38 dan 1.76. Nilai R/C ratio kepalsuan hipotesis nihil yang
usaha ternak dari dua skala kepemilikan menyatakan bahwa diantara dua buah
tersebut dapat diartikan bahwa setiap mean sampel yang di ambil secara
Rp 1.00 yang dikeluarkan peternak random dari populasi tidak terdapat
memberikan pengembalian sebesar 1.38 perbedaan yang signifikansi (Sudjiono,
untuk skala kepemilikan 4 ekor, dan 2010). Hasil uji t (t-test) menunjukan
sebesar Rp 1.76 untuk skala bahwa nilai yang di peroleh dari t hitung
kepemilikan 12 ekor. Hal ini dapat sebesar 4.285 sedangkan ttabel (=0.05)
diartikan bahwa usaha ternak dari dua besarnya 1.666. Hal ini berarti bahwa
skala kepemilikan adalah layak atau nilai thitung lebih besar dari pada t tabel
menguntungkan. Namun yang lebih berarti hipotesis HO ditolak, dan
efisiensi untuk dikembangkan adalah dinyatakan terdapat perbedaan yang
skala kepemilikan rata-rata 12 ekor. nyata antara pendapatan usaha ternak
kambing skala kepemilikan 4 ekor dan

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 16
skala kepemilikan 12 ekor. Artinya SARAN
pendapatan skala kepemilikan 4 ekor Dari hasil penelitian ini
lebih rendah dari pada skala disarankan peternak dan pemerintah
kepemilikan 12 ekor. Besarnya daerah Kecamatan Ampana Tete
pendapatan yang diperoleh peternak Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi
usaha skala kepemilikan 12 ekor Sulawesi Tengah lebih memperhatikan
dikeranakan jenis ternak kambing yang pengembangan usaha ternak kambing
dipelihara adalah kambing Peranakan dan ternak lainya secara umum. Hal ini
Etawa serta banyaknya ternak yang dapat terwujut antara lain :
dipelihara, sedangkan rendahnya 1. Petani diharapkan memiliki jumlah
pendapatan yang diperoleh usaha skala ternak lebih banyak dan
kepemilikan 4 ekor dikarenakan jenis memperbaiki manajemen
kambing yang dipelihara adalah pemeliharan perkandangan yang
kambing Kacang dan sedikitnya ternak lebih efisien agar mampu
yang dipelihara. memberikan kontribusi pendapatan
yang lebih tinggi, semakin banyak
KESIMPULAN ternak yang dipelihara semakin
Dari hasil penelitian tentang tinggi pula kontribusi pendapatan.
analisis perbandingan usaha ternak 2. Petugas penyuluh lapangan lebih
kambing berdasrkan skala kepemilikan aktif untuk memotivasi peternak
di Kecamatan Ampana Tete Kabupaten agar mampu membudiyakan serta
Tojo Una-Una, disimpulkan dalam memberikan pengetahuan tentang
penelitian ini adalah pendapatan yang pemeliharaan, pembuatan pakan,
diproleh petani/ternak pada usaha ternak menjaga kesehatan hewan agar
kambing pada skala kepemilikan 4 ekor dapat tumbuh dan berkembang
sebesar Rp 9.23.830 pertahun, optimal dan berproduksi lebih
sedangkan pendapatan usaha skala tinggi.
kepemilikan 12 ekor sebesar Rp 3. Perlu adanya penelitian selanjutnya,
2.378.438 pertahu, analisis baik dari akademisi maupun pihak
perbandingan menggunakan uji t terkait mengenai perbandingan
menunjukan hasil signiikan, artinya pendapatan skala kepemilikan
terdapat perbedaan yang nyata antara ternak kambing terhadap
pendapatan usaha ternak pada skala keberlanjutan usaha ternak
kepemilikan 4 ekor dengan skala kambing pada khususnya dan
kepemilikan 12 ekor, usaha ternak ternak lain pada umunya.
kambing pada skala kepemilikan 4 ekor
dengan skala kepemilikan 12 ekor suda
efisien namun yang lebih efisien untuk
dikembangkan adalah usaha skala
kepemilikan 12 ekor.

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 17
DAFTAR PUSTAKA Peternak Rakyat Di Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten
Atmojo, A, T. 2007. Apa Khasiat Susu Indragiri Hulu. Jurnal
dan Daging Kambing. Peternakan 5(1) p:28-37.
http://triatmojo.
wordpress.com/2007/01/15/apa- Fuad, M. 2002. Pengantar Bisnis. PT.
khasiat-susu-dan-daging- Gramedia Pustaka Utama.
kambing. Diakses 26 September Jakarta.
2016.
Gayatri, S. Setiadi A. Dan K. Budiharjo.
Anonim, 2011. Pengaruh Motifasi 2005. Analisis Ekonomi
Terhadap Pendapatan Petani Pemberian Kredit Sapi Terhadap
Kecamatan Belopa Kabupaten Tingkat Pendapatan Peternak
Barru. Skripsi. Fakultas Sapi Perah di Kecamatan Pakem
Pertanian Universitas Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Hasanudin. Makasar. Skripsi. Fakultas Peternakan
http://repository.unhas.ac.id Universitas Dipanegoro.
Diakses 6 juli 2016. Semarang.

Anggraini, W. 2003. Analisis Usaha Hanum, R. 2010. Laporan PKL.


Peternakan Sapi Potong Rakyat http://ridwanhanum.wordpress.c
Berdasarkan Biaya Produksi om. Diakses 24 September 2016.
Dan Tingkat Pendapatan
Peternak Menurut Skala Usaha. Herlambang, T. 2002. Ekonomi
Skripsi. Fakultas Peternakan Manajerial dan Strategi
Institut Pertanian Bogor. Bersaing. PT. Raja Grafindo
perseda. Jakarta
Badan Pusat Penyuluh, 2015.
Kecamatan Ampana Tete dalam Ihsan, H. 2011. Pengaruh Karakteristik
angka 2015 Kabupaten Tojo Peternak Terhadap Keputusan
Una-Una. Pembiayaan Uasaha Peternakan.
Skripsi. Fakultas Peternakan
Daniel, M, 2002. Pengantar Ekonomi Univesitas Hasanudin Makasar.
Pertanian. Universitas Indonesia http://repository.unhas.ac.id
Press. Jakarta. diakses 12 juli 2016.
Krisna, R. dan E. Manshur. 2006.
Darsono, 2008. Metodologi Riset Tingkat Pemilikan Sapi (Skala
Agribisnis Buku II Metode Usaha) Peternakan dan
Analisis Data. Program Studi Hubungannya dengan
Magister. Manajemen Agribisnis Keuntungan Usahatani Ternak
Program Pascasarjana UPN. Pada Kelompok Tani Ternak
Veteran. Surabaya. Sapi di Desa Tajur Halang
Bogor. Jurnal Agribisnis,
Febrina, D dan Liana, M. 2008. Institut Pertanian Bogor.
Pemanfaatan Limbah Pertanian www.repository.ac.id. diakses
Sebagai Pakan Ruminansia Pada 10 september 2016

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 18
Penelusuran Paradigma. PT.
Marta Y. Dwi. 2007. Analisis Rajagrafindo. jakarta
Pendapatan Usaha Peternakan
Sapi Perah Rakyat di Desa Sari, A.I. 2014. Analisis Keuntungan
Wonokerto Kecamatan Bantur Peternakan Ayam Ras Petelur di
Kabupaten Malang. Skripsi, Kecamatan Matiro Bulu
Fakultas Peternakan Universitas Kabupaten Pinrang. Skripsi.
Brawijaya Malang. Fakultas Peternakan Universitas
http://elibrary.ud.ac.id. Diakses Hasanudin Makasar.
19 September 2016
Siregar, 2009. Analisis Pendapatan
Marsya, R. 2005. Desain Sistem Peternak Sapi Potong di
Budidaya Sapi Potong Kecamatan Stabat Kabupaten
Berkelanjutan Untuk Langkat. Skripsi. Fakultas
Mendukung Pelaksanaan Pertanian Sumatra Utara.
Ekonomi Dearah. di Kabupaten http://repository.usu.acid.
Bengkulu Selatan. Disertasi. Diakses 10 September 2016.
Sekolah Pasca Sarjanan, Institut
Pertanian Bogor. Setiadi, B. 2004. Analisis Komparatif
Pendapatan Usaha Ternak
Mulyono, S. dan B. Sarwono, 2004. Kambing di Kota Semarang
Penggemukan Kambing Potong. Berdasarkan Skala Pemilikan
Penebar Swadaya. Jakarta Ternak. Jurnal. Fakultas
Peternakan Universitas
Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi, Panegoro. Semarang.
Aditya Media. yogyakarta
Setiadi, B. dkk. 2002. Evaluasi
Rahayu, 2003. Analisis Usaha Tani Ikan Keunggulan Produktivitas Dan
Sistem Karambah Dikabupaten Pemantapan Kambing
Sukaharjo. Skripsi. Fakultas Persilangan. Kumpulan hasil
Pertania Univesitas Sebelas penelitiana PBN, Thn 2001.
Maret. Surakarta. Buku I. Ternak Ruminansia.
Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Rasyaf, M. 2002. Manajemen
Peternakan Ayam Boiler. Soeharsono dan Bambang S. 2002.
Panebar swadaya. Jakarta. Sistem Integrasi Padi-Ternak
Sebagai Upaya Penyediaaan
Rahardi dan Hartono, 2002. Agribisnis Bibibt Dalam Mendukung
Peternakan Sapi potong. Agribisnis Ternak Sapi Potong
Penebar Swadaya. Jakarta di Kabupaten Sleman. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
,2000. Agribisnis Peternakan. Yogyakarta.
Penebar Swadaya. Jakarta. Http://ntb.litbang.deptan.go.id.
diakses 5 Desember 2015.
Ronald Chilicote, 2003. Teori
Perbandingan Politik,

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 19
Soekartawi, 2002. Ilmu Usaha Tani Dan Sumbayak, J.B. 2006. Materi Metode
Penilitian Pengembngan Petani dan Media Penyuluhan. Fakultas
Kecil. Universitas Indonesia Pertanian. Universitas Sumatera
Press. Jakarta Utara. Medan.

,2003. Agribisnis teori dan Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Tani.


aplikasi. PT. Raja Grafindo Cetakan 1. Panebar Swadaya.
Perseda. Jakarta. Jakarta

,2005. Analisis usaha tani. Wiratha, I.M. 2006. Metodologi


Universitas Indonesia Press. Penilitian Sosial Ekonomi.
Jakarta Penerbit Andi. Yogjakarta.

,2006, Analisis Usaha Tani.


Univesitas Indonesia Press.
Jakarta.

Soekardono, 2009. Ekonomi Agribisnis


Peternakan, (Teori dan
Aplikasi). Panebar Akademik
Persindo. Jakarta.

Sugeng, B. 2002. Sapi potong. Panebar


suwadaya. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penilitian


Kuantitatif Kualitatif dan RND.
CV. Alfabeta. Bandung.

,2002. Statistik Untuk Penilitian.


CV Afabeta. Bandung

Suherman, R. 2009. Strategi


Pengembangan Luas Usaha Tani
di Jawa Bali. Tinjauan Dari Segi
Usaha Tani Rendah, Bul. Panel.
Hot. Vol. 28, no. 3, hlm.11
http://repositori.usu,ac.id.
Diakses 10 september 2016.

Sulistyo, B. 2006. Metode Penelitian.


Wedatama Widya Sastra Dan
Fakultas lmu Pengetahuan
Budaya. Universitas Indinesia.
Jakarta.

Analisis Perbandingan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Berdasarkan Skala Kepemilikan Di


Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah 20

Anda mungkin juga menyukai